Kesultanan Sintang Kalimantan Barat

Kerajaan Sintang

Kerajaan Sintang adalah Kerajaan Hindu kemudian menjadi Kerajaan Islam yang pernah berdiri di Kabupaten SintangKalimantan Barat, Indonesia. Penguasa Kerajaan Sintang disebut Panembahan Sintang.

Daftar Panembahan Sintang


  • Panembahan Samat semah
  • Panembahan Ismail Zubair Mali Jubairi Irawan II
  • Panembahan Tembilang Ari...................................................diketahui akhir kurun 16
  • Panembahan Pencin Pontin...................................................1600 - 1643
  • Panembahan Tunggal............................................................1643 - 1672
  • Panembahan Muhammad Shamsuddin.................................1672 - 1738 (diketahui Panembahan pertama masuk islam)
  • Panembahan Muhammad jalaluddin......................................1738 - 1786
  • Panembahan Muhammad Jamaluddin I.................................1786 - 1796
  • Panembahan Muhammad Qamaruddin.................................1796 - 1851
  • Panembahan Muhammad Jamaluddin II...............................1851 - 1855
  • Panembahan Gusti Kusuma Negara I................................... 1855 -1889
  • Panembahan Gusti Kusuma Negara II................................. 1889 - 1905
  • Panembahan Gusti Kusuma Negara III................................ 1905 - 1913
  • Panembahan Gusti Muhammad Jun Abdul Kadir........................... 1913 - 1934
  • Panembahan Gusti Kusuma Negara IV.................................. 1934 - 1944
  • Panembahan Gusti Kusuma Negara V................................... 1944 - 1950
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sintang

Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Jalan menuju ke makam para raja Sintang (Makam Raja Raja Sintang di Kampung Sungai Durian)

Hasil gambar untuk stempel kesultanan sintang
Stempel Ksl.Sintang 
Hasil gambar untuk masjid raya kesultanan sintang
Hasil gambar untuk masjid raya kesultanan sintang
Masjid Raya Kesultanan Sintang 
Hasil gambar untuk makam raja kesultanan sintang
Sumur Dara Juanti 
Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Istana Al Mukaramah Kesultanan Sintang 
Hasil gambar untuk kesultanan sintang
Lambang Kesultanan 
Hasil gambar untuk peninggalan kesultanan sintang
Koleksi Istana
Hasil gambar untuk peninggalan kesultanan sintang
Cap Gagang Stempel Keraton 

Pangeran Kuning dari Sintang

Pangeran Kuning dari Sintang (1759-1857) adalah seorang pejuang Kalimantan Barat. Ayahnya adalah seorang mangkubumi di Kerajaan Sintang, dan lahir sebagai anak pertama dari 6 bersaudara. Perjuangannya bermula dari mundurnya ia dari birokrasi Kerajaan Sintang. Dilanjutkan dengan Perang Tebidah I pada 5 Oktober 1856sampai 1857. Pangeran Kuning meninggal pada tahun itu dan dimakamkan di SedagaKayan Hulu. Perjuangan dilanjutkan selama 3 tahun oleh anaknya.

Masa kecil dan karier awal

Pangeran Kuning lahir di Kerajaan Sintang pada 1759. Ayahnya, Raden Machmud adalah seorang mangkubumi di kerajaan dan saudara dari Raja Sintang yakni Sultan Adi Abdul Rasyid Muhammad Jalaluddin. Mereka berdua adalah anak dari Sultan Abdurrahman Muhammad Jalaluddin, Raja Sintang sebelum Sultan Adi Abdul Rasyidyang meninggal dunia dan digantikan putra sulungnya, Pangeran Ratu Ahmad Qamaruddin.
Pangeran Kuning merupakan anak pertama dari enam bersaudara antara lain Pangeran Ratu IdrisPangeran Rija (Aria), Pangeran AnomAdi Tjoeit dan Adi Boesoe. Sejak kecil, ia menimba ilmu silat dan agama dari Rajo Dangki, seorang mubalig asal Minangkabau yang menyebarkan agama Islam di wilayah Kerajaan Sintang.

