Kesultanan Malaka

Kerajaan Malaka 
Menurut Sejarah Melayu, Parameswara adalah keturunan dari Sang Nila Utama (anak Sang Sapurba dari Palembang yang dikawinkan dengan Sri Beni Putri permaisuri Iskandar Syah ratu Bintan) yang hijrah ke Tumasik dan diangkat sebagai raja dangan gelar tribuwana. Pada masa kekuasaan Parameswara dating serangan dari Majapahit sehingga raja melarikan diri ke Semenanjung Melayu (Trengganu), hidup di sana dan mendirikan Kerajaan Malaka, sekitar tahun 1400 M dan setelah masuk Islam bergelar Megat Iskandar Syah dan wafat pada tahun 1424 M., Penggantinya adalah Sultan Muhammad Syah (1414-1444 M), kemudian Sultan Mahmud (1511 M), pada saat itu Malaka jatuh ke tangan Portugis. Akhirnya beliau mengungsi ke Pahang yang kemudian tinggal di Muara Pulau Bintan. Dari sini beliau terus berusaha melakukan serangan ke Malaka namun selalu gagal. Pada Oktober 1512 serangan terhadap Bintan dilancarkan Portugis dengan dipimpin oleh Albuquerque. Akan tetapi karena pertahanan terlalu kuat Albuquerque mengalami kekalahan. Serangan selanjutnya dilakukan Portugis 1523 dipimpin oleh Henriquez dan tahun 1524 dipimpin oleh De Souza, keduanya mengalami kekalahan. Pada tahun 1525, Bintan berhasil dikuasai Portugis setelah bersekutu dengan Lingga dan Sultan Mahmud mengungsi ke Johor.

Meskipun Sultan Mahmud selalu berusaha untuk dapat merebut Malaka kembali dari tangan Portugis, tetapi sampai akhir hayatnya usaha itu tidak pernah berhasil. Atas usaha putranya Kerajaan Melayu berhasil dilanjutkan dengan berpusat di Johor. Sebagai Sultan Johor pertama ia memakai gelar Sultan Alaudin Riayat Syah II (1528-1564M). Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1677-1685M) pusat kerajaan dipindahkan ke Bintan, tepatnya pada tahun 1678 M.
https://youchenkymayeli.blogspot.co.id/kerajaan-islam-di-sumatera.html

KERAJAAN MALAKA

Sebenarnya, Kerajaan Malaka tidak termasuk wilayah Indonesia, melainkan masuk dalam Negara Malaysia. Namun, kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan kebudayaan Islam di sekitar perairan Nusantara. Terletak di jalur pelayaran dan perdagangan antara Asia Barat dengan Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit.
Letak Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya dengan ibukota di Malaka. Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara, ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan
Pendiri Malaka adalah Pangeran Parameswara, berasal dari Sriwijaya (Palembang). Ketika di Sriwijaya terjadi perebutan kekuasaan pada abad ke-14 M, Parameswara melarikan diri ke Pulau Singapura.
http://ilmusosial.net/perkembangan-kerajaan-islam-di-sumatra.html
Kerajaan Malaka
     Kerajaan Malaka merupakan sebuah kerajaan Islam yang menguasai daerah semenanjung Malaka dan Riau. Raja-raja yang memerintah Kerajaan Malaka adalah sebagai berikut :
1)   Iskandar Syah ( 1396 – 1414 M )
        Iskandar Syah merupakan raja  pertama Kerajaan Malaka. Nama aslinya adalah Paramisora. Ia melarikan diri bersama pengikutnya dari Karajaan Majapahit ke Semenanjung Malaya dan membangun kerajaan baru yang kemudian diberi nama Malaka. 
Kerajaan Islam Malaka merupakan kerajaan Islam ke dua setelah kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam terbesar yang disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya.
2)   Muhammad Iskandar Syah ( 1414 – 1424 M )
        Muhammad Iskandar Syah merupakan putera dari Iskandar Syah yang naik tahta menggantikan ayahnya. Dalam kekuasaannya dia adalah melanjutkan cita-cita ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka dan ia berhasil mengujasai wilayah semenanjung Malaya.
3)   Sultan Muzafar Syah ( 1424 – 1458 M )
        Sultan Muzafar Syah memerintah Kerajaan Malaka menggantikan Muhammad Iskandar Syah. Setelah menguasai tahta kerajaan, Muzafar Syah mempergunakan gelar Sultan yang merupakan gelar raja-raja dalam kerajaan Islam.
        Sumber sejarah menyebutkan bahwa pada masa kekuasaan Muzafar Syah Kerajaan Malaka mendapat serangan dari Kerajaan Siam. Serangan itu dapat digagalkan oleh Kerajaan Malaka. Keberhasilan itu selanjutnya makin mengukuhkan kebesaran Kerajaan Malaka sebagai penguasa jalur pelayaran Selat Malaka.
        Pada masa pemerintahannya ia juga berhasil memperluas daerahnya hingga ke Pahang, Indragiri dan Kampar.
4)   Sultan Mansyur Syah ( 1458 – 1477 M )
        Sultan Mansyur Syah adalah pengganti Sultan Muzafar Syah. Pada masa pemerintahannya Malaka berhasil menguasai Kerajaan Siam, sehingga Malaka dapat memperluas wilayah kekuasaannya dan mengukuhkan kebesarannya.
Kebijakan Sultan Mansyur Syah terhadap sesama kerajaan Islam, ia tidak menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan dengan sesama kerajaan Islam.
5)   Sultan Alauddin Syah ( 1477 – 1488 M )
        Sultan Mansyur Syah wafat 1477 M, ia digantikan oleh puteranya Sultan    Alauddin Syah. Pada masa pemerintahannya perekonomian Malaka dalam kondisi cukup stabil, perdagangan dan pelayaran di pelabuhann Malaka masih ramai. Namun secara politis masa pemerintahan Sultan alauddin Syah mengalami kemunduran karena banyak daerah taklukan yang melepaskan diri dan banyaknya terjadi perang dan pemberontakan.
6)   Sultan Mahmud Syah
        Sultan Mahmud Syah menggantikan ayahnya Sultan Alauddin Syah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah Malaka mengalami kemunduran baik secara politik maupun ekonomi. Secara politik kekuasaan Malaka hanya  tinggal di daerah Semenanjung Malaka, sedang daerah yang lain sudah melepaskan diri dan berdiri sendiri. Dalam kondisi seperti ini armada Portugis tiba di Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque yang akhirnya menguasai dan menaklukkan Malaka.
        Secara ekonomi, peran Malaka diambil alih oleh kerajaan Banten yang memiliki pelabuhan ditepi Selat Sunda . Hal ini terjadi karena armada Portugis menguasai kerajaan Malaka dan mengenakan pajak yang tinggi bagi setiap kapal yang masuk sejak tahun 1511 M.
http://shekakau.blogspot.co.id/kerajaan-kerajaan-islam-di-sumatera.html

Kesultanan Melaka

Kesultanan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di MalakaMalaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum ditaklukan oleh Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatin dan kronik Cina masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar sultan yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.
Wilayah Kesultanan Malaka 

Pendirian

Berdasarkan Sulalatus Salatin kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singapura, kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke MalakaKronik Dinasti Ming mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina. Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.
Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409, mengambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka, sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar sultan muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam Sulalatus Salatin gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya Raja Iskandar Syah, tokoh yang dianggap sama dengan Parameswara oleh beberapa sejarahwan. Sementara dalam Pararaton disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai suami dari Ratu MajapahitRatu Suhita. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.
Pada tahun 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah, memerintah selama 10 tahun, kemudian menganut agama Islam dan digantikan oleh Sri Maharaja atau Sultan Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, mengambil gelar Sri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.

Hubungan dengan kekuatan regional

Sampai tahun 1435, Malaka memiliki hubungan yang dekat dengan Dinasti Ming, armada Ming berperan mengamankan jalur pelayaran Selat Malaka yang sebelumnya sering diganggu oleh adanya kawanan perompak dan bajak laut. Di bawah perlindungan Ming, Malaka berkembang menjadi pelabuhan penting di pesisir barat Semenanjung Malaya yang tidak dapat disentuh oleh Majapahit dan Ayutthaya. Namun seiring berubahnya kebijakan luar negeri Dinasti Ming, Kawasan ujung tanahini terus diklaim oleh Siam sebagai bagian dari kedaulatannya sampai Malaka jatuh ke tangan Portugal, dan setelah takluknya Malaka, kawasan PerlisKelantanTerengganudan Kedah kemudian berada dalam kekuasaan Siam.
Sulalatus Salatin juga mengambarkan kedekatan hubungan Malaka dengan Pasai, hubungan kekerabatan ini dipererat dengan adanya pernikahan putri Sultan Pasai dengan Raja Malaka dan kemudian Sultan Malaka pada masa berikutnya juga turut memadamkan pemberontakan yang terjadi di Pasai. Ma Huan juru tulis Cheng Ho menyebutkan adanya kemiripan adat istiadat Malaka dengan Pasai serta ke dua kawasan tersebut telah menjadi tempat permukiman komunitas muslim di Selat Malaka. Sementara kemungkinan ada ancaman dari Jawa dapat dihindari, terutama setelah Sultan Mansur Syah membina hubungan diplomatik dengan Batara Majapahit yang kemudian meminang dan menikahi putri Raja Jawa tersebut. Selain itu sekitar tahun 1475 di Jawa juga muncul kekuatan muslim di Demak yang nanti turut melemahkan hegemoni Majapahit atas kawasan yang mereka klaim sebelumnya sebagai daerah bawahan. Adanya keterkaitan Malaka dengan Demak terlihat setelah jatuhnya Malaka kepada Portugal, tercatat ada beberapa kali pasukan Demak mencoba merebut kembali Malaka dari tangan Portugal.

Masa kejayaan

Pada masa pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatera, setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan Siam. Di mulai dengan menyerang Aru yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi muslim dengan baik. Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan Orang Laut yang tersebar antara kawasan pesisir timur Pulau Sumatera sampai Laut Cina Selatan. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Kampar, dan Siak juga takluk. Sementara kawasan Inderagiri dan Jambi merupakan hadiah dari Batara Majapahit untuk Raja Malaka. Sultan Mansur Syah kemudian digantikan oleh putranya Sultan Alauddin Syah namun memerintah tidak begitu lama karena diduga ia diracun sampai meninggal dan kemudian digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.
Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan kosmopolitan dan pusat perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti emas, timah, lada dan kapur. Malaka muncul sebagai kekuatan utama dalam penguasaan jalur Selat Malaka, termasuk mengendalikan kedua pesisir yang mengapit selat itu.

Penurunan

Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugal di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan pada 24 Agustus 1511 Malaka jatuh kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru. Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 Patih Yunus dengan pasukan dari Demakberkekuatan 100 kapal 5000 tentara mencoba menyerang Malaka, namun serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal. Selanjutnya untuk memperkuat posisinya di Malaka, Portugal menyisir dan menundukkan kawasan antara Selat Malaka. Pada bulan Juli 1514, de Albuquerque berhasil menundukkan Kampar, dan Raja Kampar menyatakan kesediaan dirinya sebagai vazal dari Portugal di Malaka.
Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit dan terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal juga terus memperkukuh penguasaannya atas jalur pelayaran di Selat Malaka. Pada pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang Pasai, sekaligus meruntuhkan kerajaan yang juga merupakan sekutu dari Sultan Malaka.
Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal dibawah pimpinan de Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan Sultan Malaka, namun serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dalam serangan berikutnya pada 23 Oktober 1526 Portugal berhasil membumihanguskan Bintan, dan Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Berdasarkan Sulalatus Salatin Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan oleh putranya Sultan Alauddin Syah yang kemudian tinggal di Pahang beberapa saat sebelum menetap di Johor. Kemudian pada masa berikutnya para pewaris Sultan Malaka setelah Sultan Mahmud Syah lebih dikenal disebut dengan Sultan Johor.

Pemerintahan

Walaupun Kesultanan Malaka sangat kuat dipengaruhi oleh agama Islam namun dalam menjalankan pemerintahan, kerajaan ini tidak menerapkan pemerintahan Islam sepenuhnya. Undang-undang yang berlaku di Malaka seperti Hukum Kanun Malaka hanya 40,9% mengikut aturan Islam. Begitu juga Undang-undang Laut Malaka hanya 1 pasal dari 25 pasal yang mengikut aturan Islam.
Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki susunan tata pemerintahan yang rapi. Sultan Malaka memiliki kekuasaan yang absolut, seluruh peraturan dan undang-undang merujuk kepada Raja Malaka. Sementara dalam administrasi pemerintahan Sultan Malaka dibantu oleh beberapa pembesar, antaranya BendaharaTumenggungPenghulu Bendahari dan Syahbandar. Kemudian terdapat lagi beberapa menteri yang bertanggungjawab atas beberapa urusan negara. Selain itu terdapat jabatan Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok masyarakat Orang Laut.

Daftar raja Malaka

Berikut daftar raja Malaka
1405-1414 Parameswara (Berkunjung ke Nanjing dan minta pengakuan Kaisar Cina)
1414-1424 Megat Iskandar Syah (Berkunjung ke Nanjing dan mengabarkan kematian bapaknya)
1424-1444 Sri Maharaja Sultan Muhammad Syah 
1444-1445 Sri Parameswara Dewa Syah
Sultan Abu Syahid
Sultan Muhammad Syah
1446-1459 Sultan Mudzaffar Syah 
1459-1477 Sultan Mansur Syah
1477-1488 Sultan Alauddin Riayat Syah
1488-1511 Sultan Mahmud Syah 
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Melaka

Kesultanan Malaka
Istana Kesultanan Malaka 
Kedatangan Bangsa Portugis
Di akhir tahun 1400-an, Kerajaan Portugal mulai mencari peluang perdagangan baru di laut lepas. Alih-alih mengandalkan jalur darat ke pasar rempah-rempah Asia (yang didominasi oleh Venesia), Portugis memutuskan untuk menemukan rute laut ke China. Penjelajah Vasco de Gama berhasil berlayar di sekitar ujung selatan Afrika pada akhir 1400-an, dengan bantuan navigator muslim yang akrab dengan Samudera Hindia.
Dengan hasil temuan baru ekspedisi bangsa Eropa ini, dengan cepat Portugal menjadi kekuatan angkatan laut di Samudera Hindia dan berusaha untuk mendominasi pasar rempah-rempah Asia. Setelah mendirikan basis di kota-kota India seperti Goa dan Calicut sekitar 1510 M, Portugis terus menjelajah ke Timur untuk memperluas kerajaan perdagangan mereka. Pada tahun 1511 M, mereka memutuskan untuk menaklukkan pelabuhan penting di Malaka untuk mengontrol perdagangan dengan Cina. Pada awalnya, mereka berusaha untuk menciptakan hubungan yang ramah dengan Sultan Malaka, Mahmud Syah dan menggunakannya sebagai mitra dalam kerajaan. Namun, setelah diperingatkan oleh Muslim Tamil (India) yang telah melihat kekejaman Portugis di Goa, Sultan Mahmud menolak untuk mengizinkan Portugis memasuki wilayahnya.
Pada 25 Juli 1511, komandan Portugis, Afonso de Albuquerque, mulai menyerang Malaka. Meskipun bersekutu dengan negara-negara Muslim tetangga, Kesultanan Malaka tidak mampu menahan kehebatan senjata Portugis yang lebih modern dan canggih. Akhirnya, pada akhir Agustus kota ini berhasil ditaklukkan. Portugis segera memulai merekonstruksi Benteng A Famosa untuk melindungi mereka dari serangan balik orang-orang Melayu. Bahan pembangunan diambil dari sebagian besar bangunan di pusat kota, termasuk masjid dan gedung-gedung utama pemerintah dihancurkan dan batunya digunakan untuk membangun benteng. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Kesultanan Malaka menjadi daerah yang berada di bawah dominasi asing.
Porta de Santiago A Famosa. Ini adalah gerbang benteng peninggalan Portugal yang terletak di Malesia.
Benteng peninggalan portugis di malesia 
https://kisahmuslim.com/kesultanan-malaka.html

Kerajaan Malaka

  1.  Kerajaan Malaka
  2.  A. LETAK KERAJAAN 
  3.  Letak kerajaannya sangat strategis  Masa Kerajaan Malaka antara tahun 1380-1403 Masehi  Berada di Semenanjung Malaya dengan ibukota di Malaka  Pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara.
  4.  B. Kehidupan Politik 
  5. 1. Iskandar Syah (1396-1414 M)  Raja pertama Kerajaan Malaka  Iskandar Syah awalnya adalah seorang penguasa dari Kerajaan Majapahit yang aslinya bernama Paramisora melarikan diri setelah Majapahit kalah dalam Perang Paregreg. Setelah ia masuk islam, ia berganti nama menjadi Iskandar Syah  Ia melarikan diri bersama pengikutnya ke Semanjung Malaya dan membangun kerajaan baru yang kemudian diberi nama Malaka  Berkembangnya kegiatan perdagangan dan pelayaran di kerajaan Malaka banyak didukung para pedagang Islam dari Arab dan India. Kerajaan Malaka pun banyak mendapatkan pengaruh budaya Islam dari kedua daerah ini
  6.  2. Muhammad Iskandar Syah (1414- 1424 M ) 
  7.  Adalah putra Iskandar Syah. Selama memerintah Malaka, Muhammad Iskandar Syah berhasil memajukan bidang perdagangan dan pelayaran  Ia juga berhasil menguasai jalur perdagangan di Kawasan Selat Malaka dengan taktik perkawinan putri raja Kerajaan Samudra Pasai dengan tujuan menundukkan Kerajaan Samudra Pasai secara Politis  Setelah mendapatkan kekuasaan politik Kerajaan Samudra Pasai, ia menguasai wilayah perdagangan di sekitarnya.
  8.  3. Sultan Mudzaffar Syah atau Raja Kassim (1446-1459)
  9.   Ia menggantikan Muhammad Iskandar Syah setelah menyingkirkan tahta Kerajaan Malaka melalui sebuah kemelut politik  Setelah menguasai tahta kerajaan, Muzafar Syah mempergunakan gelar Sultan yang merupakan gelar raja-raja dalam kerajaan Islam  Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Malaka mendapatkan serangan dari Kerajaan Siam. Namun, serangan ini berhasil digagalkan oleh Kerajaan Malaka dengan bantuan Tun Perak  Setelah Tun Perak berhasil memukul mundur pasukan Siam, Tun Perak diangkat menjadi pejabat politik pemerintahan  Pada kurun pemerintahannya, Sultan Mudzaffar Syah juga berhasil memperluas daerah Kekuasaannya hinggga ke Pahang, Indragiri dan Kampar.6. Dalam masa kejayaannya, kekuasaan Kerajaan Malaka yaitu:
  10.  1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano) 
  11. 2. Kepulauan Riau 
  12. 3. Pesisir Timur Sumatera Tengah 
  13. 4. Brunai dan Serawak. 
  14. 5. Tanjungpura (Kalimantan Barat).
  15.  4. Sultan Mansyur Syah (1458-1477) 
  16.  Setelah Sultan Mudzaffar Syah wafat, ia digantikan oleh putrannya Sultan Mansyur Syah  Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka berhasil menguasai kerjaaan Siam sebagai bagian taktik memperluas wilayah kekuasaan  Sultan Mansyur Syah tidak menyerang Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan Islam. Ini merupakan suatu kebijakan politik Sultan Mansyur Syah untuk menjalin hubungan dengan kerjaan-kerajaan Islam  Terdapat seorang Laksamana yang bernama Hang Tuah. Ia merupakan orang yang membantu mengembangakan Kerajaan Malaka, sifat kebesarannya sama seperti Patih Gajah Mada.
  17. 5. Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M)
  18.   Setelah Sultan Mansyur Syah wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Alaudin Syah  Pada masa pemerintahannya perekonomian Kerajaan Malaka dalam kondisi cukup stabil  Tapi secara politis, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka melepaskan diri. Hal ini disebabkan karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
  19. 6. Sultan Mahmud Syah(1488-1511 M)
  20.   Kerajaan Malaka semakin mengalami kemunduran baik secara Politik maupun Ekonomi  Secara Politik kekuasaan Kerajaan Malaka hanya tinggal mencakup wilayah utama Semenanjung Malaka  Pada tahun 1511 M, armada perang Bangsa Portugis yang dipimpin oleh Afonso d'Albuquerque akhirnya berhasil menguasai dan menaklukkan Kerajaan Malaka
  21.  C. Kehidupan Ekonomi 
  22. Pusat dan penguasa perdagangan di Asia Tenggara, ramai oleh lalu lintas kapal Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barangbarang yang masuk dan keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara Adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.
  23.  D. KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA 
  24.  Perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka  Contohnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.  Kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya
  25.   Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme  Munculnya kelompok masyarakat seperti adanya golongan buruh dan majikan.
  26. http://www.slideshare.net/anuramadhan/kerajaan-malaka



Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer