Ilmu Antropologi
Antropologi Sosial Budaya
Antropologi sosial merupakan studi yang memelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling tumpang tindih di antara keduanya.
- Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
- Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.
- Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
- Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
Sejarah
Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsaprimitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DENGAN ILMU SEJARAH
Apa itu Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu, jadi secara bahasa antropologi bisa berarti ilmu yang mempelajari manusia. Objek kajian antropologi meliputi :
Antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu, jadi secara bahasa antropologi bisa berarti ilmu yang mempelajari manusia. Objek kajian antropologi meliputi :
a. Manusia sebagai mahluk biologis, yaitu:
1. asal-usul manusia
2. evolusi (perkembangan biologis manusia)
3. keanekaragaman ras pada saat ini
1. asal-usul manusia
2. evolusi (perkembangan biologis manusia)
3. keanekaragaman ras pada saat ini
b. Manusia sebagai mahluk sosial budaya, yaitu :
1. asal mula dan perkembangan kebudayaan
2. keanekaragaman kebudayaan saat ini
Sebagai ilmu, antropologi juga mempunyai tujuan, yaitu:
1. Antropologi bertujuan untuk memperoleh pengertian yang luas mengenai manusia,
2. Memperoleh generelisasi tentang perilaku manusia dan untuk membuktikan kebenaran teori-teori yang sudah dikenal di bidang lainnya.
A.2 Sejarah Singkat Antropologi
Antropologi berawal dari etnologi (etnos:bangsa dan logos:ilmu, bahasa Yunani) bukan dari filsafat. Sejarahnya, berawal dari tulisan mengenai bangsa-bangsa yang ditulis oleh para penjelajah dan para pelaut. Penulisan mengenai bangsa-bangsa ini meliputi deskripsi ciri fisik dan kehidupan sosial bangsa itu. Pada abad ke-15 M, ketika eropa mengalami masa renaissance dimana ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan pelayaran mulai dilakukan oleh orang-orang Eropa juga memberikan dampak bagi kemajuan etnologi.
Antropologi berawal dari etnologi (etnos:bangsa dan logos:ilmu, bahasa Yunani) bukan dari filsafat. Sejarahnya, berawal dari tulisan mengenai bangsa-bangsa yang ditulis oleh para penjelajah dan para pelaut. Penulisan mengenai bangsa-bangsa ini meliputi deskripsi ciri fisik dan kehidupan sosial bangsa itu. Pada abad ke-15 M, ketika eropa mengalami masa renaissance dimana ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan pelayaran mulai dilakukan oleh orang-orang Eropa juga memberikan dampak bagi kemajuan etnologi.
Banyak tulisan yang dihasilkan pada masa itu dan objeknya adalah orang-orang di luar Eropa yang dianggap primitif. Perkembangan selanjutnya, etnologi digunakan oleh orang-orang Eropa untuk melakukan kolonisasi. Baru sekitar tahun 1951 di Paris,Perancis diadakan simposium mengenai etnologi yang kemudian berubah menjadi antropologi.
Dalam simposium tersebut dibahas mengenai objek, ruang lingkup, dan metode. Hasilnya, objek kajian antropologi yang semula hanya masyarakat primitif di luar Eropa saja menjadi masyarakat pedesaan di seluruh benua termasuk Eropa, objek kajian ini terus bertahan hingga saat ini.
B. Apa itu Ilmu Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab, syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, dalam bahasa Inggris dikenal history yang berasal dari bahasa Yunani dan Latin historia, dalam bahasa Yunani histor atau istor berarti orang pandai. Pengertian sejarah secara terminologis adalah rekonstruksi masa lalu. Perlu diketahui pengertian sejarah adalah:
Sejarah berasal dari bahasa Arab, syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, dalam bahasa Inggris dikenal history yang berasal dari bahasa Yunani dan Latin historia, dalam bahasa Yunani histor atau istor berarti orang pandai. Pengertian sejarah secara terminologis adalah rekonstruksi masa lalu. Perlu diketahui pengertian sejarah adalah:
1. Sejarah sebagai peristiwa (sejarah objektif)
Ciri-cirinya adalah:
a. Hanya satu kali terjadi
b. Unik dan khas
c. Tidak bisa diulang
Ciri-cirinya adalah:
a. Hanya satu kali terjadi
b. Unik dan khas
c. Tidak bisa diulang
2. Sejarah sebagai kisah (sejarah subjektif)
a. Sejarah hasil rekonstruksi sejarawan
b. Bisa ditulis berapapun sesuka hati tergantung penulis
Objek kajian ilmu sejarah sendiri adalah manusia dalam dimensi waktu. Sejarah juga mempunyai kegunaan, yaitu :
a. Sejarah hasil rekonstruksi sejarawan
b. Bisa ditulis berapapun sesuka hati tergantung penulis
Objek kajian ilmu sejarah sendiri adalah manusia dalam dimensi waktu. Sejarah juga mempunyai kegunaan, yaitu :
1. Guna intrinsik
a. Sejarah sebagai ilmu
b. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
c. Sejarah sebagai pernyataan pendapat
d. Sejarah sebagai profesi
2. Guna ekstrinsik
Berupa fungsi pendidikan, yaitu: moral,penalaran,politik,kebijakan,masa depan,keindahan, ilmu bantu. Selain pendidikan juga berfungsi sebagai latar belakang,rujukan, dan bukti.
B.2 Sejarah singkat Ilmu Sejarah
Ilmu sejarah memiliki pengertian sebagai rekonstruksi masa lalu. Khususnya di Eropa, kegiatan ini dilakukan oleh Herodotus, yang menulis The History of Persian Wars (Sejarah Peperangan Orang Persia). Herodotus adalah seorang Yunani yang hidupnya berkelana di sekitar daerah Yunani sampai Laut Hitam. Dalam perjalanannya ini ia menulis mengenai bangsa-bangsa yang dikunjunginya dan juga menulis mengenai perang orang-orang Persia. Oleh karena itu ia disebut sebagai Bapak Sejarah.
Ilmu sejarah memiliki pengertian sebagai rekonstruksi masa lalu. Khususnya di Eropa, kegiatan ini dilakukan oleh Herodotus, yang menulis The History of Persian Wars (Sejarah Peperangan Orang Persia). Herodotus adalah seorang Yunani yang hidupnya berkelana di sekitar daerah Yunani sampai Laut Hitam. Dalam perjalanannya ini ia menulis mengenai bangsa-bangsa yang dikunjunginya dan juga menulis mengenai perang orang-orang Persia. Oleh karena itu ia disebut sebagai Bapak Sejarah.
Kegiatan penulisan sejarah ini dilanjutkan oleh Thucydides, Polybius, Julius Caesar, Titus Livius, Augustine, Orosius, Otto of Friesing, Niccolo Machiavelli, Jean Mabillon, David Hume, Voltaire, Edward Gibbon, Leopold von Ranke, Marc Bloch, Henri Pirenne, James Harvey Robinson, Ibn Khaldun, Al-Tabari, Sima Qian. Dengan banyaknya yang menulis sejarah, metode sejarah pun semakin berkembang dan sejarah pun menjadi semakin jelas keilmiahannya.
C. Hubung kait antara Antropologi dengan Ilmu Sejarah
Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah, simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.
Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah, simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.
Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah.
1. Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Dalam ilmu-ilmu sosial termasuk di dalamnya antropologi seringkali melakukan generalisasi terhadap suatu permasalahan sosial yang terkadang tidak bersifat universal. Karena secara kenyataan historis terdapat perbedaan di berbagai tempat.
Dalam ilmu-ilmu sosial termasuk di dalamnya antropologi seringkali melakukan generalisasi terhadap suatu permasalahan sosial yang terkadang tidak bersifat universal. Karena secara kenyataan historis terdapat perbedaan di berbagai tempat.
2. Permasalahan sejarah bisa menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial
Hakikatnya, sejarah mempelajari mengenai tingkah laku manusia. Jadi, jelas berkaitan karena ilmu-ilmu sosial termasuk antropologi membahas manusia sebagai mahluk sosial budaya sudah pasti manusia tersebut memiliki masa lalunya sendiri. Disitulah titik temu antara kajian antropologi dengan ilmu sejarah. Dari titik temu tadi maka permasalahan sejarah yang berkaitan dengan ilmu sosial bisa juga dikaji oleh ilmu sosial yang bersangkutan.
Hakikatnya, sejarah mempelajari mengenai tingkah laku manusia. Jadi, jelas berkaitan karena ilmu-ilmu sosial termasuk antropologi membahas manusia sebagai mahluk sosial budaya sudah pasti manusia tersebut memiliki masa lalunya sendiri. Disitulah titik temu antara kajian antropologi dengan ilmu sejarah. Dari titik temu tadi maka permasalahan sejarah yang berkaitan dengan ilmu sosial bisa juga dikaji oleh ilmu sosial yang bersangkutan.
3. Pendekatan ilmu sejarah bersifat diakronis
Jika ilmu sosial bersifat sinkronis maka ilmu sejarah bersifat diakronis. Hal tersebut jelas menambah sudut pandang baru dalam ilmu sosial. Dalam kajian antropologi pun bisa bersifat diakronis dalam memahami misalnya suatu kebudayaan pada saat ini.
Jika ilmu sosial bersifat sinkronis maka ilmu sejarah bersifat diakronis. Hal tersebut jelas menambah sudut pandang baru dalam ilmu sosial. Dalam kajian antropologi pun bisa bersifat diakronis dalam memahami misalnya suatu kebudayaan pada saat ini.
D. Kesimpulan
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan banyak teori untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, ilmu sejarah pun menyumbangkan kritiknya terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah yang juga bisa dikaji oleh ilmu sosial lain, dan diakronis. Jadi,Antropologi dan Ilmu Sejarah memiliki keterkaitan dan saling mendukung satu sama lainnya.
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan banyak teori untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, ilmu sejarah pun menyumbangkan kritiknya terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah yang juga bisa dikaji oleh ilmu sosial lain, dan diakronis. Jadi,Antropologi dan Ilmu Sejarah memiliki keterkaitan dan saling mendukung satu sama lainnya.
DAFTAR SUMBER:
Kuntowijoyo.2005.
Pengantar Ilmu Sejarah.Cetakan ke-5.Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Kuntowijoyo.2005.
Pengantar Ilmu Sejarah.Cetakan ke-5.Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Lubis, Nina H. 2008.
Historiografi Barat.Cetakan ke-3.Bandung: Satya Historika.
Historiografi Barat.Cetakan ke-3.Bandung: Satya Historika.
Bodley, John H. "Anthropology." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
Partner, Nancy F. "History and Historiography." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
Materi Kuliah Pengantar Antropologi dari Bapak Dade Mahzuni, M.Si.
Materi Kuliah Filsafat Sejarah dari Bapak Dr. Mumuh Muchsin Z.
Komentar
Posting Komentar