Lakon Jaka Kembang Kuning (Wayang Gedog)
Di kerajaan
Kediri Prabu Brawijaya sedang mengadakan pertemuan dengan para punggawa
kerajaan, masing-masing patih Tandamantri Arya Jeksanegara, Raden Gandarepa,
dan utusan dari Kademangan Kuning yang bernama Jaka Kembang Kuning. Prabu
Brawijaya sedang bersedih hati karena putri kesayangannya yang bernama Dewi
Sekartaji meninggalkan kerajaan tanpa memberi tahu siapapun. Jaka Kembang
Kuning menawarkan diri untuk mencari Dewi Sekartaji hingga ketemu. Prabu
Brawijaya menyetujui kesanggupan Jaka Kembang Kuning dan memintanya untuk
segera berangkat. Pada saat yang bersamaan datang Prabu Klana Gendingpita dari
Kerajaan Surateleng (sabrang) mengajukan lamaran pada Prabu Brawijaya agar ia
dinikahkan dengan Dewi Sekartaji. Prabu Brawijaya berjanji akan menerima lamaran
itu setelah Dewi Sekartaji dapat ditemukan. Prabu Klana diminta untuk menunggu
di Teratebang (tempat peristirahatan bagi tamu-tamu kejaan Kediri).
Di
Hargalawu Jaka Kembang Kuning yang diikuti oleh kedua Punakawannya (Tawangalun
dan Nalederma) dalam perjalanan mencari Dewi Sekartaji bertemu dengan tiga
orang ksatria, masing-masing Ganggawercitra, Jaladara, dan Gendrayuda. Ketiga
kesatria ini mengajukan keinginannya pada Jaka Kembang Kuning agar dirinya
dijadikan sebagai abdi. Jaka Kembang Kuning mengetahui bahwa sebenarnya ketiga
kesatria itu adalah pengikut Prabu Klana yang disuruh untuk memata-matai Jaka
Kembang Kuning yang dapat mengancam keselamatan jiwanya. Jaka Kembang Kuning
menolak keinginan ketiga kesatria itu dan menyarankan agar mengabdikan diri
pada Raden Gandarepa salah satu putra Prabu Brawijaya di Kediri. Saran Jaka
Kembang Kuning diterima dan masing-masing melanjutakan perjalanannya.
Di
Katumenggungan Palohamba, Tumenggung Conaconi memberitahukan mimpinya yaitu
kejatuhan bulan (wahyu sakembaran) pada istrinya. Tumenggung ini mempunyai anak
pungut yang sebenarnya Dewi Sekartaji dari Kerajaan Kediri. Pada saat itu Dewi
Sekartaji berpamitan pada Tumenggung Conaconi untuk berbelanja di pasar
Katumenggungan. Setelah diberi beberapa nasihat oleh Tumenggung Conaconi
beserta istrinya, Dewi Sekartaji diperbolehkan berangkat ke pasar.
Di pasar
Katumenggungan Jaka Kembang Kuning, Naledarma, dan Tawangalun sedang mengadakan
tontonan terbangan diantara kerumunan orang-orang di pasar. Dari kejauhan Jaka
Kembang Kuning melihat kehadiran Dewi Sekartaji di tempat itu. Demikian juga
Dewi Sekartaji melihat Jaka Kembang Kuning yang sebenaranya adalah Panji
Asmarabangun kekasihnya. Dewi Sekartaji jatuh pingsan dan segera dibawa ke
Katumenggungan Palohamba oleh beberapa temannya. Sementara Jaka Kembang Kuning
kembali ke kademangan Kuning.
Di
Kademangan Kuning, Ki Demang Kuning sedang menerima kedatangan Jaka Kembang
Kuning, Naledarma dan Tawangalun. Mereka melaporkan perihal yang dialami selama
berada di pasar Katumenggungan. Menanggapi laporan itu Demang Kuning menyuruh
Tawangalun untuk menyampaikan berita bahwa Dewi Sekartaji berada di
Katumenggungan Palohamba pada Prabu Brawijaya di Kediri, dan Naledarma disuruh
menyampaikan kendhaga kepada Dewi Sekartaji.
Di Pangreburan
(Taman sari Kerajaan Kediri), Dewi Retnamindaka salah satu abdi kepercayaan
Prabu Brawijaya yang melayani Dewi Sekartaji sedang menerima kedatangan Dewi
Retno Tenggaron (adik dari Prabu Klana). Retno Tenggaron mewakili kakaknya
menyampaikan berbagai perhiasan sebagai tanda lamaran pada Dewi Sekartaji,
tetapi ditolak oleh Retno Mindaka. Merasa tersinggung Retno Tenggaron mengancam
Mindaka dan akhirnya terjadi pertengkaran yang berkembang menjadi pertempuran.
Peperangan ini dimenangkan oleh Retno Mindaka, Retno Tenggaron melarikan diri.
Di
Teratebang Raden Gandarepa, Patih Sedahrama, dan beberapa prajurit sedang
mengatur barisan prajuritnya, datang Tawangalun yang hendak menyampaikan pesan
Demang Kuning kepada Prabu Brawijaya. Patih Sedahrama dan Gandarepa
mengantarkan Tawangalun menghadap Raja Kediri.Di Kerajan Kediri Prabu Brawijaya
sedang menerima kedatangan Prabu Klana yang mendesak agar segera dinikahkan
dengan Dewi Sekartaji dan belum mendapatkan kepastian. Pembicaraan mereka
terhenti dengan kedatangan Gandarepa dan Sedahrama yang mengantarkan
Tawangalun. Setelah Tawangalun menyampaikan pesan Demang Kuning, Prabu
Brawijaya memutuskan bahwa Prabu Klana akan segera dinikahkan dengan Sekartaji
asal dapat mengalahkan Tawangalun, Prabu Klana menyanggupi.
Di
Pesanggrahan Prabu Klana dan Patih Kebolorodan membicarakan perihal tantangan
untuk mengalahkan Tawangalun sebagai salah satu syarat untuk dapat meperistri
Dewi Sekartaji. Tidak lama kemudian datang Retno Tenggaron melaporkan bahwa
dirinya telah dipermalukan oleh Retno Mindaka dan lamaran Prabu Klana ditolak.
Prabu Klana marah dan akan menuntut balas atas perlakuan pada adiknya. Untuk
memenuhi tantangan Prabu Brawijaya, Patih Kebolorodan yang disuruh untuk maju
ke medan perang melawan Tawangalun.Di kademangan Kuning Jaka Kembang Kuning
mohon diri pada Demang Kuning untuk menyusul Tawangalun yang telah beberapa
waktu belum kembali dari Kediri. Demang Kuning mengijinkan permintaan Jaka
Kembang Kuning.
Di
alun-alun Kediri Patih Kebolorodan berperang melawan Tawangalun dengan
disaksikan oleh para punggawa dan prajurit Kediri serta pengikut Prabu Klana.
Pertarungan itu dimenangkan oleh Patih Kebolorodan, sementara Tawangalun
mencari pertolongan ke luar arena pertarungan. Jaka Kembang Kuning bersama
Naledarma yang datang menyusul telah kembali dan segera memberi pertolongan
pada Tawangalun. Jaka Kembang Kuning meminta Naledarma untuk melanjutkan
pertarungan melawan Kebolorodan. Akirnya Kebolorodan dapat dibunuh oleh
Naledarmo. Setelah Tawangalun merasa sembuh dari lukanya, Patih Sedahrama
menghadiahi sebuah keris (Pasopati) dengan maksud jika Prabu Klana datang
menyerang Kediri Tawangalun harus ikut membantu menghadapinya.
Di
Pesanggrahan, Prabu Klana dan Retno Tenggaron sedang berupaya mencari jalan
untuk dapat membalas sakit hatinya pada Retno Mindaka dan bisa menemui Dewi
Sekartaji di Keputren Kediri. Kesepakatan yang diperoleh, Prabu Klana akan
berganti wujud sebagai Raden Gandarepa (kakak Sekartaji) agar tujuannya
tercapaiDi Tamansari Kerajaan Kediri Dewi Sekartaji yang baru saja kembali dari
Kademangan Palohamba menerima kedatangan Gandarepa (tiruan) yang minta untuk
dilayani. Karena gerak-gerik Gandarepa yang mencurigakan, Sekartaji tidak mau
memenuhinya. Tidak lama kemudian datang Raden Gandarepa (asli). Dewi Sekartaji
segera dapat mengetahui saudaranya yang sebenarnya dan minta pertolongan agar
musuh yang ada ditempat itu segera diusir, akhirnya terjadi peperangan.
Gandarepa palsu dapat dikalahkan dan kembali ke wujud aslinya, Prabu Klana
segera lari ke alun-alun.
Di
alun-alun Kediri Prabu Klana yang dikejar Prabu Gandarepa menemui para
pengikutnya. Sementara Tawangalun telah siap melakukan pertarungan melawan
Prabu Klana dan pengikutnya. Pada akhir pertarungan Tawangalun dapat membunuh
Prabu Klana dengan keris Pasopati, sedangkan Retno Tenggaron dan para tawanan
lainnya segera dibawa menghadap Prabu Brawijaya.Di Kerajaan Kediri Prabu
Brawijaya menerima para tawanan dan laporan tentang berbagai kejadian sejak
hilangnya Dewi Sekartaji sampai terbunuhnya Prabu Klana. Prabu Brawjaya
memutuskan untuk menikahkan Dewi Sekartaji dengan Jaka Kembang Kuning dan
segera mempersiapkan pesta perkawinan. Setelah segala persiapan selesai segera
dilaksanakan upacara pernikahan antara Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji.
Komentar
Posting Komentar