Lakon Bima Pupuk
Bima yang menjadi pendeta pertapa dengan gelar Begawan Bimakandaka di lereng Gunung Jamurdipa. Hal itu membuat Prabu Anom Duryudana tidak senang, dan kemudian memerintahkan Begawan Drona untuk meyuruh Bima pergi dari Gunung Jamurdipa. Jika Bima menolak, Duryudana menyuruh Drona membunuhnya.
Drona sebenarnya tidak sanggup melaksanakan tugas itu. Itulah sebabnya ia lalu minta bantuan istrinya, Dewi Wilutama. Bidadari itu turun dari kahyangan dan memberitahukan kelemahan Bima, serta membekalinya dengan anak panah pusaka Kyai Cundamanik.
Begawan Drona lalu pergi ke Gunung Jamurdipa dengan dikawal muridnya, Prabu Klana Bramadirada dari Kerajaan Bantarangin.
Sesampainya di Gunung Jamurdipa, Begawan Drona minta agar Bima membubarkan pertapaannya. Bima menolak sehingga terjadi perang. Karena panah Cundamanik tidak mempan, sesuai petunjuk Dewi Wilutama, Drona merenggut pupuk di dahi Bima, sehingga Bima roboh tanpa daya, sukmanya melayang keluar dari tubuhnya.
Gatotkaca yang menjadi murid Bima, segera melaporkan peristiwa itu ke Kerajaan Amarta. Prabu Puntadewa setelah mendengar laporan Gatotkaca menjadi sedih dan marah, sehingga melakukan triwikrama, menjelma menjadi brahala, raksasa besar luar biasa, dengan nama Dewa Amral.
Setelah berjumpa dengan Drona, Dewa Amral minta agar pupuk Bima diberikan kepadanya, tetapi Drona menolak, lalu lari. Karena Dewa Amral terus memburunya, Drona lalu membuang pupuk Bima itu dengan melemparnya jauh-jauh.
Pupuk yang terbuang itu melayang di udara, ditangkap oleh sukma Bima lalu dibawa ke Gunung Jamurdipa, dipasang kembali pada jenasah Bima. Seketika itu sukma Bima masuk ke tubuhnya dan hidup kembali.
Sementara itu Begawan Drona yang lari diburu brahala Dewa Amral, sampai ke Jamurdipa. Ia kaget, karena Bima ternyata hidup kembali, sehingga Begawan Drona menyerah. Begawan Drona lalu diwejang oleh Bima.
Sementara itu Dewa Amral yang bertemu Arjuna, kembali pada ujudnya semula, setelah terkena panah Arjuna.
Duryudana yang mendapat laporan tentang kegagalan Begawan Drona, segera menyerbu Kerajaan Amarta, tetapi para Kurawa kalah, dan lari pulang ke Astina.
http://caritawayang.blogspot.co.id/bima-pupuk.html
Bima yang menjadi pendeta pertapa dengan gelar Begawan Bimakandaka di lereng Gunung Jamurdipa. Hal itu membuat Prabu Anom Duryudana tidak senang, dan kemudian memerintahkan Begawan Drona untuk menyuruh Bima pergi dari Gunung Jamurdipa. Jika Bima menolak, Duryudana menyuruh Drona membunuhnya. Drona sebenarnya tidak sanggup melaksanakan tugas itu. Itulah sebabnya ia lalu minta bantuan istrinya, Dewi Wilutama. Bidadari itu turun dari kahyangan dan memberitahukan kelemahan Bima, serta membekalinya dengan anak panah pusaka Kyai Cundamanik.
Begawan Drona lalu pergi ke Gunung Jamurdipa dengan dikawal muridnya, Prabu Klana Bramadirada dari Kerajaan Bantarangin. Sesampainya di Gunung Jamurdipa, Begawan Drona minta agar Bima membubarkan pertapaannya. Bima menolak sehingga terjadi perang. Karena panah Cundamanik tidak mempan, sesuai petunjuk Dewi Wilutama, Drona merenggut pupuk di dahi Bima, sehingga Bima roboh tanpa daya, sukmanya melayang keluar dari tubuhnya. Gatotkaca yang menjadi murid Bima, segera melaporkan peristiwa itu ke Kerajaan Amarta.
Prabu Puntadewa setelah mendengar laporan Gatotkaca menjadi sedih dan marah, sehingga melakukan triwikrama, menjelma menjadi brahala, raksasa besar luar biasa, dengan nama Dewa Amral. Setelah berjumpa dengan Drona, Dewa Amral minta agar pupuk Bima diberikan kepadanya, tetapi Drona menolak, lalu lari. Karena Dewa Amral terus memburunya, Drona lalu membuang pupuk Bima itu dengan melemparnya jauh-jauh. Pupuk itu melayang.
http://wayangku.id/lakon-pewayangan-bima-pupuk-di-bimakandaka/
Drona sebenarnya tidak sanggup melaksanakan tugas itu. Itulah sebabnya ia lalu minta bantuan istrinya, Dewi Wilutama. Bidadari itu turun dari kahyangan dan memberitahukan kelemahan Bima, serta membekalinya dengan anak panah pusaka Kyai Cundamanik.
Begawan Drona lalu pergi ke Gunung Jamurdipa dengan dikawal muridnya, Prabu Klana Bramadirada dari Kerajaan Bantarangin.
Sesampainya di Gunung Jamurdipa, Begawan Drona minta agar Bima membubarkan pertapaannya. Bima menolak sehingga terjadi perang. Karena panah Cundamanik tidak mempan, sesuai petunjuk Dewi Wilutama, Drona merenggut pupuk di dahi Bima, sehingga Bima roboh tanpa daya, sukmanya melayang keluar dari tubuhnya.
Gatotkaca yang menjadi murid Bima, segera melaporkan peristiwa itu ke Kerajaan Amarta. Prabu Puntadewa setelah mendengar laporan Gatotkaca menjadi sedih dan marah, sehingga melakukan triwikrama, menjelma menjadi brahala, raksasa besar luar biasa, dengan nama Dewa Amral.
Setelah berjumpa dengan Drona, Dewa Amral minta agar pupuk Bima diberikan kepadanya, tetapi Drona menolak, lalu lari. Karena Dewa Amral terus memburunya, Drona lalu membuang pupuk Bima itu dengan melemparnya jauh-jauh.
Pupuk yang terbuang itu melayang di udara, ditangkap oleh sukma Bima lalu dibawa ke Gunung Jamurdipa, dipasang kembali pada jenasah Bima. Seketika itu sukma Bima masuk ke tubuhnya dan hidup kembali.
Sementara itu Begawan Drona yang lari diburu brahala Dewa Amral, sampai ke Jamurdipa. Ia kaget, karena Bima ternyata hidup kembali, sehingga Begawan Drona menyerah. Begawan Drona lalu diwejang oleh Bima.
Sementara itu Dewa Amral yang bertemu Arjuna, kembali pada ujudnya semula, setelah terkena panah Arjuna.
Duryudana yang mendapat laporan tentang kegagalan Begawan Drona, segera menyerbu Kerajaan Amarta, tetapi para Kurawa kalah, dan lari pulang ke Astina.
http://caritawayang.blogspot.co.id/bima-pupuk.html
Bima yang menjadi pendeta pertapa dengan gelar Begawan Bimakandaka di lereng Gunung Jamurdipa. Hal itu membuat Prabu Anom Duryudana tidak senang, dan kemudian memerintahkan Begawan Drona untuk menyuruh Bima pergi dari Gunung Jamurdipa. Jika Bima menolak, Duryudana menyuruh Drona membunuhnya. Drona sebenarnya tidak sanggup melaksanakan tugas itu. Itulah sebabnya ia lalu minta bantuan istrinya, Dewi Wilutama. Bidadari itu turun dari kahyangan dan memberitahukan kelemahan Bima, serta membekalinya dengan anak panah pusaka Kyai Cundamanik.
Begawan Drona lalu pergi ke Gunung Jamurdipa dengan dikawal muridnya, Prabu Klana Bramadirada dari Kerajaan Bantarangin. Sesampainya di Gunung Jamurdipa, Begawan Drona minta agar Bima membubarkan pertapaannya. Bima menolak sehingga terjadi perang. Karena panah Cundamanik tidak mempan, sesuai petunjuk Dewi Wilutama, Drona merenggut pupuk di dahi Bima, sehingga Bima roboh tanpa daya, sukmanya melayang keluar dari tubuhnya. Gatotkaca yang menjadi murid Bima, segera melaporkan peristiwa itu ke Kerajaan Amarta.
Prabu Puntadewa setelah mendengar laporan Gatotkaca menjadi sedih dan marah, sehingga melakukan triwikrama, menjelma menjadi brahala, raksasa besar luar biasa, dengan nama Dewa Amral. Setelah berjumpa dengan Drona, Dewa Amral minta agar pupuk Bima diberikan kepadanya, tetapi Drona menolak, lalu lari. Karena Dewa Amral terus memburunya, Drona lalu membuang pupuk Bima itu dengan melemparnya jauh-jauh. Pupuk itu melayang.
http://wayangku.id/lakon-pewayangan-bima-pupuk-di-bimakandaka/
Komentar
Posting Komentar