Perjuangan

Kedatangan Belanda

Pada tahun 1795, Sultan Abdurrasyid meninggal dan ia digantikan oleh Ade Noh yang bergelar Sultan Ahmad Qamaruddin menjadi raja atas Sintang.
Pada Juli 1822, datanglah pasukan Belanda dengan senjata lengkap yang dipimpin oleh J.H. Tobias, komisaris West Kust van Borneo yang bermaksud mengamankan Kesultanan dari ancaman, utamanya dari luar. Maka, Sultan selaku wakil Kesultanan Sintang bertemu dengan Tobias. Dan hasil kesempatan itu adalah Belandadiperbolehkan tinggal di Sintang.
Dan selanjutnya, Belanda meminta perluasan tanah di Tanjung Sari untuk membuat loji/benteng. Nyatanya, tanah yang diminta amatlah luas. Namun, Sultan menolak dan Belanda menjalankan siasat politik klasiknya, yakni devide et impera untuk memecah belah Kerajaan. Mendengar hal ini, para pangeran datang dari daerah seperti Nanga Kayan datang. Mereka meminta lebih baik Sultan membatalkan rencana tersebut dan sebaiknya wilayah di Tanjung Sari itu dibangun bangunan yang Islami seperti masjid atau pesantren. Namun, Sultan menolak.
Kemudian, Sultan menugaskan Pangeran Muda anak Pangeran Kuning agar memimpin wilayah Ketungau sebagai penjaga keamanan dan pemungut pajak penduduk guna kepentingan kerajaan Sintang. Pangeran Kuning tidak menyetujui kebijakan Sultan Ahmad Qamaruddin yang mau bekerja sama dengan Belanda. Tak lama kemudian, Sultan meninggal dunia.
Setelahnya, Belanda membuat perjanjian 4 kali sepanjang 1823-1847. Barulah, pada 31 Maret 1855, Belanda membuat perjanjian permanen untuk menguasai Kerajaan Sintang.

Mundur dari birokrasi dan Perang Tebidah

Perlawanan baru muncul dari mangkubumi Pangeran Idris. Pangeran Kuning pun ikut memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pejabat di Kerajaan Sintang. Mundurnya mereka dari birokrasi diikuti oleh sejumlah pejabat lain, seperti Pangeran Anom dan Pangeran Muda dan mereka mulai menyusun rencana di sepanjang hutan dan Sungai Kayan, tepatnya di Nanga Kayan.
Perang meletus pada 5 Oktober 1856. Belanda kemudian membujuk Pangeran Idris dengan perantaraan Raja Sintang, Pangeran Idris dam Pangeran Adipati diudang ke pertemuan ini, Belanda berlaku curang. Pangeran Idris ditangkap dan dibuang ke KarawangJawa Barat.
Kemudian, Pangeran Abdurrasyid naik tahta. Ia ikut melawan Belanda bersama Pangeran Anom, Pangeran Muda, Muhammad Saleh, dan Nibung. Mereka bersama-sama menggempur benteng Belanda di Tanah Tanjung pada 11 November 1856. Barulah pada 1857, Pangeran Kuning meninggal dan perlawanan terus dilanjutkan anaknya selama 3 tahun yaitu Pangeran Muda. Mereka dimakamkan di SedagaKayan Hulu.

Penghormatan

150px
Tugu Pangeran Kuning 
Di Sintang, dibangun sebuah tugu bernama Tugu Pangeran Kuning. Dan disana pula, ada sebuah jalan yang menggunakan nama Jln. Pangeran Kuning, ia terletak di Kelurahan Tanjung PuriKabupaten Sintang. Tugu ini sesuai dengan ciri-ciri Pangeran Kuning yang sesungguhnya, yaitu ia memiliki kulit yang berwarna kuning langsat.
Pada 2010 kemarin, Bupati Sintang Milton Crosby mengatakan Pemkab Sintang tengah memperjuangkan Pangeran Kuning agar menjadi pahlawan nasional. Akan tetapi, pengajuan terkendala oleh berkas-berkas dan pahlawan lain yang tengah diajukan adalah Oevaang Oeray.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Kuning_dari_Sintang

Kabupaten Sintang
Wilayah Ksl.Sintang 



Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer