Kesultanan Landak Kalimantan Barat

Kerajaan Landak

Kerajaan Ismahayana Landak adalah sebuah kerajaan yang saat ini berlokasi di Kabupaten LandakKalimantan Barat. Keraton Ismahayana Landak memiliki kronik sejarah yang relatif panjang, meskipun sumber-sumber tertulis yang membuktikan sejarah kerajaan ini bisa dikatakan sangat terbatas. Sama halnya dengan sumber dari cerita-cerita rakyat yang muncul di Ngabang, Kalimantan Barat, tempat di mana kerajaan ini berada. Kendati demikian, bukti-bukti arkeologis berupa bangunan istana kerajaan (keraton) hingga atribut-atribut kerajaan yang masih dapat kita saksikan hingga kini dan juga buku Indoek Lontar Keradjaan Landak yang ditulis oleh Gusti Soeloeng Lelanang (raja ke-19) pada tahun 1942, sesungguhnya cukup memadai untuk membuktikan perjalanan panjang kerajaan ini yang secara garis besar terbagi ke dalam dua fase, yakni fase Hindu dan fase Islam, ini telah dimulai sejak tahun 1275 M.
Hasil gambar untuk bendera kesultanan landak  Hasil gambar untuk bendera kesultanan landak 
Bendera Ksl.Landak 

Periode pemerintahan


Periode pemerintahan kerajaan ini di bagi ke dalam empat periode dari dua fase, yaitu:
Fase Hindu
  • Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292–1472)
Fase Islam
  • Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472–1703)
  • Kerajaan Landak di Bandong (1703–1768)
  • Kerajaan Landak di Ngabang (1768–sekarang)

Wilayah kekuasaan


Wilayah kekuasaan Kerajaan Ismahayana Landak kira-kira mencakup seluruh Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Pada tiga periode awal, secara geografis wilayah yang dikuasai kerajaan ini meliputi daerah sepanjang Sungai Landak berikut sungai-sungai kecil yang merupakan cabang darinya. Sungai yang merupakan anakan Sungai Kapuas ini memiliki panjang sekitar 390 km. Dalam perkembangannya kemudian, cakupan wilayah kekuasaan Landak semakin luas hingga daerah-daerah pedalaman. Jika dibayangkan dengan kondisi saat ini, kira-kira batas wilayah Kerajaan Landak menyerupai wilayah Kabupaten Landak yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sanggau di sebelah timur; Kabupaten Mempawah di sisi barat; Kabupaten Bengkayang di bagian utara; dan bagian selatan oleh Kabupaten Ketapang. Ditengarai bahwa alasan pokok para pendahulu Kerajaan Landak memilih bantaran Sungai Landak sebagai tempat bermukim adalah karena di sepanjang sungai ini memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa, yakni intan dan emas. Usman mengatakan bahwa intan terbesar yang pernah ditemukan dan dimiliki oleh Kerajaan Landak bernama Palladium Intan Kubi (intan ubi) dengan berat 367 karat. Setelah penemuan itu, intan tersebut diberi nama sebagai Intan Danau Raja. Intan ini ditemukan tatkala Raden Nata Tua Pangeran Sanca Nata Kusuma Tua (1714–1764) bertahta sebagai raja Landak ke XIX di Bandong. Lebih lanjut, sebagai sebuah kerajaan, Landak tidak menutup diri dengan dunia luar. Kerajaan ini justru aktif menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitar Kalimantan Barat. Relasi yang dibangun adalah hubungan kekerabatan, seperti dengan Kesultanan Sambas Alwazikhubillah, Kerajaan Mempawah Amantubillah, Kerajaan Sanggau, Kerajaan Matan, dan Kerajaan Tayan.

Silsilah


Silsilah Raja-raja Kerajaan Landak dibagi menjadi empat periode pemerintahan serta dua fase keagamaan: Hindu dan Islam. Keempat periode yang dimaksud berkiblat pada keberadaan Istana Kerajaan Landak yang tercatat pernah menempati empat lokasi berbeda.

Fase Hindu

Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292–1472)
  1. Ratu Sang Nata Pulang Pali I
  2. Ratu Sang Nata Pulang Pali II
  3. Ratu Sang Nata Pulang Pali III
  4. Ratu Sang Nata Pulang Pali IV
  5. Ratu Sang Nata Pulang Pali V
  6. Ratu Sang Nata Pulang Pali VI
  7. Ratu Sang Nata Pulang Pali VII

Fase Islam

Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472–1703)
  1. Raden Iswaramahayan Raja Adipati Karang Tanjung Tua atau Raden Abdul Kahar (1472–1542) (Islam masuk pada periode ini di Kerajaan Landak)
  2. Raden Pati Karang Raja Adipati Karang Tanjung Muda (1542–1584)
  3. Raden Cili (Tjili) Pahang Tua Raja Adipati Karang Sari Tua (1584–1614)
  4. Raden Karang Tedung Tua (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Tua (1614–1644)
  5. Raden Cili (Tjili) Pahang Muda Raja Adipati Karang Sari Muda (1644–1653)
  6. Raden Karang Tedung Muda (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Muda (1679–1689)
  7. Raden Mangku Tua (wakil raja) Raja Mangku Bumi Tua (1679–1689)
  8. Raden Kusuma Agung Tua (1689–1693)
  9. Raden Mangku Muda (wakil Raja) Pangeran Mangku Bumi Muda (1693–1703)
Kerajaan Landak di Bandong (1703–1768)
  1. Raden Kusuma Agung Muda (1703–1709)
  2. Raden Purba Kusuma (wakil raja) Pangeran Purba Kusuma (1709–1714)
  3. Raden Nata Tua Pangeran Sanca Nata Kusuma Tua (1714–1764)
  4. Raden Anom Jaya Kusuma (wakil raja) Pangeran Anom Jaya Kusuma (1764–1768)
Kerajaan Landak di Ngabang (1768–sekarang), dengan kepala negara bergelar Paduka Panembahan dan kepala pemerintahan bergelar Paduka Pangeran
  1. Raden Nata Muda Pangeran Sanca Nata Kusuma (1768–1798)
  2. Raden Bagus Nata Kusuma (wakil raja) Ratu Bagus Nata Kusuma (1798–1802)
  3. Gusti Husin (wakil raja) Gusti Husin Suta Wijaya (1802–1807)
  4. Panembahan Gusti Muhammad Aliuddin (1807–1833)
  5. Haji Gusti Ismail (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Haji Gusti Ismail (1833–1835)
  6. Panembahan Gusti Mahmud Akamuddin (1835–1838)
  7. Ya Mochtar Unus (wakil panembahan) Pangeran Temenggung Kusuma (1838–1843)
  8. Panembahan Gusti Muhammad Amaruddin Ratu Bagus Adi Muhammad Kusuma (1843–1868)
  9. Gusti Doha (wakil panembahan) (1868–1872)
  10. Panembahan Gusti Abdulmajid Kusuma Adiningrat (1872–1875)
  11. Haji Gusti Andut Muhammad Tabri (wakil panembahan) Pangeran Wira Nata Kusuma (1875–1890)
  12. Gusti Ahmad (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Ahmad (1890–1895)
  13. Panembahan Gusti Abdulazis Kusuma Akamuddin (1895–1899)
  14. Gusti Bujang Isman Tajuddin (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Bujang (1899–1922)
  15. Panembahan Gusti Abdul Hamid (1922–1943)
  16. Gusti Sotol (wakil panembahan) (1943–1945)
  17. Haji Gusti Mohammad Appandi Ranie (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Mohammad Appandi Ranie Setia Negara (1946, hanya sekitar 4 bulan berkuasa)
  18. Pangeran Ratu Haji Gusti Amiruddin Hamid (?)
  19. Drs. Gusti Suryansyah Amiruddin, M.Si. Pangeran Ratu Keraton Landak (2000–sekarang)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Landak
KERAJAAN LANDAK
Hasil gambar untuk keraton kesultanan landak
Keraton Ismahya Landak 
A. Sejarah berdirinya
Sejarah berdirinya kerajaan landak hanya berdasarkan cerita rakyat yang di sampailkan dari mulut ke mulut. Adapun cerita tentang berdirinya kerajaan ini adalah sbb:
Adalah berawal dari seorang yag bernama Raden kusumntri indra ningrat atau abhiseka ratu brawijaya angka wijaya, tetapi di landak lebih di kenal dengan sebutan ratu sang nata pulang pali. Beliau adalah seorang keturunan raja majapahit di jawa. Pada zaman dulu beliau beserta rombongannya berlayar dari jawa ke kalimantan dengan sebuah rakit melewati ketapang,beliau berjalan menyusuri sungai kapuas, kemudian menyusuri sungai landak kecil dan berhenti di kuala mandor.
Di daerah inilah , kepada penduduk setempat ratu sang nata pulang pali membagi-baikan garam. Penduduk setempat merasa gembira mendapat pembagian garam tersebut. Maka dengan senang hati penduduk brgotong royong membantu sang nata pulang pali untuk mendirikan sebuah kerajaan di ningrat batur.
Setelah mendirikan istana, beliau menikah dengan putri kalimantan asli yang bernama putri dara hitam. Dari pernikahan inilah yang nantinya lahir anak mereka yang di beri nama Ismahaya.
Ternyata pernikahan antara sang nata pulang pali dengan putri dara hitam tidak berlangsung lama. Hal ini di sebabkan adanya peristiwa terbunuhnya orang tua(ayah) dara itam yang bernama patih tega temuka oleh orang-orang dari kerajaan baiju.
Mengetahui hal ini, puteri dara itam sangat sedih hatinya, dia mohon kepada sang raja(suaminya) untuk mengambil tengkorak ayahnya.
Kerena cintanya raja pulang pali kepada puteri dara itam sangat besar, maka dikabulkanlah permintanya itu. Seluruh pasukan perang dikerahkan untuk mengambil kembali tengkorak ayah putri dara hitam. Segala usaha telah dilakukan tetapi hasilnya nihil.semua tidak bisa membawa kembali tengkorak yang diinginkan.
Raja pulang pali hampir putus asa. Akhirnya beliau mengeluarkan satu syembara. Isi dari syembara tersebut adalah “ siapa yang bisa mengambil tengkorak patih tega temuka, beliau berjanji akan memenuhi apapun hadiah yang di minta’’.
Ada seorang pemuda yang bernama Ria Sinir dia sangat tertarik dengan syembara tersebut. Tidak pikir panjang lagi, ia pun langsung mengikuti syembara tersebut untuk menemukan tengkorak yang di maksud.
Pada zaman itu, membunuh orang adalah hal biasa. Memenggal kepala(mengayau) orang sakti seprti: kepala suku, raja, adalah hal yang sangat di dambakan. Kerena menggap tengkorak orang itu mempunyai khasiat penting dalamkehidupan suku dayak. Apa lagi itu keepunyaan orang sakti. Mereka percaya, jika tengkorak hasil kayuan itu hilang, maka hilanglah segala khasiat dan kemujurun hidup seluruh sukunya.
Riya sinir tahu hal itu. Maka dicarilah tengkorak patih tega temuka kerajaan suku dayak yang saat itu rajanya terkenal suka mengayau. Ternyata benar apa yamg diperkirakan. Tengkorak patih tega temuka disimpan dalam pondik istana dan di jaga ketat. Maka dicarilah cara yang paling tepat untuk untuk bisa mengambil tengkorak tersebut.
Pada malam hari, ria sinir menghambur-hamburkan uang logam, di tempat orang-orang suku dayak itu menimba air, selain itu juga mengikatkan uang logam itu di pohon-pohon yang beracun. Sementara menunggu pagi datang ria sinir mengayuh perahunya lebih k hilir, supaya tidak di ketahui oleh orang kampung itu.
Pada pagi harinya orang-orang kampung datang mengambil air. Betapa kagetnya mereka melihat uang-uang berhamburan di tempat pengambilan air itu. Karena senangnya, mereka pulang memberi tahu hal itu kepada seisi rumah. Maka berduyun-duyunlah seluruh isi kampung datang memungut uang yang berhamburan itu.
Belum puas mereka mengambil uang yang bertamburan di tanah, mereka menebang pohon yang juga banyak uang bergantungan, kayu itu di potong-potong. Racunnya telaah jatuh ke sungai. Maka banyaklah ikan yang timbul dan mati kena racun pohon itu. Mereka lapa akan pondok yang harus di jaga ketat kerena berisi tengkorak orang sakti.
Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh ria sinir. Sementara orang-orang sibuk memungut uang dan iakan, ria sinir dengan tenag mengangkat tempayan yang berisi tengkorak patih tega temuka. Dengan hati-hati, tempayan itu di bawa ke perahu yang sudah dipersiapkan.
Perahu dikayuh dengan sekuat tenaga. Tak henti-hentinya perahu di kayuh, akhirnya sampai juga ia ke istana raja pulang pali dengan selamat. Ria sinir mengangkat tempayan berisi tengkorak. Tempayan itu di berikan kepada raja pulang pali yang di saksikan oleh puteri dara hitam.
Betapa leganya hati puteri dara hitammelihat tengkorak ayahnya telah ditemukan. Seisis istana turut bergembira. Begitu pula raja pulang pali.
Namun kegembiraan itu segera sirna. Ratu pulang pali teringat akan janjinya sewaktu mengumkan syembara. Beliau harus mengabulkan permintaan hadiah bagi si penemu tengkorak ayah puteri dara hitam.sedangkan yang menemukan tengkorak itu ada di depannya.
Perkataan seorang raja tidak bisa dirubah. Janji harus di tepati. Hal itu untuk menjaga kewibawaan seorang raja. Maka dihadapan putri dara itam dan semua pegawai kerajaan, riya sinir tanya apa hadiah yang di minta.
Betapa kagetnya raja pulang pali mendengar tuntuntan hadiah dari riya sinir. Ternyata tuntutan hadiah itu adalah sang permaisuri raja yaitu puteri dara itam. Sang raja hampir pingsan. Hatinya sanagat kecewa. Namun , meskipun hatinya sangat sedih kerena tuntutan tersebut, tetapi hal ini harus dikabulkan dan direlakan.sejak peristiwa itu, raja pilang pali berpisah dengan puteri dara itam, meskipun pada saat itu putri dara itam sedang mengandung putera mahkota yang akan menggantikannya kelak, yang setelah lahir di beri nama Ismahayana mulai saat itu sang raja pulang tidak terceritakan lagi.
Selanjutnya ria sinir dan puteri dara itam meninggalkan ningrat batur. Mereka mendirikan kerajaan di munggu. Pusat pemerintahan inin terletak di persimpanagn antara sungai landak dan sungai banyuke. Oleh kerena itu, kemudian di kenal dengan kerajaan landak.
Setelah mwndirikan kerajaan di munggu, dara itam melahirkan ismahaya. Sejak kecil ismahayay telah di didik untuk menjadi seorang raja. Dialah yang di percaya untuk menduduki tahta kerajaan, di kerajaaan yang didirikan oleh orang tuanya. Setelah dewasa, diserahkan tahta kerajan itu sepenuhnya kepada ismahaya.
B. Islam pertama di kalimantan barat
Dara itam melahirkan anak yang di kandungnya dari hasil pernikahnya dengan raja pulang pali dan memeberinya nama Ismahaya, Ismahaya diserahkan kepada raja pulang palai. Setelah raja pulang pali wafat kedudukannay di gantikan oleh ismahaya sebagai raja dengan gelar dipati karang tua. Dipaati karang tua menikah dengan nyi mas limbai sari, anak dari patih wira denta. Nyi mas limbai sari mempunyai gelar Ratu permaisuri sari ayu. Selanjutnya raja adi pati karang tanjung tua memindahkan pusat kerajaan ningrat batur dari tepian sungai mandor ke kampung munggu yang letaknya di tepian persimpangan sungai landak dan sungai menyuke.
Pada masa adi pati karang tua, agam islam mulai berkembang di kerajaan landak. Bahkan kemudian raja adipati karang tanjung tua memeluk agama islam dan mempunyai gelar abdul kahar. Dengan demikian dapat di katakan bahwa raja adipati karang tanjung tua adalah sebagai kerajaan islam pertam di kalimantan barat dan kerajaan landak sebagai kerajaan islam pertam di kalimantan barat.
Pada masa pemerintahan raja abdul kahar, mengadakan perjanjian dengan dua orang anak dari ria sinirdan dara itam yang bernama ria jambi dan ria kantuk. Antara raja abdul kahar dan dengan ria jamb dan ria kantuk merupakan saudara satu ibu namun beda bapak. Isi perjajiannya: “ bahwa apabila dari pihak abduk kahar sebagai abang yang mengadakan perkawinan maka pihak adik-adiknya yaitu ria jambi dan ria kantuk harus menyumbang beras segantang, pulut segantang dan seekor ayam untuksetiao kepala keluarga serta mengakui dari pihak abanglah yang secara turun-temurun menjadi raja” perjanjian antara kakak beradik itu diakhiri dengan upacara”buang-buang batu” di muara sungai menyuke sambil mengucapkan kata-kata berbunyi:’’ kedua belah pihak dilarang berbuat salah, siapa yang berbuat salah, maka akan mendapat bala dan apabila dari pihak kakaknya yang bersalah maka pihak adik tidak boleh dengan segera mengambil tindakan” sumpah di atas sering disebut sumpah buang batu( pembayun 1999:14-16).
C. Munculnya Nama Kerajaan Landak
Menurut cerita rakyat, pada masa pemerintahan Raja adi mas, kerajaan landak di seramg wabah penyakit sehingga raja mas adi memindahkan pusat kerajaan landak dari kampung munggu ke Jeriji. Kemudian pusat kerajan landak di pindahkan lagi oleh raja mas adi dari jeriji ke Bandung( sekitar 2 km dari ngabang). Di tempat barunya, raja mas adi merasa tidak cocok sehingga memindahkan lagi pusat kerajaan dari bandung ke ngabang yang letaknya di tepi sungai landak. Ngabang menjadi ibukota kerajaan landak yang terakhir setelahsebelumnya sempat berpindah-pindah tempat.
Mengenai asal-usul landak, menurut lontaan dikatakan bahwa nama kerajaan landak bersal dari nama sebuah sungai yang ada di tepi keraton landak yaitu sungai landak(llontaan, 1975:154). Namun ada cerita yang mengatakan bahwa nama landak berasal dari hewan yang berduri yang terdapat di daerah kerajaan landak sekarang ini. Di dalam kitab kartagama yang ditulis empu prapanca(1365 M) pada masa pemerintahan prabu hayam muruk(1350-1389 M) pada pupuh XIV bait 1 menyebut nama landak sebagai kerajaan bawahan dari kerajaan majapahit.yang terletak di pulau tangjung pura.
Dalam sumber lain,yaitu buku induk lontar yang ditulis gusti sulung lelalang(1942 M) dikatakan bahwa ketika pangeran kesuma agungmemerintah, ibukota kerajaan angrat batur dipindahkan dari munngu ke bandung. Kemudian pada masa pemerintahan pangeran nata kesuma, ibukota kerajaan landak di pindahkan lagi dari bandung ke ngabang yang merupakan ibukota kerajaan landak keempat dan terakhir.
Menurut legenda, kerajaan landak menjadi terkenal kerena mempunyai pusaka kerajaan bernama intan kobi, intan kobi inin menjadi rebutan oleh banyak kalangan sampai-sampai sultan agung dari mataram menyerang kerajaan matan dalam rangka untuk mendapatkan intan kobi( lontaan, 1975:158-159).
D. Hubungan Kerajaan Landak Dengan Kerajaan Yang Ada di Kalimantan Barat
a. Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan matan
Salah seorang kerajaan landak yaitu pangeran anom jaya kesuma memepunyai seorang saudara perempuan bernama ratu masdjaitan yang bersuamikan penembahan matan. Dati perkawinan tersebut, lahir tiga orang putera yakni:
1. Giri Mustika bergelar Sultan muhammad syafuddin
2. Ratu surya kesuma, menikh dengan raja Tengah dari brunai
3. Gusti lekar, menikah denganutin periuk anak raja meliau.
Setelah penembahan matan wafat, putera mahkota yang menggantikan kedudukan sebagai penembahan matan masih kecil sehingga Ratu mas Djaitan dinobatkan sebagai wakil Raja dengan gelar Rat sukada.
Pada masa pemerintahan ratu sukadana, terjadi perang antara kerajaan matan dengan Bupati kendal dari mataram. Atas titah sultan agung di mataram, bupati kendal menyerang kerajaan Ratu sukadana pada tahun1622M. Dalam peperangan itu Ratu sukadana kalah, sehingga ia di tawan dan di buang ke pingit sampai meniggal . kemudian atas ijin dari Sultan agung mataram, jenazah Ratu sukadana diperbolehkan dibawa kembali ke matan. Menurut cerita , setelah jenazah Ratu sukadan kembali k matan, intan kobi yang menjadi pusaka kerajaan landak kemudian di simpan di dalam kemaluan Ratu sukadana sehingga intan kobi berubah nama menjadi “ intan Danau Raja”.
