Masjid Quba/ Masjid At Taqwa dan Masjid Dhirar di madinah dalam al qur'an

http://www.kabarmakkah.com/2014/08/sejarah-dan-keistimewaan-masjid-quba.html

Masjid Quba

Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kotaMadinah. Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108).

Sejarah


Allah s.w.t memuji masjid ini dan orang yang mendirikan sembahyang di dalamnya dari kalangan penduduk Quba' dengan Firman-Nya:
Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri.......(At Taubah, 108).
Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Sakarang renovasi masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Mengutip buku berjudul Sejarah Madinah Munawarah yang ditulis Dr Muhamad Ilyas Abdul Ghani, masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.

Bangunan masjid Quba


Meskipun sangat sederhana, masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk daripada masjid-masjid yang didirikan orang di kemudian hari. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Ia sudah mempunyai suatu ruang yang persegi empat dan berdinding di sekelilingnya.
Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang yang bertiang pohon korma, beratap datar dari pelepah dan daun korma, bercampurkan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn, terdapat sebuah sumur tempat wudhu, mengambil air sembahyang. Kebersihan terjaga, cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa.
Masjid ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Diseberang ruang utama mesjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar.

Panduan di masjid Quba


  • Saat akan memasuki bagian dalam masjid, sebaiknya memperhatikan petunjuk di dinding luar masjid. Itu adalah penunjuk pintu masuk yang dikhususkan bagi jamaah laki-laki atau perempuan. Akan terpampang pada sebuah plakat yang ditempelkan ke dinding pintu masuk untuk jamaah laki-laki maupun perempuan.
  • Tidak diperbolehkan mengambil gambar di dalam masjid.
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Quba 
Keutamaan Masjid Quba 

Masjid Quba, Madinah Al-Munawaroh.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangunan dengan empat menara setinggi 47 meter yang mengapit di keempat sisinya itu adalah masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW, saat pertama kali tiba di negeri kaum Ansor, Madinah Al-Munawarah.

Masjid berwarna putih yang luasnya mencapai 135 ribu meter persegi itu dibangun Rasulullah SAW pada 1 Hijiriyah atau 622 Masehi. Lokasi masjid yang banyak dikunjungi jamaah umrah dan haji itu berada di Quba--berjarak sekitar lima kilometer di sebelah tenggara Kota Madinah.

Menurut catatan sejarah, masjid ini dibangun di atas sebidang tanah milik Kalsum bin Hadam dari Kabilah Amir bin Auf. Alkisah, ketika hendak menuju Madinah pada saat hijrah, Rasululllah SAW singgah di Quba selama emat hari.

Sebagai penanda Islam telah hadir di tempat itu, lalu Rasulullah SAW mendirikan masjid di tempat itu. Kemudian, masjid itu masyhur dengan sebutan Masjid Quba. Pada masa perluasan wilayah kekuasaan Islam, para sahabat meneladaninya. Di mana panji Islam berkibar, di situ masjid dibangun.

Subhanallah, Rasulullah SAW ikut membangun masjid ini. Beliau meletakkan batu pertama pembangunan masjid ini. Lalu, para sahabat bergotong royong dengan penuh semangat untuk menegakkan Rumah Allah SWT ini.

Masjid ini boleh dibilang kian spesial karena di masjid ini Rasullah bersama para sahabat shalat berjamaah untuk pertama kalinya. Pembangunan masjid ini terekam dalam Alquran surah at-Taubah ayat 108. Masjid Quba disebut dalam kitab suci Alquran sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa.

".... Sesungguhnya, masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.’’

Rasulullah SAW juga sangat mencintai masjid ini. Beliau sering menyempatkan diri untuk berkunjung dan shalat di Masjid Quba. Dalam sebuah riwayat dikabarkan, Nabi Muhammad SAW mengunjungi masjid ini dengan menunggang unta atau berjalan kaki.

Mengunjungi Masjid Quba juga memiliki keutamaan yang luar biasa. Betapa tidak. Pahala bagi orang yang berkunjung dan shalat dua rakaat di masjid ini sama seperti pahala bagi orang yang umrah.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang bersuci dari rumahnya, kemudian datang ke Masjid Quba, lalu shalat dua rakaat maka baginya pahala sebagaimana ganjaran umrah.” (HR Tirmidzi).

Tak heran jika para jamaah dari berbagai negara singgah di masjid ini dan menunaikan shalat dua rakaat. Jamaah haji asal Indonesia dan Turki berlomba-lomba mengunjung masjid ini. Seusai shalat, dua rakaat mereka memanjatkan doa di bawah kubah masjid yang menawan ini. Masjid Quba memiliki enam kubah besar, masing-masing berdiameter 12 meter. Tak hanya itu, masjid ini juga dilengkapi dengan 56 kubah kecil yang berdiameter enam meter.

Para jamaah bisa menikmati arsitektur Masjid Quba yang menawan. Masjid yang telah berkali-kali di renovasi ini masih tetap mempertahankan bentuk arsitekturnya yang bernuansa tradisional.

Di sisi selatan, terdapat galeri terbuka dengan deretan tiang-tiang, sedangkan sebelah utara terdapat dua serambi bertiang. Tak heran jika arsitektur Masjid Quba dicontoh masjid-masjid lainnya.

Meski tak berada di Makkah, masjid ini menyediakan air zamzam. Para peziarah bisa menikmati segarnya air zamzam. Seorang petugas akan melayani para jamaah yang ingin meneguk segarnya air yang berasal dari sumur tertua di dunia itu.
http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/wijhat/14/09/29/ncnj8w-keutamaan-masjid-quba 
Memori Masjid Quba 
quba 
Dalam catatan sejarah, Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw beserta para sahabat.
Keutamaan masjid Quba ini disinggung dalam Al Quran, surat At Taubah ayat 108:
“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya.”
Rasulullah pun dalam banyak kesempatan menyebutkan keutamaan tempat ibadah pertama kaum muslimin ini.
“Barangsiapa datang ke masjidku, Quba, lalu shalat dua rakaat di dalamnya, seakan-akan telah melakukan umrah,” kata Rasul.
Masjid Quba bermula ketika Nabi hijrah ke Madinah. Sebelum memasuki kota yang dulunya bernama Yastrib ini, Nabi berhenti di sebuah tempat bernama Quba dan membangun masjid di sana.
Setelah membangun kota Madinah dan memiliki masjid, Nabi tidak melupakan masjid Quba. Dalam riwayat disebutkan, setiap hari Sabtu dan Minggu beliau mendatangi masjid Quba dan menempuh jarak 5,5 kilometer dari Madinah.
Sesekali ayahanda Fatimah Az-Zahra ini menaiki unta namun tak jarang dia berjalan kaki untuk mendatangi masjid Quba. Ini menunjukkan masjid punya keutamaan tersendiri bagi Rasul dan umatnya.

MA/Islam Indonesia. Gambar: rachdian.com 
http://islamindonesia.id/perjalanan/memori-masjid-quba.htm 

LARANGAN SHALAT DI MASJID DHIRAR

LARANGAN SHALAT DI MASJID DHIRAR
Oleh
Ustadz Nur Kholis Bin Kurdian
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِن قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ
إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemadharatan (pada orang-orang Mukmin), untuk kekafiran dan memecah belah antara orang-orang Mukmin serta menunggu kedatangan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah,”kami tidak menghendaki selain kebaikan.”Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).[at-Taubah/9:107]
SEBAB TURUNNYA AYAT
Ibnu Mardawaih rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Ishâq rahimahullah yang berkata, “Ibnu Syihâb az-Zuhri menyebutkan dari Ibnu Akîmah al-Laitsi dari anak saudara Abi Rahmi al-Ghifâri Radhiyallahu ‘anhu. Dia mendengar Abi Rahmi al-Ghifâri Radhiyallahu ‘anhu – dia termasuk yang ikut baiat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Hudaibiyah – berkata, “Telah datang orang-orang yang membangun masjid dhirâr kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,pada saat beliau bersiap-siap akan berangkat ke Tabuk. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami telah membangun masjid buat orang-orang yang sakit maupun yang mempunyai keperluan pada malam yang sangat dingin dan hujan. Kami senang jika engkau mendatangi kami dan shalat di masjid tersebut.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,” Aku sekarang mau berangkat bepergian, insya Allah Azza wa Jalla setelah kembali nanti aku akan mengunjungi kalian dan shalat di masjid kalian.” Kemudian dalam perjalanan pulang dari Tabuk, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beristirahat di Dzu Awan (jaraknya ke Madinah sekitar setengah hari perjalanan). Pada waktu itulah Allah Azza wa Jalla memberi kabar kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masjid tersebut (dan larangan shalat di dalamnya) dengan menurunkan ayat ini. [1]
PENJELASAN AYAT
Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, di kota suci ini ada seorang laki-laki dari bani Khazraj berjuluk Abu Amir ar-Râhib. Lelaki ini pada masa jahiliyah beragama Nasrani dan mempelajari kitabkitabnya, sehingga dia termasuk orang yang tekun beribadah pada masa itu. Di sisi lain dia juga mempunyai kedudukan dan pengaruh besar dalam kabilahnya. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, kaum Muslimin bersatu di bawah tampuk kepemimpinan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; sehingga Islam menjadi kuat, apalagi setelah Allah Azza wa Jalla memenangkannya pada waktu perang Badar.
Melihat keadaan seperti ini Abu Amir tidak rela, sehingga dia menampakkan permusuhannya terhadap kaum Muslimin; sampai-sampai dia pergi ke Mekah menemui orang-orang kafir Quraisy untuk mengajak memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum Muslimin di Madinah. Mereka pun setuju dan kemudian menyusun kekuatan; hingga terjadilah perang Uhud. Dia juga mengajak kaum Anshar untuk bekerja sama dan menyetujui pemikirannya. Namun ketika mereka mengetahui maksud buruknya, mereka berkata,”Wahai musuh Allah Azza wa Jalla, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikanmu sebagai orang yang dibenci setiap orang yang melihatmu”, Mereka mencaci-maki dan mencelanya; lalu dia pulang dan berkata,”Demi Allah Azza wa Jalla, kejelekan telah menimpa kaumku”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengajaknya untuk masuk Islam serta membacakan al-Qur’ân kepadanya sebelum dia lari ke negeri Romawi. Meskipun demikian, dia tetap menolak masuk Islam, [2] bahkan mengatakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku tidak menemui suatu kaum yang memerangimu kecuali aku bersama mereka”.[3] Maka beliau mendoakan dia agar mati di tempat yang jauh dalam keadaan terusir. [4]
Lelaki ini memang selalu bersama orang-orang kafir dalam semua peperangan melawan kaum Muslimin. Kemudian ketika mereka kalah dalam perang di Hawazun, dia pergi ke negeri Romawi meminta bantuan raja Romawi untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sana dia juga menyuruh orang-orang munafik (dari penduduk Madinah) untuk membangun masjid dhirâr.[5]
Atas dasar perintah tersebut, mereka lalu mendirikan masjid berdekatan dengan masjid Quba’. Masjid tersebut selesai didirikan sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat ke Tabuk. Lalu mereka mendatangi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meminta agar beliau mengunjungi mereka dan shalat di masjid itu. Sebenarnya mereka bermaksud (mengelabui kaum Muslimin) menjadikan shalat beliau ini sebagai hujjah bagi mereka, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyetujui pembangunan masjid tersebut. Mereka menyebutkan kepada beliau alasan mendirikan masjid itu; yaitu untuk orang-orang tua maupun yang sakit (yang tidak bisa hadir shalat berjama’ah di masjid Quba’) pada saat malam musim dingin (akan tetapi alasan ini tidaklah benar adanya).[6]
Kemudian Allah Azza wa Jalla melarang rasul-Nya agar tidak melaksanakan shalat di masjid tersebut, dengan menurunkan ayat di atas. Penjelasannya:
“Mereka yang mendirikan masjid dhirâr adalah sekawanan orang (munafik) dari penduduk Madinah yang jumlahnya dua belas orang.[7] Mereka mendirikan masjid dengan tujuan menimbulkan kemadharatan pada orang-orang Mukmin dan masjid mereka’,[8] dan untuk menguatkan kekafiran orang-orang munafik,[9] serta memecah belah jama’ah kaum Mukminin. Pada awalnya mereka semua shalat berjamaah di satu masjid (masjid Quba’), kemudian terpecah menjadi dua masjid (di masjid Quba’ dan masjid dhirâr). Mereka ingin mendapatkan kesempatan untuk menyebarkan syubhat, menghasut, menfitnah dan memecah belah shaf kaum Mukminin. [10] Juga untuk menunggu kedatangan orang yang telah memerangi Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak dahulu yaitu Abu Amir ar-Râhib.[11] Mereka sesungguhnya bersumpah dengan mengatakan,”Kami tidak menghendaki kecuali kebaikan yaitu menunaikan shalat dan berdzikir di dalamnya serta memberi kemudahan bagi para jama’ah.” Dan Allah Azza wa Jalla menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).[12]
Larangan Allah Azza wa Jalla tersebut telah di sebutkan dengan jelas di dalam ayat berikutnya, yaitu:
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Janganlah kamu shalat di dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah Azza wa Jalla menyukai orang-orang yang bersih.[at-Taubah/9:108]
Larangan Allah Azza wa Jalla ini tidaklah khusus bagi Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, akan tetapi kaum Muslimin juga termasuk dalam larangan tersebut; sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsîr rahimahullah, “Ayat (di atas) merupakan larangan dari Allah Azza wa Jalla kepada Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm agar tidak shalat di masjid tersebut selamalamanya, dan umatnya mengikutinya dalam hal ini.” [13]
Kemudian Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan shalat di masjid Quba’ yang telah didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama. Maksudnya atas dasar ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dan juga untuk mempersatukan ukhuwah kaum Muslimin serta sebagai markas mereka.[14]
Dalam ayat di atas juga terdapat pujian Allah Azza wa Jalla kepada penduduk Quba’.
Syaikh Abu Bakar al-Jazâiri hafidzahullâh berkata, “(Di dalam ayat ini) terdapat pujian kepada penduduk Quba’ dan kabar bahwa mereka adalah orang-orang yang menyukai bersuci dari kotoran badan maupun hati.” Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَىٰ تَقْوَىٰ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang lebih baik, ataukah orangorang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersamasama dengan dia ke neraka Jahannam? Dan Allah tidaklah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. [at-Taubah/9:109]
Istifhâm (pertanyaan) dalam ayat ini adalah untuk taqrîr (menetapkan),[15] (maksudnya menetapkan bahwa mereka kaum Mukminin itu lebih baik daripada orang-orang munafik).
Maka tidaklah sama antara orang yang mendirikan masjid atas dasar takwa kepada Allah Azza wa Jalla dan mengharap ridha-Nya dengan orang yang mendirikan masjid atas dasar kemadharatan, kekafiran dan memecah-belah kaum Mukminin serta untuk menunggu kedatangan orang yang memusuhi Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak dahulu. Pada hakikatnya mereka mendirikan masjid di tepi jurang yang akan runtuh,[16] lalu tepi jurang itu menyebabkan bangunannya runtuh bersama-sama mereka ke neraka Jahannam.[17] Seperti halnya mereka membangunnya di tepi neraka Jahannam, sehingga bangunan itu runtuh bersama mereka ke dalamnya.[18] Dan Allah Azza wa Jalla tidaklah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim sehingga mereka merugi di dunia maupun di akhirat.[19]
Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَا يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِي بَنَوْا رِيبَةً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَّا أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Bangunan-bangunan mereka itu senantiasa menjadi keraguan dalam hati mereka, kecuali jika hati mereka telah hancur, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. [at-Taubah/9:110]
Syaikh as-Sa’di rahimahullah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “(Bangunan tersebut) menyebabkan keraguan itu melekat di hati mereka, kecuali jika mereka benar-benar menyesali dan bertaubat atas perbuatan mereka serta takut kepada Allah Azza wa Jalla. Jika demikian, maka Allah Azza wa Jalla akan mengampuni mereka. Tetapi jika sebaliknya, maka bangunan tersebut tidak akan menambah pada mereka, kecuali kemunafikan di atas kemunafikan. Dan Allah Azza wa Jalla Maha Mengetahui atas segala sesuatu, baik yang ditampakkan oleh hamba-Nya maupun yang disembunyikan. Maha Bijaksana, tidak melakukan dan menciptakan, memerintahkan dan melarang kecuali di balik itu semua ada hikmahnya dan bagi-Nya segala pujian.[20]
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mâlik bin Dukhsyum saudara Bani Salim dan Ma’an bin Adi seraya berkata kepada mereka berdua,”Pergilah kalian ke masjid yang didirikan oleh orang-orang dzalim (masjid dhirâr), kemudian hancurkan dan bakarlah.” Maka keduanya pun berangkat; sesampainya di perkampungan Bani Sâlim, Mâlik berkata kepada Ma’an, “Tunggu sebentar, aku akan mengambil api dari rumah keluargaku.” Sesaat kemudian dia keluar dengan membawa pelepah kurma yang dibakar dan berjalan dengan Ma’an menuju masjid itu; lalu membakar dan menghancurkannya, sehingga orang yang berada di dalamnya (berlarian) keluar.[21]
SedangkanAbu Amir ar-Râhib; dia mati di kota Qansarin (wilayah Romawi) akibat doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atasnya.[22]
PELAJARAN DARI AYAT
1. Setiap masjid yang dibangun dengan tujuan memberikan madharat dan memecah belah kaum Muslimin serta untuk memusuhi Allah Azza wa Jalladan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hukumnya wajib dihancurkan dan haram shalat di dalamnya.
2. Tidak boleh mempercayai perkataan orang-orang munafik, karena perkataan mereka bohong belaka.
3. Keutamaan membersihkan diri baik dari kotoran badan maupun kotoran hati.
4. Larangan berbuat dzalim dan berlebih-lebihan dalam kedzaliman; karena perbuatan tersebut akan menyebabkan pelakunya tidak mendapat hidayah oleh Allah Azza wa Jalla, sehingga dia mati dalam keadaan dzalim dan merugi di dunia dan di akhirat.
5. Jika masjid Quba’ didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama, maka masjid Nabawi yang dibangun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pantas atas berlandaskan itu.
MARAJI’
1. Aisarut-Tafâsir, Abu Bakr Jâbir al-Jazâiri, Maktabah Ulum Walhikam, Madinah. Cetakan kelima th.1424 H/2003M.
2. Taisîrul Karîmirrahmân Fî Tafsîri Kalâmil Mannân, Abdurrahmân bin Nâshir bin As-Sa’di, Muassasah ar-Risâlah – Beirut. Cetakan pertama tahun 1420 H- tahun 2000 M.
3. Ma’âlimut Tanzîl, Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ûd Al-Baghawi, Dâr Thaibah – Riyâdl – KSA. Cetakan keempat th.1417 H/ th.1997 M.
4. Tafsîrul-Qur’ânil-Adzîm, Al-Hâfidz Abul Fidâ’ Isma’îl bin Umar Bin Katsîr Al-Qurasyi, Dârut-Taibah Riyâdl-KSA. Cetakan kedua th.1417 H/ th.1997 M.
5. Irsyâdul Aqlis Salîm Ilâ Mazâyal Qur’ânul Karîm (Tafsîr Abu Su’ûd), Muhammad bin Muhammad Al-‘Imadi Abu Su’ûd, Dâr Ihya’ Turâts Al-Arabi – Beirut.
6. Al-Jâmi’ li-Ahkâmil Qur’ân, Abu Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah Al-Anshâri Al-Qurthubi, Dâr Alamul-kutub – Riyâdl–KSA. Cetakan th.14 23 H/th.2003 M.
7. Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta’wîlil Ayil-Qur’ân, Muahammad bin Jarîr Abu Ja’far at-Thabari, Mu’assasah ar-Risâlah – Lebanon. Cetakan pertama th.1420 H/ th.2000 M.
8. Lubâbun Nuqûl Fî Asbâbin Nuzûl, Abdurrahmân bin Abu Bakr bin Muhammad As-Suyûthi Abul Fadhl, Dâr Ihyâ’il Ulûm – Beirut.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
https://almanhaj.or.id/2574-larangan-shalat-di-masjid-dhirar.html

Masjid Quba, Masjid Taqwa Fadilahnya Sholat Sama Satu Kali Umroh

Masjid Quba yang kini selalu menjadi tempat ziarah favorit para jamaah umroh dan haji adalah masjid pertam yang dibangun Rasulullah saw. Majid Quba ini berada di di daerah Quba sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Masjid dengan menara tinggi ini dibangun pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi.
Masjid Quba dibangun Nabi Muhammad saw waktu Rasulullah sedang hijrah dari kota Makkah ke Madinah. Dalam perjalanan hijrah tersebut Nabi Muhammad saw sempat singgah ke wilayah Quba ini selama empat hari.
Keistimewaan Masjid Quba adalah:
Masjid ini disebut Masjid Taqwa, seperti termaktub dalam Al-Quran surah At-Tawbah ayat 108, yang artinya “Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah SWT menyukai orang-orang yang bersih.”
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang bersuci dari rumahnya, kemudian datang ke Masjid Quba, lalu shalat dua rakaat, maka baginya pahala sebagaimana ganjaran umrah.” (HR Tirmidzi)
Dalam sejarahnya, peletakan batu pertama pendirian Masjiq Quba dilakukan langsung oleh Nabi Muhammad saw. Setelah itu, Nabi Muhammad saw mengajak umatnya untuk ikut membangun Masjid Quba. Bahkan, Rasulullah pun terjun langsung dalam pembangunan masjid ini. Rasulullah turut berpanas-panasan mengangkut batu dan pasir. Setelah selesai, Nabi Muhammad saw dan umatnya langsung menunaikan salat dua rakaat.
Masjid Quba pun begitu dicintai oleh umat Muslim di seluruh dunia. Betapa tidak, Masjid Quba dibangun langsung oleh tenaga dan keringat Nabi Muhammad saw. Bahkan, Nabi Muhammad saw selalu singgah di Masjid Quba ketika dirinya hendak ke Madinah.

Sejarah Masjid Quba 

Allah s.w.t memuji masjid ini dan orang-orang yang mendirikan sholat di dalamnya dari kalangan penduduk Quba' dengan Firman-Nya dala Al-Qur'an:
Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri…….(QS: At Taubah, 108).
Hingga kini tenti saja masjid dengan warna putih ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid Quba ini. Sakarang renovasi masjid Quba ditangani oleh keluarga Saud.
Menurut buku "Sejarah Madinah Munawarah" karya Dr Muhamad Ilyas Abdul Ghani, masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.
Masjid Quba kini mampu menampung hingga 20 ribu jamaah. Masjid Quba punya bentuk persegi panjang. Luas masjidnya sekitar 5.860 meter persegi dan memiliki dua lantai. Masjid Quba juga punya perpustakaan dan ruang belajar mengajar.
Masjid Quba pun mengalami banyak renovasi dan perubahan. Terakhir di tahun 2012 lalu, Masjid Quba kembali dipugar dan diperbesar. Pemerintah setempat menggelontorkan hingga 100 juta Riyal (Rp 2,6 miliar). Dari luar Masjid Quba berwarna putih dan memiliki empat menara yang tinggi. Pepohonan kurma mengelilingi masjid dan terdapat air mancur di bagian depan masjidnya sehingga memberikan kesan sejuk.


Bangunan masjid Quba 

Meskipun kelihatan sederhana, masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk dari pada masjid-masjid yang didirikan orang di kemudian hari. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Masjid Quba sudah mempunyai suatu ruang yang persegi empat dan berdinding di sekelilingnya.
Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sholat yang bertiang pohon korma, beratap datar dari pelepah dan daun korma, bercampurkan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn, terdapat sebuah sumur tempat jamaah mengambil wudhu. Kebersihan terjaga, cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa.
Masjid Quba ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Diseberang ruang utama mesjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar.


Panduan di Masjid Quba 

  • Saat akan memasuki bagian dalam masjid, sebaiknya memperhatikan petunjuk di dinding luar masjid. Itu adalah penunjuk pintu masuk yang dikhususkan bagi jamaah laki-laki atau perempuan. Akan terpampang pada sebuah plakat yang ditempelkan ke dinding pintu masuk untuk jamaah laki-laki maupun perempuan.
  • Tidak diperbolehkan mengambil gambar di dalam masjid.
http://perjalananumroh.com/khazanah/masjid-quba-masjid-taqwa-fadilahnya-sholat-sama-satu-kali-umroh
PENDIRIAN MASJID PERTAMA
Peristiwa pendirian masjid yang pertama, memberikan kepada umat Islam makna yang sesungguhnya tentang masjid. Setelah kurang lebih 12 tahun menjalankan tugas kerasulan di Mekkah. Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah.Ditilik dari ilmu perang, hijrah merupakan taktik dan strategi Nabi untukmengembangkan addin dan mengIslamkan umat. Taktik untuk mencapi tujuan strategi dijalankan beliau di Mekkah. Tetapi kemajuan Islam terasa lambat sekali dan tantangan lawan terlalu kuat dan makin giat. Nabi menukar taktik dengan menjadikan Madinah sebagai markas besarnya.Ternyata taktik tersebut berhasil. Demikianlah Senin 12 Rabiul Awwal (28 Juli 622 M) Nabi Muhammad S.A.W. meninggalkan Mekkah pergi ke Quba, selatan Yatsrib,yang sesudah itu bernama Madinah dan hijarahnya Nabi merupakan awal kalenderium Islam yang berarti dimulainya periode Islam dalam sejarah umat manusia. Kurun Madinah dalam pertumbuhan Islam, yang mulai sesudah hijrah merupakan kurun yangberbeda dari kurun Mekkah. Di Madinah penganut Islam cepat berkembang, sungguhpun mendapat halangan dari pihak Yahudi, yang tadinya diharapkan Nabi akan menolongnya, rupanya Taurat terkena perubahan tangan manusia. Taurat asli mengajarkan kepada kaum Yahudi untuk mengakui Islam dan Muhammad. Tetapi kitab suci yang sudah kena perubahan tangan manusia itu berisikan sebaliknya sehingga terjadilah perpecahan dengan golongan Yahudi. Disamping orang-orang yang masuk Islam karena benar-benar yakin, terdapat pula golongan yang masuk Islam karena pertimbangan keuntungan dan kepentingan diri sendiri, mereka ini adalah kaum munafik. Ikrar keyakinan mereka hanya sekedar ucapan dengan lidah, tanpa meyakini dengan hati, mereka bersandiwara.
Peristiwa pembangunan masjid pertama menggambarkan makna sesungguhnya dari masjid. Apabila hari pertama Nabi dengan rombongannya sampai di daerah Madinah dalam hijrahnya dari Mekkah, serta merta dibangunlah masjid, adalah tujuan logis atau sudah dapat disimpulkan bahwa Nabi pada hari pertama sekali sudah tidak akan melakukan kerja pembangunan masjid manakala beliau tidak beranggapan bahwa masjid itu sangat penting bagi keberadaan Islam dalam menghadapi kurun Madinah, pembangunan masjid tersebut dianggap Nabi lebih penting dari yang lainnya dalam saat darurat itu. Dalam rangka pertanyaan Abu Zar tentang masjid Aqsa, Rasulullah menyatakan :"Dimana saja engkau berada, jika waktu Shalat tiba, Shalatlah,karena disitupun masjid" (dikutip dari hadits Muslim). Dikandang kambingpun, kalau terpaksa sShalat dapat dilakukan, kalau perlu juga gedung khusus untuk masjid.
Jika diteliti dalam sejarah Islam, akan dapat disimpulkan bahwa penyempurnaan agama Islam dapat dikembalikan dasar-dasarnya kepada apa yang dilakukan Nabi sesudah hijrah. Sepuluh tahun terakhir dari hidup Nabi, semenjak hijrah sampai wafat, Nabi telah meletakkan tonggak dasar dunia Islam. Apbila Nabi pada hari pertama sudah mendirikan masjid dapatlah disimpulkan bahwa dengan itu Nabi membangun lembaga utama dari dunia Islam, karena tugas-tugas yang diberikan Nabi kepada masjid merupakan "benih" yang dalam perkembangannya melahirkan dunia Islam. Maka tepatlah jika masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam.
Ketika Rasulullah SAW hijrah meninggalkan masjid Mekkah ia berhenti di Quba, yaitu sebuah tempat yang tidak jauh dari kota Madinah. Empat hari lamanya Rasulullah dan sahabat-sahabat yang mengikutinya tinggal ditempat tersebut. Pada hari jum'at mereka harus melakukan sholat jum'at berjama'ah dan pada hari itu pula mereka membuat untuk bersembahyang. Inilah masjid yang pertama kali didirikan.
Kemudian Nabi menuju kota Madinah, kedatangan beliau dan para sahabat disambut dengan meriah, disongsong keluar pintu kota, dielu-elukan dengan takbir dan kasidahan, tiap-tiap kabilah mempersilahkan Rasulullah menjadi tamunya, akan tetapi ia menolak dan membiarkan unta yang membawanya berjalan sendiri memilih tempat berhenti. Unta yang dilepaskan tidak bertali itu berjalan dengan diiringi oleh kaum muslimin, karena mereka ingin menyaksikan dengan mata sendiri, dimanakah gerangan unta tersebut berhenti. Unta tersebut berhenti di dekat murbat (tempat yang biasa untuk menambatkan binatang ternak) kepunyaan dua orang anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail bin Amru. InsyaAllah inilah tempatnya" sabda Nabi kemudian ia membaca sebuah ayat "Ya Allah,tempatkanlah kami pada tempat yang membawa berkah, dan engakulah yang sebaik-baiknya memberi tempat".
Tempat tersebut kemudian di beli oleh Mu'az bin Afra, karena dialah wali yang memelihara kedua anak yatim itu. Maka disitulah Nabi mendirikan rumahnya dan dalam pada itu dimulailah mengerjakan masjid dengan cara bergotong royong. Pekerjaan itu dilakukan dengan gembira dan sepenuh hati oleh para sahabat dan masyarakat Madinah, yang selama ini tidakpernah bekerja berat apalagi bergelimang lumpur, waktu bekerja bersama- sama itu, Rasululah juga ikut membantu bersama para sahabat.
Pekerjaan membangunan masjid tidak banyak memakan waktu, karena selain dikerjakan secara bergotong royong, bangunan masjid itu amat sederhana. Disekelilingnya didirikan pagar tembok dari batu bata yang diplester dengan tanah liat. Pada bagian muka yaitu dekat mihrab diberi atap yang terbuat dari pelapah kurma yang disusun rapat, sedangkan bagian belakangnya hanya terbuka saja. Atapnya hanya dibuat kecil, sehingga sewaktu-waktu sinar matahari yang terik langsung menimpa orang yang sedang shalat. Kalau hari hujan ruangan masjid menjadi basah dan becek sebab lantainya hanya pasir. Enam tahun lamanya bangunan masjid tetap seperti itu, tak ada yang berubah, sederhana dan terasa indah.
Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108)
"Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertamaadalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri"
https://www.facebook.com

Masjid Quba, Masjid Pertama Dalam Islam

Masjid Quba adalah Masjid pertama Islam . Dibangun oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun 1 Hijriyah atau 622  Masehi  ketika beliau hijrah dari Mekah ke Madinah . Masjid Quba terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108).
“Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri…….(At Taubah, 108)
Masjid Quba 04Quba Mosque 04Masjid Quba Tampak Dalam 02Masjid Quba Tampak Dalam 03Masjid Quba Tampak Dalam

Masjid Quba 02
Dari berbagai sumber.
http://www.kisahislam.net/2015/04/24/masjid-quba-masjid-pertama-dalam-islam/

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer