Kisah Baladewa kehilangan Nenggala
Al kisah terjadi keributan di Mandura. Sang Prabu Baladewa menyuruh Patih Pragota dan Patih Perbawa untuk menyelidiki apa yang terjadi, setelah itu Sang Prabu Mandura keluar lalu ke Kesatrian guna memastikan putranya tidak apa apa, ternyata keributan disebabkan wadyabala dari timbultahunan mengamuk di alun alun guna ingin minta keadilan sang Prabu Baladewa karena di Timbultahunan terjadi krisis pangan.
Sementara sang Prabu kaget dengan tiadanya Raden Wisata dan Raden Wilmuka di Kesatrian lalu pergi ke hutan guna mencarinya, sementara Patih Pragota dan Patih Perbawa menyanggupi kekurangan di timbultahunan lalu mereka berangkat dengan kedua patih itu membawa bahan makanan secukupnya dengan di kawal para prajurit Mandura untuk ke Timbultahunan.
Di hutan sang Prabu dikagetkan dengan sesosok bocah itu lalu mendekat kepada sang Prabu guna mengungkapkan kesedihanya karena ia minta mengakuan sebagai putra dari Mandura. Sang Prabu kaget bukan kepalang lalu menanyakan siapa si bocah tersebut, dari mana ia tinggal, ayahnya siapa, ibunya siapa, lalu si bocah tersebut menjawabnya namaku Wisadanu, ayahku Raden Wisata dan ibuku Dewi Purnamawati putri Begawan Purnamadewa, lalu siapakah sang Prabu ini, menjawab jawaban dari bocah tersebut sang Prabu meneteskan air mata dan mengatakan bahwa ia adalah cucunya.
Sekembali dari Timbultahunan kedua patih itu kaget melihat singgasana sang Prabu kosong, lalu dimanakah sang Prabu berada, seketika mereka mencari cari di sudut sudut keraton Mandura tetapi tak menemukan sang Prabu di Kesatrian juga tidak ada Raden Wisata dan Raden Wilmuka lalu kemanakah mereka???.
Di Kesatrian Madukara ada kedatangan tamu bernama Prabu Wisasasra dan Prabu Wilasasra menghadap Raden Arjuna dan kedua Patih Madukara yaitu Sucitra dan Surata. Raden Arjuna menanyakan kepada kedua raja tersebut mengunjungi Kasatrian Madukara untuk apa, lalu kedua raja tersebut langsung mengacungkan pedang dan minta Kesatrian Madukara sebagai Kerajaan mereka berdua namun naas kedua patih itu kalah dan tunduk kepada kedua raja tersebut.
Seketika Raden Arjuna minta pertolongan dengan pergi ke Padukuhan Karangkadempel minta kepada kaki Semar supaya bisa membinasakan kedua raja tersebut. Prabu Baladewa disertai Wisadanu pergi ke Madukara karena di tengah jalan mereka bertemu Raden Arjuna lari tungganglanggang ke Padukuhan Karangkadempel, seampainya di Kasatrian Madukara sang Prabu Mandura kaget dengan adanya sesosok dua raja dan menanyakan siapa mereka serta mengapa mereka dapat menguasai Kesatrian Mandura. lalu peperangan tak bisa dihindari sang Prabu Mandura kaget bahwa ia kehilangan senjata Nenggala miliknya dan mengaku kalah serta mundur dari peperangan, tapi bocah tersebut dengan tanpa senjata bisa mengalahkan kedua raja itu seketika kedua raja itu tunduk pada bocah itu yang sedikit memiliki kesaktian dan malih rupa aslinya menjadi Raden Wisata dan Raden Wilmuka lalu mereka pulang ke Mandura senjata pedang yang digenggam menjadi senjata Raden Wisata dan Raden Wilmuka yang ada dua menyatu dan berubah menjadi senjata Nenggala yang dicari sang Prabu.
Akhirnya sebelum pulang Raden Arjuna berterima kasih kepada sang Prabu Baladewa dan bocah tersebut dengan didampingi kaki Semar dan para punakawan anak anaknya. di Mandura pesta pesta syukuran atas anugerah dari sang kuasa yang mempertemukan anaknya dengan ayahnya serta cucu tersayang, di pesta itu juga dihadiri menantu serta ayah dari menantu sang Prabu, Begawan Purnamadewa dan Dewi Purnamawati.
Tokoh Raden Wisata dan Tokoh Raden Wilmuka
Tokoh Bambang Wisadanu
Tokoh Dewi Purnamawati dan Tokoh Begawan Purnamadewa
Sementara sang Prabu kaget dengan tiadanya Raden Wisata dan Raden Wilmuka di Kesatrian lalu pergi ke hutan guna mencarinya, sementara Patih Pragota dan Patih Perbawa menyanggupi kekurangan di timbultahunan lalu mereka berangkat dengan kedua patih itu membawa bahan makanan secukupnya dengan di kawal para prajurit Mandura untuk ke Timbultahunan.
Di hutan sang Prabu dikagetkan dengan sesosok bocah itu lalu mendekat kepada sang Prabu guna mengungkapkan kesedihanya karena ia minta mengakuan sebagai putra dari Mandura. Sang Prabu kaget bukan kepalang lalu menanyakan siapa si bocah tersebut, dari mana ia tinggal, ayahnya siapa, ibunya siapa, lalu si bocah tersebut menjawabnya namaku Wisadanu, ayahku Raden Wisata dan ibuku Dewi Purnamawati putri Begawan Purnamadewa, lalu siapakah sang Prabu ini, menjawab jawaban dari bocah tersebut sang Prabu meneteskan air mata dan mengatakan bahwa ia adalah cucunya.
Sekembali dari Timbultahunan kedua patih itu kaget melihat singgasana sang Prabu kosong, lalu dimanakah sang Prabu berada, seketika mereka mencari cari di sudut sudut keraton Mandura tetapi tak menemukan sang Prabu di Kesatrian juga tidak ada Raden Wisata dan Raden Wilmuka lalu kemanakah mereka???.
Di Kesatrian Madukara ada kedatangan tamu bernama Prabu Wisasasra dan Prabu Wilasasra menghadap Raden Arjuna dan kedua Patih Madukara yaitu Sucitra dan Surata. Raden Arjuna menanyakan kepada kedua raja tersebut mengunjungi Kasatrian Madukara untuk apa, lalu kedua raja tersebut langsung mengacungkan pedang dan minta Kesatrian Madukara sebagai Kerajaan mereka berdua namun naas kedua patih itu kalah dan tunduk kepada kedua raja tersebut.
Seketika Raden Arjuna minta pertolongan dengan pergi ke Padukuhan Karangkadempel minta kepada kaki Semar supaya bisa membinasakan kedua raja tersebut. Prabu Baladewa disertai Wisadanu pergi ke Madukara karena di tengah jalan mereka bertemu Raden Arjuna lari tungganglanggang ke Padukuhan Karangkadempel, seampainya di Kasatrian Madukara sang Prabu Mandura kaget dengan adanya sesosok dua raja dan menanyakan siapa mereka serta mengapa mereka dapat menguasai Kesatrian Mandura. lalu peperangan tak bisa dihindari sang Prabu Mandura kaget bahwa ia kehilangan senjata Nenggala miliknya dan mengaku kalah serta mundur dari peperangan, tapi bocah tersebut dengan tanpa senjata bisa mengalahkan kedua raja itu seketika kedua raja itu tunduk pada bocah itu yang sedikit memiliki kesaktian dan malih rupa aslinya menjadi Raden Wisata dan Raden Wilmuka lalu mereka pulang ke Mandura senjata pedang yang digenggam menjadi senjata Raden Wisata dan Raden Wilmuka yang ada dua menyatu dan berubah menjadi senjata Nenggala yang dicari sang Prabu.
Akhirnya sebelum pulang Raden Arjuna berterima kasih kepada sang Prabu Baladewa dan bocah tersebut dengan didampingi kaki Semar dan para punakawan anak anaknya. di Mandura pesta pesta syukuran atas anugerah dari sang kuasa yang mempertemukan anaknya dengan ayahnya serta cucu tersayang, di pesta itu juga dihadiri menantu serta ayah dari menantu sang Prabu, Begawan Purnamadewa dan Dewi Purnamawati.
Tokoh Raden Wisata dan Tokoh Raden Wilmuka
Tokoh Bambang Wisadanu
Tokoh Dewi Purnamawati dan Tokoh Begawan Purnamadewa
Komentar
Posting Komentar