Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW Dari Mekah Menuju Madinah

indrakusumah.com
Umat Islam di Madinah siap menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW, saat baiat aqabah ke dua telah dilaksanakan. Pada saat itu harapan dan optimisme tumbuh di setiap diri mereka karena jumlah umat islam semakin banyak. Kaum Muslimin di Madinah yang menyambut kedatangan Rasulullah SAW dan para sahabat muhajirin disebut dengan kaum Anshar. Maha Sempurna Allah atas segala kehendak-nya, DIA-lah yang membuat umat islam di Madinah saat itu begitu bersemangat, iman yang begitu menggelora di dalam jiwa mereka. Berbeda dengan kondisi mekkah waktu itu yang begitu mencekam karena konflik dengan kaum Quraisy. DIA pula-lah yang menentukan waktu yang tepat untuk Rasulullah beserta para pengikutnya untuk memulai fase baru di kota Madinah.
Pada saat itu, semua sahabat yang mampu untuk berhijrah maka diwajibkan bagi mereka untuk berhijrah. Laki-laki maupun perempuan, yang kaya juga yang miskisn, yang kuat juga yang lemah, ataupun dari kalangan merdeka atau hamba sahaya. Semuanya wajib untuk berhijrah.

Hijrah Bukan Sekedar Berpindah

Mungkin umat islam banyak yang mengira, bahwa peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah adalah sesuatu hal yang biasa, layaknya seseorang yang sedang migrasi dari satu tempat ke tempat lainya. Padahal sebenarnya tidak semudah itu, butuh perjuangan yang sangat besar. Pada waktu itu perlawanan dari kaum Musyrikin Mekah pada umat islam sangatlah merajalela, mereka tak segan-segan menghabisi nyawa para umat Islam yang akan hijrah, sampai-sampai keselamatan Rasulullah SAW dan para sahabatnya pun juga ikut terancam. Ditambah lagi, Rasulullah SAW hijrah setelah semua sahabat telah berangkat menuju Madinah. Inilah jiwa seorang pemimpin sejati, beliau lebih mementingkan keamanan dan keselamatan umatnya terlebih dahulu dari pada dirinya sendiri, ditambah beliau juga memiliki ketenangan hati yang luar biasawalaupun keadaan sedang genting. Saat itu, Rasulullah SAW ditemani oleh dua orang sahabat, yakni Abu Bakar serta Ali bin Ali Thalib.
Dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW kali, ada beberapa hal yang bisa kita cermati.

1. Ketika di Mekah pintu dakwah sudah tertutup semuanya, maka umat Islam akhirnya hijrah secara menyeluruh.

Sebelum peristiwa hijrah kali ini, sebenarnya umat islam sudah pernah mengalami beberapa kali hijrah, yakni ke negeri Habasyah sebanyak dua kali. Jadi hal ini bukanlah yang pertama dialami umat Islam. Alasan mengapa umat Islam memutuskan hijrah ke Madinah karena kesempatan yang mereka miliki di Mekah sangat kecil. Mengapa demikian? Karena banyak yang menentang dan membenci dakwah Rasulullah, saking bencinya mereka bahkan berniat untuk membunuh Rasulullah SAW setelah wafatnya paman beliau, yaitu Abu Thalib. Mulai saat itulah, Rasulullah SAW sudah mulai merencanakan untuk hijrah.
Memang sejak awal mula, berdakwah di Mekkah memang begitu sulit. Tetapi Allah tidak langsung begitu saja memerintahkan Rasulullah untuk berhijrah. Segala cara sudah dilakukan Rasulullah SAW namun tetap rasanya pintu hati mereka begitu rapat, barulah Allah perintahkan Rasulullah SAW untuk berhijrah. Dari peristiwa ini kita bisa mengambil pelajaran serta hikmah, ketika kita sedang berusaha untuk berdakwah pada orang-orang disekitar kita, walaupun terasa sulit hendaklah terus mencoba sampai Allah kasih petunjuk apalagi yang harus kita lakukan jika terasa mentok, karena saking susahnya.

2. Saat umat Islam memutuskan untuk berhijrah, Madinah yang dijadikan pilihan bukan Habasyah.

Sebenarnya bisa saja kota Madinah tidak dijadikan tujuan hijrah Rasulullah. Tetapi Allah menginginkan Madinah sebagai tempat hijrah Rasulullah SAW bersama para umatnya. Salah satu alasan kenapa lebih memilih Madinah dari pada Habasyah karena kultur masyarakatnya yang tidak jauh berbeda dengan Mekah, sehingga memudahkan untuk beradaptasi. Selain itu, jaminan keamanan di Madinah itu jauh lebih besar dari pada di Habasyah.

3. Allah memerintahkan tempat yang sama untuk berhijrah.

Alasan kenapa Allah memerintakan tempat yang sama untuk berhijrah karena banyak sekali faidah yang didapat. Salah satunya lebih terpelihara keselamatan, lebih terjaga kebersamaan juga kekeluargaan-nya, dan bisa dengan mudah beradaptasi. Dalam syariat hijrah kali ini, semua umat Islam di Mekkah diperintahkan menuju daerah yang satu tempat, bukan terpencar-pencar sesuai dengan yang diinginkan. 
http://www.qolbunhadi.com/kisah-hijrah-nabi-muhammad-saw-dari-mekah-menuju-madinah/ 

Kisah Hijrah Nabi Muhammad 

Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah menjadi peristiwa besar bagi umat Islam. Kisah itu punya makna mendalam bagi muslimin dunia. Peristiwa itu kemudian menjadi awal tahun kalender Islam dan diperingati hingga sekarang.
Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad telah berdakwah menyebarkan Islam di Mekah. Semula, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Syiar Islam kemudian dilakukan dengan terang-terangan.
Kaum kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar melakukan desakan. Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi perlu dukungan, datanglah masa sulit. Sang istri, Siti Khadijah, wafat. Padahal Siti Khadijah menjadi salah satu motivator bagi Nabi dalam menyebarkan Islam.
Setelah Khadijah, pamah Nabi, Abu Thalib, juga meninggal dunia. Semasa hidup, Abu Thalib lah yang menjadi pembela Nabi dari kebengisan kafir Quraisy. Dengan wafatnya Abu Thalib, kaum kafir Quraisy semakin semena-mena. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib membuat Nabi berada dalam suasana duka.
Pada masa-masa yang disebut sebagai tahun duka cita itu, terjadilah peristiwa luar biasa, yaitu Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab, sekitar rahun 621 Masehi. Pada peristiwa itu, turunlah perintah salat lima waktu.
Setelah peristiwa itu, Nabi kembali melanjutkan dakwahnya di Mekah. Pengalaman luar biasa itu diceritakan pada pengikutnya. Namun, kabar itu membuat kaum kafir Quraisy semakin menekan. Mereka menuduh Nabi berbohong.
Pada 621 M itu pula, datanglah sejumlah orang dari Madinah, menemui Nabi di Bukit Aqaba. Mereka memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut dikenal dengan Bai’at Aqaba I.
Tahun berikutnya, atau 622 M, datanglah 73 orang dari Madinah ke Mekah. Mereka merupakan Suku Aus dan Khazraj yang semula ingin berhaji. Mereka kemudian menemui Nabi dan mengajak berhijrah ke Madinah. Mereka menyatakan siap membela dan melindungi Nabi dan para pengikutnya dari Mekah. Peristiwa ini dikenal dengan Bai’at Aqabah II.
Kondisi kaum muslim di Mekah juga semakin terdesak setelah kaum kafir Quraisy melakukan boikot kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang berasal dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Kaum Quraisy melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pengikut Nabi.
Selain itu, semua orang dilarang menikah dengan kaum muslimin. Tak ada yang diperkenankan bergaul dengan pengikut Nabi Muhammad. Mereka juga mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Nabi Muhammad. Boikot inilah yang membuat kaum muslimin semakin terdesak.
Dalam upaya menyelamatkan dakwah Islam dari gangguan kafir Quraisy, Nabi Muhammad, atas perintah Allah, memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun sebelumnya, Nabi telah memerintahkan kaum mukminin agar hijrah terlebih dahulu ke Madinah. Para sahabat pun segera berangkat secara diam-diam agar tidak dihadang oleh kelompok kafir Quraisy. 
http://www.dream.co.id/jejak/kisah-hijrah-nabi-muhammad-151013g.html 
~SEJARAH KISAH HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD DARI MEKKAH KE YASRIB(MADINAH)~
Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah- Hijrah yang berarti perpindahan dianggap sebagai salah satu ibadah dengan nilai pahala yang tinggi. Dalam banyak ayat al-Quran Allah Swt menjelaskan kemuliaan ibadah ini dan menjanjikan ganjaran yang berlipat ganda kepada mereka yang berhijrah. Sebab, selain kesulitan yang dihadapi seorang muhajir baik kesulitan karena meninggalkan negeri asal, kesulitan di negara baru dan banyak hal lain, hijrah juga dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara agama dan risalah ilahi yang terakhir ini.
Hijrah Nabi ke Madinah
ALI MENGGANTIKAN TIDUR RASULULLAH SAW
Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah ke Madinah. Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Ketika perintah dari Alloh SWT datang supaya beliau hijrah, beliau meminta Abu Bakar supaya menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan.
Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali bin Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Muhammad Saw, mereka melihat sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih tidur.
DI DALAM GUA TSUR
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.
1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
SURAQA
Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan Muhammad akan diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat mencari Rasululloh Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya ke arah yang disebutkan tadi seorang diri.
Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Muhammad Saw hingga kudanya dua kali tersungkur ketika hendak mencapai Nabi. Tetapi melihat bahwa ia sudah hampir kedua orang itu, ia tetap memacu kudanya karena rasanya Muhammad sudah di tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung binatang itu dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Suraqa merasa itu suatu alamat buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu. Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:
“Saya Suraqa bin Ju’syum! Tunggulah, saya mau bicara. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan.” Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa. Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu ia kembali pulang. Sekarang bila ada orang mau mengejar Nabi Saw, maka dikaburkan olehnya, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.
SEJARAH KISAH HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH
Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasululloh Saw berjalan, mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya iman kepada Alloh Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekati.
Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Madinah. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasululloh dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya.
MASYARAKAT MADINAH
Tersebarnya Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk Madinah biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat ‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi seorang manusia, ia pun masuk Islam.
MESJID QUBA'
Ketika rombongan Rasululloh Saw sampai di Quba’, mereka tinggal empat hari ia di sana dan membangun mesjid Quba’. Di tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah mengembalikan barang-barang amanat – yang dititipkan oleh rasululloh Saw – kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali ra menempuh perjalanannya ke Madinah dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk menyusul saudara-saudaranya seagama.
SAMPAI DI MADINAH
Demikanlah akhirnya rombongan Rosululloh selamat sampai Madinah. Hari itu adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia tinggal pada mereka.
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal 16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.
4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA) sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).
5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang demikian dihormati ini.
PERISTIWA HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD SAW DARI MEKKAH KE YASRIB (MADINAH) INI, KEMUDIAN MENJADI AWAL DIMULAINYA KALENDER HIJRIAH.
KINI INSYAALLAH AKAN MEMASUKI TAHUN KE 1435 HIJRIAH YANG JATUH PADA ESOK HARI, 1 MUHARRAM 1435 HIJRIAH. TEPATNYA HARI SELASA TANGGAL 5 NOVEMBER 2013 DALAM PERHITUNGAN MASEHI.
~IMAM10~
https://www.facebook.com/KomunitasCulesSejatiAntiMadridista

CATATAN HIJRAH DARI MEKAH MENUJU MADINAH

Catatan Hijrah dari Mekah Menuju Madinah 

Setelah baiat aqabah ke-2 ditunaikan, umat Islam di Madinah pun siap menyambut kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota mereka. Jumlah umat Islam di Madinah yang sudah cukup banyak membumbungkan optimisme untuk menjadi Anshar, penolong dan pelindung Rasulullah dan para sahabat Muhajirin. Dan Maha Sempurna Allah dengan segala ketetapan takdir-Nya. Dialah yang menyiapkan kondisi Kota Madinah setelah sebelumnya membekali ketangguhan iman dan mental umat Islam dengan kondisi Mekah yang sulit dan mengancam nyawa. Dialah pula yang menentukan waktu yang tepat bagi Rasul-Nya dan umat Islam untuk memulai fase madani. Allah izinkan Nabi dan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib, Madinah al-Munawwarah.
Semua para sahabat yang mampu untuk hijrah, maka wajib bagi mereka berhijrah. Yang lemah dan yang kuat, yang miskin dan yang kaya, laki-laki maupun wanita, dari kalangan merdeka atau hamba sahaya, semua menyambut perintah Allah Ta’ala.
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا * إِلاَّ المُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلاَ يَهْتَدُونَ سَبِيلاً * فَأُولَئِكَ عَسَى اللهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللهُ عَفُوًّا غَفُورًا * وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللهِ يَجِدْ فِي الأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إلى اللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 97-100).
Hijrah Bukan Sekedar Berpindah
Saat ini, sebagian umat Islam, ketika mendengar kata hijrah atau peristiwa hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah, menganggapnya sebagai suatu perpindahan biasa, layaknya migrasi penduduk dengan segala kerepotannya. Padahal tidaklah semudah itu. Ini adalah perjuangan yang besar. Bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Mekah bahkan Jazirah Arab secara umum. Kehilangan nyawa sebuah resiko yang begitu terpapar di depan mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Hijrah bukanlah melarikan diri. Hijrah adalah persiapan membekali diri untuk kehidupan akhirat. Karena itulah, Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللهُ رِزْقًا حَسَنًا وَإِنَّ اللهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ * لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُدْخَلاً يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Hajj: 58-59).
Ditambah lagi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam barulah berhijrah tatkala semua sahabatnya telah berangkat menuju Madinah. Hal ini semakin menguatkan bahwa hijrah bukanlah bentuk melarikan diri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh lebih mementingkan keselamatan dan keamanan umatnya dibanding keselamatan dirinya. Inilah jiwa seorang pemimpin. Seorang nahkoda bukanlah orang yang pertama meninggalkan kapal saat ia akan karam. Ia akan menjadi yang terakhir keluar setelah memastikan awak dan penumpangnya selamat terlebih dahulu. Tidaklah tersisa di Mekah kecuali Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib sebagai orang-orang yang paling akhir menempuh perjalanan.
Ada beberapa hal yang bisa dicermati dari peristiwa hijrah:
Pertama, hijrahnya umat Islam secara menyeluruh terjadi setelah pintu dakwah sudah tertutup di Mekah.
Hijrah ke Madinah bukanlah hijrah yang pertama dialami umat Islam. Sebelumnya sebagian sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempuh dua kali hijrah ke negeri Habasyah. Kesempatan untuk berdakwah di Mekah begitu kecil atau bahkan tertutup. Mengapa tertutup? Karena orang-orang kafir Quraisy berencana untuk membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah wafatnya paman beliau, Abu Thalib, tiga tahun sebelum hijrah. Saat itulah, strategi hijrah mulai disusun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sejak mula, dakwah di Mekah memang sudah sulit. Namun Allah Ta’ala tidak memerintahkan Rasul-Nya untuk berhijrah. Hingga akhirnya pintu tersebut mulai dirasa begitu rapat, barulah Allah perintahkan Rasul-Nya dan umat Islam untuk berhijrah. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran yang begitu mendalam, ketika pintu dakwah masih terbuka walaupun dirasa sulit, maka kita hendaknya berusaha mengajak orang-orang kepada kebenaran.
Kedua, saat seluruh umat Islam melakukan hijrah, maka Madinah yang dipilih menjadi tujuan bukan Habasyah.
Kota tujuan hijrah bisa saja bukan Kota Madinah jika Bani Syaiban atau Bani Hanifah atau Bani Amir beriman. Namun Allah Ta’ala menginginkan Madinah seabgai tempat hijrah Nabi-Nya. Kultur masyarakat Madinah yang merupakan bangsa Arab, tidak jauh berbeda dengan masyarakat Mekah sehingga para sahabat tidak begitu kesulitan untuk beradaptasi.
Jaminan keamanan di Madinah pun lebih besar dibandingkan di Habasyah. Di Habasyah, hanya An-Najasyi yang beriman, jika ia wafat, maka keselamatan kaum muslimin kembali terancam. Selain itu, terbentuknya negara Islam lebih besar peluangnya di Madinah dibanding Habasyah.
Ketiga, umat Islam diperintahkan menuju tempat yang sama untuk berhijrah.
Dalam syariat hijrah kali ini. Komunitas umat Islam Mekah diperintahkan menuju daerah yang satu bukan dibebaskan menuju daerah manapun yang mereka inginkan. Banyak sekali faidah dari hal ini. Di antaranya kebersamaan dan kekeluargaan tetap terjaga. Keselataman lebih terpelihara dibandikan satu orang menuju satu negeri lainnya. Lebih mudah beradaptasi. Keimanan juga terjaga dengan berkumpulnya mereka dengan orang-orang beriman lainnya. Dll.
Penutup
Inilah sekelumit catatan yang melatar-belakangi hijrahnya Nabi dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Sebuah tempat yang belum dikunjungi oleh para sahabat. Negeri yang tidak mereka kenal tabiat penduduknya. Sebuah tempat dimana terdapat komunitas besar Yahudi yang juga belum pernah mereka jumpai. Yang mereka tahu tentang kaum itu hanyalah dari wahyu, bahwa mereka adalah kelompok yang jelek, yang suka menyelisihi para nabi dan rasul Allah. Dan di Madinah yang masih bernama Yatsrib itu pula Yahudi menguasai ekonomi masyarakatnya.
Demikianlah pembuka kisah hijrah, yang mengawali kisah-kisah hijrah lainnya ini kami susun. Semoga bermanfaat.
Sumber: islamstory.com
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com 

Hijrah ke Madinah

Ali ra Menggantikan Rasulullah Saw

Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah ke Medinah. Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Ketika perintah dari Allah Swr datang supaya beliau haijrah, beliau meminta Abu Bakr supaya menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakr memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah b. Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan.

Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Saw, mereka melihat sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih tidur.

Bersembunyi di Gua Thaur

Menjelang larut malam, Rasulullah Saw keluar tanpa setahu mereka. Bersama-sama dengan Abu Bakr beliau bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Hanya empat orang yang tahu keberadaan beliau berdua, yaitu Abdullah b. Abu Bakr, Aisyah dan Asma (puteri-puteri Abu Bakr), serta pembantu mereka ‘Amir b. Fuhaira. Bila hari sudah sore Asma, datang membawakan makanan buat mereka. Abdullah setiap hari berada di tengah-tengah Quraisy untuk memantau perkembangan yang terjadi untuk disampaikan pada beliau pada malam harinya. ‘Amir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr’, memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi Bakr kembali dari tempat mereka bersembunyi di gua itu, datang ‘Amir mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.

Sementara itu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari mereka. Pemuda-pemuda Quraisy membawa pedang dan tongkat sambil mondar-mandir mencari ke segenap penjuru. Ketika itu mereka bergerak menuju ke gua tempat sembunyi. Lalu orang-orang Quraisy itu datang menaiki gua itu, tapi kemudian ada yang turun lagi. “Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?” tanya kawan-kawannya. “Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir,” jawabnya. “Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui tak ada orang di sana.”

Demikanlah, kalau saja mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat beliau berdua. Tetapi orang-orang Quraisy itu makin yakin bahwa dalam gua itu tak ada manusia tatkala dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat masuk ke dalamnya tanpa menghalau dahan-dahan itu. Ketika itulah mereka lalu surut kembali. Rasulullah s.a.w. tinggal dalam gua selama tiga hari tiga malam. Tentang cerita gua ini dikisahkan dalam  firman Allah Swt:

“Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik.” (Qur’an, 8: 30) “Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu: ‘Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!’ Maka Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.” (Qur’an, 9: 40)

Pada hari ketiga, ketika keadaan sudah tenang, unta kedua orang itu didatangkan. Asma datang makanan. Dikisahkan, Asma merobek ikat pinggangnya lalu sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah lagi diikatkan, sehingga ia lalu diberi nama “dhat’n-nitaqain” (yang bersabuk dua). Mereka kemudian berangkat.

Karena mengetahui pihak Quraisy sangat gigih mencari mereka, maka perjalanan ke Yathrib itu mereka mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah b. ‘Uraiqit – dari Banu Du’il – sebagai penunjuk jalan, membawa mereka ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.  Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan di waktu siang berada di atas kendaraan. Memang, Rasulullah Saw sendiri tidak pernah menyangsikan, bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi “jangan kamu mencampakkan diri ke dalam bencana.” Allah menolong hambaNya selama hamba menolong dirinya dan menolong sesamanya.

Suraqa

Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan Muhammad akan diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat mencari Rasulullah Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang dari Quraisy,  juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya ke arah yang disebutkan tadi seorang diri.

Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Saw hingga kudanya dua kali tersungkur ketika hendak mencapai Nabi. Tetapi melihat bahwa ia sudah hampir kedua orang itu, ia tetap memacu kudanya karena rasanya Muhammad sudah di tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung binatang itu dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Suraqa merasa itu suatu alamat buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu. Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:

“Saya Suraqa bin Ju’syum! Tunggulah, saya mau bicara. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan.” Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa. Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu ia kembali pulang. Sekarang bila ada orang mau mengejar Nabi Saw, maka dikaburkan olehnya, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.

Perjalanan Hijrah Rasul Saw

Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasulullah Saw berjalan, mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya iman kepada Allah Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekati.

Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang hijrah Nabi dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Yathrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya.

Masyarakat Madinah

Tersebarnya Islam di Yathrib dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk Yathrib biasa dipakai tempat buang air. Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat ‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi. Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi seorang manusia, iapun masuk Islam.

Mesjid Quba’

Ketika  rombongan Rasulullah Saw sampai di Quba’, mereka tinggal empat hari ia di sana dan membangun mesjid Quba’. Di tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah mengembalikan barang-barang amanat – yang dititipkan oleh rasulullah Saw – kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali ra  menempuh perjalanannya ke Yathrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk menyusul saudara-saudaranya seagama.

Sampai di Madinah (Yathrib)

Demikanlah akhirnya rombongan Rasulullah selamat sampai Madinah. Hari itu adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di Medinah. Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia tinggal pada mereka.

Tetapi ia dengan halus meminta maaf kepada mereka. Kembali ia ke atas unta betinanya, dipasangnya tali keluannya, lalu ia berjalan melalui jalan-jalan di Yathrib, di tengah-tengah kaum Muslimin yang ramai menyambutnya dan memberikan jalan sepanjang jalan yang diliwatinya itu. Seluruh penduduk Yathrib, baik Yahudi maupun orang-orang pagan menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka itu, menyaksikan kehadiran Rasulullah Saw, seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling bermusuhan, dan saling berperang.

Sesampainya ke sebuah tempat penjemuran kurma kepunyaan dua orang anak yatim dari Banu’n-Najjar, unta itu berlutut (berhenti). Ketika itulah Rasul turun dari untanya dan bertanya: “Kepunyaan siapa tempat ini?” tanyanya. “Kepunyaan Sahl dan Suhail b. ‘Amr,” jawab Ma’adh b. ‘Afra’. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Ia akan membicarakan soal tersebut dengan kedua anak itu supaya mereka puas. Dimintanya kepada Muhammad supaya di tempat itu didirikan mesjid. Muhammad mengabulkan permintaan tersebut dan dimintanya pula supaya di tempat itu didirikan mesjid dan tempat-tinggalnya. 
http://www.kisah.web.id/rosulullah-saw/hijrah-ke-madinah.html 

Perjalanan tentang Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW

Sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah merupakan bagian dari sejarah Islam dimana pada masa itu, nabi Muhammad meninggalkan Mekah dan memutuskan untuk melanjutkan penyebaran Islam di Madinah. Perjalanan ini terjadi pada sekitar bulan Juni tahun 622 dan berakhir ketika Mekah berhasil dikuasai oleh tentara Muslim pada tahun 630. Ada beberapa kejadian yang terjadi sebelum nabi Muhammad SAW memutuskan untuk melakukan hijrah ke Madinah dimana yang pertama adalah Tahun Duka Cita karena wafatnya Khadijah, istrinya dan Abu Talib, pamannya. Kejadian kedua adalah klaim nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa ia telah mengalami hal yang disebut Isra’ Miraj, perjalanan spiritual menuju masjidil Aqsa. Kejadian berikutnya adalah perjanjian Aqabah yang membuat banyak Muslim berimigrasi menuju Abyssinia. Kejadian yang terakhir adalah percobaan pembunuhan terhadap nabi Muhammad SAW yang gagal total.

Perjalanan tentang Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW

Masa Nabi Muhammad SAW Sebelum Hijrah
Sebelum sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah terjadi, nabi Muhammad SAW tinggal di Mekah selama 52 tahun hidupnya mulai dari masa ketika ia lahir. Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi yatim piatu dari kecil mulai dikenal sebagai sebuah saudagar yang jujur dan impartial dan karena hal tersebut ia juga sering dipanggil untuk membantu menyelesaikan masalah. Karena reputasinya sebagai orang yang jujur ini, nama Muhammad semakin dikenal dan menarik perhatian seorang Janda di Mekah yang bernama Khadijah binti Khuwaylid. Khadijah mendatangi nabi Muhammad SAW dengan tujuan agar Muhammad mampu memegang operasi besarnya di Syria yang secara luar biasa dikerjakan oleh nabi Muhammad SAW. Setelah nabi Muhammad SAW pulang dari Syria, Khadijah melamarnya, dan kejadian ini tanpa diketahui siapapun nantinya akan menjadi salah satu batu penopang sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menjadi rasul dan menyebarkan agama Allah yang juga terjadi sebelum perjalanannya ke Madinah ketika ia sedang bertapa di goa Hira untuk mempertanyakan spiritualitasnya sendiri. Pada masa itu, tiba-tiba malaikat Jibril datang dan menyuruh nabi Muhammad SAW untuk membaca ayat yang kelak dikenal berasal dari surat al-Alaq ayat 1 hingga 5. Setelah turunnya wahyu pertama dari Allah, nabi Muhammad SAW mulai berkeliling ke seluruh penjuru Arab untuk menjajakan agama baru yang ia bawa. Di masa tersebut, nabi Muhammad SAW menemui banyak penolakan oleh bangsa Arab dimana nabi Muhammad dilecehkan atau yang paling ekstrem adalah pembunuhan besar-besaran umat Muslim.

Sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah baru benar-benar dimulai dengan terjadinya Tahun Duka Cita, yaitu sebuah tahun hijriah yang terjadi sekitar tahun 619 atau 623. Kejadian ini ditandai dengan wafatnya istri tercintanya, Khadijah, beserta pamannya, Abu Talib. Dengan meninggalnya Abu Talib, proteksi terhadap nabi Muhammad SAW mulai berkurang sesuai dengan taktik awal Abu Lahab yang berniat membunuh nabi Muhammad SAW. Bagian lainnya yang menjadi alasan mengapa nabi Muhammad SAW memindahkan tempat kegiatan muslim menuju sebuah lokasi lain adalah karena nabi Muhammad SAW mengalami hal yang ia sebut sebagai Isra’ Mi’raj dan menceritakannya kepada para pengikut.

Hal yang kemungkinan menjadi alasan utama sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah adalah percobaan pembunuhan yang gagal oleh kaum-kaum lainnya. Pada masa tersebut, proteksi akan keluarganya dihapuskan yang mengantar kepada makin terancamnya nyawa nabi Muhammad SAW. Ketika hari rencana pembunuhan tiba, nabi Muhammad SAW meminta tolong kepada Abu Bakar dan Ali untuk tetap berada di tempat karena banyak pekerjaan yang belum selesai. Muhammad berhasil kabur dari penyerangan ini dengan cara mengenakan sebuah jubah lain sementara Ali mengenakan jubah lama milik Muhammad dengan tujuan menipu mereka.

Masa-Masa Hijrah Nabi Muhammad
Sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah dimulai pada tahun 622 ketika nabi Muhammad SAW memimpin para pengikutnya dalam perjalanan dari Mekah menuju Madinah. Perginya nabi Muhammad SAW terjadi tepat ketika kejadian pembunuhan. Awalnya, kota Madinah yang mereka tuju tidak kalah ekstrimnya, tapi entah bagaimana nabi Muhammad SAW mampu mentransformasikan dan mengubah nama kota tersebut dari Yathrib menjadi Madinat un-nabi dan kembali diubah menjadi hanya Madinah karena setelah dipikir-pikir kata “un-nabi” terdengar terlalu eksklusif.

Pada bagian awal sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah, nabi Muhammad bertemu dengan 6 orang yang merupakan anggota Khazraj, sebuah kaum yang berasal dari Madinah. Beberapa orang Madinah dengan mudah menerima informasi dan doktrin tentang Islam serta mulai membaca Al-Qur’an. Pada tahun 622, delegasi Muslim Aws dan Khazraj berkumpul untuk membicarakan perkembangan Islam di Madinah ke depannya. Kaum Aws dan Khazraj juga memastikan kepada nabi Muhammad SAW bahwa ia akan aman dan diberikan sebuah perjanjian perlindungan non-stop dari orang-orang tersebut.

Di dalam sejarah hijrah Nabi ke Madinah, ada beberapa peperangan yang terjadi. Salah satunya adalah pada Januari 623 dimana beberapa Muslim di sana terpaksa menyerang gerobak yang mengantarkan buah dan semacamnya karena mereka tidak dapat makan. Menurut Ar-Raheeq Al-Makhum, nabi Muhammad SAW termasuk dalam satu tokoh yang memprakarsai penyerangan gerobak makanan ini karena terpaksa oleh situasi kelaparan masyarakat Madinah. Di masa sekarang ini, rasanya hampir setiap Muslim mengetahui tentang sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah yang terus berlanjut hingga masa dimana ia bisa kembali lagi menyerang Mekah dan mendudukinya. 
http://katus-kreativsagok.blogspot.co.id/ 

Makna Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah



Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW


Allah SWT dalam Al qur’an surat Al Anfal ayat 72 berfirman, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu lindung-melindungi”.


Tujuan Hijrah Nabi Muhammad SAW


Sejarah mengatakan bahwa perjalanan hijrah para nabi dilakukan demi menyelamatkan akidah Islam para pengikutnya.

Perjalanan hijrah tersebut telah ada sejak zaman sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW yaitu pada masa Nabi Ibrahim as, Nabi Yusuf as, dan Nabi Musa as. Melalui hijrah para pengikut setia mereka dapat terbebas dari system kehidupan jahiliyah yang tidak sesuai dengan syariat Islam yang mereka yakini. Serta melindungi umatnya dari penindasan yang dilakukan oleh penguasa dzalim saat itu yang sangat tidak menyukai kehadiran agama baru tersebut yaitu Islam.

Demikian pula dengan perjalanan hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Saat itu Nabi Muhammad telah memiliki beberapa pengikut setia yang memeluk agama Islam di kota Madinah.

Mendengar kabar tersebut kaum kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan dan penindasan terhadap orang-orang mukmin di Makkah.

Atas perintah Allah SWT demi menyelamatkan dakwah Islam dan pengikutnya dari gangguan kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk berhijrah bersama kaumnya ke kota Madinah. Mereka berangkat secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi untuk menghindari penghadangan dan pengejaran oleh kaum kafir Quraisy.

Kaum muslim di kota Madinah pun memberikan pertolongan kepada kaum muslim yang pindah dari Makkah ke Madinah.


Strategi Hijrah Nabi Muhammad SAW - Kaum Kafir Quraisy Berusaha Mencegah Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Pengikut-pengikut Beliau


Kaum kafir tersebut juga telah menyiapkan sebagian pemuda-pemudanya untuk membunuh nabi Muhammad dan mengepung kediaman beliau. Namun berkat akal cerdas Nabi yang meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengenakan bajunya dan menyamar menjadi dirinya yang kemudian disangkakan sedang tidur oleh pemuda Quraisy, Nabi Muhammad dapat selamat dari kepungan mereka. Melihat sosok yang mereka kira adalah Nabi Muhammad, para pemuda kafir Quraisy itu merasa lega karena mengira Nabi masih berada di dalam rumah.

Menjelang larut malam tanpa sepengetahuan para pemuda tersebut, Nabi Muhammad mulai bergerak menuju kota Madinah. Untuk mengelabui musuhnya, Nabi Muhammad menempuh jalan atau rute lain yang berbeda dari jalan yang biasa ditempuh oleh penduduk Makkah yang biasa bepergian ke kota Madinah. Ketika para pemuda itu terbangun sangat terkejut karena menyadari bahwa yang mereka tangkap bukan Nabi Muhammad melainkan Ali bin Abi Thalib.


Kesabaran Dalam Kesulitan di Perjalanan Hijrah 


Nabi Muhammad yang meninggalkan kota Makkah bersama sahabatnya Abu Bakar, sebelum masuk ke kota Madinah terlebih dahulu bersembunyi di Gua Tsur karena beberapa pemuda Quraisy yang sedang melakukan pengejaran hampir saja menangkap mereka.

Dalam keadaan sedih dalam persembunyiannya di dalam Gua Tsur yang sempit, Abu Bakar  berkata kepada  Rasulullah, “Wahai Rasul, seandainya salah seorang diantara mereka menemukan kita, maka habislah kita. Jika aku mati, apalah diriku. Namun bila engkau yang mati, wahai Rasul, maka tamatlah riwayat dakwahmu”.

Rasulullah menjawabnya dengan bertanya, “ Apa yang ada di benakmu jika berduanya kita disini juga ada Allah yang ketiga diantara kita?”

Maka turunlah firman Allah seperti yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 40,

Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita”.


Pertolongan Allah dan Prestasi Bagi Hamba-Nya Yang Berhijrah


Dan pertolongan Allah pun datang, ketika para pemuda Quraisy itu telah sampai di pintu gua, mereka melihat sarang laba-laba yang masih utuh sehingga secara akal mereka berpikir bahwa tidak mungkin ada orang yang bisa masuk ke gua tersebut tanpa merusak sarangnya dan akhirnya mereka berbalik arah meninggalkan Gua Tsur.

Demikianlah akhirnya Nabi Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar selamat dari kejaran kaum Quraisy dan memasuki kota Madinah dengan rasa syukur atas pertolongan dari Allah SWT.

Hijrah ke jalan kebaikan akan membawa kesuksesan luar biasa bagi siapa saja. Setelah berhijrah, Nabi Muhammad berhasil dengan sukses membangun kota Madinah sebagai pusat pemerintahan dan penyebaran Islam. Dan salah satu prestasi luar biasa beliau yang diberikan oleh Allah atas perjuangan beliau adalah Fathu Makkah.

Hijrah: keep moving
Hijrah: keep moving


Dari seorang yang dikejar-kejar oleh kaum Quraisy Makkah saat dakwah dan memulai hijrah, hingga keadaan berbalik. Rasulullah bersama 10.000 orang pasukan muslim kembali menuju Makkah. Tanpa perlawanan, Makkah ditaklukkan dan disatukan dengan Madinah dengan syarat satu tahun berikutnya diserahkan kembali kepada penduduk Makkah. Dan satu tahun setelah itu, Rasulullah kembali menyerahkan Makkah dengan sudah disatukan dengan Madinah, dan saat itu juga Islam sudah tersebar ke seluruh Jazirah Arab. Sungguh prestasi yang sangat luar biasa!

Prestasi lainnya adalah setelah hijrah dan berada di wilayah yang Islami, Nabi Muhammad SAW selalu menang dalam setiap pertempuran kecuali Perang Uhud. Ini menjadi cerminan diri kita juga bahwa setelah hijrah, kaum muslim harus selalu bisa memenangkan setiap pertempuran dari perang pemikiran, ekonomi, politik, militer, dan sebagainya.

Dan banyak prestasi lainnya setelah Nabi Muhammad SAW hijrah, karena Allah memberikan anugerahnya kepada siapa saja yang berhijrah ke jalan kebenaran lillahi ta'ala. Ikhlas hanya karena Allah ta'ala.


Hikmah dari Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW

  1. Jangan pernah ragu untuk melakukan perjalanan hijrah dari keburukan menuju kebaikan. 
  2. Setiap perjalanan hijrah membutuhkan strategi dan perencanaan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Thalib. Strategi dan rencana hijrah ini agar semua risiko bisa dimitigasi dan cara memberikan pengertian yang baik dan lembut kepada pasangan, keluarga, kerabat, dan lainnya agar proses hijrah lancar dan sukses. 
  3. Setelah kita berusaha maka setelahnya Insya allah akan datang pertolongan dari Allah SWT (yang dalam kisah hijrah ini diwujudkan dengan adanya sarang laba-laba yang menutupi pintu gua). Artinya, akan selalu datang kemudahan setelah kesulitan. 

Hijrah = kesuksesan luar biasa
Hijrah = kesuksesan luar biasa
  1. Hijrah yang benar akan membawa pada kesuksesan luar biasa karena Allah Yang Maha Kuasa tidak akan segan-segan membantu semua hamba-hamba-Nya yang berhijrah menuju kepada kebaikan. Tidak hanya itu, Allah akan memberikan jalan-jalan-Nya, yakni jalan-jalan yang luar biasa yang tidak akan bisa dicari kalau hanya mengandalkan kemampuan manusia semata.
  2. Menjadi bukti hijrah yang sukses untuk diikuti sesama lainnya.

Mari awali tahun baru 1437 H dan 2016 M dengan fokus, energi, dan semangat membara. Mari berhijrah! (Dan salah satu usaha nyata menuju hijrah adalah berangkat ibadah haji dan umroh di tahun 2016 ini ke Rumah Allah di Tanah Suci.)
http://www.denahajiumroh.com/2015/02/makna-hijrah-nabi-muhammad-saw-dari-makkah-ke-madinah.html

HIJRAH KE MADINAH

HIJRAH KE MADINAH
Usai Bai’atul-‘Aqabah kedua, kaum Anshar pun kembali ke Madinah. Mereka sangat antusias menunggu dan mengharap kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Sementara itu, kaum muslimin yang mendengar kesepakatan antara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Anshâr juga sudah siap berhijrah ke Madinah.
FAKTOR PENYEBAB HIJRAH
Hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin ini bukan tanpa alasan. Ada berbagai faktor yang menjadi pemicu untuk melakukan hijrah.
Pertama : Karena adanya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Begitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman mulai diarahkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang beriman yang mengikutinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpikir untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah.
Penyebab hijrah ini, di antaranya karena penyiksaan dan penindasan kaum kafir Quraisy atas kaum muslimin. Riwayat yang menguatkan faktor ini, tersirat dalam perkataan Bilal Radhiyallahu anhu ketika ia hendak berhijrah:
اللَّهُمَّ الْعَنْ شَيْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ وَعُتْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ وَأُمَيَّةَ بْنَ خَلَفٍ كَمَا أَخْرَجُونَا مِنْ أَرْضِنَا إِلَى أَرْضِ الْوَبَاءِ
Wahai Allah ! Laknatlah Syaibah bin Rabî’ah, ‘Utbah bin Rabî’ah, dan Umayyah bin Khalaf, sebagaimana mereka telah menyebabkan kami keluar dari negeri kami ke negeri derita.[1]
Juga hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma tentang hijrahnya orang tuanya. Beliau Radhiyallahu anhuma berkata:
اسْتَأْذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْخُرُوجِ حِينَ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْأَذَى
Abu Bakr Radhiyallahu anhu meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhijrah, ketika penderitaannya terasa berat.[2]
Kedua :Adanya kekuatan yang akan membantu dan melindungi dakwah, sehingga memungkinkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah dengan leluasa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam nash Bai’atul-‘Aqabah kedua. Yaitu kaum Anshâr berjanji akan melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana melindungi anak dan istri mereka.
Ketiga : Para pembesar kaum Quraisy dan sebagian besar masyarakat Makkah menganggap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pendusta, sehingga mereka tidak mempercayainya. Dengan kondisi seperti ini, maka beliau n ingin mendakwahkan kepada masyarakat lainnya yang mau menerimanya. Banyak dalil yang menunjukkan faktor ini, di antaranya ialah sebagaimana perkataan Sa’ad bin Mu’âdz Radhiyallahu anhu :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أُجَاهِدَهُمْ فِيكَ مِنْ قَوْمٍ كَذَّبُوا رَسُولَكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَأَخْرَجُوهُ
Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang lebih aku sukai untuk aku jihadi mereka karena-Mu daripada suatu kaum yang telah mendustakan Rasul-Mu dan mengusirnya.[3]
Keempat : Kaum muslimin khawatir agama mereka terfitnah. Ketika ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya tentang hijrah, beliau Radhiyallahu anhuma berkata:
كَانَ الْمُؤْمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمْ بِدِينِهِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى وَإِلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنَ عَلَيْهِ
Kaum mukminun pada masa dahulu, mereka pergi membawa agama mereka menuju Allah dan Rasul-Nya karena khawatir terfitnah.[4]
Itulah beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin berhijrah, meninggalkan negeri Makkah menuju negeri yang baru, yaitu Madinah. Semua ini dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla .
Khabbab Radhiyallahu anhu berkata:
هَاجَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ نَلْتَمِسُ وَجْهَ اللَّهِ فَوَقَعَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ
Kami hijrah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari wajah Allah, sehingga ganjaran kami benar-benar di sisi Allah Azza wa Jalla.[5]
MENGAPA MEMILIH HIJRAH KE MADINAH?
Nash-nash yang shahîh menunjukkan, pilihan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan Madinah sebagai negeri hijrah kaum muslimin, merupakan pilihan yang berdasarkan wahyu ilahi. Sebagaimana hal ini tertera dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أُهَاجِرُ مِنْ مَكَّةَ إِلَى أَرْضٍ بِهَا نَخْلٌ فَذَهَبَ وَهَلِي إِلَى أَنَّهَا الْيَمَامَةُ أَوْ هَجَرُ فَإِذَا هِيَ الْمَدِينَةُ يَثْرِبُ
Aku pernah mimpi berhijrah (pindah) dari Makkah menuju suatu tempat yang ada pohon kurmanya. Lalu aku mengira daerah itu ialah Yamamah atau Hajr (Ahsâ`), (namun) ternyata daerah itu adalah Yatsrib.[6]
Juga hadits:
إِنِّي أُرِيتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ رَأَيْتُ ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لَابَتَيْنِ
Aku diperlihatkan negeri hijrah kalian, yaitu satu negeri yang memiliki pohon kurma di antara dua harrah. [7]
Mendengar penuturan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, maka kaum muslimin pun kemudian bergegas melakukan hijrah ke Madinah. Begitu juga sebagian kaum muslimin yang sedang berada di Habsyah, mereka segera berangkat menuju Madinah.
YANG PERTAMA KALI BERANGKAT HIJRAH KE MADINAH
Imam Bukhaari[8] menyebutkan, yang pertama kali berangkat hijrah ke Madinah ialah Mush’ab bin Umair dan ‘Abdullah bin Ummi Maktûm. Sedangkan Ibnu Ishâq[9] dan Ibnu Sa’ad[10] menyebutkan, yang pertama kali berhijrah ialah Abu Salamah bin al Asad. Musa bin ‘Uqbah memilih yang kedua.
Ibnu Hajar[11] menyebutkan, di antara hadits-hadits yang dibawakan penulis kitab al-Maghazi, Syiyar, dan hadits-hadits yang dibawakan oleh Imam al-Bukhâri masih bisa dipertemukan, dengan membawa pengertian “yang pertama kali” pada sisi tertentu. Yaitu Abu Salamah meninggalkan Makkah tidak dengan niatan menetap di Madinah, namun hanya menghindari penindasan kaum kafir Quraisy. Berbeda dengan Mush’ab yang memang sejak awal berniat menetap di Madinah untuk memberi pengajaran kepada penduduk Madinah atas perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Jadi, masing-masing di antara dua orang ini dilihat dari satu sisi. Abu Salamah ialah orang yang pertama kali hijrah ke Madinah untuk menghindari penindasan kaum kafir Quraisy. Sedangkan Mush’ab ialah orang yang pertama kali hijrah ke Madinah dengan niat menetap di Madinah.
Kemudian setelah itu, kaum muslimin berdatangan ke Madinah. Bilal bin Rabbah datang bersama Sa’ad bin Abi Waqâsh dan ‘Ammâr bin Yâsir, kemudian menyusul ‘Umar bin al-Khaththab.
RESPON KAUM KAFIR QURAISY TERHADAP HIJRAH KAUM MUSLIMIN
Melihat kaum muslimin melakukan hijrah ke Madinah, bagaimanakah sikap kaum kafir Quraisy?
Pemandangan ini sangat menyakitkan hati kaum kafir Quraisy. Sehingga mendorong mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalangi kaum muslimin hijrah. Misalnya dengan menahan harta kaum muslimin dan melarang membawanya. Terkadang dengan menahan dan mengurung sebagian anggota keluarga kaum muslimin. Disamping itu, mereka juga melakukan supaya kaum muslimin yang sudah berada di Madinah kembali ke Makkah.
Namun upaya kaum kafir Quraisy ini tidak membuat kaum muslimin bergeming dari niat semula. Mereka benar-benar sudah siap berpisah dengan harta benda miliknya, keluarganya, dan kenikmatan dunia dan penghidupan lainnya yang telah mereka peroleh di Makkah, demi menyambut panggilan aqidah. Dan sungguh, hijrah ini menjadi pijakan pertama berkibarnya panji tauhid.
Wallahul-Musta’an.
https://almanhaj.or.id/2563-hijrah-ke-madinah.html 

Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat

Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat 
Jabal Tsur, gunung setinggi 458 m yang berada di sebelah kanan kota Makkah. Gua Tsur terletak di puncak gunung Tsur

Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat

Setelah kaum muslimin Makkah hijrah ke Yastrib atas perintah Nabi, maka kaum muslimin yang masih berada di Makkah amat sedikit sekali jumlahnya. Dua orang sahabat utama Nabi, yaitu Abu Bakar Siddiq dan Ali bin Abi Thalib masih tetap berada di Makkah bersama Nabi. Nabi Muhammad SAW belum melakukan hijrah sebelum ada perintah dari Allah SWT.

Kaum kafir Quraisy mengetahui bahwa orang - orang Islam banyak yang telah hijrah ke Madinah. Oleh karena itu, mereka harus bertindak cepat terhadap Nabi Muhammad selagi beliau belum berangkat pindah ke Madinah.

Maka bersidanglah para pemuka Quraisy di suatu tempat yang bernama Darun Nadwah untuk merencanakan tindakan yang akan diambil terhadap Nabi Muhammad SAW. Akhirnya mereka memutuskan bahwa Nabi Muhammad harus dibunuh.

Rencana jahat kaum kafir Quraisy itu telah dketahui pula oleh Nabi Muhammad. Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk pindah ke negeri Yastrib (Madinah). Nabi memberitahukan kepada sahabatnya Abu Bakar. Kepada Nabi, Abu Bakar meminta agar diizinkan menemani beliau dalam perjalanan. Nabi menyetujui, lalu Abu Bakar menyediakan persediaan untuk perjalanan tersebut.

Pada waktu Nabi bersiap - siap untuk berangkat meninggalkan rumah, beliau berpesan kepada Ali bin Abi Thalib supaya Ali tidur di tempat tidurnya. Beliau juga berpesan kepada Ali untuk mengembalikan barang titipan kepada para pemiliknya. Semua tugas ini dikerjakan dengan baik oleh Ali, meskipun jiwanya terancam oleh kafir Quraisy.

Sewaktu para pemuda Quraisy mengepung rumah Nabi, tanpa diketahui mereka, Nabi keluar rumah menuju ke rumah Abu Bakar. Setelah sampai di rumah Abu Bakar, Nabi mengajak Abu Bakar menuju ke Gua Tsur untuk mencari tempat persembunyian yang aman sebelum mereka ke Madinah.

Pada waktu menjelang subuh, para pemuda Quraisy yang mengepung rumah Nabi telah siap untuk melakukan rencananya. Mereka mengetahui kebiasaan Nabi, yaitu bangun untuk melaksanakan shalat subuh. Waktu itulah yang mereka gunakan untuk menangkap dan membunuh Nabi Muhammad SAW. Tetapi tatkala mereka mengintip dari celah - celah bilik tempat tidur Nabi, mereka melihat Nabi masih tertidur nyenyak. mereka gelisah karena takut kesiangan, sehingga penduduk Makkah tahu sebelum rencana dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, dengan perasaan gusar mereka menggedor pintu kamar rumah Nabi berkali - kali sehingga Ali terbangun dan membuka pintu.

Betapa terkejutnya mereka setelah mengetahui yang keluar adalah Ali bin Abi Thalib, bukan Nabi Muhammad SAW. Untuk itulah mereka memaksa Ali agar mau menunjukkan kemana Nabi Muhammad pergi. Tetapi Ali tidak mau memberitahukannya. Setelah tidak berhasil membujuk Ali, para pemuka Quraisy akhirnya pergi mencari Nabi ke segenap penjuru Makkah.

Dengan dibantu oleh para ahli penyelidik, mereka mengikuti jejak kaki Nabi dan Abu Bakar, tetapi setelah dekat Gua Tsur jejak itu hilang. Tidak jauh dari Gua Tsur mereka bertemu dengan seorang pengembala, lalu ditanya dan dijawabnya "Mungkin saja ada dalam gua itu, tetapi saya tidak melihat ada orang menuju kesana".

Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat
Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi Muhammad dan Abu Bakar meloloskan diri dari pengejaran kaum kafir Quraisy
Ketika mendengar jawaban pengembala itu, Abu Bakar bergetar, merasa takut akan tertangkap. Melihat kecemasan Abu Bakar, dengan tenang Nabi Muhammad menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan "Jangan takut dan sedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita".

Setelah diketahui bahwa pintu Gua itu ada burung sedang mengerami telurnya dan sarang laba - laba, maka akhirnya para pemuda Quraisy pun meninggalkan tempat itu dengan tangan hampa.

Nabi Muhammad dan Abu Bakar berada dalam gua itu selama tiga hari tiga malam. Selama disana mereka dibantu putra putri Abu Bakar serta pembantunya. Asma binti Abu Bakar, pengantar makanan, Abdullah bin Abu Bakar , bertugas menyelidiki keadaan  kafir Quraisy dan hasilnya disampaikan kepada Nabi dan Abu Bakar. Sedangkan pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhairah bertugas memberitahukan sesuatu yang diperlukan Nabi dan mengantar susu hasil perasannya kepada Nabi dan Abu Bakar.

Setelah dari Gua Tsur, Nabi Muhammad dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan mereka. Ketika berada di tengah perjalanan menuju Madinah, mereka berdua dikejar oleh Suraqah, seorang pembunuh bayaran yang mendapat imbalan 100 ekor unta. Namun usahanya itu tidak berhasil, karena berkali - kali ia terjatuh dari kudanya saat akan membunuh Nabi, bahkan kaki kudanya terpendam ke dalam pasir. Setelah tidak berdaya membunuh Nabi, ia meminta maaf kepada Nabi . Lalu Nabi pun memaafkannya. Nabi berpesan kepadanya agar merahasiakan kepergiannya ke Madinah. Permintaan itu pun disanggupi Suraqah. Sehingga dengan selamat Nabi melakukan perjalanan ke Madinah

Akhirnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun ke 13 kenabian, Nabi Muhammad dan Abu Bakar sampai di Quba, lebih kurang 10 km di luar kota Madinah. Nabi singgah di Quba selama 4 hari, dan selama itu Nabi Muhammad tinggal dirumah Kultsum bin Hamdan, dari keturunan keluarga Bani Amr bin Auf dari golongan Aus, sedangkan Abu Bakar tinggal dirumah Habib bin Asaf dari golongan Khazraj.

Tak lama setelah itu, datanglah rombongan keluarga Nabi Muhammad dan Abu Bakar yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib, di antara mereka  adalah Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya Usamah, Ummu Ruman (isteri Abu Bakar) serta anak - anaknya seperti Aisyah, Asma' dan Abdullah, dan umat islam lainnya.

Selama di Quba, Nabi Muhammad mendirikan Masjid di atas tanah milik Kultsum bin Hamdan. Nabi sendiri yang meletakkan batu pertama, kemudian Abu Bakar, Umar dan Usman. Dan yang pertama kali menemboknya adalah Ammar bin Yasir, selanjutnya pekerjaan itu dilakukan oleh kaum Muhajirin dan Anshar. Masjid ini dikenal dengan Masjid Quba, dalam Al-Qur'an disebut juga Masjid Taqwa. Masjid inilah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.

Setelah ada berita bahwa Nabi Muhammad dalam perjalanan menuju kota Madinah, maka kaum muslimin Madinah sudah menunggu kedatangan beliau dengan penuh kerinduan dan penghormatan.

Pada hari jumat tanggal 16 Rabiul Awwal tahun ke 1 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 2 Juli 622 Masehi, Nabi beserta rombongan Muhajirin lainnya disambut meriah oleh penduduk Madinah. Mereka melagukan sebuah syair yang terkenal, sebagai berikut :
 Telah timbullah bulan purnama, dari Tsaniyyatil Wad'i. Kami bersyukur, selama ada orang menyeru kepada Tuhan. Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami ta'ati.
Pada hari jum'at itu juga Nabi Muhammad SAW untuk pertama kali mengadakan shalat Jum'at yang diikuti oleh kaum Muhajirin dan Anshar.

Setelah menetap di Madinah, barulah Nabi Muhammad SAW mulai mengatur semua rencana untuk kebaikan dan kepentingan penduduk Madinah serta kepentingan umat Islam. Peristiwa hijrah Nabi ke Madinah akhirnya dijadikan sebagai awal perhitungan tahun Hijriah.
http://rasulteladan.blogspot.co.id/2015/11/kisah-hijrah-nabi-muhammad-saw-dan-para.html

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer