KISAH ASHABUL UKHDUD
KISAH ASHABUL UKHDUD
Shuhaib bin Simaan Arrmmi ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Di masa dahulu ada seorang raja (Yahudi) yang mempunyai seorang yang ahli sihir, kemudian ketika ahli sihir telah tua ia berkata kepada raja: "Kini aku telah tua dan mungkin telah dekat ajalku, karena itu anda kirim kepadaku seorang pemuda yang dapat aku ajarkan kepadanya ilmu sihir"
Maka raja berusaha mendapat seorang pemuda untuk mempelajari ilmu sihir itu, sedang di tengah jalan antara tempat ahli sihir dengan rumah pemuda itu ada tempat seorang pendeta (ahli ibadah) yang mengajar agama, maka pada suatu masa pemuda itu singgah di tempat pendeta untuk mendengarkan pengajiannya, maka ia tertarik dengan ajaran pendeta itu sehingga jika ia terlambat datang kepada ahli sihir dia akan dipukul, dan bila terlambat kembali ke rumahnya juga dia dipukul, maka ia mengadu tentang kejadian itu kepada pendeta.
Maka diajar oleh pendeta jika terlambat datang kepada ahli sihir supaya berkata aku ditahan oleh ibuku, dan bila terlambat kembali ke rumah katakan: Aku ditahan oleh ahli sihir.
Maka berjalan beberapa lama kemudian itu, tiba-tiba pada suatu hari ketika ia akan (hendak) pergi, mendadak (tiba-tiba) di tengah jalan ada seekor binatang buas sehingga orang-orang (ramai) tidak berani jalan di tempat itu, maka pemuda itu berkata: "Sekarang aku akan mengetahui yang mana lebih yang lebih baik di sisi Allah apakah ajaran pendeta atau ajaran ahli sihir", lalu ia mengambil sebutir batu dan berdoa "Ya Allah jika ajaran pendita itu lebih baik di sisimu maka bunuhlah binatang itu supaya orang-orang dapat lalu lalang di tempat ini".Lalu dilemparkanlah batu itu, dan langsung terbunuh binatang itu. Dan orang ramai gembira karena telah dapat lalu lintas di jalan itu.
Maka ia langsung memberitakan kejadian itu kepada Rahib (pendita), maka berkatalah Rahib itu kepadanya : "Anda kini telah afdhat (pesan) daripadaku, dan anda akan diuji, maka jika diuji jangan sampai menyebut namaku". Kemudian pemuda itu dapat menyembuhkan orang buta dan sopak dan berbagai macam penyakit yang berat-berat pada semua orang.
Ada seorang pembesar dalam majlis raja dan dia telah buta karena sakit mata, ketika ia mendengar berita bahwa ada seorang pemuda dapat menyembuhkan pelbagai macam penyakit maka ia segera pergi kepada pemuda itu sambil membawa hadiah yang banyak, sambil berkata: "sembuhkan aku, dan aku sanggup memberikan kepadamu apa saja yang anda suka".
Jawab pemuda itu: "Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang pun sedang yang menyembuhkan hanya Allah azza wajalla, jika engkau mahu beriman (percaya) kepada Allah, maka aku akan berdoa semoga Allah menyembuhkan mu".
Maka langsung dia beriman kepada Allah dan didoakan oleh pemuda dan seketika itu juga ia sembuh dengan izin Allah s.w.t.
Kemudian ia kembali ke majlis raja sebagaimana biasanya, dan ditanya oleh raja
"Hai Fulan siapakah yang menyembuhkan matamu" Jawabnya "Rabbi (Tuhanku)".
Raja bertanya: "Aku?".
Jawabnya "Bukan, tetapi Tuhanku dan Tuhanmu iaitu Allah".
Ditanya oleh Raja "Apakah anda mempunyai Tuhan selain Aku?"
Jawabnya "Ya, Tuhan ku dan Tuhanmu ialah Allah".
Maka disiksa oleh raja seberat-beratnya siksa sehingga terpaksa ia memberitahu raja itu akan pemuda yang mendoakannya untuk sembuh itu.
Maka segera dipanggil pemuda itu lalu berkata "Hai anak sungguh hebat sihirmu sehingga dapat menyebuhkan orang buta dan sopak dan berbagai macam penyakit"
Jawab pemuda itu "Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun, hanya semata-mata Allah azza wa jalla". Raja itu pun bertanya "Adakah aku?", "Tidak" jawab permuda itu. maka tanya raja itu "Adakah engkau ada tuhan lain selain aku?" Jawab pemuda "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu hanya Allah". Maka pemuda itu ditangkap dan disiksa seberat-beratnya sehingga terpaksa dia menunjukkan pada Rahib yang mengajarnya. Maka dipanggil Rahib dan dipaksa untuk meninggalkan agamanya, tetapi Rahib tetap bertahan dan tidak mahu beralih agama, maka diletakkan gergaji di atas kepalanya dan digergaji dari atas kepalanya hingga terbelah dua badannya.
Kemudian kembali pemuda itu diperintah untuk meninggalkan agama yang dianutnya (agama Islam), tetapi pemuda ini juga menolak perintah raja, Maka raja memerintahkan supaya pergi ke puncak gunung dan di sana juga supaya ditawarkan kepadanya untuk meninggalkan agamanya dan mengikuti agama raja, jika tetap menolak supaya dilempar dari atas gunung itu, maka ketika telah sampai di atas gunung dan ditawarkan kepadanya pemuda untuk berubah agama, dan ditolak oleh pemuda itu. Kemudian pemuda itu berdoa "Allahumma ikfinihim bimaa syi'ta: (Ya Allah selesaikanlah urusanku dengan mereka ini dengan aku sehendak-Mu)". Tiba-tiba gunung itu bergoncang sehingga mereka berjatuhan dari atas bukit dan mati semuanya, maka segeralah pemuda itu kembali menemui raja, dan ketika ditanya: "Manakah orang-orang yang membawamu?". Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan urusan mereka".
Lalu pemuda itu diperintah untuk membawanya ke laut dan naik perahu, bila telah sampai di tengah laut ditanyakan padanya jika ia mau mengubah agama, jika tidak maka lemparkan ke dalam laut dan ketika telah sampai di tengah laut pemuda itu berdoa: "Allahumma ikfinihim bimaa syi'ta", maka tenggelamlah orang yang membawanya semuanya dan segeralah pemuda kembali menghadap raja. Dan ketika ditanya oleh raja "Bagaimana keadaan orang-orang yang membawamu?" Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan mereka".
Kemudian pemuda itu berkata kepada raja "Engkau takkan dapat membunuhku kecuali jika engkau menurut perintahku maka dengan itu engkau akan dapat membunuhku" Raja bertanya: "Apakah perintahmu?" Jawab pemuda: "Kau kumpulkan semua orang di suatu lapangan, lalu engkau gantung aku di atas tiang, lalu anda ambil anak panah milikku ini dan kau letakkan di busur panah dan membaca: Bismillahi Rabbil ghulaarn (Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini), kemudian anda lepaskan anak panah itu, maka dengan itu anda dapat membunuhku". Maka semua usul pemuda itu dilaksanakan oleh raja, dan ketika anak panah telah mengenai pelipis pemuda itu ia mengusap dengan tangannya dan langsung mati, maka semua orang yang hadir berkata: "Aamannaa birrabil ghulaam (Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu)". Sesudah itu ada orang memberitahu kepada raja bahwa semua rakyat telah beriman kepada Tuhannya pemuda itu, maka bagaimanakah usaha untuk menghadapi rakyat yang banyak ini. Maka raja memerintah supaya di setiap jalan digali parit dan dinyalakan api, dan tiap orang yang berjalan di sana, dan ditanya lentang agamanya, jika ia telap setia pada kami biarkan, tetapi jika ia tetap percaya kepada Allah masukkanlah ia ke dalam parit api itu.
Maka adanya orang berjejal-jejal (berbaris-baris) dorong mendorong yang masuk di dalam parit api itu, sehingga tiba seorang wanita yang menggandong(membawa) bayinya yang masih menyusu, ketika bayinya diangkat oleh pengikut-pengikut raja untuk dimasukkan kedalam parit berapi itu, wanita itu hampir menurut mereka berganti agama karena sangat belas kasihan pada anaknya yang masih kecil itu, tiba-tiba anak bayi itu berbicara dengan suara lantang: "Sabarlah hai ibuku karena kau sedang mempertahankan yang hak.
(H.R. Ahmad, Muslim dan Annasa'i)
Berkata Ibnu Abbas kisah ini berlaku 70 tahun sebelum Nabi saw.
Semoga pemuda-pemudi Islam kita akan mengambil iktibar dan pedoman dari kisah yang hebat ini.
www.islamic-world.net/youth/ashabul_ukhdud.htm
Kisah Ashabul Ukhdud
Ashabul ukhdud adalah kaum yang dilaknat oleh Allah. . Dengan api inilah mereka memaksa orang-orang yang beriman untuk kembali kepada agama mereka semula, agama yang menjadikan makhluk sebagai sesembahan selain Allah. Setiap orang yang beriman kepada Allah dan mengingkari peribadahan kepada selain-Nya, mereka lemparkan kedalam api, sebagaimana Allah kisahkan dalam ayat-Nya,
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” [Q.S. Al Buruj:4-9].
Tiba giliran seorang ibu yang sedang menggendong bayi mungil. Wanita itu dipaksa untuk memilih antara dua pilihan. Ia masuk kedalam api tersebut dalam keadaan beriman kepada Allah ataukah jiwanya selamat namun dia harus kembali kepada kekafiran. Demi melihat kobaran api yang menyala, timbul dari dalam dirinya keraguan dan rasa takut untuk tetap berada dalam keimanan. Ia tidak tega melihat keadaan anaknya yang dalam gendongannya. Apakah jiwa yang masih suci ini harus mati bersamanya. Allah pun memberikan kemampuan kepada bayi tersebut untuk berbicara. Bayi itupun berkata, ”wahai ibuku! Bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran”. Tatkala mendengar perkataan bayi tersebut, bulatlah tekadnya untuk masuk ke dalam kobaran api mempertahankan keimanannya.
Memang, telah menjadi ketetapan Allah, bahwa sebagian manusia akan menjadi musuh bagi sebagian lainnya. Tatkala ada yang membela kebenaran, ada pula orang yang menjadi pembela kebatilan. Demikian pula ketika Allah mengutus para Rasul dan para Nabi, dengan hikmah dan keadilan-Nya, Ia ciptakan musuh-musuh yang gigih menentang mereka. Ketetapan Allah ini akan berlaku pula kepada para pengikut mereka, supaya jelas siapakah yang jujur dan siapakah yang dusta dalam pengakuan keimanannya. Allah berfirman yang artinya, “Alif lam mim. Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan mengaku ‘kami beriman’ sedang mereka tidak diuji. Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka sehingga Allah benar-benar mengetahui siapakah orang-orang yang jujur dan siapakah yang berdusta.” [Q.S. Al Ankabut:1-3].
Kisah kekejian yang luar biasa ini bermula dari seorang pemuda yang diutus oleh raja untuk belajar ilmu sihir kepada tukang sihir istana. Ia diharapkan akan dapat menggantikan tugas tukang sihir tersebut setelah kematiannya. Pemuda tersebut tinggal pada suatu kampung yang berbeda dengan tempat tukang sihir tersebut berada. Di tengah perjalanan antara kampung dan tempat tukang sihir berada, tinggallah seorang Rahib yang beriman kepada Allah. Ia hidup mengasingkan diri dari masyarakat yang telah rusak agamanya karena menjadikan raja mereka sebagai sesembahan.
Singkat kata setiap kali pemuda tersebut melewati tempat rahib ini, ia tertarik mendengar ajaran-ajaran yang dianut rahib tersebut. Mulailah ia singgah untuk menimba ilmu yang dibawa oleh sang Rahib. Tiap kali berangkat dan pulang dari belajar sihir, ia menyempatkan diri untuk belajar kepada rahib. Ia pun mempelajari dua ilmu yang tidak akan bersatu, ilmu sihir dan ilmu agama.
Suatu ketika, pemuda tersebut melihat binatang besar yang menghalangi perjalanan manusia. Maka timbullah keinginan dalam pikiran pemuda tersebut untuk menguji manakah ajaran yang lebih utama, ajaran rahib ataukah tukang sihir. Berdoalah ia kepada Allah, “Ya Allah, jika engkau lebih mencintai apa yang dibawa oleh rahib dari pada apa yang dibawa oleh tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini, supaya manusia bisa bebas dari gangguannya.” Ia pun melempar binatang tersebut dengan batu yang mengakibatkan binatang itu mati seketika. Yakinlah si pemuda tentang keutamaan dan kebenaran ajaran sang rahib.
Waktu terus berlalu, si pemuda menjadi terkenal sebagai orang yang mahir mengobati orang yang buta, sakit belang, dan penyakit lainnya. Suatu ketika datanglah seorang pejabat dekat raja. Dengan membawa hadiah yang banyak ia datang untuk minta disembuhkan dari kebutaan yang dideritanya. Pejabat itu mengatakan, “Hadiah-hadiah yang aku bawa ini kuberikan kepadamu jika engkau dapat menyembuhkanku.”Si Pemuda menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun, Allahlah yang menyembuhkan, apabila engkau beriman kepada Allah aku akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkanmu.” Maka pejabat itu pun beriman kepada Allah, kemudian Allah menyembuhkan sakitnya.
Pulanglah sang pejabat kerumahnya dan kembali duduk bermajelis bersama raja. Demi melihat kesembuhan pejabat tersebut, heranlah raja. Ia bertanya, “Siapakah yang menyembuhkan penglihatanmu?” Sang Pejabat berkata, “Rabbku.” Mendengar jawaban tersebut murkalah sang raja, dengan marah ia mengatakan, “Apakah kamu mempunyai Rabb selain aku?” Sang pejabat menjawab, “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.” Seketika itu pula ia disiksa dan terus disiksa sampai akhirnya ia menunjukkan keberadaan si pemuda.
Dicarilah si pemuda tersebut, kemudian ditangkap dan dihadapkan kepada Raja. Raja mulai bertanya kepada si pemuda, ia tahu bahwa pemuda inilah orang yang ia utus untuk belajar kepada tukang sihir. Dengan nada lembut ia bertanya, “wahai anakku, sungguh sihirmu itu telah mencapai tingkatan untuk dapat menyembuhkan kebutaan, sakit belang dan lainnya.” Si pemuda menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun, Allahlah yang menyembuhkan.” Maka pemuda inipun disiksa sebagaimana sang pejabat sampai akhirnya si pemuda menunjukkan keberadaan sang rahib.
Ditangkaplah sang rahib dan dipaksa untuk kembali kepada agama sang raja. Maka sang rahib ini menolak dan memilih tetap berada di atas agama Allah. Ia enggan untuk menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi Allah. maka sang raja membunuh sang rahib yang beriman ini dengan cara yang keji. Dengan angkara murka sang raja menggergajinya sehingga terbelah menjadi dua bagian. Tidak berbeda pula nasib sang pejabat, ia pun dibunuh dengan digergaji menjadi dua bagian, semoga Allah membalasi keteguhan iman mereka dengan surga.
Adapun nasib si pemuda, berbeda dengan dua orang yang terdahulu. Sang raja menginginkan agar pemuda tersebut dibunuh dengan cara yang berbeda. Ia dibawa ke suatu gunung kemudian dilemparkan dari puncaknya. Akan tetapi, Allah menyelamatkannya dari percobaan pembunuhan ini. Usaha ini dilakukan beberapa kali dengan cara yang berbada. Setiap mereka ingin membunuhnya, si pemuda selalu berdoa kepada Allah, “Ya Allah selamatkanlah aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.” Maka Allah pun menyelamatkannya sehingga terbebas dari makar pembunuhan itu dan kembali kepada raja dalam keadaan selamat. Raja pun merasa bingung mencari cara menghabisi si pemuda tersebut.
Dengan penuh pertimbangan, akhirnya si pemuda memberitahukan kepada raja cara membunuh dirinya, ia berkata kepada raja, “Engkau tidak akan bisa membunuhku sampai engkau melakukan apa yang aku perintahkan. Kumpulkan manusia dalam satu tempat yang luas, saliblah aku pada batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tempat anak panahku, kemudian katakanlah‘Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini’ dan panahlah aku dengannya.” Sang raja pun melakukan perintah si pemuda. Ia menginginkan untuk segera menghabisinya. Pemuda itu ibarat duri dalam daging, penghalang yang harus segera dimusnahkan. Raja tidak mengetahui rencana Allah yang Maha Mengetahui. Dikumpulkanlah manusia pada suatu tempat, ia ambil anak panah dari tempat anak panah si pemuda, kemudian ia panah si pemuda sembari mengatakan, “Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini.” Anak panah melesat tepat mengenai pelipis si pemuda. Dengan izin Allah matilah pemuda itu di tangan raja.
Namun tanpa diduga oleh raja, rakyat yang menyaksikan peristiwa ini pun serta merta beriman kepada Allah. Mereka mengatakan, “Kami beriman dengan Rabb anak ini, kami beriman dengan Rabb anak ini.”
Telah datang waktunya kebenaran menyusup ke dalam relung hati rakyat. Tatkala keimanan telah menancap kokoh dalam hati, ia laksana batu karang yang tidak hancur diterpa gelombang. Demi melihat peristiwa ini, murkalah sang raja. Ia perintahkan pengikutnya untuk membuat parit-parit di setiap ujung jalan. Kemudian dinyalakan api di dalamnya. Sang raja memerintahkan pengikutnya untuk membunuh siapa saja yang tetap berada dalam keimanan kepada Allah. Satu persatu mereka digiring dan dibawa ke parit tersebut, menemui ajal dengan mendapatkan keridhaan Allah.
Demikian sepenggal kisah dari orang-orang terdahulu yang beriman kepada Allah. Dalam kitab-Nya yang mulia, Allah banyak mengisahkan perjalanan hidup hamba-hamba-Nya. Sebagian mereka menentang, adapula yang tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Allah menjadikan kisah-kisah ini sebagai pelajaran bagi kita untuk senantiasa mengikuti kebenaran walaupun beresiko harus mendapatkan penentangan manusia. Allah berfirman, “Sungguh dalam kisah mereka ada pelajaran bagi orang-orang yang berakal, bukanlah (Al Qur’an ini) sebagai ucapan yang diada-adakanakan, tetapi ia membenarkan (kitab-kitab) yang terdahulu dan sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman.” [Q.S. Yusuf:111]. Allahu a’lam. [Hammam].
Maraji’: Shahih muslim
Tafsir AlQur’an Al ‘Adzim
Sumber: http://tashfiyah.net/2011/12/kisah-ashabul-ukhdud/
www.darussalaf.or.id › Biografi
Pemuda dalam Kisah Ashabul Ukhdud
Ada kisah menarik yang bisa diambil pelajaran oleh para pemuda. Kisah ini disebut dengan kisah ashabul ukhdud. Kisah ini menceritakan pemuda yang teguh imannya, walau didera berbagai siksaan.
Kisah ini disebutkan dalam firman Allah,
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ (3) قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).
Kisah selengkapnya mengenai Ashabul Ukhdud diceritakan dalam hadits yang panjang berikut.
عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّى قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَىَّ غُلاَمًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ. فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَمًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِى طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِى أَهْلِى. وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِى السَّاحِرُ.
Dari Shuhaib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, ia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir tersebut berada dalam usia senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada seorang anak yang diutus padanya. Tukang sihir tersebut lalu mengajarinya.
Di tengah perjalanan ingin belajar, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Ia pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang disampaikan si rahib. Ketika ia telah mendatangi tukang sihir untuk belajar, ia pun menemui si rahib dan duduk bersamanya. Ketika terlambatnya mendatangi tukang sihir, ia dipukul, maka ia pun mengadukannya pada rahib. Rahib pun berkata, “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.”
فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتِ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمِ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِىَ النَّاسُ. فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَىْ بُنَىَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّى. قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنِ ابْتُلِيتَ فَلاَ تَدُلَّ عَلَىَّ
Pada suatu saat ketika di waktu ia dalam keadaan yang demikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak (di jalan yang dilalui mereka). Anak itu lalu berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata, “Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di sisi-Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu.” Lalu ia melempar binatang tersebut dan terbunuh. Lalu orang-orang bisa lewat. Lalu ia mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan, maka jika benar demikian, janganlah menyebut namaku.”
كَانَ الْغُلاَمُ يُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَيُدَاوِى النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِىَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَا هُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِى فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ. فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kulit. Ia pun dapat menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam penyakit. Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat raja yang telah lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut, “Ini semua bisa jadi milikmu asalkan engkau menyembuhkanku.” Pemuda ini pun berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau mau beriman pada Allah, aku akan berdo’a pada-Nya supaya engkau bisa disembuhkan.” Ia pun beriman pada Allah, lantas Allah menyembuhkannya.
فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّى. قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِى قَالَ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلاَمِ فَجِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَىْ بُنَىَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ . فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِىءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِىءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ
Sahabat raja tadi kemudian mendatangi raja dan ia duduk seperti biasanya. Raja pun bertanya padanya, “Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Rabbku.” Raja pun kaget, “Apa engkau punya Rabb (Tuhan) selain aku?” Sahabatnya pun berkata, “Rabbku dan Rabbmu itu sama yaitu Allah.” Raja tersebut pun menindaknya, ia terus menyiksanya sampai ditunjukkan anak yang tadi. (Ketika anak tersebut datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai anakku, telah sampai padaku berita mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu.” Pemuda tersebut pun menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah.” Mendengar hal itu, raja lalu menindaknya, ia terus menyiksanya, sampai ditunjukkan pada pendeta yang menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut didatangkan), raja pun memerintahkan padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!” Pendeta itu pun enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut. Setelah itu, sahabat dekat raja didatangkan pula, ia pun diperintahkan hal yang sama dengan pendeta, “Kembalilah pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Lantas (terjadi hal yang sama), didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut.
ثُمَّ جِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَرَجَفَ بِهِمُ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ. فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِى قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاقْذِفُوهُ. فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَانْكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ.
Kemudian giliran pemuda tersebut yang didatangkan. Ia diperintahkan hal yang sama, “Kembalikan pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Kemudian anak itu diserahkan kepada pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu dakilah gunung tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki gunung. Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.” Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja. Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.”
فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِى حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ. قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِى عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِى ثُمَّ ضَعِ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ.
ثُمَّ ارْمِنِى فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِى. فَجَمَعَ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ. ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِى صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِى صُدْغِهِ فِى مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ.
Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku.” Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda tersebut pun disalib di pelepah, lalu raja tersebut mengambil anak panah dari tempat panahnya kemudian diletakkan di busur. Setalah itu, ia mengucapkan, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu dilepaslah dan panah tersebut mengenai pelipisnya. Lalu pemuda tersebut memegang pelipisnya tempat anak panah tersebut menancap, lalu ia pun mati. Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”
فَأُتِىَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ. فَأَمَرَ بِالأُخْدُودِ فِى أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا. أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ. فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتِ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِىٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلاَمُ يَا أُمَّهِ اصْبِرِى فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ
Raja datang, lantas ada yang berkata, “Apa yang selama ini engkau khawatirkan? Sepertinya yang engkau khawatirkan selama ini benar-benar telah terjadi. Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda tersebut.” Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata, “Siapa yang tidak mau kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke dalamnya.” Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka pun melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).
Semoga kisah ini jadi pelajaran berharga bagi para pemuda atau remaja.
—
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel RemajaIslam.Com remajaislam.com/424-pemuda-dalam-kisah-ashabul-ukhdud
Kisah Ashabul Ukhdud (Para Pembuat Parit)
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berkenan dengan kisah ashabul ukhdud, dari Shuhaibradiyallahu ‘Anhu,
“Ada seorang raja pada umat sebelum kalian. Ia punya tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah mulai tua, ia berkata kepada raja, “Aku sudah tua, kirimkan kepadaku anak muda agar aku ajari sihir! Maka raja itu pun mengirimkan satu anak muda agar diajari sihir. Di tengah jalan yang ditempuh anak muda ini, terdapat seorang rahib, maka anak muda itu pun duduk mendengarkan ucapan rahib dan merasa tertarik. Akhirnya tiap datang ke tukang sihir ia melewati rahib, ia mampir untuk belajar darinya, sehingga jika datang ke tukang sihir ia dipukul, maka ia adukan hal itu kepada rahib. Rahib mengatakan, “Jika kamu takut kepada tukang sihir itu, katakan keluargaku menahanku. Dan jika kamu takut pada keluargamu maka katakan tukang sihir menahanku”.
Pada suatu hari yang biasa ia lalui, ada seekor binatang besar yang menghalangi manusia, menutupi jalan. Maka ia bergumam dalam hati, ”Hari ini aku tahu apakah tukang sihir yang lebih utama ataukah rahib, ia mengambil batu kemudian berkata, ”Ya Allah jika urusan rahib yang lebih Engkau cintai dari pada tukang sihir, maka bunuhlah binatang besar ini, supaya manusia bisa melewati jalan itu”. Kemudian ia melempar batu tersebut ke arah binatang tersebut dan mati, manusia pun bisa melewati jalan itu. Kemudian ia mendatangi rahib dan menceritakan kisah tersebut, rahib berkata kepadanya, “Wahai anakku, sekarang kamu lebih baik daripadaku, urusanmu telah mencapai tingkatan seperti yang aku lihat, dan kamu pasti akan mendapat cobaan, jika kamu diuji maka jangan menunjukkan tentangku (jangan bawa-bawa aku).
Anak muda ini bisa mengobati orang buta sejak lahir, dan penyakit kulit serta mengobati manusia dari berbagai penyakit. Orang dekat raja yang buta mendengar tentang anak muda ini, maka ia mendatanginya dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata, ”Semua ini aku kumpulkan untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku.” anak muda itu menjawab ‘Sesunggunhnya aku tidak mampu menyembuhkan siapapun, tetapi Allah yang menyembuhkan, jika kamu beriman kepada Allah, maka aku akan berdo’a agar Allah menyembuhkanmu.” Orang dekat raja itu pun beriman, dan Allah menyembuhkan kebutaannya. Ia datang menghadap raja, duduk sebagaimana biasa, raja bertanya,”Siapa yang menyembuhkanmu?” ia menjawab,”Rabb ku”, raja bertanya, ”Apa kamu punya tuhan selain aku?” ia menjawab “Rabb ku dan Rabb mu”, maka ia menghukum dan menyiksa orang itu hingga ia menunjukkan perihal anak muda tersebut.
Anak muda itu pun dibawa menghadap. Raja bertanya, ”Apakah sihirmu sudah bisa menyembuhkan orang yang buta sejak lahir? penyakit kulit dan lain-lain?” ia menjawab,”Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun yang menyembuhkan hanyalah Allah. ”Maka anak muda ini di hukum dan disiksa hingga menunjukkan perihal rahib, dan akhirnya rahib itu didatangkan dan diperintahkan, “Kembaliah (keluarlah) dari agamamu sekarang!” Rahib itu menolak dan diletakkan sebuah gergaji, diletakkan tepat diatas kepalanya, kemudian dibelah hingga terbelah. Kemudian orang dekat raja di datangkan lagi dan di katakan ”Tinggalkan agamamu!” Dia menolak, maka diletakkan gergaji diatas kepalanya dan dibelah.
Lalu didatangkan lagi anak muda itu dikatan kepadanya, ”Keluarlah dari agamamu!” dan ia menolak, maka raja itu memerintahkan pasukannya untuk membawanya ke puncak gunung , mereka menyeretnya ke puncak gunung,” Jika kalian sudah sampai di puncak gunung, sampaikan kepadanya untuk meninggalkan agamanya. Jika menolak ,maka lemparkan ke bawah!” Mereka membawa anak muda itu ke puncak gunung, sedang ia berdo’a ”Ya Allah cukupkanlah aku dari mereka dengan apapun yang Engkau kehendaki” Gunung bergoncang dan mereka berjatuhan, maka ia berjalan kembali pulang menuju istana raja. Raja bertanya, ”Apa yang dilakukan rombongan padamu?” Ia menjawab, “Allah mencukupkan aku dari mereka”
Raja kembali memerintahkan orang-orang untuk membawanya, “Bawalah ia ke dalam sebuah kapal kecil (sampan), seret hingga ke tengah laut!” Mereka membawa anak muda itu ke laut dalam sampan kecil, ia berdo’a “Ya Allah cukupkanlah aku dari mereka dengan apa saja yang Engkau mau” Tiba-tiba kapal mereka terbalik dan mereka tenggelam. Kembali ia berjalan menuju raja. Raja bertanya, ”Apa yang terjadi dengan rombonganmu?” Ia menjawab, ”Allah mencukupkan aku dari mereka” kemudian ia berkata, ”Kamu tidak akan bisa membunuhku hingga aku perintahkan kamu” Raja bertanya, ”Siapa itu?” Ia menjawab, ”Kumpulkan semua manusia dalam satu tempat lapang, salib aku di atas pohon kurma, kemudian ucapkan, ”Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini” lalu lepaskan anak panah itu, jika kamu melakukan itu maka kamu akan bisa membunuhku.”
Raja mengumpulkan rakyatnya dalam tempat lapang, dan anak muda tersebut telah disalib di atas pohon kurma, kemudian ia mengambil anak panah dari tempat anak panah pemuda itu, meletakkannya tepat di tengah busur, kemudian membaca, ”Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini.” kemudian melepaskannya dan anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Anak muda itu meletakkan tangannya di pelipis pada anak panah yang menancap, lalu ia mati.
Orang-orang yang hadir berteriak, ”Kami beriman kepada Rabb anak muda ini. Kami beriman kepada Rabb anak muda ini. Kami beriman kepada Rabb anak muda ini!” Raja diberitahu, ”Tahukah anda bahwa apa yang anda takutkan? Demi Allah apa yang anda khawatirkan telah terjadi. Manusia telah beriman kepada Allah.” Maka raja ini memerintahkan untuk menggali parit di mulut-mulut besi. Maka dibuatlah, kemudian dinyalakan api. Lalu ia berkata, “Siapa yang tidak kembali dari agamanya maka bakar mereka! Perintah itupun dilaksanakan, hingga giliran Ibu muda dengan bayinya, wanita ini merasa ragu dan takut dilemparkan ke dalam parit yang menyala, maka bayinya berkata “Hai ibu, sabarlah, karena engkau diatas kebenaran.”
Dalam satu riwayat, “Dibawalah seorang wanita menyusui, dikatakan kepadanya, “Tinggalkan agamamu, jika tidak maka kami akan lempar kamu juga bayimu! Ibu itu merasa kasihan dengan bayinya dan berniat hendak kembali dari agamanya, maka bayi itu berkata kepadanya, “Hai Ibu, tetaplah di atas kebenaran, sesungguhnya jika kembali kepada kekufuran, adalah aib dan kehinaan. Maka mereka melemparkannya juga bayinya ke dalam api.” (HR. Muslim)
Mereka membunuh para wali Allah sementara Allah memerintah mereka untuk bertaubat.Allah ta’ala berfirman ,
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
“Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab jahannam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.” (Qs. Al-Buruuj: 10)
Yakni, mereka menyiksa dan membakar orang-orang mukmin karena keteguhan mereka mempertahankan iman, dan menolak kembali ke agama kufur, kemudian mereka tidak bertaubat atas apa yang telah mereka lakukan kepada kaum mukminin dan mukminat, maka bagi mereka siksa neraka jahannam, dan mereka akan dibakar di dalam neraka. Yang dimaksudkan mereka di sini, bisa ashabul ukhdud secara khusus, dan yang dimaksud dengan mukminin adalah orang-orang yang terfitnah (diuji) dengan dilemparkan ke dalam parit, bisa juga orang-orang yang menyakiti kaum mukminin dengan siksaan secara mutlak, tanpa dibatasi dengan ashabul ukhdud saja, mereka termasuk di sini sejak semula.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan “Lihatlah kemuliaan dan kedermawanan ini, mereka membunuhi para wali-Nya sementara Allah mengajak mereka untuk bertaubat dan ampunan.”
Penyebutan kisah ini dalam Al-Qur’an
Allah ta’ala berfirman,
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
”Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman),yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Qs. Al-Buruuj: 4-9)
Maknanya, para pembuat parit (ashabul ukhdud) dilaknat. Kata ukhdud bentuk jamaknya akhdid, artinya galian dalam tanah. Ini tentang kabar orang-orang kafir yang sengaja mengumpulkan orang-orang mukmin dari kalangan mereka, kemudian memaksa dan menghendaki agar kaum mukminin tersebut meninggalakan agama mereka semula (murtad). Maka mereka menggali parit-parit di tanah, kemudian menyalakan api, dan mempersiapakan bahan bakar untuk menyalakan api tersebut. Mereka mau dan memaksa agar kaum mukminin meninggalakan agama mereka, tetapi kaum mukminin menolak permintaan tersebut, maka orang-orang kafir tersebut melemparkan orang-orang mukmin ke dalam parit.
”Ketika mereka duduk di sekitarnya“ yakni, duduk sambil memuas-muaskan cacian dan siksaan kepada kaum mukminin ”Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman” yakni, mereka hadir dan menyaksikan apa yang dilakukan kepada kaum mukminin, mulai dari melemparkan mereka ke dalam parit, hingga bagaimana api membakar jasad-jasad kaum mukminin.
”Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang mukmin beriman kepada Allah Yng Mahaperkasa lagi Maha Terpuji” yakni, orang-orang yang beriman itu tidak memiliki salah apa-apa pada mereka yang kafir, kecuali karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, yang tidak akan tersia-siakan orang yang berlindung kepada-Nya, Yang menang atas musuh-musuh-Nya, Yang Maha terpuji dalam semua perkataan maupun perbuatan, syariat maupun ketentuan takdir-Nya. Sekalipun apa yang Allah takdirkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, yaitu apa yang dialami mereka di tangan orang-orang kafir, tetap Allah itu Maha Perkasa lagi terpuji, sekalipun tidak diketahui sebab hal ini oleh banyak orang.
“Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi.” Allah adalah Raja, pemilik semua langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya. “dan Allah Mahamenyaksikan segala sesuatu.” Yakni, tidak tersembunyi dari-Nya apapun di seluruh langit dan bumi, tidak ada sesuatu yang bisa bersembunyi dari-Nya.
(Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, hlm. 492-493, dan Tafsir Al-Qasimi, jilid 17, hlm. 110)
(Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, hlm. 492-493, dan Tafsir Al-Qasimi, jilid 17, hlm. 110)
***
Dikutip dari buku “Hikmah Kisah-Kisah Dalam Al Qur’an Dari Nabi Adam-Nabi Isa Alaihimussalam Beserta Kaumnya”, Karya Dr.Abdul Karim Zaidan, Penerbit Darus Sunnah Press (Judul asli, Al-Mustafad min Qashash Al-Qur’an)
wanitasalihah.com/kisah-ashabul-ukhdud-para-pembuat-parit/
KETEGUHAN SEORANG PEMUDA DALAM KISAH ASHABUL UKHDUD
PADA zaman bani Israil, hiduplah seorang pemuda shalih dan raja yang zalim. Pemuda tersebut begitu kuat mempertahankan aqidahnya walaupun berbagai macam siksaan telah menimpa dirinya, Hingga akhirnya sang raja berhasil membunuhnya. Namun, apa yang dikhawatirkan sang raja sungguh-sungguh terjadi. Seluruh penduduk bani Israil yang ada di bawah kekuasaannya beriman kepada Allah Swt.
Kisah ini diceritakan langsung oleh Nabi Saw kepada para sahabat, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim. Bahwasannya telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah, telah menceritakan kepada kami Tsabit, dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Dahulu sebelum kalian ada seorang raja. Ia memiliki tukang sihir, saat tukang sihir itu sudah semakin tua, ia berkata kepada rajanya: “Aku sudah tua, kirimlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.” Lalu seorang pemuda datang kepadanya. Kemudian tukang sihir itu mengajarkan sihir kepada pemuda. Antara tukang sihir dan raja terdapat seorang rahib. Pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia kagum akan kata-kata rahib itu sehingga bila pemuda itu datang ke penyihir dan menceritakannya, ia pasti dipukul. Pemuda itu menceritakan hal yang menimpa dirinya kepada rahib, rahib pun berkata: “Bila tukang sihir hendak memukulmu, katakanlah: Keluargaku menahanku, dan bila kau takut pada keluargamu, katakanlah: tukang sihir menahanku.”
Pada suatu hari, pemuda itu bertemu dengan seekor hewan yang besar dan menghalangi jalanan manusia. Ia berkata: “Hari ini aku akan tah, apakah tukang sihir lebih baik ataukah rahib yang lebih baik.” ia pun mengambil batu lalu berkata: “Ya Allah, bila urusan rahib lebih Engkau sukai daripada tukang sihir maka bunuhlah hewan ini hingga manusia bisa lewat.”Pemuda itu melemparkan batunya dan berhasil membunuh hewan besar tersebut. Orang-orang pun dapat lewat. Ia memberitahukan kejadian itu pada rahib, rahib berkata: “Anakku, saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai seperti yang aku lihat, engkau akan mendapat ujian. Bila kau mendapat ujian, jangan memberitahukan perihal diriku.”
Kemudian pemuda itu bisa menyembuhkan kebutaan, sopak, lepra dan berbagai penyakit. Salah seorang hamba raja yang terkena penyakit buta mendengar cerita mengenai si pemuda. Lalu ia mendatangi pemuda dengan membawa hadiah yang banyak, ia berkata: “Sembuhkan aku dan k au akan mendapatkan apa yang aku kumpulkan disini.” Pemuda berkata: “Aku tidak menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah, bila kau beriman pada-Nya, aku akan berdo’a kepada-Nya agar menyembuhkanmu.” Hamba raja itu pun beriman kepada Allah lalu pemuda berdo’a kepada Allah dan ia pun sembuh.
Hamba raja itu kemudian mendatangi raja, lalu duduk di dekatnya. Raja berkata: “Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu ?” orang itu menjawab: “Rabbku.” Raja berkata: “Kau punya Rabb selainku ?” orang itu bekata: “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.” Raja menangkapnya lalu menyiksanya hingga orang tersebut menunjukkan pada pemuda itu. Lalu pemuda itu dibawa ke hadapan raja, raja berkata: “Hai pemuda, apakah sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan kau melakukan ini dan itu ?” Pemuda itu berkata: “Bukan aku yang menyembuhkan, yang menyembuhkan hanyalah Allah.” Raja menangkapnya dan terus menyiksanya hingga ia menunjukkan kepada sang rahib. Rahib pun didatangkan lalu dikatakan padanya: “Tinggalkan agamamu.” Orang tersebut tidak mau lalu raja meminta gergaji. Kemudian digergajilah kepala orang itu hingga sebelah bagian tubuhnya terkapar ke tanah.
Setelah itu pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya: “Tinggalkan agamamu.” Pemuda tidak mau. Lalu raja berkata: “Bawalah dia ke gunung hingga puncaknya, bila ia mau meninggalkan agamanya (biarkanlah dia) dan bila tidak mau, lemparkanlah dari atas gunung.” Mereka membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu berdo’a: “Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendakMu.” Tiba-tiba gunung berguncang dan mereka semua jatuh. Pemuda itu kembali hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya: “Apa yang terjadi pada para bawahanku ?” Pemuda itu menjawab: “Allah mencukupiku dari mereka.” Lalu raja menyerahkan kembali ke sekelompok tentaranya, raja berkata: “Bawalah dia ke sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut. Bila ia mau meninggalkan agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau meninggalkannya, lemparkanlah dia.” Mereka membawanya ke tengah laut dan pemuda itu berdo’a: “Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendakMu.” Tiba-tiba perahu terbalik dan mereka semua tenggelam.
Pemuda itu kembali hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya: “Apa yang terjadi pada para bawahanku ?” Pemuda itu menjawab: “Allah mencukupiku dari mereka.” Setelah itu ia berkata kepada raja: “Kau tidak akan bisa membunuhku hingga kau mau melakukan apa yang aku perintahkan.” Raja bertanya: “Apa yang kau perintahkan ?” Pemuda itu berkata: “Kumpulkan semua orang di tanah luas lalu saliblah aku di atas pelepah, ambillah anak panah dari sarung panahku ini lalu ucapkanlah: “Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.” Bila kau melakukannya kau baru bisa membunuhku.”
Akhirnya raja itu melakukannya. Ia meletakkan anak panah di tengah-tengah busur panah lalu melesatkannya seraya berkata: “Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.” Anak panah dilesakkan tepat menembus pelipis pemuda itu lalu ia meletakkan tangannya di tempat panah menancap kemudia ia wafat. Orang-orang berkata: “Kami beriman kepada Rabb pemuda itu”.
Kemudian dikatakan kepada raja: “Tahukah kamu akan sesuatu yang kau khawatirkan ? Demi Allah kini telah menimpamu. Orang-orang beriman seluruhnya kepada Allah.”Raja kemudian memerintahkan para tentaranya untuk membuat parit di jalanan kemudian disulut api. Raja berkata: “Siapapun yang meninggalkan agamanya maka biarkan hidup, siapapun yang tidak meninggalkan agamanya, bakarlah di dalamnya.” Lalu para suruhan raja melakukan apa yang diperintahkan, terjadilah dorong mendorong dan tarik menarik hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya, sepertinya ia hendak mundur agar tidak terjatuh ke dalam kubangan api, akan tetapi sang bayi berkata: “Wahai ibuku, bershabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas Al-Haq (kebenaran).”(HR. Muslim No. 5327; kitab Zuhd wa Ar-Raqa’iq, bab Qashashul Ashabul Ukhdud)
Kisah ini juga diabadikan oleh Allah dalam surat Al-Buruj. Ibnu Abbas r.a berkata “Kisah ini terjadi 70 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw.”
Ada banyak ‘ibrah yang dapat kita petik dari kisah tersebut, di antaranya adalah keteguhan seorang pemuda dalam mempertahankan aqidahnya. Sang penguasa boleh membawa pemuda tersebut ke tempat paling mengerikan di dunia ini, namun mereka tidak akan mampu membawanya ke tempat yang di sana tidak ada Allah Swt. Penderitaan yang sangat berat hingga mengundang kematian tak mampu memisahkan keimanan dari hati sang pemuda.
Sunnatullah akan selalu terulang hingga hari kiamat. Siapa yang meniti jalan menuju syurga, maka ada konsekwensi khusus yang harus diterimanya. Seperti yang difirmankan Allah Swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqoroh: 214)
Demikian pula orang-orang yang memilih jalan kebatilan. Mereka akan diberi kekuasaan di muka bumi, bersuka ria dan tertawa-tawa karna keberhasilannya mengalahkan orang-orang beriman. Namun seperti para pendahulunya, Kekuasaan mereka hanya ada di dunia sedangkan kematian selalu mengintai di belakangnya. Jika manusia-manusia zalim itu tidak bertobat sampai ajal menjemput, maka mereka akan disiksa di neraka jahannam kekal selama-lamanya. [azam/islampos]
https://www.islampos.com/keteguhan-seorang-pemuda-dalam-kisah-asha...
ASHABUL UKHDUD & TRADISI MEMBAKAR HIDUP2 MANUSIA
Al-Quran yang suci mengatakan :
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit.
Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar….” [Quran Surah Al-Buruj : 1-10]
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit.
Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar….” [Quran Surah Al-Buruj : 1-10]
MEMBAKAR HIDUP2 MANUSIA ADALAH TRADISI ORANG2 KAFIR
Pada setiap zaman ada orang-orang yang beriman kepada Allah dan kebenaran, melakukan perbuatan baik dan menentang tirani/penguasa zalim dan despotisme/kezaliman, sehingga para tiran menganiaya dg menyiksa hamba2 Allah yang saleh. Di dalam sejarah para nabi ada kisah Ibrahim, yaitu Raja Nimrud yg mencoba untuk membakar musuh2 politiknya sampai mati (lihat Anbiya : ayat 51-70).
PERISTIWA ASHAB AL-UKHDUD
Kasus lainnya adalah yang disampaikan Al-Quran di atas yang terkenal dengan kisah Ashabul Ukhdud atau orang-orang yg dibakar hidup2 oleh seorang raja bernama Zu Nawas. Peristiwa ini benar2 pernah terjadi di dalam sejarah dan diabadikan Al-Quran dalam Surah al-Buruj. Diriwayatkan bahwa Imam Ali as berkata :
“Allah mengutus seorang nabi kepada rakyat Abyssinia. Raja Zu Nawas adalah penguasa yang ingkar dan meminta orang-orang untuk menyembah dirinya sebagai tuhan mereka . Nabi yang hidup pada masa itu mencegah orang2 beriman dari menyembah sang raja. Raja marah dan membunuh banyak para sahabat nabi dan menangkap orang2 beriman yang tersisa. Sebuah lubang besar (parit) yang berisi tumpukan kayu yang dibakar disiapkan dan dimaklumatkan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Allah dan NabiNya harus melompat ke dalam lubang itu. Seorang wanita beriman datang dengan bayi dalam pelukannya tapi berhenti (karena takut dan kasihan atas bayinya). Saat itu secara ajaib sang anak yg masih bayi menangis dan atas kehendak Allah berbicara kepada ibunya : “Ibu, lompatlah ke dalam api bersamaku. Ini adalah ujian untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah.” Maka sang ibu pun melompat ke dalam api yang berkobar2. Begitu pun nabi bersama pengikut setianya yang tersisa juga melompat ke dalam parit api. Dengan izin Allah mereka semua diselamatkan dari api.”
[Tafsir Agha Mahdi Pooya]
[Tafsir Agha Mahdi Pooya]
Menurut beberapa sumber, setelah merebut tahta Himyarites, pada 518 atau 523 Masehi, Thu Nuwas (Zu Nawas) menyerang Aksumite (terutama Kaum Kristen) di Zafar, menangkap mereka dan membakar gereja mereka. Thu Nuwas/Zu Nawas kemudian dipindahkan ke Najran, suatu tempat yang mayoritas penduduknya beragama Kristen Ortodok dan Aksumite. Setelah menerima penyerahan kota, ia membantai penduduk yang tidak mau meninggalkan agama Kristen dalam insiden ini disebut “ukhdud”. Perkiraan jumlah korban tewas dari peristiwa bersejarah ini berkisar hingga 20.000 org.
[Yasin T. Al-Jibouri, The Jews and Ashab al-Ukhdud]
[Yasin T. Al-Jibouri, The Jews and Ashab al-Ukhdud]
KAISAR NERO DAN KEBAKARAN BESAR KOTA ROMA
Fakta sejarah lainnya adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Roma pada 18-19 Juli 64 Masehi. Kaisar Nero yg terkenal kejam berniat ingin membangun kembali kota Roma lalu dengan sengaja membakar kota Roma. Ketika kota terbakar dengan hebatnya, Nero malah hanya menonton sambil bermain biola dari istananya penduduk kota yang berlarian ke luar rumah mereka yang terbakar selama 2 hari 2 malam.
Menurut sejarawan, Tacitus, yang juga menjadi saksi mata atas kejadian mengerikan itu, mengatakan, “Penduduk mencari kambing hitam dan rumor yg ditujukan kepada Nero sebagai penanggung jawab. Untuk meredakan tuduhan, Kaisar Nero justru menyalahkan umat Kristen. Ia bahkan memerintahkan orang-orang Kristen untuk dilempar ke anjing, sementara yang lain yang disalibkan dan DIBAKAR.”
Menurut sejarawan, Tacitus, yang juga menjadi saksi mata atas kejadian mengerikan itu, mengatakan, “Penduduk mencari kambing hitam dan rumor yg ditujukan kepada Nero sebagai penanggung jawab. Untuk meredakan tuduhan, Kaisar Nero justru menyalahkan umat Kristen. Ia bahkan memerintahkan orang-orang Kristen untuk dilempar ke anjing, sementara yang lain yang disalibkan dan DIBAKAR.”
Jadi membakar hidup2 manusia adalah tradisi orang-orang kafir, para penguasa penyembah berhala. Jangankan membakar manusia, membakar semut saja diharamkan Allah Swt!
LARANGAN MEMBAKAR HIDUP2 SEMUT
Di dalam beberapa hadis shahih Sunni disebutkan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah bersabda, “Seekor semut menggigit seorang nabi diantara para nabi-nabi, kemudian nabi tersebut memerintahkan supaya membakar sarang semut itu. Kemudian terbakar habislah sarang semut tsb. Lalu Allah mewahyukan kepadanya, “’Apakah hanya karena seekor semut yang menggigitmu lalu engkau memusnahkan suatu umat yang senantiasa membaca tasbih’?”
[HR. Al-Bukhari, 3219; Muslim, 2241; Abu Dawud, 5265;Ahmad, 2/313; an-Nasa’i, 7/211; Ibnu Hibban, 7/463; al-Baghawi, 12/197]
[HR. Al-Bukhari, 3219; Muslim, 2241; Abu Dawud, 5265;Ahmad, 2/313; an-Nasa’i, 7/211; Ibnu Hibban, 7/463; al-Baghawi, 12/197]
Semua penjelasan ini cukup utk menolak hadis2 yg meriwayatkan ada sahabat Nabi yg membakar hidup2 org yg kafir! Bisa dipastikan semua itu adalah hadis2 palsu!
Dan celakalah org2 yg kemarin mengancam org2 Syiah dengan ancaman membakar mereka hidup2!
https://qitori.wordpress.com/.../ashabul-ukhdud-tradisi-membakar-hidup..
Ashabul Ukhdud: Kisah Benar dari Surah al-Buruj
“Drap..drap..” Cangkul terus-menerus menggali tanah yang ada di hadapan. Kak Nita sekejap-kejap menghela nafas panjang, ada juga terkadang tercungap-cungap nafasnya meneruskan cangkulan demi cangkulan. Parit itu perlu disiapkan sebelum hujan mula mencurah lagi seperti semalam, lebat dan deras. “Aiman nak cangkul juga,” kata Aiman sambil bercekak pinggang. Kak Nita senyum, peluh memercik ligat di dahinya. Angin mula bertiup sepoi-sepoi bahasa, ada udara segar yang menerjah nyaman. “Boleh, tapi Kak Nita nak tanya, kenapa Aiman nak cangkul ni?” “Emm.. sebab nak cuba, macam seronok tengok kakak buat.” Dia sengih, kemudian menyambung kata “Aiman nak tolong kakak la..” Aiman berumur sembilan tahun. Ketika kanak-kanak seusianya galak bermain di padang dan bendang. Dia pula sibuk membantu sesiapa sahaja yang memerlukan bantuan terutama keluarganya sendiri. Aiman banyak terpengaruh dengan kata-kata ustaz di sekolah. Kata ustaz sesiapa yang rajin membantu orang lain akan disayangi Allah SWT. Kata-kata ustaz lagi, sebaik-baik bantuan adalah bantuan yang diberikan kepada keluarga dan segala bantuan yang diberikan mestilah dengan ikhlas. Kata-kata itu Aiman selalu ulang-ulang di rumah ketika waktu makan. Anak kecil masih putih fikirannya, cerdas pula mindanya jika disuap dengan maklumat-maklumat yang baik dan logik. “Bagus adik kakak ni, suka sangat bantu kakak. Selalu tolong mak juga dekat rumah. Boleh la kakak panggil adik kakak ni superhero kanak-kanak kan?” Kemudian Kak Nita mengusap-usap kepala Aiman. Sengaja memujinya tanda menghargai bantuan yang ingin dihulur. “Hehe, superhero kanak-kanak? Ada ke?” Tanya Aiman. “Yang Aiman tahu superhero tu macam Batman, Spiderman, Ironman dan banyak lagi yang man, man.” Kak Nita senyum, “Sebenarnya dalam Islam pun ada superhero, superhero kanak-kanak. Melihat parit yang kakak gali ni, kakak teringat kisah Asbahul Ukhdud yang bermaksud para penggali parit. “Ashabul Ukhdud ni berkait rapat dengan kisah seorang kanak-kanak yang bernama Ghulam. Aiman nak dengar cerita ni tak?” “Nak, nak!. Kakak cerita je, Aiman dengar sambil cangkul sikit-sikit.” Kak Nita duduk di atas tikar yang dihampar. Dia kemudian meneruskan cerita setelah meneguk segelas air kosong yang dibawa bersama bekal makanan. “Ghulam ni seorang kanak-kanak yang bijak. Dia hidup pada suatu masa di mana seorang raja yang mengaku dirinya Tuhan. Nak disebutkan kisahnya, pada masa tu ada seorang tukang sihir yang bernama Sahir ingin mencari seorang pelapis ilmu hitamnya kerana dia takut ilmunya itu akan hilang suatu masa nanti. Ghulam antara yang terpilih untuk mempelajari ilmu hitam Sahir. Semasa mempelajari ilmu tersebut, tukang sihir ni sangat tegas dan selalu memukul Ghulam. Setiap kali pergi kepada si tukang sihir, Ghulam akan melintasi seorang Rahib yang taat kepada Allah SWT sedang berucap. Ghulam sangat tertarik dengan ucapan Rahib itu. Oleh itu setiap kali untuk pergi belajar ilmu sihir, Ghulam akan singgah mendengar ucapan si Rahib sehinggakan setiap kalinya dia akan terlambat ke kelas yang mengajar sihir. Apabila si tukang sihir selalu memukulnya kerana lambat ke kelas, Ghulam mengadu kepada si Rahib. Setelah mendengar aduan daripada Ghulam, Rahib mengajarkan helah yang dibenarkan dalam agama iaitu helah yang dibolehkan untuk mengekalkan akidah, untuk mengelakkan daripada manusia yang zalim yang boleh membunuh. Si Rahib berpesan kepadanya jika terlambat ke kelas, katakanlah bahawa keluargamu yang melewatkan urusanmu sehingga melambatkan perjalanan. Manakala jika terlewat pulang ke rumah, katakanlah si tukang sihir yang melambatkan urusanmu. Pada suatu masa Allah takdirkan, muncul seekor binatang yang besar ataupun raksasa bolehla kalau nak panggil monster, sangat besar yang menganggu orang-orang kampung. Haa, cerita ni macam superhero sekarang kan, ada raksasa.” Kak Nita bertanya pada Aiman. Aiman mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memegang cangkul. “Kak Nita, lepas tu ..lepas tu..” Kemudian, Ghulam yang melihat peristiwa ini terasa benar ingin menolong orang-orang kampung kemudian dia berkata, “Ya Rabbi, hari ini akan aku tahu siapa sebenarnya yang lebih disukai oleh Allah, adakah si tukang sihir ataupun si Rahib. Mana yang benar sebenarnya.” Ghulam memang sudah mempercayai si Rahib berbanding si tukang sihir. Namun dia memerlukan suatu pengukuhan kepada keimanannya. Kemudian dia berkata: “Ya Allah kalau benarlah apa yang diajarkan oleh si Rahib yang aku selalu jumpa di pertengahan jalan. Maka Kau tunjukkanlah aku kebenarannya.” Kemudian, apabila Ghulam membaling batu dengan disebutkan nama Allah. Dia menyeru kepada Allah, maka Allah menunjukkan kebenaran di pihak Rahib dengan hanya sekadar membaling batu, binatang besar atau raksasa tu mati. Kemudian, seluruh penduduk di kawasan itu heboh berkenaan peristiwa tersebut. Ghulam menjadi terkenal dan pengaruhnya mula tersebar luas. Setelah kejadian tersebut, Ghulam menceritakan peristiwa tersebut kepada tok gurunya, si Rahib tadi. Apabila diceritakan peristiwa tersebut, si Rahib tersebut menyatakan. “Aku ingin memberitahu suatu perkara wahai anakku, hari ini kamu ternyata telah mencapai suatu tahap yang aku sendiri tidak pernah capai. Kamu diberikan suatu kelebihan dan kamu lebih baik daripadaku. Kamu kena ingat bila kamu berjaya melakukan perkara ini kepada masyarakat. Suatu masa nanti kamu akan diuji dengan ujian yang besar. Apabila kamu diuji, kamu akan ditangkap oleh raja. Seterusnya, raja ingin mengetahui bagaimana kamu boleh mengalahkan binatang besar atau raksasa tersebut. Kamu jangan ceritakan satu patah perkataan pun berkenaan aku.” Apabila Ghulam mula terkenal, dan dia juga telah berjaya merawat pelbagai jenis penyakit yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam menyembuhkan penyakit ramai orang, Ghulam tetap menyatakan bahawa semuanya adalah anugerah daripada Allah SWT, bukan datang daripada dirinya. “Baik kan Ghulam ni Aiman, dia tetap mengingati Allah SWT walaupun dia telah menjadi terkenal.” Kak Nita pula yang mencangkul-cangkul lagi parit yang sudah hampir siap. Aiman berehat sekejap kemudian dia menjawab “Aah, umie selalu pesan, sewaktu susah kita kena ingat Allah SWT, sewaktu senang pun kita kena ingat Allah SWT. Barulah menjadi hamba Allah SWT yang soleh dan diredhai Allah SWT. Lepas tu kak, Ghulam tak kena ujian ke?” “Kena, ujian dia berat sangat. Kita sebagai manusia hidup dan perjalanan kita ini Allah dah kata kita akan kena uji, ujian ringan mahupun berat kerana darjat orang yang beriman seiring dengan ujian yang dialami kan. Aiman pernah dengar Surah Al-Ankabut, ayat 2, Allah SWT berfirman yang bermaksud: ‘Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan mereka telah beriman, sedangkan mereka belum diuji?’ Ujian itu lumrah dalam hidup dengan ujian kita akan kenal siapa diri kita, setakat mana sabar kita, setakat mana iman kita, nafsu kita. Dengan ujian juga Allah SWT akan meninggikan darjat orang yang beriman, orang yang sabar InshaAllah.” Aiman seolah-olah sedang berfikir, kemudian tersenyum puas. Mungkin berpuas hati dengan ulasan kak Nita. “Kak, apa ujian yang Ghulam hadapi lepas tu?” Kak Nita menyambung ceritanya, “Suatu masa, ada seorang pembesar kepada raja yang zalim ketika tu datang dan membawa pelbagai jenis hadiah. Dia sangat berhasrat agar Ghulam merawat penyakit buta yang dihadapinya sejak lahir. Ghulam berkata, “Kamu nak mendapatkan khidmat aku untuk merawat penyakit buta kamu, ketahuilah bahawa aku tidak boleh merawat sesiapa pun. Yang hanya boleh merawat adalah Allah SWT. Kalau kamu beriman kepada Allah SWT, aku akan berdoa kepada Allah SWT. Maka dengan doa ini Allah akan merawat kamu.” Alhamdulillah, pembesar tersebut kemudiannya beriman kepada Allah SWT dan matanya telah dapat melihat. Pembesar tersebut kemudiannya menghadiri majlis yang diadakan oleh raja yang zalim itu. Kemudian, apabila raja melihat dia. Raja merasa tersangat hairan dan bertanya macam mana pembesar tersebut sudah dapat melihat sedangkan sebelum ini dia mengetahui bahawa pembesar tersebut seorang yang buta. Kemudian, si pembesar tersebut mengatakan yang menyembuhkan aku adalah Tuhan. Kemudian raja tersebut mengatakan “Mana ada Tuhan selain diriku”. Si pembesar berkata, “Ada, Tuhan itu adalah Tuhan aku dan Tuhan kamu.” Kemudian, pembesar tersebut telah diseksa dan diazab. Oleh kerana teruknya seksaan yang diterima, dengan takdir Allah SWT, dia terberitahu berkenaan dengan Ghulam. Setelah raja mengetahui berkenaan dengan Ghulam. Kanak-kanak itu ditangkap, disoal siasat dan diseksa. Oleh kerana si Ghulam yang masih kanak-kanak teramat sakit dengan seksaan yang sangat berat, Ghulam terberitahu pula berkenaan dengan Rahib tersebut. Rahib tersebut kemudiannya ditangkap dan raja memberikan ancaman bahawa, “Kamu kena kembali kepada agama asal kamu ( Dengan menyatakan tiada Tuhan selain aku).” Kemudian si Rahib berkata “Aku tidak akan mengungkapkan ungkapan yang kufur tersebut.” Kemudian, raja tersebut ingin memberikan hukuman yang sangat berat, yang sangat ngeri kepada Rahib tersebut. Para pegawai diraja diarahkan untuk membawa gergaji yang besar dan diletakkan di atas kepala si Rahib. Kemudian raja berkata “Kamu hendak mengaku aku Tuhan atau tidak. Jika kamu mengatakan ada Tuhan selain diriku, gergaji ini akan kena kepala kamu.” Si Rahib menyatakan “Allah Tuhanku.” Kemudian pegawai diraja terus turun dan menggergaji Rahib tersebut daripada kepalanya sehingga dikatakan terbelah dua badannya. Darah yang terpancut, raungan yang sangat ngeri dan perkara ini disaksikan sendiri oleh si Ghulam dan pembesar raja yang telah sembuh penglihatannya tadi. Seterusnya pembesar pula ingin dihukum. Pembesar yang baru beriman kepada Allah SWT tidak berganjak dengan keimanannya dan terus menyatakan keimanannya kepada Allah SWT. Kemudian pembesar tersebut juga telah digergaji sama seperti si Rahib tadi. Setelah itu, Ghulam yang menyaksikan peristiwa tersebut juga turut dipanggil oleh si raja dan ditanyakan bahawa adakah Ghulam akan meninggalkan ajaran agama Allah SWT. Si Ghulam yang masih kanak-kanak itu turut menolak dan tetap dengan pendirian bahawa hanya Allah SWT yang layak disembah. Disebabkan Ghulam ini masih seorang kanak-kanak. Ghulam tidak digergaji dan diberikan masa berfikir yang lama. Kemudian apabila Ghulam masih bertegas dengan pendiriannya. Raja merasa marah dan menyuruh tenteranya membawa Ghulam ke tempat yang tinggi dengan harapan Ghulam akan merasa takut. Namun, apabila sampai di tempat yang tinggi tersebut, Ghulam memohon doa kepada Allah SWT agar menyelamatkan dirinya. Dia menyatakan “Allah, selamatkan aku.” “Aiman, kakak dahaga air la. Boleh tak Aiman tolong ambil air dekat dapur rumah?” Kak Nita memandang Aiman dengan senyuman. “Baik kak.” Aiman berlari-lari ke dapur rumah. Kemudian datang dengan sebotol air masak. Tercungap-cungap dia berlari. “Kenapa Aiman lari? Tak sempat kakak nak cakap apa-apa tadi Aiman terus pergi.” “Tak sabar nak dengar sambungan cerita kakak, hehe.” Aiman sengih. “Hehe, baik-baik kakak sambung ya.” Kemudian, dengan kuasa-Nya, Allah SWT memperkenankan doanya lalu bergoncanglah bukit itu dan matilah semua tentera-tentera yang diperintahkan untuk menjatuhkan hukuman terhadapnya. Kemudian, Ghulam tidak melarikan diri malah berjalan pulang ke istana dan mencari raja. Raja merasa hairan dan mengatakan kenapa engkau Ghulam masih lagi hidup. Kemudian, raja bertanya apa yang telah dilakukan oleh tentera aku ini kepada kamu. Ghulam berkata “Allah menyelamatkan aku.” Seterusnya raja memerintahkan semula agar Ghulam ini dihumbankan ke dalam laut. Ghulam dibawa ke laut dalam. Kemudian dia ditanya, “Kau hendak mengaku raja itu Tuhan atau kamu hendak kembali kepada agama baru kamu ini?” Ghulam tetap dengan keimanannya, lalu Ghulam dibawa oleh bala tentera si raja ke tengah laut. Kemudian, apabila berada di laut, Ghulam memohon keselamatan kepada Allah SWT. Ghulam berdoa sekali lagi “Allah selamatkan aku.” Allah SWT mendengar dan memperkenan doa Ghulam. Dengan kuasa Allah SWT, kapal yang dinaiki mereka terbalik dan matilah kesemua bala tentera yang membawanya. Ketika itu, hanya Ghulam yang diselamatkan oleh Alah SWT dan berjaya kembali ke pinggiran. Dia kemudiannya kembali menuju kepada raja yang zalim itu. Raja merasa amat hairan kerana Ghulam masih lagi hidup. Kemudian Ghulam bersuara dan memberitahukan rahsia bagaimana cara untuk mematikannya. Kanak-kanak itu memberitahu bahawa jika raja ingin membunuhnya. Dia mestilah mengumpulkan orang ramai dan menyalibnya pada sebatang pokok. Kemudian ambil anak panah daripada busurnya dan raja tersebut mestilah mengatakan suatu perkataan iaitu, Bismillahi Rabbil Ghulam yang bermaksud dengan nama Allah Tuhan kepada Ghulam dan raja dikehendaki memanahnya setelah itu. Apabila raja mendengar apa yang dikatakan oleh Ghulam, raja terus dengan keinginan yang membuak-buak di hati untuk membunuh Ghulam. Bayangkan seorang kanak-kanak memberitahu raja bagaimana cara untuk membunuhnya, bukankah sebenarnya raja yang memiliki bala tentera yang ramai tidak boleh membunuh seorang kanak-kanak? Raja tidak tahu bahawa seorang kanak-kanak sedang membulinya. Kan Aiman? Kak Nita bertanya kepada Aiman yang sedang khusyuk mendengar ceritanya. Muka Aiman penuh dengan tanda tanya, dia menjawab “Seterusnya kak?” “Raja yang zalim itu kemudiannya mengumpulkan ramai orang dan membuat seperti apa yang diberitahu oleh Ghulam. Dengan disaksikan oleh rakyat-rakyatnya si raja menyebut Bismillahi Rabbil Ghulam. Maka, matilah Ghulam dengan disaksikan ramai orang dengan keadaan badannya yang disalib. Setelah kejadian tersebut berpusu-pusulah rakyat yang meyaksikan kejadian tersebut memeluk agama Allah SWT. Rakyat lebih memahami perkataan yang diungkapkan oleh si raja, sedangkan si raja sendiri tidak memahaminya. Setelah ramai yang memeluk Islam. Maka terjadilah apa yang ditakuti oleh si Raja selama ini. Rakyat di situ keseluruhannya beriman kepada Allah SWT. Walaupun masa hidupnya Ghulam tidak dapat melihat mereka memeluk agama Allah SWT, namun setelah matinya dia mampu menjadikan ia suatu dakwah. Dakwah yang besar. Kak Nita dan Aiman berehat di bawah pohon rendang yang berdekatan. Setelah berehat sebentar, Kak Nita menyambung cerita. Setelah raja tidak tahu nak buat apa kerana ramai sangat rakyatnya yang mengesakan Allah SWT. Dia kemudiannya memerintahkan agar tenteranya menggali parit yang besar untuk membakar mereka yang tidak mengaku dirinya Tuhan. Parit yang besar itu kemudiannya dihujani oleh api dan manusia-manusia yang mengaku Allah SWT sebagai Tuhan. Yang hebatnya, mereka semua yang beriman kepada Allah SWT. Mereka sangat berani, tidak takut langsung dengan api yang akan membakar tubuh badan mereka bahkan berebut-rebut untuk syahid di dalamnya. “Aiman, kisah ini kisah benar. Ada disebutkan dalam ayat 4 hingga 6 surah al Buruj yang bermaksud gugusan bintang, surah yang ke 85 dalam al-Qur’an.” Allah berfirman yang bermaksud: “Celakalah kaum yang menggali parit. (Parit) api yang penuh dengan bahan bakaran. (Mereka dilaknat) ketika mereka duduk di kelilingnya.” Aiman khusyuk mendengar cerita sambil menongkatkan sebelah tangannya ke dagu. “Jadi, apa kesimpulan yang kita boleh buat daripada cerita ni Aiman?” “Kita kena selalu ingat Allah SWT,” Aiman senyum. “Betul,” kak Nita mengiyakan kata-kata Aiman dengan bersemangat. “Sebenarnya banyak pengajaran yang dapat kita peroleh daripada cerita ni. Pertamanya betul, kita kena selalu ingat Allah SWT. Jangan menyekutukan-Nya dengan apa pun. Walaupun banyak halangan ujian, bahkan orang memaksa keras untuk kita keluar daripada ajaran Allah SWT, kita perlu tekad dengan agama yang satu, Islam. Yang keduanya, walaupun Ghulam ni masih seorang kanak-kanak, namun dia berfikiran sangat matang, kenapa? Kerana dia rajin menuntut ilmu dan berfikir berkenaan ilmu yang dia pelajari sehingga tahu membezakan antara hak dan yang batil. Jadi, Aiman kena rajin menuntut ilmu, berfikir dan bertanya pada orang jika tidak tahu. Yang ketiganya, walaupun kita berada di atas, kita seharusnya mendengar apa yang orang bawahan katakan jika itu adalah benar. Namun, jika salah kita perlu menegur bukan hanya mengikut sahaja. Yang keempatnya, dalam cerita ini gurunya adalah seorang guru yang prihatin dan boleh berkongsi rasa hati ke hati dengan pelajarnya. Jika guru bukan seorang yang prihatin, pelajar tidak akan mahu berkongsi rasa. Maka, inilah contoh guru dan pemimpin yang kita mahu. Pelajar boleh berkongsi masalah dan berfikir cara menyelesaikannya. Di samping itu, mahu pula menghargai apa yang pelajar dapat walaupun lebih daripada dirinya. Yang kelima, kita tak boleh sombong dengan segala harta dunia kerana semuanya milik Allah SWT. Segala harta akan habis. Namun, harta berlandaskan iman kepada Allah SWT akan kekal selama-lamanya. Yang keenamnya, jangan takut jika kita berada di pihak yang benar. Allah akan sentiasa membantu kita, yang penting kita ikhlas, jujur dalam menegakkan kalimah Allah SWT. Yang ketujuh, berdakwahlah dalam apa jua bentuk selagi niat kita benar kerana Allah SWT. InshaAllah Allah sentiasa ada menemani kita. Yang kelapan, kisah-kisah penceritaan banyak diceritakan di dalam al Qur’an, maka jadikanlah al Qur’an itu sumber pembacaan yang utama. Baca tafsir-tafsirnya kerana di situlah akan letaknya penghayatan ilmu yang benar, inshaAllah. Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Surah Yusuf: 111) Akhirnya yang kesembilan, kisah ini menceritakan berkenaan dengan keberanian dan kekentalan yang sangat hebat oleh orang beriman. Mereka tidak takut mati, tidak takut dengan apa pun yang akan terjadi. Kerana apa? Kerana mereka memahami dan menghayati betapa hebatnya Allah SWT. Mereka mengenali Allah SWT. Jika manusia tidak mampu untuk menghayati dan memahami apa yang Allah SWT sampaikan, tidak tadabbur dan tidak memahami ayat-ayat Allah SWT dan suruhan yang disampaikan daripada Rasulullah SWT. Keberanian itu tidak akan muncul malah tidak akan ada rasa untuk mati syahid. Cuba kita melihat kepada keadaan di mana peperangan berlaku di sana sini. Di Syria, di Mesir, anak-anak muda, malah kanak-kanak tidak gentar langsung untuk syahid di jalan Allah SWT. Kerana mereka sudah menghayati dan memahami syahid kerana Allah SWT itu suatu nikmat dan bukan suatu kesusahan. Bagi mereka dunia hanyalah sementara, akhirat kekal selamanya. Mata Aiman terkedip-kedip mendengar apa yang Kak Nita ulaskan. Walaupun Aiman hanya berumur sembilan tahun tetapi Kak Nita banyak mengajar Aiman untuk berfikir. Baginya sewaktu awal usia beginilah seharusnya kanak-kanak ini dididik untuk berfikir secara kritis dan kreatif. Imaginasi yang baik akan melahirkan manusia yang berfikiran kreatif, dan berdaya kritis. InshaAllah. Setelah matahari mula meninggi, Kak Nita mengajak Aiman untuk bersolat Dhuha. Kak Nita tidak pernah meninggalkan solat Dhuha, solat yang dicintai Rasul dan juga yang mendekatkan cinta Allah SWT dengan diri manusia. Aiman mengikut di belakang, dia tidak pernah melepaskan peluang untuk berdampingan dengan Kak Nita selama Kak Nita bercuti semester kerana baginya Kak Nita sentiasa bercerita cerita-cerita yang sangat best dan kisah benar. Mereka kemudiannya beriringan pulang ke rumah yang berada tidak jauh dari parit yang sudah siap digali.inan-naurah.blogspot.com/.../ashabul-ukhdud-kis...
Arsip Kata Kunci: ashabul ukhdud
Hadits-Hadits yang Terkait dengan Sabar (bagian ke-4): Kisah Ashabul Ukhdud
وعَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِي طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِي أَهْلِي وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِي السَّاحِرُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتْ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمْ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِيَ النَّاسُ فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَيْ بُنَيَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّي قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنْ ابْتُلِيتَ فَلَا تَدُلَّ عَلَيَّ وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِيَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَاهُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِي فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّي قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِي قَالَ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلَامِ فَجِيءَ بِالْغُلَامِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَيْ بُنَيَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِيءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِالْغُلَامِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَرَجَفَ بِهِمْ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِي قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاقْذِفُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَانْكَفَأَتْ بِهِمْ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِي حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِي عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِي ثُمَّ ضَعْ السَّهْمَ فِي كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ ارْمِنِي فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِي فَجَمَعَ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِي كَبْدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِي صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي صُدْغِهِ فِي مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ فَأُتِيَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ فَأَمَرَ بِالْأُخْدُودِ فِي أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلَامُ يَا أُمَّهْ اصْبِرِي فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ
dakwatuna.com – Shuhaib RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dahulu, ada seorang raja dari kalangan bangsa sebelummu (umat Nabi terdahulu). Sang raja mempunyai tukang sihir. Ketika usia si tukang sihir semakin tua, ia berkata kepada raja, ‘Aku telah lanjut usia. Karena itu, kirimkan seorang pemuda yang akan kuajari ilmu sihir.’ Maka, raja itu mengirim seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir.
Di tengah perjalanan menuju rumah si tukang sihir, pemuda itu bertemu seorang pendeta. Sang pemuda singgah di tempatnya dan mendengarkan ucapannya.
Ketika pemuda itu sampai di tempat si tukang sihir, ia dipukul (karena terlambat). Sang pemuda mengadukan hal itu kepada si pendeta. Pendeta berkata, “Jika kamu tiba di rumah tukang sihir, katakanlah bahwa kamu terlambat karena urusan keluarga. Dan, jika tiba di rumahmu, katakanlah bahwa kamu terlambat karena ada urusan di rumah tukang sihir.
Suatu hari, dalam perjalanannya menuju rumah tukang sihir, sang pemuda melihat seekor harimau yang sangat besar berdiri di tengah jalan, sehingga tidak ada seorang pun yang berani melalui jalan itu. Pemuda itu berkata dalam hati, ‘Akan kubuktikan, mana yang lebih baik, si tukang sihir atau pendeta.’ Lalu, ia mengambil batu dan berkata, ‘Ya Allah, jika ajaran si pendeta lebih Engkau sukai daripada ajaran si tukang sihir, maka bunuhlah binatang itu agar orang-orang ini bisa lewat.’
Sang pemuda menimpuk binatang itu dengan batu, dan binatang itu pun mati.
Sang pemuda menceritakan hal itu kepada si pendeta. Pendeta berkata, ‘Anakku, sekarang, kamu lebih baik daripada aku. Kehebatanmu sudah mencapai tingkat yang tinggi, sebagaimana yang aku saksikan. Kamu akan menerima cobaan berat. Jika kamu mengalaminya, jangan sampai kamu menunjukkan keberadaanku.’
Sang pemuda juga bisa menyembuhkan kusta, kebutaan, dan berbagai macam penyakit.
Seorang pengawal raja yang mengalami kebutaan mendengar berita itu. Lalu, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa banyak hadiah. Dia berkata, ‘Wahai anak muda, semua ini akan menjadi milikmu jika kamu bisa menyembuhkanku.’
Pemuda itu menjawab, ‘Bukan aku yang menyembuhkan, tapi Allah-lah yang menyembuhkanmu. Jika kamu beriman kepada Allah yang Mahatinggi, aku akan berdoa kepada-Nya, dan Dia-lah yang akan menyembuhkanmu.’ Lalu, ia beriman, dan Allah memberikan kesembuhan kepadanya.
Setelah itu, ia datang menemui raja. Raja berkata, ‘Siapa yang menyembuhkan matamu?’
Ia menjawab, ‘Tuhanku.’
‘Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?’
‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.’
Pengawal itu pun ditangkap dan disiksa sampai ia menunjukkan keberadaan sang pemuda.
Pemuda itu pun diperintahkan menghadap Raja. Raja berkata, ‘Anak muda, sihirmu telah mampu menyembuhkan kebutaan dan penyakit kusta. Kamu juga mampu melakukan berbagai hal.’
Pemuda itu menjawab, ‘Aku tidak mampu menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah yang Mahatinggi.’
Lalu, pemuda itu ditangkap dan disiksa sampai menunjukkan keberadaan si pendeta.
Pendeta itu pun ditangkap. Raja berkata, ‘Tinggalkan agamamu.’ Pendeta itu tidak mau. Raja menyuruh pengawalnya untuk mengambil sebuah gergaji. Lalu, diambillah sebuah gergaji dan tubuh pendeta itu digergaji (dari arah kepala) hingga terbelah menjadi dua bagian.
Pengawal raja (yang sudah beriman) didatangkan. Raja berkata kepadanya, ‘Tinggalkan agamamu.’ Pengawal itu menolak. Maka, tubuhnya pun digergaji (dari arah kepala) hingga terbelah menjadi dua bagian.
Lalu, pemuda itu didatangkan. Raja berkata kepadanya, ‘Tinggalkan agamamu.’ Anak itu menolak. Maka, raja menyerahkannya kepada para pengawal. Raja berkata, ‘Bawalah pemuda ini ke puncak gunung itu. Jika ia mau meninggalkan agamanya, lepaskanlah dia. Tapi, jika ia tidak mau, lemparkanlah dia dari puncak gunung.’
Sesampai di puncak gunung, pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.’ Lalu, gunung itu pun bergerak, dan para pengawal pun berjatuhan dari puncak gunung.
Pemuda itu kembali menghadap raja. Raja berkata kepadanya, ‘Apa yang telah dilakukan para pengawalku?’
‘Allah yang Mahatinggi telah menyelamatkanku dari keburukan mereka.’
Lalu, pemuda itu diserahkan kepada para pengawal yang lain. Raja memerintahkan, ‘Naikkan pemuda ini ke perahu, dan bawalah ke tengah laut. Jika ia mau meninggalkan agamanya, lepaskanlah dia. Jika tidak, lemparkanlah ia ke laut.’
Sesampainya di tengah laut, pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, selamatkan aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.’ Maka, perahu itu pun terguling, dan para pengawal raja tenggelam.
Pemuda itu kembali menghadap raja. Raja berkata, ‘Apa yang dilakukan para pengawalku?’
‘Allah yang Mahatinggi telah menyelamatkanku dari keburukan mereka.’
Lalu, anak muda itu berkata kepada raja, ‘Engkau tidak akan bisa membunuhku, kecuali jika engkau melakukan perintahku.’
‘Apa itu?’
‘Kumpulkan rakyat di tanah lapang. Lalu, ikatlah aku di sebuah pohon. Ambillah satu anak panah dari kantong panahku dan letakkan di busur. Ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.’ Setelah itu, bidikkan anak panah ke arahku. Jika itu engkau lakukan, engkau akan dapat membunuhku.’
Raja mengumpulkan seluruh rakyat di tanah lapang, dan mengikat anak muda itu di sebuah pohon. Kemudian, raja itu mengambil anak panah dari kantong panah pemuda itu. Diletakkannya anak panah itu di busur panah, dan ia mengucapkan, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak muda ini.’
Setelah itu, anak panah dilepaskan, dan tepat mengenai pelipis pemuda itu. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipis, lalu meninggal dunia.
Rakyat yang hadir di tempat itu berkata, ‘Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.’
Seseorang datang menemui raja dan berkata, ‘Apakah engkau telah melihat apa yang pernah kau takutkan. Sungguh, yang kau takutkan benar-benar terjadi. Mereka telah beriman kepada Tuhan pemuda itu.’
Raja memerintahkan untuk membuatkan parit api, lalu berkata, ‘Barangsiapa yang tidak meninggalkan agamanya, maka lemparkanlah mereka ke dalam parit api ini.’ Perintah pun dilaksanakan. Ketika tiba giliran seorang wanita yang menggendong anaknya, wanita itu ragu. Tiba-tiba, anak yang ada dalam gendongannya berkata, ‘Bersabarlah, wahai Ibu, karena engkau berada di jalan yang benar.’” (HR. Muslim)
Pelajaran dari Hadits
- Karamah para wali Allah benar ada.
- Berbohong diperbolehkan dalam peperangan dan dalam situasi yang semisalnya, atau untuk menyelamatkan seseorang dari bahaya.
- Seorang mukmin akan diuji untuk mengetahui kebenaran imannya, meskipun ujian itu membahayakan nyawanya.
- Orang-orang yang berdakwah dan menyerukan kebenaran harus berkorban.
- Allah pasti membela kebenaran dan orang-orang yang membela kebenaran. Allah jugalah yang akan menghancurkan kebatilan dan orang-orang yang membela kebatilan.
- Seorang muslim diperbolehkan mengorbankan nyawanya, ketika ia melihat pengorbanannya mempunyai manfaat yang sangat besar.
- Kisah ini menjadi bukti salah satu mukjizat Al-Qur’an, yakni menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, yang telah dilupakan sejarah, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya, “ قُتل أصحاب الأخدود”
- Seorang pendidik, sebaiknya menggunakan kisah sebagai sarana pendidikan, karena kisah memiliki pengaruh yang luar biasa.
— Bersambung..
(hdn)
Redaktur: Ardne
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/21/20567/hadits-hadits-yang-terkait-dengan-sabar-bagian-ke-4-kisah-ashabul-ukhdud
www.dakwatuna.com/tag/ashabul-ukhdud/
Komentar
Posting Komentar