kumpulan lakon wahyu wayang kulit purwa
1. Wahyu Dewandaru
Lakon
carangan ini mengisahkan tentang Wahyu Dewandaru yang akan turun ke dunia.
Wahyu itu berujud manusia, yang terkadang bisa dilihat, tapi ada kalanya tak
dapat dilihat.
Untuk memperoleh wahyu yang konon berada di Gunung Mahendra itu, Duryudana meminjam Aji Candrabirawa pada Prabu Salya. Mulanya Salya berkeberatan, tetapi setelah Begawan Drona membujuknya, Aji Candrabirawa diserahkan.
Setelah itu Drona menyuruh Burisrawa untuk beralih ujud menjadi wanita cantik bernama Sri Sumilih. Tugasnya adalah menggoda Arjuna, agar Arjuna tidak bisa mendapatkan Wahyu Dewandaru.
Sementara itu di Kerajaan Tawang Gantungan, Prabu Godayitma merasa dengki pada Arjuna yang sering mendapat wahyu. Karena itu Prabu Godayitma lalu beralih ujud menjadi Arjuna, agar ia mendapat Wahyu Dewandaru.
Dalam perjalanan, Arjuna palsu bertemu dengan Sri Sumilih, tergoda akan kecantikannya dan mengejar DURYUDANA, yang gagal mendapat Wahyu Dewandaru, Wanita itu, Sri Sumilih lari ke hadapan Duryudana dan minta pertolongan. Duryudana melepaskan Aji Candrabirawa sehingga Arjuna palsu berubah ujud menjadi Prabu Godayitma, yang lalu lari pulang ke Tawang Gantungan.
Wahyu Dewandaru sebenarnya bersemayam di pribadi Resi Dewandaru, di puncak Gunung Mahendra. Arjuna datang meminta wahyu itu, tetapi tidak diberikan. Terjadi perang tanding, Arjuna kalah dan lari pulang ke Kerajaan Amarta. Resi Dewandaru mengejar.
Di Amarta, Resi Dewandaru berhadapan dengan Prabu Puntadewa, dan kalah. Ia lenyap masuk ke pohon beringin di alun-alun Amarta.
Tak lama kemudian datang Duryudana yang meminta wahyu itu. Terjadi perang tanding antara Duryudana dengan Puntadewa. Duryudana melepaskan Aji Candrabirawa, tetapi karena berhadapan dengan Puntadewa yang berdarah putih, Candrabirawa takut dan lari pulang kepada Prabu Salya.
Karena merasa tidak sanggup menghadapi Puntadea, Duryudana dan para Kurawa segera lari pulang ke Astina. Lakon ini agak sering dipentaskan.
Untuk memperoleh wahyu yang konon berada di Gunung Mahendra itu, Duryudana meminjam Aji Candrabirawa pada Prabu Salya. Mulanya Salya berkeberatan, tetapi setelah Begawan Drona membujuknya, Aji Candrabirawa diserahkan.
Setelah itu Drona menyuruh Burisrawa untuk beralih ujud menjadi wanita cantik bernama Sri Sumilih. Tugasnya adalah menggoda Arjuna, agar Arjuna tidak bisa mendapatkan Wahyu Dewandaru.
Sementara itu di Kerajaan Tawang Gantungan, Prabu Godayitma merasa dengki pada Arjuna yang sering mendapat wahyu. Karena itu Prabu Godayitma lalu beralih ujud menjadi Arjuna, agar ia mendapat Wahyu Dewandaru.
Dalam perjalanan, Arjuna palsu bertemu dengan Sri Sumilih, tergoda akan kecantikannya dan mengejar DURYUDANA, yang gagal mendapat Wahyu Dewandaru, Wanita itu, Sri Sumilih lari ke hadapan Duryudana dan minta pertolongan. Duryudana melepaskan Aji Candrabirawa sehingga Arjuna palsu berubah ujud menjadi Prabu Godayitma, yang lalu lari pulang ke Tawang Gantungan.
Wahyu Dewandaru sebenarnya bersemayam di pribadi Resi Dewandaru, di puncak Gunung Mahendra. Arjuna datang meminta wahyu itu, tetapi tidak diberikan. Terjadi perang tanding, Arjuna kalah dan lari pulang ke Kerajaan Amarta. Resi Dewandaru mengejar.
Di Amarta, Resi Dewandaru berhadapan dengan Prabu Puntadewa, dan kalah. Ia lenyap masuk ke pohon beringin di alun-alun Amarta.
Tak lama kemudian datang Duryudana yang meminta wahyu itu. Terjadi perang tanding antara Duryudana dengan Puntadewa. Duryudana melepaskan Aji Candrabirawa, tetapi karena berhadapan dengan Puntadewa yang berdarah putih, Candrabirawa takut dan lari pulang kepada Prabu Salya.
Karena merasa tidak sanggup menghadapi Puntadea, Duryudana dan para Kurawa segera lari pulang ke Astina. Lakon ini agak sering dipentaskan.
2. WahyuCakraningrat
adalah wahyu yang dianggap sebagai
syarat untuk mendapat kekuasaan dan takhta suatu kerjaaan, Beberapa dalang
sering menambahkan, siapa yang dapat menguasai Wahyu Cakraningrat, kelak
keturunannya akan dapat menguasai Tanah Jawa. Sebenarnya Wahyu Carkaningrat
adalah penjelmaan Batara Cakraningrat.
Wahyu ini, dalam dunia pewayangan, akhirnya didapat oleh Abimanyu, salah
seorang putra Arjuna. Kisah ini diceritakan dalam lakon Wahyu Cakraningrat.
Dalam lakon ini usaha Abimanyu untuk memberoleh Wahyu Cakraningrat
mendapat saingan dari putra Prabu Anom Duryudana bernama Lesmana Mandrakumara,
serta putra Prabu Kresna bernama Samba Wisnubrata.
Karena Samba ternyata gagal mendapat wahyu itu, dan Kresna tahu bahwa
yang memperolehnya adalah Abimanyu, raja Dwarawati itu lalu menikahkan Abimanyu
degnan salah seorang putrinya, Dewi Siti Sundari. Prabu Kresna berharap dengan
perkawinan itu, keturunannya (cucunya) kelak akan memberoleh kekuasaan. Namun,
harapan Kresna itu tidak dapat terlaksana karena Siti Sundari ternyata mandul,
tidak berputra.
Abimanyu hanya berputra tunggal, hasil perkawinannya dengan Dewi Utari,
adik Seta, Utara, dan Wratsangka, putri bungsu Prabu Matswapati dari Wirata.
Putra Abimanyu, yang lahir sesudah Abimanyu gugur dalam Baratayuda, itu diberi
nama Parikesit. Karena wahyu Cakraningrat yang diperoleh Abimanyu itulah maka
Parikesit dapat menduduki takhta Kerajaan Astina kelak, sesudah Baratayuda
selesai. Dalam pewayangan Parikesit juga dianggap sebagai orang yang menurunkan
raja-raja yang berkuasa di Pulau Jawa.
Perkawinan Abimanyu dengan Dewi Utari sebenarnya sesuai dengan Wahyu
Carkaningrat yang disandangnya. Dalam pedalangan gagrak Surakarta, penyandang Wahyu
Cakraningrat memang harus kawin dengan penyandang Wahyu Widayat, yakni Dewi
Utari.
Menurut pedalangan gagrak Yogyakarta, Wahyu Widayat sudah
menjelma dalam diri Abimanyu, ketika ia masih berada dalam kandungan Dewi
Subadra. Jadi, wahyu itu bukan disandang oleh Dewi Utari.
3. Wahyu Darma
Merupakan Lakon
carangan, dan lakon ini menceriterakan tentang Pandawa telah lama hilang dari
kerajaan Amarta oleh karena ulah para Kurawa (Suyudana). Sementara di Randu
Gumbala Gandarwa Supala, akan membalas dendam kepada Kurawa karena selalu
menyengsarakan Pandawa.
Sementara Puntadewa mendapat percobaan dari burung dara dan alap-alap (elang). Bumng elang akan memakan burung dara yang sedang bertelur, tetapi Puntadewa merelakan dagingnya dimakan burung elang, karena ingin melindungi bumng dara.
Akhimya kedua bumng itu berubah ujud menjadi Batara Guru dan Batara Narada serta memberikan Wahyu Darma kepada Yudhistira.
Para Kurawa yang akan dimasukkan ke Kawah Candradimuka oleh Madrasena dapat diselamatkan Bratasena (Bima muda). Akhimya Pandawa berkumpul kembali bertemu Prabu Drestarastra dan Resi Bisma.
Sementara Puntadewa mendapat percobaan dari burung dara dan alap-alap (elang). Bumng elang akan memakan burung dara yang sedang bertelur, tetapi Puntadewa merelakan dagingnya dimakan burung elang, karena ingin melindungi bumng dara.
Akhimya kedua bumng itu berubah ujud menjadi Batara Guru dan Batara Narada serta memberikan Wahyu Darma kepada Yudhistira.
Para Kurawa yang akan dimasukkan ke Kawah Candradimuka oleh Madrasena dapat diselamatkan Bratasena (Bima muda). Akhimya Pandawa berkumpul kembali bertemu Prabu Drestarastra dan Resi Bisma.
4. Wahyu Golek Kencana
Lakon
ini merupakan lakon carangan, yang menceriterakan tentang dewa akan menurunkan
wahyu yang berupa seorang putri, anak Begawan Kanekaresi dari Gunung Mahendra
dan bemama Endang Golek Kencana.
Prabu Suyudana dari Astina melamarnya untuk Lesmana Mandrakumara. Setyaki juga melamar untuk Nakula dan Sadewa. Ada prasyarat dari Endang Golek Kencana, yaitu para pelamar yang dapat membawa Cupu Herantaka itulah yang dapat mengawini.
Sementara itu Arjuna juga berkeinginan melamar Endang Golek Kencana.
Atas petunjuk Ki Lurah Semar, Arjuna dapat meminjam Mustika Karawang yang didalamnya berisi Cupu Herantaka dari Derampalan. Pada waktu Arjuna berhasil membawa cupu dan akan membawa Golek Kencana, putri itu temyata menolak, sehingga Aijuna marah, dan terjadi peperangan. Golek Kencana terkena panah Arjuna, berubah menjadi wahyu merasuk ke tubuh Arjuna, sedangkan Kanekaresi menjadi Batara Narada.
Prabu Suyudana dari Astina melamarnya untuk Lesmana Mandrakumara. Setyaki juga melamar untuk Nakula dan Sadewa. Ada prasyarat dari Endang Golek Kencana, yaitu para pelamar yang dapat membawa Cupu Herantaka itulah yang dapat mengawini.
Sementara itu Arjuna juga berkeinginan melamar Endang Golek Kencana.
Atas petunjuk Ki Lurah Semar, Arjuna dapat meminjam Mustika Karawang yang didalamnya berisi Cupu Herantaka dari Derampalan. Pada waktu Arjuna berhasil membawa cupu dan akan membawa Golek Kencana, putri itu temyata menolak, sehingga Aijuna marah, dan terjadi peperangan. Golek Kencana terkena panah Arjuna, berubah menjadi wahyu merasuk ke tubuh Arjuna, sedangkan Kanekaresi menjadi Batara Narada.
5. Wahyu Jayaningrat
Wahyu
Jayaningrat juga dikenal Wahyu Senapati, yaitu wahyu yang diterima oleh
Gatotkaca dan Abimanyu. Sedang jalan ceritanya :
Pendeta Durna usul kepada raja Suyudana agar Gatotkaca dibunuh dan Adipati Karna yang bertugas membunuhnya dengan Kunta. Usul itu disetujui raja. Adipati Karna naik kereta Kyai Jatisura bersama Patih Sengkuni menuju ke Poringgadani. Prajurit Kurawa mengawalnya.
Gatotkaca pergi dari pringgadani menyepi ke gunung Kelasa bersama Abimanyu. Antareja, Wisanggeni, Kala Bendana dan Braja Mikalpa tinggal di Pringgadani. Rencana pembunuhan terhadap gatotkaca telah mereka dengar. Wisanggeni mengusulakan agar Antarja menghalangi rencana Suyudana. Antarja oleh Wisanggeni diberi pakaian raksasa dan berganti nama Prabu Nagabagenda,. Kemudian menghadang prajurit Astina. Kalabendana dihias serupa gatotkaca dan Wisanggeni berhias serupa Abimanyu kemudian hendak membuat huru-hara di negara Amarta Dwarawati dan Astina, agar mereka tidak memperhatikan wahyu . Prabu Nagabagenda menghadapi Adipati Karna dan prajurit Kurawa. Setelah prajurit kurawa datang Prabu Nagabagenda triwikrama. Datanglah prajurit naga berikut pemimpinnya, beribu-ribu jumlahnya. Prajurit Kurawa lari tunggang-langgang dan bersembunyi ke Amarta.
Hyang Wenang berkenan menurunkan wahyu Jayaningrat kepada Gatotkaca dan Abimanyu, dua berkas cahaya turun dan masuk ke jasmani kedua ksatria. Gatotkaca dan Abimanyu telkah merasa memperoleh wahyu, mereka turun dari Gunung Kelasa, pulang ke negara.
Prajurit Kurawa tiba di Amarta, mencari perlindungan. Werkudara, Arjuna dan prajurit Amarta tidak mampu melawan serangan ular naga. Warga Kurawa dan Amarta hendak mengungsi ke Dwarawati, tetapi Dwarawati telah kedatangan musuh. Musuh tersebut amat sakti dan bisa beralih rupa sama dengan rupa lawan yang dihadapinya. Setyaki, Kresna, Werkudara dan Arjuna tidak mampu melawan. Kressna berusaha mencari bantuan. Di jalan berjumpa dengan gatotkaca dan Abimanyu./ Gatotkaca danAbimanyu bercerita, bahwa baru emmperoleh wahyu, dan berjanji akan menjaga keselamatan negara. Kresna minta agar Gatotkaca dan Abimanyu membantu melawan musuh yang sedang mengamuk di Dwarawati. Gatotkaca dan Abimanyu disambut musuh yang serupa Gatotkaca dan Abimanyu pula. Akhirnya Gatotkaca dan Abimanyu palsu berubah menjadi Kalabendana dan Wisanggeni.
Prabu Nagabagenda datang di Dwarawati bersama-beribu-ribu naga. Gatotkaca melawan Prabu Nagabagenda. Akhirnya Prabu Nagabagenda berubah menjadi Antarja. Naga-naga kembali ke asal kediamannya.
Wisanggeni matek aji, prajurit kurawa tertiup angin, kembali ke Astina. Warga Dwarawati dan Amarta bersuka-ria atas jatuhnya wahyu pada Gatotkaca dan Abimanyu.
Pendeta Durna usul kepada raja Suyudana agar Gatotkaca dibunuh dan Adipati Karna yang bertugas membunuhnya dengan Kunta. Usul itu disetujui raja. Adipati Karna naik kereta Kyai Jatisura bersama Patih Sengkuni menuju ke Poringgadani. Prajurit Kurawa mengawalnya.
Gatotkaca pergi dari pringgadani menyepi ke gunung Kelasa bersama Abimanyu. Antareja, Wisanggeni, Kala Bendana dan Braja Mikalpa tinggal di Pringgadani. Rencana pembunuhan terhadap gatotkaca telah mereka dengar. Wisanggeni mengusulakan agar Antarja menghalangi rencana Suyudana. Antarja oleh Wisanggeni diberi pakaian raksasa dan berganti nama Prabu Nagabagenda,. Kemudian menghadang prajurit Astina. Kalabendana dihias serupa gatotkaca dan Wisanggeni berhias serupa Abimanyu kemudian hendak membuat huru-hara di negara Amarta Dwarawati dan Astina, agar mereka tidak memperhatikan wahyu . Prabu Nagabagenda menghadapi Adipati Karna dan prajurit Kurawa. Setelah prajurit kurawa datang Prabu Nagabagenda triwikrama. Datanglah prajurit naga berikut pemimpinnya, beribu-ribu jumlahnya. Prajurit Kurawa lari tunggang-langgang dan bersembunyi ke Amarta.
Hyang Wenang berkenan menurunkan wahyu Jayaningrat kepada Gatotkaca dan Abimanyu, dua berkas cahaya turun dan masuk ke jasmani kedua ksatria. Gatotkaca dan Abimanyu telkah merasa memperoleh wahyu, mereka turun dari Gunung Kelasa, pulang ke negara.
Prajurit Kurawa tiba di Amarta, mencari perlindungan. Werkudara, Arjuna dan prajurit Amarta tidak mampu melawan serangan ular naga. Warga Kurawa dan Amarta hendak mengungsi ke Dwarawati, tetapi Dwarawati telah kedatangan musuh. Musuh tersebut amat sakti dan bisa beralih rupa sama dengan rupa lawan yang dihadapinya. Setyaki, Kresna, Werkudara dan Arjuna tidak mampu melawan. Kressna berusaha mencari bantuan. Di jalan berjumpa dengan gatotkaca dan Abimanyu./ Gatotkaca danAbimanyu bercerita, bahwa baru emmperoleh wahyu, dan berjanji akan menjaga keselamatan negara. Kresna minta agar Gatotkaca dan Abimanyu membantu melawan musuh yang sedang mengamuk di Dwarawati. Gatotkaca dan Abimanyu disambut musuh yang serupa Gatotkaca dan Abimanyu pula. Akhirnya Gatotkaca dan Abimanyu palsu berubah menjadi Kalabendana dan Wisanggeni.
Prabu Nagabagenda datang di Dwarawati bersama-beribu-ribu naga. Gatotkaca melawan Prabu Nagabagenda. Akhirnya Prabu Nagabagenda berubah menjadi Antarja. Naga-naga kembali ke asal kediamannya.
Wisanggeni matek aji, prajurit kurawa tertiup angin, kembali ke Astina. Warga Dwarawati dan Amarta bersuka-ria atas jatuhnya wahyu pada Gatotkaca dan Abimanyu.
6. Wahyu Kastuba Urip
Prabu Kalwasesa dari negara
Bumirengka yang ingin bersaudara dengan Dur-yudana, tetapi niat itu membuat
marah Adipati Karna sehingga terjadi perselisihan.
Sementara itu di Partapaan Girikembang Begawan Indratenaya memerintahkan anaknya yang bernama Jayalengkara agar mencari Wahyu Kastuba Urip sebagai sarana kembalinya para Pandawa.
Di perjalanan Jayalengkara mendapat pohon besar berdaun satu dan berbuah satu dan disitulah tempat wahyu. Jayalengkara kemudian melepaskan panah pada pohon itu, yang lalu berubah ujud menjadi Rujakpolo, buahnya menjadi Jamus Kalimasada, dan daunnya menjadi keris Pulanggeni.
Di perjalanan Jayalengkara diculik oleh Prabu Kalawasesa. Peristiwa itu segera dila-porkan oleh Petruk kepada Begawan Indratenaya dan terjadilah peperangan antara Kalawasesa dan Indratenaya. Indratenaya kemudian berubah ujud menjadi Arjuna, Kalawasesa berubah menjadi Bima, mahkotanya menjadi Puntadewa dan Sumping menjadi Nakula serta Sadewa, sedangkan Jayalengkara menjadi Angkawijaya.
Sementara itu di Partapaan Girikembang Begawan Indratenaya memerintahkan anaknya yang bernama Jayalengkara agar mencari Wahyu Kastuba Urip sebagai sarana kembalinya para Pandawa.
Di perjalanan Jayalengkara mendapat pohon besar berdaun satu dan berbuah satu dan disitulah tempat wahyu. Jayalengkara kemudian melepaskan panah pada pohon itu, yang lalu berubah ujud menjadi Rujakpolo, buahnya menjadi Jamus Kalimasada, dan daunnya menjadi keris Pulanggeni.
Di perjalanan Jayalengkara diculik oleh Prabu Kalawasesa. Peristiwa itu segera dila-porkan oleh Petruk kepada Begawan Indratenaya dan terjadilah peperangan antara Kalawasesa dan Indratenaya. Indratenaya kemudian berubah ujud menjadi Arjuna, Kalawasesa berubah menjadi Bima, mahkotanya menjadi Puntadewa dan Sumping menjadi Nakula serta Sadewa, sedangkan Jayalengkara menjadi Angkawijaya.
7. Wahyu Legundi Wulung
Adalah tergolong lakon carangan, yang menceriterakan tentang Duryudana
akan mencari Wahyu Legundi Wulung yang bertempat di Pertapaan Langencipta. Yang
berhak menurunkan wahyu adalah Begawan Nirucahya. Sementara raja
Tawanggan-tungan Prabu Gudakumara ingin mengacaukan para raja dan ksatria yang
akan mencari wahyu.
Sementara Arjuna dan para panakawan juga mencari wahyu telah sampai di bawah pohon Legundi Wulung. Demikian juga para Kurawa, tetapi Arjuna yang berhasil mendapatkan wahyu, sedangkan Begawan Nirucahya berubah menjadi Prabu Kresna.
Sementara Arjuna dan para panakawan juga mencari wahyu telah sampai di bawah pohon Legundi Wulung. Demikian juga para Kurawa, tetapi Arjuna yang berhasil mendapatkan wahyu, sedangkan Begawan Nirucahya berubah menjadi Prabu Kresna.
8. Wahyu
Sumarsana Wilis
Lakon ini termasuk lakon
carangan, yang mengisahkan turunnya Wahyu Sumarsana Wilis, wahyu ini berupa
buah pohon Sumarsana. Semula pohon ini ditunggui oleh Gandarwa Maya, Janggan
Asmara dan Putut Supalawa, semuanya menanti datangnya pohon berbuah, karena
barang siapa dapat memperoleh wahyu ini akan dapat menurunkan para raja besar
di dunia.
Pada saat pohon itu mulai berbuah sebagai tanda wahyu telah turun, mereka saling berebut akan memetiknya. Di saat mereka berkelahi, Kamunayasa datang akan memetiknya, tetapi tiba-tiba buah itu menghilang dan pada saat buah Sumarsana itu melintas maka segera ditangkapnya dan dipuja menjadi seorang wanita cantik dan diberi nama Endang Sumarsana Wilis yang akhirnya diperistri Kamunayasa. Sedangkan Gandarwa Maya, Janggan Asmara dan Putut Supalawa mengabdi kepada Kamunayasa dan disuruh mendirikan Pertapaan di Wukir Ratawu dan setelah Kamunayasa dapat membebaskan kahyangan dari serangan Kala Iramba ia mendapat hadiah Bumi Wukir Ratawu.
Pada saat pohon itu mulai berbuah sebagai tanda wahyu telah turun, mereka saling berebut akan memetiknya. Di saat mereka berkelahi, Kamunayasa datang akan memetiknya, tetapi tiba-tiba buah itu menghilang dan pada saat buah Sumarsana itu melintas maka segera ditangkapnya dan dipuja menjadi seorang wanita cantik dan diberi nama Endang Sumarsana Wilis yang akhirnya diperistri Kamunayasa. Sedangkan Gandarwa Maya, Janggan Asmara dan Putut Supalawa mengabdi kepada Kamunayasa dan disuruh mendirikan Pertapaan di Wukir Ratawu dan setelah Kamunayasa dapat membebaskan kahyangan dari serangan Kala Iramba ia mendapat hadiah Bumi Wukir Ratawu.
9. Wahyu Lingga Maya
Adalah termasuk lakon carangan, yang menceriterakan tentang Astina
kedatangan Dewa Katong dan Dewa Kahana yang akan membantu Suyudana untuk
membunuh para Pandawa. Sebagai usaha yang pertama adalah membunuh Semar dan
Prabu Kresna.
Sementara itu Kresna menerima laporan dari Begawan Drona bahwa di Astina ada Pendeta, tiba-tiba datang Dewa Kahana yang meminta Prabu Kresna hadir di Astina.
Sementara Arjuna menerima wangsit bahwa dewa akan menurunkan wahyu, maka atas petunjuk Semar ia dibawa ke kahyangan karena kebetulan sekarang di Suralaya sedang kosong.
Arjuna menjadi Batara Guru, Gareng menjadi Narada dan Petruk menjadi Yamadipati. Sementara itu Yudistira kehilangan Prabu KresTfe, oleh karena dibawa oleh Dewa Katong ke Astina maka Puntadewa berangkat menyusul ke Astina.
Setelah sampai di Astina, Prabu Kresna temyata akan dibunuh, maka Puntadewa berubah ujud brahala putih, Dewa katong dan Dewa Kahana ketakutan, lalu cepat-cepat pergi menuju ke kahyangan. Dewa Katong dan Dewa Kahana melihat di kahyangan ada Batara Guru dan Narada, maka terjadi peperangan. Batara Guru berubah ujud menjadi Arjuna dan telah membawa Wahyu Linggamaya. Batara Narada dan Yamadipati berubah ujud menjadi Gareng dan Petruk.
Dewa Katong dan Dewa Kahana berubah ujud menjadi Batara Guru dan Narada.
Lakon ini cukup populer, walaupun agak jarang dipergelarkan.
Sementara itu Kresna menerima laporan dari Begawan Drona bahwa di Astina ada Pendeta, tiba-tiba datang Dewa Kahana yang meminta Prabu Kresna hadir di Astina.
Sementara Arjuna menerima wangsit bahwa dewa akan menurunkan wahyu, maka atas petunjuk Semar ia dibawa ke kahyangan karena kebetulan sekarang di Suralaya sedang kosong.
Arjuna menjadi Batara Guru, Gareng menjadi Narada dan Petruk menjadi Yamadipati. Sementara itu Yudistira kehilangan Prabu KresTfe, oleh karena dibawa oleh Dewa Katong ke Astina maka Puntadewa berangkat menyusul ke Astina.
Setelah sampai di Astina, Prabu Kresna temyata akan dibunuh, maka Puntadewa berubah ujud brahala putih, Dewa katong dan Dewa Kahana ketakutan, lalu cepat-cepat pergi menuju ke kahyangan. Dewa Katong dan Dewa Kahana melihat di kahyangan ada Batara Guru dan Narada, maka terjadi peperangan. Batara Guru berubah ujud menjadi Arjuna dan telah membawa Wahyu Linggamaya. Batara Narada dan Yamadipati berubah ujud menjadi Gareng dan Petruk.
Dewa Katong dan Dewa Kahana berubah ujud menjadi Batara Guru dan Narada.
Lakon ini cukup populer, walaupun agak jarang dipergelarkan.
10. Wahyu Sih Nugraha
Adalah tergolong lakon carangan, yang mengisahkan tentang para Pandawa
dalam suasana sedih oleh karena Sadewa menghilang dari kasatrian. Prabu Kresna
menghibur dan memberi saran agar para Pandawa pergi ke Kerajaan Garbaruci
dengan harapan Sadewa akan dapat ditemukan kembali.
Sementara Prabu Garbasumanda di Garbaruci memanggil Jiwandana untuk diberikan pelajaran tentang kepemimpinan dan ia akan menyerahkan takhtanya kepada Jiwandana. Namun ada syarat agar negaranya tentram harus mencari korban ksatria Pandawa yakni Sadewa.
Sementara itu Sadewa berada di hutan disertai Semar, Gareng, Petruk serta Bagong, mempunyai keinginan untuk mendapatkan Wahyu Sih Nugraha. Dalam peijalanan ia mendapat gangguan Batara Kala dan B atari Durga yang akan membatalkan niatnya. Kemudian Sadewa diculik Hestipingul utusan Jiwandana. Setelah sampai di Kerajaan Garbaruci, Sadewa tidak dibunuh tetapi diberi nasihat, sebab Jiwandana adalah penjelmaan Wahyu Sihnugraha. Selanjutnya Jiwandana merasuk ke tubuh Sadewa.
Para Pandawa datang di Kerajaan Garbaruci menemukan Sadewa yang telah mendapatkan anugerah dari dewa.
Sementara Prabu Garbasumanda di Garbaruci memanggil Jiwandana untuk diberikan pelajaran tentang kepemimpinan dan ia akan menyerahkan takhtanya kepada Jiwandana. Namun ada syarat agar negaranya tentram harus mencari korban ksatria Pandawa yakni Sadewa.
Sementara itu Sadewa berada di hutan disertai Semar, Gareng, Petruk serta Bagong, mempunyai keinginan untuk mendapatkan Wahyu Sih Nugraha. Dalam peijalanan ia mendapat gangguan Batara Kala dan B atari Durga yang akan membatalkan niatnya. Kemudian Sadewa diculik Hestipingul utusan Jiwandana. Setelah sampai di Kerajaan Garbaruci, Sadewa tidak dibunuh tetapi diberi nasihat, sebab Jiwandana adalah penjelmaan Wahyu Sihnugraha. Selanjutnya Jiwandana merasuk ke tubuh Sadewa.
Para Pandawa datang di Kerajaan Garbaruci menemukan Sadewa yang telah mendapatkan anugerah dari dewa.
11. Wahyu
Trimanggolo
marcapada geger karena mendengar kabar dewata akan memberikan
wahyu tri manggolo. di kerajaan hastina kegegeran ini dimulai dengan datangnya
seorang pendeta berjuluk begawan dewa kumara, begawan berwujud raksasa. dia
mengabarkan kepada sang prabu duryodana bahwa istrinya dewi banowati
mendapatkan wahyu tri manggolo. wahyu ini konon berwujud 3 buah dan salah
satunya masuk ke dalam tubuh banowati. maka gegerlah kurawa. pertama duryodana
akan mengadakan pesta besar besaran, tapi karena diingatkan oleh prabu salya
mertuanya dari mandaraka, maka hal ini dibatalkan. karena prabu salya tahu bahwa
wahyu tak akan betah jika penerima wahyu justru bersenang senang. prabu salya
juga memberikan petunjuk bahwa wahyu akan lestari masuk dalam tubuh sang
penerima jika saratnya dipatuhi. apa itu?yaitu tidak srawung atau bergaul
berhubungan badan atau memegang lain jenis dalam jangka waktu 40 hari.
saat itu dewa kumara sang begawan pembawa kabar gembira itu mengajukan suatu usul dan pembicaraan kepada prabu duryodana, yaitu bahwa hal itu tak mutlak, tetapi bisa diakali dengan menebus tumbal. apakah tumbalnya?kera putih, sipa kera putih?ya hanoman dari pertapaan kendali sadha.itulah tumbalnya, dengan tumbal itu maka diharapkan wahyu akan selamanya menjadi milik banowati. maka duryodana menyetujuinya, tapi prabu salya tiba tiba memberikan petuah kepada semua yang hadir, bahwa tak pantas wahyu dipertahankan dengan jalan menyakiti bahkan membunuh orang lain yang tidak berdosa. begawan dewa kumara menjawab ucapan salya dengan berkata “saya disini untuk menghadap duryodana raja hastina, bukan salya raja mandaraka”. salya naik pitam, demikian juga prabu karna raja ngawangga mantu salya. begawan dewa kumara ditarik oleh akrna untuk keluar ke alun alun untuk ditantang berantem. sementara prabu salya yang menahan amarah pamit kepada duryodana dan segera pulang ke mendaraka.
saat itu dewa kumara sang begawan pembawa kabar gembira itu mengajukan suatu usul dan pembicaraan kepada prabu duryodana, yaitu bahwa hal itu tak mutlak, tetapi bisa diakali dengan menebus tumbal. apakah tumbalnya?kera putih, sipa kera putih?ya hanoman dari pertapaan kendali sadha.itulah tumbalnya, dengan tumbal itu maka diharapkan wahyu akan selamanya menjadi milik banowati. maka duryodana menyetujuinya, tapi prabu salya tiba tiba memberikan petuah kepada semua yang hadir, bahwa tak pantas wahyu dipertahankan dengan jalan menyakiti bahkan membunuh orang lain yang tidak berdosa. begawan dewa kumara menjawab ucapan salya dengan berkata “saya disini untuk menghadap duryodana raja hastina, bukan salya raja mandaraka”. salya naik pitam, demikian juga prabu karna raja ngawangga mantu salya. begawan dewa kumara ditarik oleh akrna untuk keluar ke alun alun untuk ditantang berantem. sementara prabu salya yang menahan amarah pamit kepada duryodana dan segera pulang ke mendaraka.
perang
tanding di alun alun terjadi. adipati karna yang merasa mertuanya dipermalukan
oleh begawan dewa kumara mengamuk. tapi segala ilmunya tidak mempan di tubuh
begawan sakti tersebut. dengan sekali gebuk, begawan dewa kumara mengeluarkan
ajian saktinya gelap sayuta, dan adipati karna terlempar jauh ke angkasa entah
kemana. patih sengkuni datang menghadap, tadinya mau melerai, tapi melihata
dipati karna dikalahkan niyatnya batal. patih sengkuni meminta begawan
menghadap raja duryodana kembali di paseban agung.
di paseban
duryodana memberikan wewenang kepada dewa kumara untuk memimpin wadya bala
hastina. dewa kumara menghaturkan trimakasih dan segera bersiap bersama pasukan
kurawa berangkat ke kendali sadha tempat pertapaan resi hanoman. sebelum berangkat
sengkuni mengabsen para kurawa, dan diberi tahukan oleh dursasana bahwa pendeta
dorna dan anaknya aswatama tidak hadir, demikian juga raja banakeling jayadrata
juga tidak hadir.segera pasukan itu diberangkatkan ke pertapaan kendali sadha.
di pertapaan
kendali sadha anoman sedang menerima tamu para anak pandawa, abimanyu,
antasena, gatotkaca hadir. mereka hadir untuk bertanya tentang hilangnya 2
pendawa yaitu harjuna dan para punakawan serta werkudara dari kesatrian
madukara dan yodipati.perginya para kesatria tanpa pamit ini membuat anak anak
mereka merasa kuwatir dan berusaha mencari infi keberadaan mereka dimana. dan
ahirnya mereka sempat datang ke dwarawati, tapi ternyata kresna juga sedang
tidak ada di tempat maka segera mereka mencoba mencari ke tempat begawan
anoman.
begawan
anoman mengaku tidak mengetahui dimana ayah mereka berada, belum jauh mereka
berbicara, pasukan kurawa datang dan terjadilah pertempuran di pertapaan
kendali sadha. pertama para kurawa dapat dikalahkan, tapi ketika dewa kumara
maju, maka para anak anak pendawa kewalahan dan mundur. ahirnya hanoman yang
maju dan ternyata hanoman bisa dibunuh oleh begawan dewa kumara. jazad anoman
dibawa oleh kurawa pulang ke hastina sementara anak anak pandawa kemudian
bertekad membalas dan mengambil kembali jazad anoman mengikuti ke hastinapura.
di tengah
hutan arjuna dan para punakwan berjalan, naik turun bukit masuk keluar hutan
prihatin, meminta atau nyenyuwun kelimpahan wahyu trimanggolo. sampai suatu
ketika muncul macan yang besar dan berhasil menyambar tubuh harjuna, petruk
bertekad sekuat tenaga merebut harjuna dari tangan macan dan berhasil. macan
tadi ternyata bisa berbicara dan mengaku bernama singo jalmo dan bermaksud
memakan punakawan, harjuna berkata sebaiknya macan tadi memakan dirinya sebelum
makan punakawan. dan perang tanding pun terjadi. 3 panah harjuna menembus mulut
macan. ketika akan dibuang bangkai macan tersebut, macan tersebut berubah
menjadi bhatara kamajaya. dan memebrikan wangsit bahwa wahyu trimanggolo hak
harjuna sekarang sudah diambil oleh ratu banowati, maka harjuna disuruh untuk
mengambil wahyu tersebut.
sepeninggal
bhatara kamajaya, arjuna menangis tersedu sedu dipangkuan semar. dia menangis
karena merasa gagal emndapat wahyu dan bertekad bunuh diri karena dia tak mungkin
merampas wahyu dari tangan banowati. semar dan punakawan berusaha membujuk
harjuna tapi tak berhasil, dan arjuna mencabut kerisnya siap bunuh diri. semar
mencegah dan ahirnya mau untuk memberikan jalan agar arjuna bisa mendapat wahyu
tri manggolo tersebut. punakawan dirubah menjadi gajah raksasa oleh semar,
petruk jadi kepala dan gading, gareng jadi belalai, dan bagong jadi perut dan
buntut, mereka diberi nama gajah ijo dan disuruh ngamuk di keraton hastina,
dengan permintaan dinikahkan dengan banowati. hitungan semar, wahyu akan keluar
dari tubuh banowati jika banowati bisa dikeluarkan dari kaputren keraton
hatina. karena memang wahyu itu bukan hak banowati. maka berangkatlah gajah
semar dan harjuna ke hatsinapura.
sementara di
khayangan arwah anoman bertemu dengan kresna, anoman menceritakan kejadian yang
menimpanya, lalu kresna mengajak serta arwah anoman ke kayangan alang alang
kumitir, tempatnya syang hyang wenang. karena kresna akan meminta wahyu
trimanggolo, rupanya kresna meninggalkan dwarawati untuk bertapa dan hendak
meminta wahyu trimanggolo jua.
sampai di
hadapan syang hyang wenang, kresna dan anoman mengatukan salam. lalu karena
syang hyang wenang mengetahui maksud kedatanagn mereka maka beliau langsung
memebrikan jawaban tentang wahyu trimanggolo.
wahyu ini
ada 3 bagian, 2 bagian satria, dan satu bagian pamomong. yang satu bagian milik
hanoman karena kesetiaanya sejak jaman prabu rama sampai sekarang untuk membela
yang benar. dan yang 2 untuk werkudoro dan arjuna, sebagai manggolo atau pemimpin
satria yang berbudi luhur. segera wahyu diebrikan kepada anoman. sementara
kresna dinasehati bahwa dia adalah penjelmaan wisnu oleh karena itu tak boleh
ikut ikutan meminta wahyu. kresna insyaf, lalu syang hyang wenang menitipkan
wahyu untuk werkudoro kepada kresna. hanoman disuruh kembali ke hastina dan
memebrantas angkara murka disana yang berwujud begawan dewa kumar. dan kresna
disuruh untuk mencari sang werkudoro.
maka turunlah hanoman dan
kresna, mereka lalu berpisah, hanoman menuju hastina. sementara kresna ke
ngamarta. di alam ayang ayang kresna dihadang sukma lelana sukma raga sukma
begawan drona. rupanya begawan drona hendak merebut wahyu itu untuk anaknya
aswatama. terjadi eprtempuran di awang awang. dan wahyu yang dipegang kresna
terlempar ke bumi. dalam hati kresna meminta supaya jatuh ke orang yang benar
benar pantas menerimanya. sementara dorna dibohongi oleh kresna, dorna merampas
bungkusan yang dikira wahyu dan cepat kembali ke bumi. kresna tertawa dalam
hati melihat polah drona dan segera memburu dimana wahyu trimanggolo asli
jatuh.
di sungai
suci yamuna werkudoro tampak tekun bertapa, dia sedang melakoni tapa kungkum di
tengah kali dengan cara menenggelamkan badan sampai sedada dan terus memuji dan
meninggalkan makan minum, sudah berhari hari werkudoro dalam posisi yang sama.
dan hari itu sesuai kehendak dewata dari langit turun wahyu tri manggolo yang
jatuh dan masuk ke dalam tubuh werkudoro.
kresna
segera turun dan tertegun melihat werkudoro di tengah kali, dan merasa senang
karena wahyu sudah masuk dalam tubuhnya. kresna membangunkan werkudoro dan
menyadarkannya bahwa permintaannya dikabulkan dewata dia akan menjadi manggolo
senopati dalam perang bharata yudha nanti. werkudoro bersyukur atas terkabulnya
permintaanya.
werkudoro
dan kresna berjalan menyusuri kali hendak menyusul saudaranya arjuna, tiba tiba
bertemu begawan sempani dan anaknya jayadrata yang juga mencari wahyu.
mengetahui wahyu diterima werkudoro begawan sempani dan jayadrata meminta
dnegan paksa dari tangan werkudoro.
werkudoro bukan tandingan mereka, dalam satu lemparan begawan
sempani dan jayadrata dilemparkan dan terbang jatuh di banakeling. disana
begawan sempani berkata “anaku jayadrata balaslah kekalahan kita hari ini, cari
kelemahan bima, yaitu rasa sayangnya akan anaknya, terutama terhadap ponakanya
abimanyu, maka dalam bharata yudha bunuhlah abimanyu untuk membalaskan dendam
ini”.
di hastinapura gajah mengamuk, kurawa diobrak abrik, jenazah anoman yang akan dibakar terpaksa ditinggal karena dewa kurawa begawan raksasa itu harus menghadapi gajah ijo jadi jadian. bahkan dewa kumara dikalahkan gajah, duryodana pun kalah dan lari ke kaputren. dia meminta banowati untuk lari karena ada gajah edan ngamuk minta nikah dengannya.
di hastinapura gajah mengamuk, kurawa diobrak abrik, jenazah anoman yang akan dibakar terpaksa ditinggal karena dewa kurawa begawan raksasa itu harus menghadapi gajah ijo jadi jadian. bahkan dewa kumara dikalahkan gajah, duryodana pun kalah dan lari ke kaputren. dia meminta banowati untuk lari karena ada gajah edan ngamuk minta nikah dengannya.
tak dinyana
banowati sangking takutnya lari ke luar istana, disana ketemu harjuna dan
langsung berpelukan, saat itu ketentuan wahyu dilanggar dan arjuna menerima
wahyu dari banowati. duryodana mengetahui hal ini ahirnya sadar dan minta
arjuna mengusir gajah edan yang mengamuk.
anak anak
putra pandawa sampai, dan bersedia untuk menghadapi gajah. antaseno segera
menyuruh punakawan untuk kembali ke wujud asal. dan kembalilah gajah ke wujud
punakawan. sementara anoman hidup kembali setelah rohnya masuk ke dalam
raganya. dan terjadilah pertarungan antara anoman dan begawan dewa kumara. kali
ini dewa kumara berubah wujud asli arwah ganda yitma, warga alengka. maka
anoman segera membawa kembali arwah ganda yitma ke penjara di gunung kendali
sada.
kresna,
anoman, arjuna, werkudoro, semar, punakawan dan semua anak pandawa yang hadir
mengucapkan syukur teramat sangat kepada tuhan yang maha kuasa. karena wahyu
tri manggolo telah mereka dapatkan.
tancep kayon
12. Wahyu Panca Budaya
Termasuk lakon carangan, mengisahkan Wahyu Panca Budaya yang diterima
Parikesit. Semula wahyu ini berupa Begawan Sabdajati yang berada di Pertapaan
Budiseta. Begawan
Sabdajati ini tidak mengakui kekuasaan para dewa di kahyangan, maka oleh para
dewa akan menjatuhkan hukuman, tetapi semua dewa tidak ada yang berhasil
menandingi kesaktian Begawan Sabdajati.
Akhimya Batara Guru minta bantuan para Pandawa dan Prabu Kresna, tetapi para Pandawa pun tidak
ada yang dapat melawan Begawan Sabdajati, maka akhimya Prabu Kresna melepaskan senjata Cakranya ke arah Begawan Sabdajati sehingga hilang lenyap dari pandangan. Tiba-tiba muncul cahaya sebesar kelapa berputar-putar di angkasa kemudian lenyap di atas Parikesit.
Batara Gum menjelaslan bahwa itu merupakan wahyu kerajaan yakni Panca Budaya telah diterima Parikesit.
Akhimya Batara Guru minta bantuan para Pandawa dan Prabu Kresna, tetapi para Pandawa pun tidak
ada yang dapat melawan Begawan Sabdajati, maka akhimya Prabu Kresna melepaskan senjata Cakranya ke arah Begawan Sabdajati sehingga hilang lenyap dari pandangan. Tiba-tiba muncul cahaya sebesar kelapa berputar-putar di angkasa kemudian lenyap di atas Parikesit.
Batara Gum menjelaslan bahwa itu merupakan wahyu kerajaan yakni Panca Budaya telah diterima Parikesit.
13. Wahyu Garuda Kencana
Termasuk lakon carangan, mengisahkan turunnya Wahyu Garuda Kencana atau
wahyu kerajaan. Semula wahyu ini dapat diterima oleh orang yang dapat membawa
titisan Batara Wisnu di Kahyangan Jonggringsaloka yang tidak lain adalah Prabu
Kresna. Sebenarnya Prabu Duryudana lewat Prabu Baladewa membujuk Kresna untuk
membantu Kurawa, tetapi akhimya Kresna lebih berat membantu pada anaknya
sendiri yakni Bomanarakasura.
Sikap Kresna ini diketahui Wisanggeni dan Gatotkaca, maka dengan kepandaian Wisanggeni ia menjelma menjadi Kresna dan mendahului datang ke Kahyangan Jonggringsaloka. Pada saat Prabu Kresna dari Dwarawati bersama Boma Narakasura datang ke kahyangan bertemu dengan Wisanggeni yang juga berujud Kresna sehingga terjadi perkelahian, dan pada saat itu atas kelicikan Boma ia menggigit tangan Batara Guru yang memegang Wahyu Garuda Kencana sehingga wahyu terlepas ke dunia, tetapi akhimya jatuh atau masuk ke tubuh Abimanyu yang kebetulan sedang bertapa.
Akhimya Prabu Kresna menyadari kesalahannya yang lebih mementingkan kepentingan anaknya daripada orang lain.
Sikap Kresna ini diketahui Wisanggeni dan Gatotkaca, maka dengan kepandaian Wisanggeni ia menjelma menjadi Kresna dan mendahului datang ke Kahyangan Jonggringsaloka. Pada saat Prabu Kresna dari Dwarawati bersama Boma Narakasura datang ke kahyangan bertemu dengan Wisanggeni yang juga berujud Kresna sehingga terjadi perkelahian, dan pada saat itu atas kelicikan Boma ia menggigit tangan Batara Guru yang memegang Wahyu Garuda Kencana sehingga wahyu terlepas ke dunia, tetapi akhimya jatuh atau masuk ke tubuh Abimanyu yang kebetulan sedang bertapa.
Akhimya Prabu Kresna menyadari kesalahannya yang lebih mementingkan kepentingan anaknya daripada orang lain.
14. Wahyu Topeng Wojo
lakon wayang topeng wojo yang
menceritakan perjuangan sang putra bratasena dalam mendapatkan topeng wojo,
wahyu dari para dewa khayangan, yang diberikan pada gatotkaca karena jasanya
membantu para dewa mindah khayangan. Nah tapi karena ada suatu halangan yaitu dari boma narakasura yang juga pingin terhadap
wahyu tadi ia menghadap kepada orang tuanya yaitu prabu kresna agar maw
membantu dirinya merbut topeng wojo tadi dari pemiliknya yang sah. Maka dengan
bantuan yang ayah, boma narakasura malih rupa jadi gatotkoco, sayang rencana ini
diketahui oleh sodara sepupunya gatot, sang manusia setengah dewa Wisanggeni
yang mencoba mengagalkan rencana itu.
ditengah jalan wisanggeni ketemu sama petruk yang sakit hati karena selalu jadi abdi, wong cilik sing disiak-siakne. Dia pingin kekahyangan alang-alang kumintir untuk pradul sama para dewa agar ia bisa tampan lagi dan kembali jadi putra mahkota di keraja’annya. Maka wisanggeni dan petruk kolaborasi dan berusaha bersama menggagalkan usaha kresna plus boma yang maw cidra terhadap wahyu topeng wojo. Nah singkat cerita duel-lah antara wisangeni dan kresna yang sama-sama sakti.
Perang tanding ini ta da yang menang dan kalah karena kresna dan boma langsung kabur dan terbang ke kahyangan untuk merebut wahyu topeng wojo secara halus dengan meminta pada para dewa. Dan dewa pun tertipu karena sang boma yang menyamar sebagai gatotkaca. Setelah kresna dan boma pergi datanglah gatot kaca meminta hak nya yang ternya telah keduluan oleh prabu kresna dan boma.
Nah kita kembali pada wisanggeni dan petruk tadi petruk yang masih sakit hati dan kesal akan kondisinya pun ditanyai oleh wisanggeni kenapa ia pingin ke kahyangan dengan jujur petruk bilang dia pingin disembah, menjadi ratu. Nah wisanggeni pun menyarankan kalo Cuma pingin jadi ratu gampang gimana kalo petruk nyamar/ malih rupa jadi boma narakasura dan pergi ke keraja’an Trajutrisna dan menjadi raja disana.
Wisanggeni pun membantu petruk untuk mencuri pakai’an boma narakasura yang disembunyikan dalam bokor di keraja’an dwarawati. Nah akhirnya petruk pun bisa jadi ratu di keraja’an nya boma dan mendapat sembah dari para prajurit dan abdi keraton.
nah kembali lagi kepada gatotkaca sang merasa sakit hati karena wahyu yang seharusnya dia terima ternyata telah di cidra oleh boma dan kresna. Akhirnya gatotkaca ketemu dengan sang maling wahyu. Dan terjadilah duel antara gatotkaca kembar tadi, berhubung gatot kaca asli sakti mandra guna ora tedas tapak alune pande sang boma pun berhasil dia bunuh.
Karna sang boma punya aji pancasona ia selalu hidup lagi kalo depak tanah. Gatotkaca yang kebingungan bagaimana cara mengalahkan maling tadi menghadap sang ayah R. werkudara. Karena kwatir kalo pandawa menghabisi putranya, kresna mengajak sang putra menghadap para pandawa.
Untuk mencegah agar rahasianya tidak diketahui dan sang gatot yang asli coba di fitnah. Nah ketika di depan bima kresna pun bilang bahwa yang bersamanya adalah gatotkaca yang asli dan yang datang duluan adalah malingnya.
Bima pun diminta segera menghabisi atau menghukum gatot yang palsu oleh kresna, tapi yang namanya bima yang jujur dan apa adanya, ga serta merta percaya. dia minta tolong pada kakak bedesnya sang anoman, anoman pun memberi kan jalan dengan syembara bahwa gatotkaca yang asli dapat masuk dalam kendi, nah akhirnya sayembara diadakan di alun-alun, disaksikan para sodaranya antareja dan antasena.
Nah ketika dicoba ternyata sang boma lah yang bisa masuk kedalam kendi nah karena denger kata-kata yang tadi antareja dan antasena langsung menghajar gatotkaca untungnya dapat dicegah oleh anoman bahwa yang seharusnya dipukul yang di dalam kendi, karena anoman taw bahwa gatotkaca yang asli ga bakalan bisa masuk ke dalam kendi, nah sang maling pun dihajar oleh tiga sodara tadi plus tuwek-tuwekane…nah agar anaknya slamet kresna pun membawa anaknya ke dwarawati untuk di ubah kembali menjadi boma, tapi ternyata pakaiannya telah dicuri oleh wisanggeni dan dipake oleh petruk di Trajutrisna.
Mereka pun ke Trajutrisna untuk mengetahui siapa yang mencuri baju tadi. Akhirnya ia ketemu dengan petruk yang telah malih rupa. Ketika petruk ditanyai siapa botohnya muncullah wisanggeni dan sang putra arjuna bertanya pada boma pilih menjadi raja atau wahyu topeng wojo, boma memilih menjadi raja karena tidak rela kalo keraja’anya dipimpin oleh petruk dan karena topeng wojo memang bukan haknya……..
kesimpulan cerita ini adalah golek ono dewe……
sumber : http://masjagal.wordpress.com/2011/06/26/topeng-wojo/
ditengah jalan wisanggeni ketemu sama petruk yang sakit hati karena selalu jadi abdi, wong cilik sing disiak-siakne. Dia pingin kekahyangan alang-alang kumintir untuk pradul sama para dewa agar ia bisa tampan lagi dan kembali jadi putra mahkota di keraja’annya. Maka wisanggeni dan petruk kolaborasi dan berusaha bersama menggagalkan usaha kresna plus boma yang maw cidra terhadap wahyu topeng wojo. Nah singkat cerita duel-lah antara wisangeni dan kresna yang sama-sama sakti.
Perang tanding ini ta da yang menang dan kalah karena kresna dan boma langsung kabur dan terbang ke kahyangan untuk merebut wahyu topeng wojo secara halus dengan meminta pada para dewa. Dan dewa pun tertipu karena sang boma yang menyamar sebagai gatotkaca. Setelah kresna dan boma pergi datanglah gatot kaca meminta hak nya yang ternya telah keduluan oleh prabu kresna dan boma.
Nah kita kembali pada wisanggeni dan petruk tadi petruk yang masih sakit hati dan kesal akan kondisinya pun ditanyai oleh wisanggeni kenapa ia pingin ke kahyangan dengan jujur petruk bilang dia pingin disembah, menjadi ratu. Nah wisanggeni pun menyarankan kalo Cuma pingin jadi ratu gampang gimana kalo petruk nyamar/ malih rupa jadi boma narakasura dan pergi ke keraja’an Trajutrisna dan menjadi raja disana.
Wisanggeni pun membantu petruk untuk mencuri pakai’an boma narakasura yang disembunyikan dalam bokor di keraja’an dwarawati. Nah akhirnya petruk pun bisa jadi ratu di keraja’an nya boma dan mendapat sembah dari para prajurit dan abdi keraton.
nah kembali lagi kepada gatotkaca sang merasa sakit hati karena wahyu yang seharusnya dia terima ternyata telah di cidra oleh boma dan kresna. Akhirnya gatotkaca ketemu dengan sang maling wahyu. Dan terjadilah duel antara gatotkaca kembar tadi, berhubung gatot kaca asli sakti mandra guna ora tedas tapak alune pande sang boma pun berhasil dia bunuh.
Karna sang boma punya aji pancasona ia selalu hidup lagi kalo depak tanah. Gatotkaca yang kebingungan bagaimana cara mengalahkan maling tadi menghadap sang ayah R. werkudara. Karena kwatir kalo pandawa menghabisi putranya, kresna mengajak sang putra menghadap para pandawa.
Untuk mencegah agar rahasianya tidak diketahui dan sang gatot yang asli coba di fitnah. Nah ketika di depan bima kresna pun bilang bahwa yang bersamanya adalah gatotkaca yang asli dan yang datang duluan adalah malingnya.
Bima pun diminta segera menghabisi atau menghukum gatot yang palsu oleh kresna, tapi yang namanya bima yang jujur dan apa adanya, ga serta merta percaya. dia minta tolong pada kakak bedesnya sang anoman, anoman pun memberi kan jalan dengan syembara bahwa gatotkaca yang asli dapat masuk dalam kendi, nah akhirnya sayembara diadakan di alun-alun, disaksikan para sodaranya antareja dan antasena.
Nah ketika dicoba ternyata sang boma lah yang bisa masuk kedalam kendi nah karena denger kata-kata yang tadi antareja dan antasena langsung menghajar gatotkaca untungnya dapat dicegah oleh anoman bahwa yang seharusnya dipukul yang di dalam kendi, karena anoman taw bahwa gatotkaca yang asli ga bakalan bisa masuk ke dalam kendi, nah sang maling pun dihajar oleh tiga sodara tadi plus tuwek-tuwekane…nah agar anaknya slamet kresna pun membawa anaknya ke dwarawati untuk di ubah kembali menjadi boma, tapi ternyata pakaiannya telah dicuri oleh wisanggeni dan dipake oleh petruk di Trajutrisna.
Mereka pun ke Trajutrisna untuk mengetahui siapa yang mencuri baju tadi. Akhirnya ia ketemu dengan petruk yang telah malih rupa. Ketika petruk ditanyai siapa botohnya muncullah wisanggeni dan sang putra arjuna bertanya pada boma pilih menjadi raja atau wahyu topeng wojo, boma memilih menjadi raja karena tidak rela kalo keraja’anya dipimpin oleh petruk dan karena topeng wojo memang bukan haknya……..
kesimpulan cerita ini adalah golek ono dewe……
sumber : http://masjagal.wordpress.com/2011/06/26/topeng-wojo/
15. Wahyu
Makutharama
Prabu Suyudana (Doryudana) mengutus Adipati Karna, Patih Sengkuni dan para Kurawa
pergi ke Gunung Kutharungu atau Pertapaan Swelagiri.
Ia mendapat wangsit dalam mimpinya bahwa barang siapa yang bisa memiliki Makuta Sri Batararama, maka ia akan
menjadi sakti, dan akan menurunkan raja-raja Tanah Jawa.
Adipati Karna kemudian pergi menjalankan tugasnya ke Kutharungu. Disana ia bertemu dengan Anoman yang memang ditugaskan oleh Panembahan Kesawasidi untuk menjaga keamanan selama ia bersemedi. Karna kemudian mengungkapkan maksud kedatangannya kepada Anoman, namun Anoman menolaknya. Terjadilah kesalahpahaman antara keduanya sehingga pertarungan antara keduanya tidak bisa dihindarkan. Karna yang merasa terdesak, langsung melepaskan senjata saktinya, panah KuntaWijayandanu. Anoman yang mengetahui bahwa senjata itu bukanlah pusaka biasa, ia lalu terbang setinggi-tingginya dan menukik menangkap panah yang telah dilepaskan oleh Karna. Karna yang kehilangan pusaka andalannya kemudian kembali pulang ke Awangga, ia tidak kembali ke Hastina karena malu tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.
Adipati Karna kemudian pergi menjalankan tugasnya ke Kutharungu. Disana ia bertemu dengan Anoman yang memang ditugaskan oleh Panembahan Kesawasidi untuk menjaga keamanan selama ia bersemedi. Karna kemudian mengungkapkan maksud kedatangannya kepada Anoman, namun Anoman menolaknya. Terjadilah kesalahpahaman antara keduanya sehingga pertarungan antara keduanya tidak bisa dihindarkan. Karna yang merasa terdesak, langsung melepaskan senjata saktinya, panah KuntaWijayandanu. Anoman yang mengetahui bahwa senjata itu bukanlah pusaka biasa, ia lalu terbang setinggi-tingginya dan menukik menangkap panah yang telah dilepaskan oleh Karna. Karna yang kehilangan pusaka andalannya kemudian kembali pulang ke Awangga, ia tidak kembali ke Hastina karena malu tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.
Sementara di pihak Pandawa, Arjuna juga mencari Makutharama yang
ditemani oleh para Punakawan.
Dalam perjalanannya ke Kutarungu, ia dihadang oleh raksasa-raksasa yang
menganggunya. Namun akhirnya, Arjuna bisa mengalahkan mereka. Beruntunglah
Arjuna, sesampainya di Swelagiri, Panembahan Kesawasidi sudah selesai bersemedi dan baru saja
memberikan nasihat kepada Anoman yang dianggapnya sedikit lancang dalam
menjalankan tugasnya. Anoman kemudian diperintahkan untuk ke Kendhalisada untuk
bertapa dan memohon ampun atas kesalahannya.
Arjuna kemudian bertemu dengan Kesawasidi, dan menjelaskan maksud kedatangannya. Begawan Kesawasidi memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Makutharama itu bukanlah sebuah barang/benda, melainkan pengetahuan budi pekerti raja yang sempurna atau ajaran Astabrata. Begawan Kesawasidi kemudian menyampaikan ajaran Astabrata kepada Arjuna.
Setelah selesai menyampaikan ajaran Rama, panembahan Kesawasidi memberikan pusaka Kuntawijayandanu kepada Arjuna agar diserahkan kembali kepada Karna sang pemilik. Arjuna kemudian mohon undur diri.
Setelah selesai memberikan wejangan Astabrata kepada Arjuna, tanpa sepengetahuan Arjuna, Kesawasidi kemudian berubah menjadi wujud aslinya yaitu Prabu Kresna dari Dwarati dan mengikuti Arjuna kembali ke Amarta.
Sementara di Amarta, semuanya gelisah karena Arjuna yang sedang mencari wahyu Makutharama tidak kunjung pulang dan Prabu Kresna juga lama tidak berkunjung ke Amarta. Yudhistira kemudian memerintahkan Bima untuk mencari Prabu Kresna danGatotkaca untuk mencari Arjuna.
Begitu pula dengan Dewi Subadra dan Dewi Srikandi, mereka mengkhawatirkan suaminya, Arjuna, yang tidak kunjung pulang. Kemudian mereka memohon petunjuk dewa. Datanglah Batara Narada yang mengubah wujud mereka menjadi seorang ksatriya. Dewi Subadra diberi nama Shintawaka dan Dewi Srikandi bernama Madusubrata.Keduanya kemudian diperintahkan untuk menuju ke pertapaan Kutarungu.
Sepanjang perjalanannya, Shintawaka dan Madusubrata selalu meneriakkan tantangannya kepada Raden Arjuna. Suara mereka bahkan sampai terdengar Gatutkaca yang sedang berada di angkasa dalam perjalanannya mencari Arjuna. Gatutkaca tidak terima dengan tantangan Shintawaka dan Madusubrata, terjadilah perkelahian diantara mereka. Dalam pertempuran itu, Gatotkaca kalah, dan diangkat oleh mereka dan diajak bersama-sama mencari Arjuna.
Sementara Adipati Karna yang sedih karena kehilangan senjata pusakanya akhirnya bertemu dengan Arjuna yang ingin mengembalikan Kuntawijayandanu kepadanya. Keduanya pun saling melepas rindu karena lama tidak bertemu. Karna juga menanyakan kenapa senjatanya bisa berada di tangan Arjuna. Arjuna berterus terang bahwa senjata itu diperolehnya dari Panembahan Kesawasidi saat ia bermaksud mencari wahyu Makutarama.
Mendengar cerita Raden Arjuna, Adipati Karna memaksa ingin tahu tentang wahyu Makutharama, tetapi Arjuna menolaknya. Terjadilah pertempuran diantara keduanya, namun Karna kalah dan melarikan diri.
Dalam pelariannya menghindari Arjuna, Karna bertemu dengan Shintawaka dan Madusubrata. Karna kemudian memberitahukan bahwa Arjuna berada di belakang mengejarnya. Raden Arjuna yang sedang mengejar Adipati Karna kemudian dihalang-halangi oleh Shintawaka dan Madusubrata hingga terjadilah pertempuran diantara mereka. Namun, Arjuna kalah dan menghindari Shintawaka dan Madusubrata.
Raden Arjuna kemudian bertemu dengan Bimasena yang sedang mencari keberadaan Prabu Kresna. Arjuna meneritakan bahwa ia dikalahkan oleh dua satriya yang tidak dikenal, dan ia meminta bantuan kakaknya itu untuk menghadapi Shintawaka dan Madusubrata.
Shintawaka dan Madusubrata yang dibantu Gathotkaca juga berhasil mengalahkan Bima, karena Gathotkaca tahu kelemahan ayahnya itu.
Saat Arjuna dan Bima mundur menghindari pertempuran dengan Shintawaka dan Madusubrata, mereka bertemu dengan Prabu Kresna. Keduanya lalu menceritakan bahwa mereka baru saja dikalahkan oleh Shintawaka dan Madusubrata.
Prabu Kresna tahu siapa jati diri kedua satriya itu sebenarnya. Ia kemudian meminta Arjuna untuk menghadapi mereka kembali dengan menggunakan ilmu Asmaratantra yang berupa syair/tembang asmara yang bisa meluluhkan hati Shintawaka dan Madusubrata. Berubahlah wujud dua satriya itu, Shintawaka berubah ke wujud aslinya yaitu Dewi Subadra dan Madusubrata kembali menjadi Dewi Srikandi.
Arjuna kemudian bertemu dengan Kesawasidi, dan menjelaskan maksud kedatangannya. Begawan Kesawasidi memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Makutharama itu bukanlah sebuah barang/benda, melainkan pengetahuan budi pekerti raja yang sempurna atau ajaran Astabrata. Begawan Kesawasidi kemudian menyampaikan ajaran Astabrata kepada Arjuna.
Setelah selesai menyampaikan ajaran Rama, panembahan Kesawasidi memberikan pusaka Kuntawijayandanu kepada Arjuna agar diserahkan kembali kepada Karna sang pemilik. Arjuna kemudian mohon undur diri.
Setelah selesai memberikan wejangan Astabrata kepada Arjuna, tanpa sepengetahuan Arjuna, Kesawasidi kemudian berubah menjadi wujud aslinya yaitu Prabu Kresna dari Dwarati dan mengikuti Arjuna kembali ke Amarta.
Sementara di Amarta, semuanya gelisah karena Arjuna yang sedang mencari wahyu Makutharama tidak kunjung pulang dan Prabu Kresna juga lama tidak berkunjung ke Amarta. Yudhistira kemudian memerintahkan Bima untuk mencari Prabu Kresna danGatotkaca untuk mencari Arjuna.
Begitu pula dengan Dewi Subadra dan Dewi Srikandi, mereka mengkhawatirkan suaminya, Arjuna, yang tidak kunjung pulang. Kemudian mereka memohon petunjuk dewa. Datanglah Batara Narada yang mengubah wujud mereka menjadi seorang ksatriya. Dewi Subadra diberi nama Shintawaka dan Dewi Srikandi bernama Madusubrata.Keduanya kemudian diperintahkan untuk menuju ke pertapaan Kutarungu.
Sepanjang perjalanannya, Shintawaka dan Madusubrata selalu meneriakkan tantangannya kepada Raden Arjuna. Suara mereka bahkan sampai terdengar Gatutkaca yang sedang berada di angkasa dalam perjalanannya mencari Arjuna. Gatutkaca tidak terima dengan tantangan Shintawaka dan Madusubrata, terjadilah perkelahian diantara mereka. Dalam pertempuran itu, Gatotkaca kalah, dan diangkat oleh mereka dan diajak bersama-sama mencari Arjuna.
Sementara Adipati Karna yang sedih karena kehilangan senjata pusakanya akhirnya bertemu dengan Arjuna yang ingin mengembalikan Kuntawijayandanu kepadanya. Keduanya pun saling melepas rindu karena lama tidak bertemu. Karna juga menanyakan kenapa senjatanya bisa berada di tangan Arjuna. Arjuna berterus terang bahwa senjata itu diperolehnya dari Panembahan Kesawasidi saat ia bermaksud mencari wahyu Makutarama.
Mendengar cerita Raden Arjuna, Adipati Karna memaksa ingin tahu tentang wahyu Makutharama, tetapi Arjuna menolaknya. Terjadilah pertempuran diantara keduanya, namun Karna kalah dan melarikan diri.
Dalam pelariannya menghindari Arjuna, Karna bertemu dengan Shintawaka dan Madusubrata. Karna kemudian memberitahukan bahwa Arjuna berada di belakang mengejarnya. Raden Arjuna yang sedang mengejar Adipati Karna kemudian dihalang-halangi oleh Shintawaka dan Madusubrata hingga terjadilah pertempuran diantara mereka. Namun, Arjuna kalah dan menghindari Shintawaka dan Madusubrata.
Raden Arjuna kemudian bertemu dengan Bimasena yang sedang mencari keberadaan Prabu Kresna. Arjuna meneritakan bahwa ia dikalahkan oleh dua satriya yang tidak dikenal, dan ia meminta bantuan kakaknya itu untuk menghadapi Shintawaka dan Madusubrata.
Shintawaka dan Madusubrata yang dibantu Gathotkaca juga berhasil mengalahkan Bima, karena Gathotkaca tahu kelemahan ayahnya itu.
Saat Arjuna dan Bima mundur menghindari pertempuran dengan Shintawaka dan Madusubrata, mereka bertemu dengan Prabu Kresna. Keduanya lalu menceritakan bahwa mereka baru saja dikalahkan oleh Shintawaka dan Madusubrata.
Prabu Kresna tahu siapa jati diri kedua satriya itu sebenarnya. Ia kemudian meminta Arjuna untuk menghadapi mereka kembali dengan menggunakan ilmu Asmaratantra yang berupa syair/tembang asmara yang bisa meluluhkan hati Shintawaka dan Madusubrata. Berubahlah wujud dua satriya itu, Shintawaka berubah ke wujud aslinya yaitu Dewi Subadra dan Madusubrata kembali menjadi Dewi Srikandi.
Para
Pandawa meninggalkan Amarta, Abimanyu diserahi mememgang pemerintahan.
Patih sangkuni mengambil kesempatan baik mengusulkan agar Suyudana menyuruh prajurit Astina untuk menguasai Amarta. Raja Suyudana setruju , tetapi Basukarna tidak menyetujuinya. Brahmana Kestu datang di Astina akan membatu rencana penyerangan negara Amarta. Basukarna panas hatinya. Brahmana Kestu ditarik dibawa ke alun-alun dan dihajarnya. Brahmana Kestu mengambil pusaka Manik maninten dipukulkan kepada Basukarna. Basukarna menjadi arca. Arca dibuang , jatuh di Amarta.
Prajurit Kurawa bersama Brahmana Kestu menyerang negara Amarta.
Patih Sengkuni bisa menemui para putra Pandawa (Abimanyu, gatotkaca, Antarja, Wisanggeni, Prabakusuma). Sengkuni dengan gaya marah para Pandawa diminta menyerah dan akan dipenjara di Astina. Gatotkaca melawan, Sengkuni mundur ketakutan. Kartamarma melawan gatotkaca , terjadilah perang hebat. Brahmana Kestu tampil ke depan. Abimanyu, gatotkaca, Antarja, Prabakusuma dan Irawan berubah menjadimenjadi arca karena kesaktian pusaka manik maninten. Wisanggeni bisa meloloskan diri, lari ke hutan. Negara Amarta dikuasai Kartamarma dan dibantu Brahmana Kestu.
Wisanggeni tiba di Gua Windu bekas kerajaan Wisakarma. Di gua itu terdapat pakaian Hyang Guru. Pakaian disembah lalu dibawa pergi, di hutan berjumpa Arjuna di hutan. Arjuna menjawab, bahwa sedang mencari wahyu. Wisanggeni menyarankan agar Arjuna mau mengenakan pakaian Sang Hyang Guru yang dibawanya. Arjuna menurut anjuran Wisanggeni. Arjuna menyembah, lalu mengenakan pakaian sang Hyang Guru, dan naik tahkta di Kahyangan.
Wisanggeni mencari Puntadewa, Bima, Nakula dan sadewa. Mereka ditemukan di gunung Himawan. Mereka sedang berkumpul dan berunding akan mencari Wahyu Tirta manik mahadi (air manikam sangat indah). Wisanggeni menyarankan agar Puntadewa dan Bima pulang ke Amarta, sebab negara Amarta dikuasai Kartamarma. Para Pandawa telah menjadi arca. Mendenagr kata-kata Wisanggeni itu Bima bangkit marahnya.
Bima masuk istana Amarta dan mengamuk, tetapi kemudian menjadi arca karena kesaktian pusaka manik maninten. Puntadewa melihat sejumlah arca bangkit amarahnya seketika triwikrama berubah menjadi raksasa besar lagi dasyat, mengaku bernama dewa Amral. Brahmana Kestu dikejar hendak ditelannya. Brahmana Kestu hendak menggunakan pusaka, tetapi terlebih dahulu terkena aji gelap sayuta. Brahmana Kestu hanyut terbawa angin topan. Setelah jatuh ke bumi Brahmana Kestu akan bersembunyi ke guwa Windu, berganti pakaian. Tetapi pakaian telah tiada lalu kembali ke kahyangan.
Brahmana Kestu dikeroyok oleh para dewa. Brahmana Kestu tidak mampu melawan serangan para dewa, lalu turun ke dunia, berjumpa dengan Dewa Amral, dan pergi ke Dwarawati. Brahmana Kestu mionta tolong agar dimabilkan pakaiannya. Raja Dwarawati mau menolong bila diberi upah Tirta Manik Mahadi beserta kendi Pratala. Raja Dwarawati menyuruh agar Dewa Amral menolong. Dewa Amral bisa merebut pakaian Sang Hyang Guru. Arjuna menampakkan diri dan menghormat. Pakaian diberikan kepada Brahmana Kestu . Dewa Amral menerima tirta Manik Mahadi . Para putera Pandawa dan basukarna serta Bima disiram Tirta Manik mahadi dan kembali ke asal mula. Tirta Manik mahadi menyembuhkan orang sakit, menghapus rasa susah dan memberi ketentraman dunia.
Patih sangkuni mengambil kesempatan baik mengusulkan agar Suyudana menyuruh prajurit Astina untuk menguasai Amarta. Raja Suyudana setruju , tetapi Basukarna tidak menyetujuinya. Brahmana Kestu datang di Astina akan membatu rencana penyerangan negara Amarta. Basukarna panas hatinya. Brahmana Kestu ditarik dibawa ke alun-alun dan dihajarnya. Brahmana Kestu mengambil pusaka Manik maninten dipukulkan kepada Basukarna. Basukarna menjadi arca. Arca dibuang , jatuh di Amarta.
Prajurit Kurawa bersama Brahmana Kestu menyerang negara Amarta.
Patih Sengkuni bisa menemui para putra Pandawa (Abimanyu, gatotkaca, Antarja, Wisanggeni, Prabakusuma). Sengkuni dengan gaya marah para Pandawa diminta menyerah dan akan dipenjara di Astina. Gatotkaca melawan, Sengkuni mundur ketakutan. Kartamarma melawan gatotkaca , terjadilah perang hebat. Brahmana Kestu tampil ke depan. Abimanyu, gatotkaca, Antarja, Prabakusuma dan Irawan berubah menjadimenjadi arca karena kesaktian pusaka manik maninten. Wisanggeni bisa meloloskan diri, lari ke hutan. Negara Amarta dikuasai Kartamarma dan dibantu Brahmana Kestu.
Wisanggeni tiba di Gua Windu bekas kerajaan Wisakarma. Di gua itu terdapat pakaian Hyang Guru. Pakaian disembah lalu dibawa pergi, di hutan berjumpa Arjuna di hutan. Arjuna menjawab, bahwa sedang mencari wahyu. Wisanggeni menyarankan agar Arjuna mau mengenakan pakaian Sang Hyang Guru yang dibawanya. Arjuna menurut anjuran Wisanggeni. Arjuna menyembah, lalu mengenakan pakaian sang Hyang Guru, dan naik tahkta di Kahyangan.
Wisanggeni mencari Puntadewa, Bima, Nakula dan sadewa. Mereka ditemukan di gunung Himawan. Mereka sedang berkumpul dan berunding akan mencari Wahyu Tirta manik mahadi (air manikam sangat indah). Wisanggeni menyarankan agar Puntadewa dan Bima pulang ke Amarta, sebab negara Amarta dikuasai Kartamarma. Para Pandawa telah menjadi arca. Mendenagr kata-kata Wisanggeni itu Bima bangkit marahnya.
Bima masuk istana Amarta dan mengamuk, tetapi kemudian menjadi arca karena kesaktian pusaka manik maninten. Puntadewa melihat sejumlah arca bangkit amarahnya seketika triwikrama berubah menjadi raksasa besar lagi dasyat, mengaku bernama dewa Amral. Brahmana Kestu dikejar hendak ditelannya. Brahmana Kestu hendak menggunakan pusaka, tetapi terlebih dahulu terkena aji gelap sayuta. Brahmana Kestu hanyut terbawa angin topan. Setelah jatuh ke bumi Brahmana Kestu akan bersembunyi ke guwa Windu, berganti pakaian. Tetapi pakaian telah tiada lalu kembali ke kahyangan.
Brahmana Kestu dikeroyok oleh para dewa. Brahmana Kestu tidak mampu melawan serangan para dewa, lalu turun ke dunia, berjumpa dengan Dewa Amral, dan pergi ke Dwarawati. Brahmana Kestu mionta tolong agar dimabilkan pakaiannya. Raja Dwarawati mau menolong bila diberi upah Tirta Manik Mahadi beserta kendi Pratala. Raja Dwarawati menyuruh agar Dewa Amral menolong. Dewa Amral bisa merebut pakaian Sang Hyang Guru. Arjuna menampakkan diri dan menghormat. Pakaian diberikan kepada Brahmana Kestu . Dewa Amral menerima tirta Manik Mahadi . Para putera Pandawa dan basukarna serta Bima disiram Tirta Manik mahadi dan kembali ke asal mula. Tirta Manik mahadi menyembuhkan orang sakit, menghapus rasa susah dan memberi ketentraman dunia.
17. Wahyu Manik Imandaya/ Kayu Manik Imandaka
Boma Narakasura menghadap raja Kresna, memberitahu bahwa
rakyat Trajutrisna terserang wabah penyakit . Rakyat biasa bebas dari wabah
bila diperoleh Wahyu Manik Imandaya dan Getah Kumalasari. Kresna berkata, bahwa
wahyu telah diminta oleh Pandawa. Tetapi Kresna menyarankan agar Boma
Narakasura mencari ke Guwa Kori Sanga, yang dikuasai oleh Begawan Sukmaningrat.
Boma narakasura berangkat, dikawani Samba.
Raja Puntadewa berunding dengan Werkudara hal
mecari wahyu. Raja menganjurkan Sadewa yang mewakilinya. Sadewa bersama
Gatotkaca pergi mencari wahyu, dikawal oleh Panakawan.
Begawan Durna menghadap Hyang Pramuni di Pasetran
gandamayit. Durna berkata, bahwa kedatangannya ingin memperoleh wahyu.
Permintaan itu diterima , Durna disuruh mencari dengan bantuan prajurit raksasa
yang dipimpin oleh Hyang Jaramaya. Perjalanan mereka bertemu gatotkaca. Mereka
berebut untuk memperoleh wahyu lebih dahulu. Terjadilah perang. Durna dan
prajrit raksasa melarikan diri.
Sadewa datang di Karangbolotan, dan mengajak para
panakawan pergi mencari wahyu.dikawal oleh Panakawan. Ditengah hutan
Tukparibelis dihadang oleh raksasa, terjadilah perang. Raksasa dipanah ,
seketika menjadi Batara Kamajaya dan Dewi ratih. Kamajaya memberitahu tempat
wahyu kepada sadewa.
Boma Narakasura dan samba menghadap Begawan
Sukmaningrat di Guwa Kori Sanga. Sang Begawan akan memberikan wahyu bila Boma
narakasura bisa menerangkan makna Wahyu Kayu Manik Imandaya, dan sebab wahyu
itu dikuasai Begawan sukmaningrat. Boma Narakasura tidak dapat menerangkan
makna wahyu lalu marah. Sang Begawan akan dibunuh, tetapi Boma Narakasura kena
perbawa sang wiku, jatuh di luar pertapaan.
Sadewa datang dengan hormat, dan mengatakan tujuan
kedatangannya. Sang Begawan menerima dengan senang, dan berkata seperti yang
yang dikatakan Boma Narakasura. Sadewa memberi jawaban dan menerangkan makna
wahyu Manik Imandaya.. Kayu lambing hidup, manik lambing kekuatan. Orang hidup
hendaknya menjadi memaniking jagad (manikam dunia) dan bisa menjadi manikam
dunia, bila mempunyai daya yang timbul dari imannya. Tlutuh Kumalasari (getah
kumalasari) lambing air suci. Orang hidup di dunia hendaknya suci lahir dan
batin, menjauhi ketamakan dan mendekati keutamaan. Guwa Kori sanga adalah
lambnag dan yang dimaksud babahan hawa sanga (lubang hawa sembilan). Begawan
sukmaningrat tidak lain manusia itu sendiri. Begawan Sukmaningrat berkenan
hatinya, sadewa diberi wahyu Kayu Manik Imandaya. Begawan Sukmaningrat kembali
menjadi sang Hyang Wenang. Para cantrik kembali menjadi dewa, dan mereka
meninggalkan pertapaan.
Boma Narakasura jatuh di depan gatotkaca. Setelah
thau maksud masing-masing terjadilah perkelahian. Samba lari ke Dwarawati.
Sadewa berjumpa Begawan druna di tengah hutan.
Begawan Durna tahu bahwa Sadewa memperoleh wahyu, maka ia pura-pura meminjamnya
sadewa menyerahkan wahyu dengan tiada rasa curiga. Setelah wahyu diterima,
sadewa dikenahi pusaka Cundamani, seketika jatuh pingsan. Para Panakawan membuat
desas-desus bahwa Durna dimakan babi hutan. Sadewa kembali ke Amarta.
Babi hutan datang di Astina. Para kUrawa
mengusirnya, Babi hutan lari ke Amarta.
Sadewa tiba di Amarta.kemudian bercerita bahwa ia
telah memperoleh wahyu tetapi direbut oelh Durna. Babi huatn masuk ke istana
Ngamarta, minta perlindungan dan wahyu yang dibawa diserahkan kepada raja
Amarta, Babi hutan kembali m;enjadi Begawan Durna. Durna minta pamit dengan
rasa malu.
Kresna datang ek Ngamarta atas hasutan Samba,
Kresna Triwikrama hendak mengamuk ke Ngamarta, sadewa memberitahu kepada
Puntadewa bahwa Boma Narakasura yang membegal bersama Samba, tetapi tak
berhasil. Puntadewa juga Triwikramahendak menyambut kedatangan kresna yang
telah berubah wujud sebesar gunung. Terjadilah perkelahian , tetapi akhirnya
mengakui Samba yang bersalah. Mereka damai, Boma Narakasura disuruh kembali ke
Trajutrisna.
Sang Hyang jaramaya membela Durnam, datang
mengamuk di Ngamarta. Semar melawan amukan Sang Hyang Jaramaya, Semar matek
aji, keluarlah angin besar. Sang Hyang Jaramaya bersama prajurit terbawa tiupan
angin, jatuh di hutan Seragandamayit.
Warga Ngamarta pista raya atas karunia Wahyu Manik
Imandaya yang telah diperolehnya.
18. Wahyu
Pandu Dados Ratu
Prabu Abiyasa (Kresna Dipayana) sedang prihatin, oleh karena
putranya yakni Pandu Dewanata, Drestarastra dan Yama Widura belum menjadi
pangeran pati untuk menggantikan takhtanya.
Dewabrata alias Resi Bisma menyarankan agar ketiga
ksatria bertapa di Sapta Arga. Selain itu Astina juga menerima ancaman musuh
dari Timpuru, yakni Prabu Gendara dan Puruswaji. Musuh itu dihadapi Dewabrata,
dalam peperangan Puruswaji takluk dan bergabung dengan Dewabrata.
Ketika peristiwa itu berlangsung, istri Puruswaji
yakni Aswandari melahirkan anak kembar yang diberi nama Krepa dan Krepi. Kelak
Krepa mengabi pada Kerajaan Astina, sedangkan Krepi menjadi istri Drona.
Sementara Pandu Dewanata, Yama Widura dan
Drestarastra yang sedang bertapa menerima wahyu dari dewa masing-masing. Pandu
menerima Wahyu Ratu, Drestarastra menerima Wahyu Kawicaksanan (Kebijaksanaan)
dan Widura menerima Wahyu Ka-limpadan (kecerdikan), kemudian ketiga ksatria
kembali ke Astina.
Tidak lama kemudian Prabu Gendara bersama bala
tentaranya menyerang Kerajaan Astina, tetapi dapat dibunuh oleh Pandu Dewanata,
sedangkan anak buahnya kocar-kacir melarikan diri.
19. Wahyu Panunggal Jati
Lakon ini termasuk lakon carangan, yang menceritakan Arya Setyaki sedang
sakit di Swalabu-mi, sehingga Prabu Baladewa dan Kresna merasa sedih karena
sulit disembuhkan. Sementara Nakula dan Sadewa melaporkan kepada Kresna bahwa
Arjuna dan Subadra menghilang dari Kasatrian Madukara. Baladewa memberikan
saran agar mencarikan obat untuk Setyaki kepada Begawan Arjuna Winasis di
Gunung Tidar.
Sementara Batara Gum dan Narada sangat prihatin karena terjadinya gara-gara, oleh karena Setyaki yang sedang sakit ingin mendapatkan wahyu. Batara Gum lalu mengutus Batara Basuki untuk memberikan wahyu ke Lesanpura. Sebelum disampaikan, lebih dahulu Setyaki mendapat cobaan dari Batara Basuki. Namun akhirnya Setyaki dapat anugrah wahyu. Sedangkan Prabu Kresna, Baladewa serta Ang-kawijaya menuju Gunung Tidar dan bertemu Arjuna Winasis serta Endang Piningit, temyata merupakan alih-ujud Arjuna dan Dewi Subadra. Selanjutnya mereka kembali ke Amarta dan di perjalanan bertemu Bima, Puntadewa serta Setyaki yang telah sembuh. Sementara Prabu Yaksagora dari Guwagra yang menyerang Dwarawati dapat ditumpas Setyaki dan Baladewa.
Sementara Batara Gum dan Narada sangat prihatin karena terjadinya gara-gara, oleh karena Setyaki yang sedang sakit ingin mendapatkan wahyu. Batara Gum lalu mengutus Batara Basuki untuk memberikan wahyu ke Lesanpura. Sebelum disampaikan, lebih dahulu Setyaki mendapat cobaan dari Batara Basuki. Namun akhirnya Setyaki dapat anugrah wahyu. Sedangkan Prabu Kresna, Baladewa serta Ang-kawijaya menuju Gunung Tidar dan bertemu Arjuna Winasis serta Endang Piningit, temyata merupakan alih-ujud Arjuna dan Dewi Subadra. Selanjutnya mereka kembali ke Amarta dan di perjalanan bertemu Bima, Puntadewa serta Setyaki yang telah sembuh. Sementara Prabu Yaksagora dari Guwagra yang menyerang Dwarawati dapat ditumpas Setyaki dan Baladewa.
20. Wahyu
Jatmika
Semar,
Arjuna, dan Jamus Kalimasada dan senjata Cakra hilang dari Keraton Amarta.
Tiba-tiba Begawan Sidik Mercubuwana datang dan ingin menggabungkan negara
Amarta, Astina, Dwarawati, dan Mandura menjadi satu. Namun, para raja negara
itu tidak setuju terjadi peperangan.Karena kesaktian Mercubuwana, Karajaan
Amarta dapat dikuasai dan para Pandawa terpaksa meninggalkan negrinya.
Sementara Begawan Ispadajati dari Sonyaruri menerima Prabu Kresna, Gatotkaca, dan Abimanyu yang disertai para panakawan. Prabu Kresna minta bantuan untuk menghadapi Mercubuwana dan Ispadajati menyanggupi.
Di sisi lain Prabu Jatiwasesa dihadap Wasesajati dari Kerajaan Gedahbantala menerima Mercubuwana yang melaporkan bahwa Ispadajati menjadi jagonya Pandawa. Maka raja berangkat ke Amarta. Peperangan terjadi Mercubuwana melawan Ispadajati, Mercubuwana menjadi senjata Cakra, Wasesajati menjadi Kalimasada, Begawan Ispadajati berubah menjadi Semar.
Sementara Begawan Ispadajati dari Sonyaruri menerima Prabu Kresna, Gatotkaca, dan Abimanyu yang disertai para panakawan. Prabu Kresna minta bantuan untuk menghadapi Mercubuwana dan Ispadajati menyanggupi.
Di sisi lain Prabu Jatiwasesa dihadap Wasesajati dari Kerajaan Gedahbantala menerima Mercubuwana yang melaporkan bahwa Ispadajati menjadi jagonya Pandawa. Maka raja berangkat ke Amarta. Peperangan terjadi Mercubuwana melawan Ispadajati, Mercubuwana menjadi senjata Cakra, Wasesajati menjadi Kalimasada, Begawan Ispadajati berubah menjadi Semar.
21. Wahyu Sasangka Mulya
Lakon ini termasuk lakon carangan, yang mengisahkan Kerajaan Astina,
Dwarawati, Mandura, dan Amarta terserang epidemi (wabah penyakit) atau
pegeblug. Prabu Suyudana sangat sedih dan saran Duma agar pergi ke Argatunggal menemui
Begawan Sabdajati, untuk meminta penjelasan tentang Sasangkamulya untuk
kesejahteraan rakyat.
Sementara Prabu Kresna dan Prabu Baladewa juga ingin pergi ke Argatunggal untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian juga Yudistira, Bima, Aijuna berangkat menuju ke Argatunggal. Para Pandawa setelah sampai di pertapan diberi penjelasan oleh Begawan Sabdajati mengenai kesempurnaan hidup, dalam sekejap mata Sabdajati menghilang dan para Pandawa mendapat anugerah Wahyu Sasangkamulya.
Sementara Prabu Kresna dan Prabu Baladewa juga ingin pergi ke Argatunggal untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian juga Yudistira, Bima, Aijuna berangkat menuju ke Argatunggal. Para Pandawa setelah sampai di pertapan diberi penjelasan oleh Begawan Sabdajati mengenai kesempurnaan hidup, dalam sekejap mata Sabdajati menghilang dan para Pandawa mendapat anugerah Wahyu Sasangkamulya.
Mercubuwana yang melaporkan bahwa
Ispadajati menjadi jagonya Pandawa. Maka raja berangkat ke Amarta. Peperangan
terjadi Mercubuwana melawan Ispadajati, Mercubuwana menjadi senjata Cakra,
Wasesajati menjadi Kalimasada, Begawan Ispadajati berubah menjadi Semar.
15b. Wahyu Makuta Rama
Prabu Suyudana mengutus Adipati Karna,
Patih Sengkuni dan para Kurawa pergi ke Gunung Kutarunggu atau Pertapaan
Swelagiri, karena dewa memberikan penjelasan bahwa barang siapa memiliki makuta
Sri Batararama akan menjadi sakti, serta akan menurunkan raja-raja di Tanah
Jawa.
Dalam perjalanannya Adipati Karna pergi ke Pertapaan Duryapura Dimana Anoman, saudaranya Kesaswasidi bertempat di situ yang ditemani raksasa Gajah. Wreksa, Garuda Mahambira, Naga Kuwara dan Liman Situbanda. Karma mengutarakan maksudnya tetapi di tolak Anoman sehingga terjadi peperangan. Karena terdesak Karna melepaskan panah Wijayadanu tetapi dapat ditangkap Anoman dan dibawa ke Swelagiri.
Dalam perjalanannya Adipati Karna pergi ke Pertapaan Duryapura Dimana Anoman, saudaranya Kesaswasidi bertempat di situ yang ditemani raksasa Gajah. Wreksa, Garuda Mahambira, Naga Kuwara dan Liman Situbanda. Karma mengutarakan maksudnya tetapi di tolak Anoman sehingga terjadi peperangan. Karena terdesak Karna melepaskan panah Wijayadanu tetapi dapat ditangkap Anoman dan dibawa ke Swelagiri.
Pihak Pandawa sang Arjuna juga mencari
Makutarama, ia dating di Gunung Swelagiri bertemu dengan Kesaswidi menerangkan
maksudnya dan oleh sang Begawan dijelaskan bahwa Makutarama itu sebenarnya
bukan barang kebendaan, tetapi merupakan pengetahuan budi pekerti bagi raja
yang sempurna atau ajaran yang disebut Astabrata. Lebih jauh Begawan Kesaswidi
menjelaskan bahwa kelak cucunya yang bernama Parikesit akan berkuasa sebagai
raja besar di Jawa dan ia akan menjelma kepadanya. Sedangkan Anoman diperintah
untuk meneruskan bertapa di Kendalisada dan kelak pada pemerintahan Prabu Jaya
Purusa dari kediri ia akan naik surga.
Arjuna kembali dengan membawa panah
Wijayadanu untuk diserahkan Adipati Karna.
Dewi Subadra yang sangat khawatir kepergian suaminya lalu mengembara mencari Arjuna, dan diperjalanan bertemu Batara Narada yang memberikan busana pria, maka Dewi Subadra berubah ujud pria bernama Bambang Sintawaka kemudian ia pergi ke pesanggrahan Kurawa dan sanggup membantu melawan Ajuna.
Dewi Subadra yang sangat khawatir kepergian suaminya lalu mengembara mencari Arjuna, dan diperjalanan bertemu Batara Narada yang memberikan busana pria, maka Dewi Subadra berubah ujud pria bernama Bambang Sintawaka kemudian ia pergi ke pesanggrahan Kurawa dan sanggup membantu melawan Ajuna.
Bima dan Gatotkaca juga mencari Ajuna di
perjalanan mereka dihadang Kumbakarna. Menurut nasihat Wibisana Kumbakarna
harus menjelma pada Bima maka terjadi perkelahian yang seharusnya Kumbakarna
merasuk pada paha kiri Bima.
Kurawa yang dibantu Sintawaka menentang
Arjuna dan peperangan terjadi. Arjuna dapat mengenali musuhnya itu adalah
istrinya dan akhirnya kembali ke ujud semula, Dewi Subadra. Para Kurawa
menyerang tetapi dapat dihalau Gatotkaca.
Lakon ini termasuk lakon pakem yang sangat
popular dan sering dipentaskan.
22. Wahyu Makutha Kencana
Lakon ini termasuk lakon carangan, yang mengisahkan dewa akan menurunkan
wahyu Makutakancana yang akan diberikan Gatotkaca. Prabu Suyudana menghendaki
wahyu tersebut dan minta bantuan Palgunasandi dari Paranggelung, agar membunuh
Gatotkaca.
Sementara Prabu Yudistira bersama Kresna dan Bima, Arjuna akan pergi ke Pringgadani untuk memberikan wahyu, tiba-tiba Narada datang dan minta Wahyu Makutakancana yang akan diberikan sendiri kepada Gatotkaca. Dengan senang hati wahyu diberikan kepada Narada palsu, tiba-tiba Gatotkaca datang melaporkan bahwa Pringgadani diserang Kurawa. Bima berusaha mengejar Narada, dan teijadi peperangan, Narada berubah Palgunasandi dan kembali ke Astina.
Di sisi lain Bomanarakasura bertapa di Gunung Jamurdipa ingin menjadi Senopati Pandawa dalam Baratayuda, tetapi Indra mengetahui bahwa ia tidak boleh campurtangan, dan diminta membantu Pandawa merebut Wahyu Makutakancana yang dicuri musuh. Selanjutnya Bomanarakasura dapat merebut wahyu dan diberikan Gatotkaca, sedangkan Palgunasandi dibakar Arjuna atas bantuan Dersanala.
Sementara Prabu Yudistira bersama Kresna dan Bima, Arjuna akan pergi ke Pringgadani untuk memberikan wahyu, tiba-tiba Narada datang dan minta Wahyu Makutakancana yang akan diberikan sendiri kepada Gatotkaca. Dengan senang hati wahyu diberikan kepada Narada palsu, tiba-tiba Gatotkaca datang melaporkan bahwa Pringgadani diserang Kurawa. Bima berusaha mengejar Narada, dan teijadi peperangan, Narada berubah Palgunasandi dan kembali ke Astina.
Di sisi lain Bomanarakasura bertapa di Gunung Jamurdipa ingin menjadi Senopati Pandawa dalam Baratayuda, tetapi Indra mengetahui bahwa ia tidak boleh campurtangan, dan diminta membantu Pandawa merebut Wahyu Makutakancana yang dicuri musuh. Selanjutnya Bomanarakasura dapat merebut wahyu dan diberikan Gatotkaca, sedangkan Palgunasandi dibakar Arjuna atas bantuan Dersanala.
23. Wahyu Saptamaya
Lakon ini termasuk lakon carangan, yang menceritakan Prabu Suyudana
memberitahukan kepada para Kurawa bahwa dewa akan menurunkan Wahyu Saptamaya.
Tiba-tiba datangnya Begawan Go-rodahana dari Guwakerata yang akan mengabdi
Prabu Suyudana, serta sanggup membunuh Pandawa. Sementara para
Pandawa meninggalkan istana tanpa sepengetahuan putra-putranya. Gorodahana
memanfaatkan kesempatan ini menyerang Amarta segera dihadapi Gatotkaca dan
Antareja.
Abimanyu sekembali dari Sapta Arga di peijalanan menemukan busana dewa, dan atas saran Semar agar dipakai, temyata busananya Batara Gum dan terus pergi ke Kayangan. Sedangkan Yudistira, Bima, Nakula dan Sadewa yang sedang bertapa di tepi sungai Serayu diserang Gorodahana bahkan membunuh Bima dan Nakula Sadewa. Yudistira Triwikrama menjadi raksasa dan mengejar Gorodahana, ia lari menuju Suralaya bertemu Batara Gum (Angkawijaya). Raksasa menggigit Batara Gum, maka berubah menjadi Angkawijaya. Gorodahana berubah menjadi Batara Gum yang asli. Selanjutnya para dewa menurunkan Wahyu Saptamaya kepada Angkawijaya. Para Kurawa datang tetapi dapat diusir Bima.
Abimanyu sekembali dari Sapta Arga di peijalanan menemukan busana dewa, dan atas saran Semar agar dipakai, temyata busananya Batara Gum dan terus pergi ke Kayangan. Sedangkan Yudistira, Bima, Nakula dan Sadewa yang sedang bertapa di tepi sungai Serayu diserang Gorodahana bahkan membunuh Bima dan Nakula Sadewa. Yudistira Triwikrama menjadi raksasa dan mengejar Gorodahana, ia lari menuju Suralaya bertemu Batara Gum (Angkawijaya). Raksasa menggigit Batara Gum, maka berubah menjadi Angkawijaya. Gorodahana berubah menjadi Batara Gum yang asli. Selanjutnya para dewa menurunkan Wahyu Saptamaya kepada Angkawijaya. Para Kurawa datang tetapi dapat diusir Bima.
24. Wahyu Sabuk Gendam Pamungkas
Lakon ini termasuk lakon carangan, yang menceritakan di Amarta, Prabu
Yudistira memberitahukan kepada saudaranya bahwa akan ada Wahyu Sabuk Gendam
Pamungkas. Prabu Baladewa yang datang di Amarta sanggup untuk mencarikan wahyu
itu dengan syarat membawa Kalimasada.
Semua setuju tetapi Sadewa tidak setuju bilamana Kalimasada dibawa Baladewa, maka Sadewa meninggalkan istana. Di perjalanan bertemu Wisanggeni dan diberi busana, maka Sadewa berganti nama Panduasmara mencoba meminta kembali Kalimasada dari tangan Baladewa, maka terjadi peperangan dan Baladewa kena panah berubah menjadi Batara Kala.
Sementara Prabu Suyudana di Gunung Himalaya menjadi muridnya Begawan Heruyaksa, ia minta kemakmuran Kerajaan Astina, tetapi ada syaratnya yaitu seorang ksatria yang mempunyai wajah wanita. Para Kurawa di peijalanan bertemu Angkawijaya dan ditipu dibawa ke Astina sebagai korban (tumbal). Pada waktu akan dibunuh, Bima dan Gatotkaca datang menyelamatkan Angkawijaya dan selanjutnya kembali ke Amarta. Bima mengakui kesalahannya terhadap Sadewa.
Semua setuju tetapi Sadewa tidak setuju bilamana Kalimasada dibawa Baladewa, maka Sadewa meninggalkan istana. Di perjalanan bertemu Wisanggeni dan diberi busana, maka Sadewa berganti nama Panduasmara mencoba meminta kembali Kalimasada dari tangan Baladewa, maka terjadi peperangan dan Baladewa kena panah berubah menjadi Batara Kala.
Sementara Prabu Suyudana di Gunung Himalaya menjadi muridnya Begawan Heruyaksa, ia minta kemakmuran Kerajaan Astina, tetapi ada syaratnya yaitu seorang ksatria yang mempunyai wajah wanita. Para Kurawa di peijalanan bertemu Angkawijaya dan ditipu dibawa ke Astina sebagai korban (tumbal). Pada waktu akan dibunuh, Bima dan Gatotkaca datang menyelamatkan Angkawijaya dan selanjutnya kembali ke Amarta. Bima mengakui kesalahannya terhadap Sadewa.
25. Wahyu Jati Wisesa
Sebuah lakon carangan yang menceritakan tentang wahyu yang membuat siapa
pun yang memilikinya akan menurunkan raja-raja yang berkuasa. Wahyu yang
disebut Jatiwasesa itu dikuasai oleh Resi Mayangkara, yakni Anoman. Yang berusaha
mendapatkan wahyu itu di antaranya adalah para Kurawa dan putra-putra Pandawa. Pihak Kurawa
dipimpin Begawan Drona dan Adipati Karna, sedangkan para putra Pandawa diwakili
Gatotkaca dan Wisanggeni.
Resi Mayangkara memberi syarat, barang siapa dapat memanah sasaran “mandrakresna” atau sasaran hitam dengan menggunakan gendewa yang tersedia, boleh mengambil Wahyu Jatiwasesa. Ternyata semuanya gagal.
Kegagalan ini tidak membuat Drona berputus asa. Ia berniat mencuri kendaga (peti kecil) tempat penyimpanan wahyu itu. Niat ini diketahui oleh Wisanggeni. Karenanya, Wisanggeni lalu mencipta sebuah kendaga tiruan dan ia masuk kedalamnya. Kendaga tiruan itulah yang akhirnya dicuri Drona.
Sementara itu, Resi Mayangkara memberitahukan kepada Gatotkaca, bahwa yang akan sanggup memanah “mandrakresna” hanyalah Abimanyu. Ternyata benar. Abimanyu sanggup melepaskan anak panah tepat ke sasaran, dan seketika itu “mandrakresna” berubah ujud menjadi Prabu Kresna, sedangkan gendewanya beralih rupa menjadi Arjuna. Saat itu pula Wahyu Jatiwasesa masuk ke tubuh Abimanyu.
Di Kerajaan Astina, dengan gembira Drona melapor pada Prabu Anom Duryudana bahwa tugasnya berhasil. Dengan bangga ia membuka kendaga tiruan, ternyata isinya adalah Wisanggeni. Karena merasa dipermalukan Drona lalu mengutuk Wisanggeni, anak Arjuna itu akan mati muda sehingga tidak sempat menyaksikan Baratayuda.
Sebaliknya, Wisanggeni juga mengutuk Begawan Drona, kelak dalam Baratayuda akan mati berdiri.
Resi Mayangkara memberi syarat, barang siapa dapat memanah sasaran “mandrakresna” atau sasaran hitam dengan menggunakan gendewa yang tersedia, boleh mengambil Wahyu Jatiwasesa. Ternyata semuanya gagal.
Kegagalan ini tidak membuat Drona berputus asa. Ia berniat mencuri kendaga (peti kecil) tempat penyimpanan wahyu itu. Niat ini diketahui oleh Wisanggeni. Karenanya, Wisanggeni lalu mencipta sebuah kendaga tiruan dan ia masuk kedalamnya. Kendaga tiruan itulah yang akhirnya dicuri Drona.
Sementara itu, Resi Mayangkara memberitahukan kepada Gatotkaca, bahwa yang akan sanggup memanah “mandrakresna” hanyalah Abimanyu. Ternyata benar. Abimanyu sanggup melepaskan anak panah tepat ke sasaran, dan seketika itu “mandrakresna” berubah ujud menjadi Prabu Kresna, sedangkan gendewanya beralih rupa menjadi Arjuna. Saat itu pula Wahyu Jatiwasesa masuk ke tubuh Abimanyu.
Di Kerajaan Astina, dengan gembira Drona melapor pada Prabu Anom Duryudana bahwa tugasnya berhasil. Dengan bangga ia membuka kendaga tiruan, ternyata isinya adalah Wisanggeni. Karena merasa dipermalukan Drona lalu mengutuk Wisanggeni, anak Arjuna itu akan mati muda sehingga tidak sempat menyaksikan Baratayuda.
Sebaliknya, Wisanggeni juga mengutuk Begawan Drona, kelak dalam Baratayuda akan mati berdiri.
26. Wahyu Trihangga
Prabu Duryudana di negeri Astina
mendapat ilham ( wangsit ) dari Dewa yang isinya dewa akan menurunkan wahyu
Trihangga ke bumi, maka Patih Sengkuni dan Adipati Basukarna dan Begawan Durna
ditugasi mencari wahyu tersebut, tiba -tiba datang tamu dari negeri Parang
Gisik, Begawan Dursilawarna membawa putranya yang ingin mengabdi di negeri
Astina.
Prabu Kerata Dewa putra Begawan Dursilawarna dapat diterima sebagai pegawai di negeri Astina bila mampu menemukan dan memberikan Wahyu yang diturunkan dewa kepada raja Astina.
Prabu Kerata Dewa yang diiringi Begawan Dursilawarna menyanggupi, namun harus membinasakan keluarga Pandawa terlebih dahulu agar tidak menghalangi pekerjaannya.
Dengan diiringi bala tentara Kurawa pergilah Prabu Kerata Dewa yang didampingi Begawan Dursilawarna mencari keluarga Pandawa untuk dibinasakan. Di pertapaan Kendalisada Begawan Hanoman bermimpi bahwa Bima dan R.Arjuna di terjang badai, untuk itu ia lalu pergi ke kasatrian Jodipati menemui R.Bima dan menceriterakan perihal mimpinya dan bersedia menjaga keselamatan R.Bima dan R.Arjuna. Pada saat itu datanglah
utusan dari negeri Astina yang dipimpin Prabu Kerata Dewa, karena bermaksud tidak baik, terjadilah perkaslahian dan R.Bima dapat diringkus Begawan Dusilawarna dan R.Gatotkaca dapat melarikan diri untuk melapor kepada Prabu Puntadewa juga mencari R.Arjuna yang berada di hutan namun kenyataannya R.Arjuna dapat diringkus oleh Prabu Kerata Dewa.
Dengan adanya peristiwa itu, Ki Lurah Semar lalu menghadap Sang Hyang Wenang dan Batara Guru memerintahkan Ki Lurah Semar segera kembali ke Bumi dan Batara Narada ditugasi untuk menurunkan wahyu.
R.Gatotkaca yasng melaporkan keadaan R.Arjuna dan R.Bima yang ditawan di negeri Astina, sesuai petunjuk Prabu Kresna bala tentara Amarta menyerbu negeri Astina yang bertepatan dengan datangnya Ki Lurah Semar yang sedang mencari R.Bima dan R.Arjuna.
Prabu Duryudana lalu memberi tugas Begawan Dursilawarna menghadapi serbuan dari Amarta. Begawan Dursilawarna kalah perang melawan Ki Lurah Semar dan kembali kewujud aslinya yakni Batari Durga dan Prabu Kerata Dewa berubah ujud menjadi Batara Kala.
Dengan diselamatkannya R,Bima dan R.Arjuna Batara Narada lalu menurunkan wahyu Sejati dan diterima R.Arjuna, Prabu Puntadewa menerima Wahyu Rokhani serta Wahyu Jasmani diterima R.Bima. Dengan diterimanya wahyu tersebut Pandawa menjadi semakin kuat.
27. Wahyu Pubalaras
Lakon ini menceritakan tentang Kerajaan Amarta yang terserang wabah penyakit. Menurut Prabu Kresna, agar wabah itu hilang, Yudistira harus mengawini putri Prabu Jumanten dari Kerajaan Gending Kapitu yang bernama Dewi Kuntul Wilanten.
Kebetulan, Kerajaan Gending Kapitu sedang mengadakan sayembara. Barang siapa memenangkan sayembara perang tanding melawan saudara-saudara Dewi Kuntul Wilanten, ia berhak memperistrinya. Saudara-saudara Kuntul Wilanten adalah Janget Kinenceng (Janget Tinelon), Gagak Bengkok (Gagak Baka), Dandang Winangsi (Dandang Minangsi) dan Bedang Winoreyan (Podang Binorehan).
Bima sebagai jagonya Yudistira maju ke gelanggang bersenjatakan gada Rujakpolo. Lawannya juga menggunakan gada semua. Pada pertempuran gada itu, setiap kali gada Rujakpolo berbenturan dengan gada lawannya, gada Rujakpolo selalu bertambah besar, sedangkan gada lawannya menyusut menjadi kecil. Demikian seterusnya hingga gada-gada lawannya habis, dan langsung menyerah.
Dengan demikian maka Dewi Kuntul wilanten diperistri Yudistira. Namun setelah mengetahui bahwa darah suaminya putih maka Dewi Kuntul Wilanten masuk merasuk ke dalam raga Yudistira, karena sebelumnya ia telah mendapat wangsit, petunjuk gaib, bahwa ia akan menyatu dengan kestria berdarah putih.
Prabu Kerata Dewa putra Begawan Dursilawarna dapat diterima sebagai pegawai di negeri Astina bila mampu menemukan dan memberikan Wahyu yang diturunkan dewa kepada raja Astina.
Prabu Kerata Dewa yang diiringi Begawan Dursilawarna menyanggupi, namun harus membinasakan keluarga Pandawa terlebih dahulu agar tidak menghalangi pekerjaannya.
Dengan diiringi bala tentara Kurawa pergilah Prabu Kerata Dewa yang didampingi Begawan Dursilawarna mencari keluarga Pandawa untuk dibinasakan. Di pertapaan Kendalisada Begawan Hanoman bermimpi bahwa Bima dan R.Arjuna di terjang badai, untuk itu ia lalu pergi ke kasatrian Jodipati menemui R.Bima dan menceriterakan perihal mimpinya dan bersedia menjaga keselamatan R.Bima dan R.Arjuna. Pada saat itu datanglah
utusan dari negeri Astina yang dipimpin Prabu Kerata Dewa, karena bermaksud tidak baik, terjadilah perkaslahian dan R.Bima dapat diringkus Begawan Dusilawarna dan R.Gatotkaca dapat melarikan diri untuk melapor kepada Prabu Puntadewa juga mencari R.Arjuna yang berada di hutan namun kenyataannya R.Arjuna dapat diringkus oleh Prabu Kerata Dewa.
Dengan adanya peristiwa itu, Ki Lurah Semar lalu menghadap Sang Hyang Wenang dan Batara Guru memerintahkan Ki Lurah Semar segera kembali ke Bumi dan Batara Narada ditugasi untuk menurunkan wahyu.
R.Gatotkaca yasng melaporkan keadaan R.Arjuna dan R.Bima yang ditawan di negeri Astina, sesuai petunjuk Prabu Kresna bala tentara Amarta menyerbu negeri Astina yang bertepatan dengan datangnya Ki Lurah Semar yang sedang mencari R.Bima dan R.Arjuna.
Prabu Duryudana lalu memberi tugas Begawan Dursilawarna menghadapi serbuan dari Amarta. Begawan Dursilawarna kalah perang melawan Ki Lurah Semar dan kembali kewujud aslinya yakni Batari Durga dan Prabu Kerata Dewa berubah ujud menjadi Batara Kala.
Dengan diselamatkannya R,Bima dan R.Arjuna Batara Narada lalu menurunkan wahyu Sejati dan diterima R.Arjuna, Prabu Puntadewa menerima Wahyu Rokhani serta Wahyu Jasmani diterima R.Bima. Dengan diterimanya wahyu tersebut Pandawa menjadi semakin kuat.
27. Wahyu Pubalaras
Lakon ini menceritakan tentang Kerajaan Amarta yang terserang wabah penyakit. Menurut Prabu Kresna, agar wabah itu hilang, Yudistira harus mengawini putri Prabu Jumanten dari Kerajaan Gending Kapitu yang bernama Dewi Kuntul Wilanten.
Kebetulan, Kerajaan Gending Kapitu sedang mengadakan sayembara. Barang siapa memenangkan sayembara perang tanding melawan saudara-saudara Dewi Kuntul Wilanten, ia berhak memperistrinya. Saudara-saudara Kuntul Wilanten adalah Janget Kinenceng (Janget Tinelon), Gagak Bengkok (Gagak Baka), Dandang Winangsi (Dandang Minangsi) dan Bedang Winoreyan (Podang Binorehan).
Bima sebagai jagonya Yudistira maju ke gelanggang bersenjatakan gada Rujakpolo. Lawannya juga menggunakan gada semua. Pada pertempuran gada itu, setiap kali gada Rujakpolo berbenturan dengan gada lawannya, gada Rujakpolo selalu bertambah besar, sedangkan gada lawannya menyusut menjadi kecil. Demikian seterusnya hingga gada-gada lawannya habis, dan langsung menyerah.
Dengan demikian maka Dewi Kuntul wilanten diperistri Yudistira. Namun setelah mengetahui bahwa darah suaminya putih maka Dewi Kuntul Wilanten masuk merasuk ke dalam raga Yudistira, karena sebelumnya ia telah mendapat wangsit, petunjuk gaib, bahwa ia akan menyatu dengan kestria berdarah putih.
28. Wahyu Purbosejati
Raja Baladewa datang di Dwarawati menjumpai Kresna. Baladewa bercerita, bahwa dirinya menerima sasmita dari dewa. Dalam tidur bermimpi dilihatnya sinar memancar dikerumuni handaru. Kresna diminta menjelaskan makna sasmita itu. Kresna tidak mau menerangkan sasmita, hanya dikatakan bahwa wahyu Purbasejati akan turun. Baladewa diajak mencari wahyu itu. Baladewa dan Kresna bersemedi di candi Gandamadana.
Raja di negara Tawanggantungan bergelar Prabu Dasakumara (sukma Dasamuka) menyuruh Megayitna (sukma Indrajid) mencari Sembadra di Dwarawati. Megayitna membawa prajurit jin pergi ke Dwarawati.
Arjuna menghadap Resi Abiyasa di Wukir Retawu. Arjuna disuruh ke Gandamadana, sebab wahyu Purbasejati akan turun. Arjuna berangkat bersama punakawan. Ditengah perjalanan diganggu Jin, tetapi dapat dihalau.
Raja Puntadewa minta kepada Bima agar mencari Arjuna, sebab sudah lama meninggalkan Amarta.
Hyang Guru dihadap oleh Hyang Narada, Ramawijaya dan Lesmana (yang telah berbadan halus). Lesmana dan Ramawijaya disuruh turun ke dunia. Hyang Narada dan Hyang Basuki mengawalnya.
Bima berjumpa Anoman menanyakan tempat penjelmaan Wisnu. Bima berkata, Ramawijaya telah menjelma pada Kresna. Anoman minta agar Bima mau menghantar ke Dwarawati. Bima mau menghantarnya tetapi Anoman diajak mencari Arjuna dahulu.
Juru Kunci candi Gandamadana bernama Jembawan dan Trijata. Mereka berdua menunggu Baladewa dan Kresna yang sedang bertapa. Wahyu berkitar di atas candi, kemudian masuk ke tubuh Baladewa dan Kresna. Narada membangunkan Baladewa dan Kresna memberi tahu bahwa wahyu telah turun pada mereka. Narada menerangkan, bahwa Wahyu Purba jatuh pada Kresna, wahyu wahdat jatuh pada Baladewa, sedang wahyu sejati jatuh pada Arjuna. Baladewa bertanya, apa sebab yang yang bertapa dua orang, Arjuna juga memperoleh wahyu. Narada menerangkan, Arjuna telah lebih dahulu bertapa memperoleh wahyu .
Arjuna datang dan menghormat Narada. Bima dan Anoman datang bertemu Jembawan. Mereka saling bercerita sejak berpisah sesudah perang Alengka. Anoman ingin mengabdi di Dwarawati. Kresna menerimanya. Mereka pulang ke Dwarawati
Raja Dwarawati menerima laporan , bahwa Sembadra hilang dicuri penjahat. Arjuna segera pergi mengejar pencuri. Penjahat terseut tidak lain Megayitna yang melarikan Sembadra. Arjuna mengejar dan merebutnya. Setelah Sembadra dapat direbut, Anoman masuk ke kancing ke kancing sanggul tempat sembadra. Megayitna bisa lolos dan pulang ke Tawanggantungan. Megayitna tidak tahu bahwa Sembadra telah diganti Anoman. Maka setiba di istana berkata kepada raja bahwa Sembadra telah berhasil dibawanya. Setelah dikeluarkan dari anggul bukan Sembadra yang dipersembahkan kepada Prabu Dasakumara, melainkan Anoman. Raja dasakumara marah terjadilah perang. Dasakumara dapat ditangkap, lalu dimasukkan penjara besi di Gunung Ngungrungan. Raja Kresna dan keluarga Pandawa datang, perang melawan Megayitna. Megayitna dan prajuritnya kalah. Anoman disuruh bertapa di Kendalisada. Raja Kresna dan Pandawa bersyukuran di Dwarawati.
Komentar
Posting Komentar