b. Hubungan kerajaan landak dengan kesultaan sambas
Hubungan kekerabatan antara kerajaan landak dengan kesultaan sambas di mulai sejak masa pemerintahan sultan pertama sambas yaitu raden sulaiman yang bergelar Sultan muhammad Tsafiuddin I. Anak ketiga sultan sambas, yaitu Raden Ratna Kumala dewi depersunting Raden demang pangeran dipanegara putera dari pasangan adipati nata kesuma dan istrinya puteri Ratu Mas adi bin Pngeran Anom Jaya Kesuma dari landak.
Perjodohan ini kemudian melahirkan beberapa orang anak diantaranya adalah utin kumala umar akamudin yang bergelar Marhum adil. Pasangan ini selanjutnya menurunkan turun temurun anak keturunanya yang merintah sebagai sultan di kesultaan sambas.
c. Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan mempawah
Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan mempawah sudah di mulai sejak masa pemerintahan opu daeng menambon. Hal ini ditandai dengan perjodohan antara Ratu Bagus Nata Kesuma putera dari pangeran anom jaya kesuma dari kerajaan landak dengan utin dramawan puteri dari apu daeng menambon. Perjodohan itu melahirkan beberapa orang anak di antaranya adalah Gusti Husin yang ber gelar Pngeran suta wijaya wakil raja kerajaan landak yang memerintah tahun 1802-1807.
Hubungan kekerabatan antara kerajaan landak dan mempawah kembali terjadi dengan perjodohan antara pangeran Ratu Gusti Amiruddin Hamid putera dari penembahan Gusti Abdul Hamid raja landak ke XXVIII dengan Pangeran utin Taufikiyah puteri dari Penembahan Gusti Muhammad Taufik Akamudin. Perjodohan pasangan Gusti Amiruddin dan puteri Taufikiyah di karunia lima orang anak, di mana anak pertama yaitu putera sulung pasangan ini adalah gusti suryansyah Amiruddin, yang tahun 2000 di nobatkan sebagai Pangeran ratu landak ke XXX.
d. Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan sanggau
Hubungan kekerabatan kerajaan sangagu dengan kerajaan sanggau di muali sejak masa pemerintahan Pangeran Kusuma Agung Muda Raja ke-XVI kerajaan landak , yaitu ditandai dengan perjodohan antara Raden ijang yang menjadi menantu di kerajaan sangagu.seterusnya. seterusnya puteri dari Raden ijang, yait Rtua Ayu di persunting Raja kerajaan sanggau Abang Ahad atau Abang Darujah atau Uju yang bergelar Sultan Ahad jamaludin. Pasangan inilah yang menurunkan keturunan pemerintahan kerajaan sangagu, dimana mereka dikarunia dua orang purta yang keduanya menurunkan raja-raja sanggau, yaitu Abang Saka Sultan Muhammad Kamaruddin dan Abang Sebilang hari Penembahan Ratu Suria Kusnat Negara. Dari garis turun temurun inin pula terkait hubungan kekerabatan antara kerajaan landak, kerajaan sangagu, kerajaan tayan dan kerajaan sintang.
e. Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan tayan
Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan tayan dimulai dari perjodohan antara Utin Busu Puteri dari Pangeran Mangkubumi Gusti Isya raja haji wakil kerajaan landak dengan penembahan kerajaan tayan Guusti pangeran Inding Pangran mangkunegara Surya Kusuma yang selanjutnya menurunkan keturunan yang memerintah kerajaan tayan secara turun temurun.
Utin Busu adalah Puteri Pangeran Mangku Gusti Ismail Isya Raja Haji dengan isterinya yang bernama Nyemas Semabung. Dan Utin Busu adalah saudara dari penembahan Gusti Mahmud Akamuddin. Hubungan kekerabatan ini juga dijalin sejak perjodohan antara Mangkubumi Gusti Bujang Isman Tajudin wakil kerajaaan landak dengan Utin Sakdiyah Puteri dari Penembahan kerajaan Tayan Gusti Muhammad Ali Paku Negara Surya Kesunat.
f. Hubungan kerajaan landak dengan kerajaan pontianak
Pada tahun 1886 M, kerajaan landak mengadakan perjanjian dengan kerajaan pontianak mengenai batas wilayah. Perjanjian itu ditandaitangani dihadapan Residen Der Westerafdeeling Van Boerneo oleh Pangeran Wiranatawakil kerajaan landak dan Syarif Yusuf Hamid Al Kadri dari kerajaan pontianak. Berdasarkan perjanjian tersebut, kerajaan landak memiliki daerah kekuasaan yang luas terhampar dari sepanjang sungai landak dan cabang-cabangnya dari muara sampai samapi ke hulu. Raja landak dalam mengontrol dan mengawasi daerah-daerahnya kekuasannya yang luas itu mendirikan perwakilan-perwakilan raja yang diserah tugas untuk mengatur dan menata pemerintahan di masing-masing daerah tersebut. Raja landak mengangkat seseorang yang bertindak sebagai wakil raja dalam pemerintahan di daerah-daerah yang biasa disebut Pembekal.
Sampai sekarang hubungan kerajaan landak dengan kerajaan yang ada di daerah kalimantan ini masih saling terjaga dan saling menghormati satu sama lainnya.
http://sejarahkerajaanlandak.blogspot.com/

Kerajaan Landak mula-mula diperintah oleh Raden Ismahayana dengan gelar Raja Dipati Karang Tanjung Tua (1472-1542). Setelah menganut agama Islam, ia dikenal dengan gelar Albdulkahar. Raden Ismahayana adalah anak tunggal Raden Kesuma Sumantri Indra Ningrat Ratu Angkawijaya Brawijaya VII yang juga dikenal dengan nama Pulang Palih VII dalam perkawinan dengan Dara Hitam, seorang putri Dayak. Pada zaman pemerintahan raja pertama ini, kerajaan berkedudukan di Ningrat Batur, di sungai Terap/Mandor. Oleh masyarakat Dayak Kendayan, saat ini tempat tersebut disebut sebagai Ambawang Bator (ambawang berarti peninggalan).
Oleh putra Raden Ismahayana, Raden Abdulkahar, pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Munggu yang terletak di persimpangan sungai Landak dengan sungai Menyuke. Karena kerajaan ini terletak di tepi sungai Landak, maka dinamailah Kerajaan Landak.
Dalam masa pemerintahan Anam Jaya Kesuma (1600), Kerajaan Landak mencapai masa gemilang karena kedekatannya dengan Kerajaan Tanjungpura. Kedekatan ini terjadi karena Ratu Mas Djaintan, saudara kandung Anam Jaya Kesuma, diperistri oleh Sultan Muhammad, raja Tanjungpura.
Tahun 1700 terjadi perang saudara antara Kerajaan Landak dengan Kerajaan Tanjungpura, karena Kerajaan Landak menuntut dikembalikannya Intan Kobi, yaitu intan kerajaan peninggalan leluhur. Dalam perang pertama, kemenangan berada pada Kerajaan Tanjungpura yang dibantu oleh Kerajaan Inggris. Untuk menebus kekalahan dan membebaskan tawanan, Kerajaan Landak meminta bantuan dari kerajaan Banten. Perang kedua ini berhasil dimenangkan Kerajaan Landak, termasuk karena dukungan Belanda yang menghancurkan perwakilan Inggris di Sukadana.
Pada abad ke-19, raja-raja Landak merasa dirugikan oleh imperialis Belanda. Kemudian raja-raja Landak memimpin rakyatnya mengadakan pemberontakan terhadap Belanda. Tahun 1831 pemberontakan dipimpin oleh Ratu Adi, dan Gusti Kandut pada tahun 1890. Tahun 1899 pemberontakan terhadap Belanda dipimpin oleh Gusti Abdurrani, dibantu Panglima Daud, panglima Anggu I dan Ya' Bujang. Semua pemberontakan ini tidak berhasil namun tidak memadamkan cita-cita kemerdekaan rakyat Landak. Kerajaan Landak kemudian berakhir dan bergabung dengan pemerintahan Republik Indonesia.
Kebangkitan Kerajaan Landak pada zaman modern ditandai dengan pengukuhan pewaris Kerajaan Landak, Drs. Gusti Suryansah, M.Si, sebagai pemangku tahta kerajaan bergelar Pangeran Ratu (calon raja) pada 24 Januari 2000.
Nama kerajaan Landak  (yang disebut juga Landa) muncul sejak kerajaan ini disebut-sebut dalam Negara Kertagama dalam tahun 1365 yang ditulis oleh Epu Prapanca di masa pemerintahan raja Hayam Wuruk Rajasanegara yang memerintah di kerajaan Majapahit. Kerajaan-kerajaan di Nusa Tanjungpura yang dituliskan Prapanca sejumlah 21 kerajaan. Dari 21 kerajaan itu, 18 diantaranya terdapat di Kalimantan. Salah satunya adalah kerajaan Landak. Berawal dari salah seorang bangsawan dari Singasari yang menuju ke Pulau Kalimantan yang membuka pusat pemerintahan awal kerajaan Landak dikenal sebagai Nigrat Batur atau Angrat Batur, kemudian turun temurun bangsawan dari Singasari yang kemudian dikenal sebagai Ratu Sang Nata Pali I memerintahkan kerajaan Landak hingga pemerintahan Ratu Sang Nata Pulang Pali VII.

Raden Iswaramahayana, Raden Ismahayana atau yang dikenal dengan nama Abdul Kahar adalah anak dari Ratu Sang Nata Pulang Pali VII dengan Ratu Permaisuri Dara Hitam. Setelah Pulang Pali VII mangkat, maka naik tahtalah Raden Iswaramahayana. Di atas tahta Kerajaan ia kemudian bergelar Raja Adipati Karang Tanjung Tua (1472). Setelah memerintahkan kerajaan Landak yang semula di Angrat Batur atau Ningrat Batur Sekilap Sepatah (1292-1472). Ke lokasi yang baru yaitu di kaki bukit yang berhadapan dengan sungai Menyuke percabangan sungai Tenganap atau sungai Landak. Setelah kemudian berkembang sebagai ibukota Kerajaan Landak, yang juga dikenal dengan Kota Ayu atau Munggu, yang kini lokasi tempat makam Raden Abdul Kahar.

Persaudaraan antara Raden Abdul Kahar dengan keluarga turun temurun dari ibunya Putri Dara Hitam dengan Aria Sinir yang dikenal sebagai orang Darat (Dayak), sedang perjodohan antara Dara Hitam dan Ratu Sang Nata Pulang Pali VII sebagai orang laut (Melayu). Di Bawah pemerintahan Raja Adipati karang Tanjung Tua Raden Iswaramahayana (1472-1542), agama Islam masuk dan berkembang pesatnya di wilayah kerajaan Landak. Raja kerajaan Landak beserta keluarga dan rakyatnya kemudian memeluk agama Islam, dan raja sendiri berganti nama dan lebih dikenal sebagai Raden Abdul Kahar.

Raja-raja dan Penerus Kerajaan landak.

I. Pada pase pertama ibu kota kerajaan Landak di Nigrat Batur atau Angrat Batur Sekilap Sepatah kurun waktu 1292-1472 atau sekitar 180 Tahun

II. Ibukota Kerajaan Landak di Ayu Munggu kurun waktu 1472-1703 sekitar 203 Tahun

III. Ibukota Kerajaan Landak di Bandong kurun waktu 1703-1768 sekitar 65 tahun

IV. Ibukota Kerajaan Landak di Ngabang sejak tahun 1768 dan merupakan ibukota terakhir Kerajaan Landak dalam perjalan sejarah pemerintahannya.
Turunan pertama Kerajaan Landak yang berawal dari Ratu Sang Nata Pulang Pali I sampai ke Pangeran Ratu Drs. Gusti Suryansyah Amiruddin, M.Si pangeran Ratu Keraton Landak, sejak tahun 2000 sudah 39 turunan.
PENINGGALAN KERAJAAN LANDAK

- Istana Kerajaan Landak/Ngabang
Istana yang terletak di Kota Ngabang Kabupaten Landak, 177 km dari Kota Pontianak, menyimpan berbagai peninggalan kerajaan Landak, disamping istanah terdapat sebuah mesjid kerajaan Landak
Gambar terkait 

Hasil gambar untuk keraton kesultanan landak

- Makam Raja Landak
Makam Raja Abdul Kahar atau Ismahayana atau Iswara Mahayana yang terletak di daerah Munggu lebih kurang 1 jam perjalan menyelusuri anak sungai Landak, Makam yang terletak di atas bukit mempunyai panjang 2 meter. Makam yang sering diziarahi oleh masyarakat terutama jika ada hari-hari besar.
Hasil gambar untuk keraton kesultanan landak Hasil gambar untuk keraton kesultanan landak

- Makam Juang Mandor
Makam yang terletak di Kecamatan Mandor, 80 km dari Kota Pontianak.Menumen perjuangan di daerah ini dimakamkan sekitar 21.037 penduduk, raja-raja Kalimantan Barat yang dibunuh tentara Jepang pada pristiwa Mandor 1942.
Gambar terkait
Hasil gambar untuk makam juang mandor kesultanan landak
Hasil gambar untuk makam juang mandor kesultanan landak

- Intan Landak
sungai Landak dimana banyak penduduk mendulang intan. Intan Landak sangat terkenal dengan sebutan intan Kobi berkualitas lebih baik dari intan Martapura yang berwarna putih,merah,kuning dan hitam.Dari 13 kecamatan yang ada di wilayah Landak yang memiliki potensi pertambangan berupa intan adalah Ngabang,Air Besar, dan Kuala Behe.
Hasil gambar untuk sungai intan landak Hasil gambar untuk sungai intan landak

- Upacara Ngantar Tumpang Negeri
Upacara Ngantar Tumpang Negeri merupakan upacara adat suku bangsa Melayu di kerajaan Landak sekitarnya daerah Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Ngantar Tumpang Negeri adalah salah satu upacara sebagai manifestasi dari rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah SWT, dan juga merupakan upaya penghindaran malapetaka/bala, pengusiran penyakit dan ketidak beruntungan, permohonan keselamatan dan pengharapan kehidupan yang lebih baik dan keberuntungan pada tahun yang akan datang.
http://nopribagayo.blogspot.co.id/


Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer