Menak Cina
Hongtete, raja Cina, mempunyai dua orang putri. Adaninggar dan Widaninggar. Adaninggar sangat tergila-gila pada Amir Ambyah, lalu pergi mencarinya. Ia pergi ke Negara Yujana, menyerahkan diri pada raja Medayin. Kepada semua orang ia mewartakan sebagai calon istri Raja Nusirwan. Taktik ini ia tempuhuntuk menarik perhatian Amir Ambyah yang ia yakini akan jatuh cinta kepadanya begitu melihat kecantikan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, karena Amir Ambyah bahkan menganggapnya sebagai ibu calon mertua.
Adaninggar seorang prajurit terpilih bersenjata lengkap, panah, talikentular (semacam selendang sakti), ia juga dapat menghilang. Begitu besar keinginannya untuk menjadi istri Amir Ambyah, sehingga pada suatu malam dengan kesaktiannya ia berhasil menculik Amir Ambyah dan membawanya ke dalam sebuah goa di sebuah pegunungan. Dengan terus terang ia menyatakan cintanya pada Amir Ambyah, namun Amir Ambyah tak menanggapinya, karena tetap menganggap Adaninggar sebagai ibu calon mertua.
Adaninggar tak dapat menahan gejolak hati dan kemarahannya menghadapi sikap Amir Ambyah. Begitu gemasnya, Amir Ambyah, orang yang sangat dicintainya dan telah diikat tak berdaya itu disiksanya dengan cambukan-cambukan. Namun Amir Ambyah tetap pada pendiriannya, memanggil “ibu” kepada Adaninggar dan tetap menyembahnya layaknya seorang menantu.
Kuswendar, raja negara Yujana, ketika mendengar Amir Ambyah hilang, segera menyiagakan pasukan, menyerang pasukan Kuparman. Dalam penyerangan tersebut, Rustamaji tewas. Untunglah Umarmaya berhasil menemukan dan membebaskan amir Ambyah dari dalam goa, lalu maju perang bersama. Pasukan Yujana dapat dikalahkan, dan reaja Kusnendar menyatakan takluk pada Amir Ambyah. Sedangkan raja Nusirwan lari mengungsi ke negara Kaelani.
Adaninggar tetap berusaha mengambil hati Amir Ambyah. Ia mengadukan nasibnya dan meminta perlindungan kepada istri-istri Amir Ambyah, terutama pada Sudarawreti dan Rabingu. Kedua putri tersebut bersedia melindungi Adaninggar karena memaklumi rasa hatinya, karena mereka pernah pula mengalami nasib yang sama. Ketika Amir Ambyah menyerang negara Kaelani dan di tengah jalan diserang raksasa dari Jabalkap, raksasa-raksasa itu dibinasakan oleh Adaninggar.
Menghadapi serangan pasukan Amir Ambyah, pasukan Kaelani disiagakan dibawah pimpinan Kelaswara putri raja Kelanjali. Kelaswara merupakan seorang prajurit wanita yang tangguh, kuat dan dapat mengangkat kedua ekor gajah dengan kedua tangannya. Oleh karena itu ia tersohor sebagai prajurit wanita tanpa tanding. Terjadilah pertempuran yang seru antara Amir Ambyah melawan Kelaswara. Amir ambyah tertangkap dan dibawa ke istana Kaelani. Namun di dalam istana, oleh Umarmaya ia dikawinkan dengan Kelaswara. Kejadian ini menimbulkan kemarahan raja Kelanjali. Ia langsung menyerang Amir Ambyah, tapi kalah dan akhirnya tunduk di bawah pimpinan Amir Ambyah.
Para istri Amir Ambyah tidak senag hatinya mendengar berita perkawinan Amir Ambyah dengan Kelaswara. Pada waktu malam hari, Adaninggar masuk ke dalam istana Kaelani. Ia melihat Kelaswara sedang tidur, lalu ditariknya keluar. Terjadilah perkelahian yang sengit antara dua prajurit wanita yang sama-sama sakti. Namun karena tak menduga akan kedatangan musuh, kelaswara agak repot juga menghadapi Adaninggar. Ketika semua senjatanya tak mempan terhadap tubuh Adaninggar, Kelaswara masuk ke dalam kamar pengantin, mengambil senjata Lusaka dan kembali menghadapi Adaninggar. Pusaka itu langsung dilemparkan Kelaswara, menembus dada kiri Adaninggar yang roboh dan mati seketika. Sudarawreti dan Rabingu hendak membela Adaninggar, tapi Kelaswara cepat meminta maaf dan menghiburnya. Jenazah Adaninggar kemudian dimakamkan di Negara Parangakik.
Para istri Amir Ambyah tidak senag hatinya mendengar berita perkawinan Amir Ambyah dengan Kelaswara. Pada waktu malam hari, Adaninggar masuk ke dalam istana Kaelani. Ia melihat Kelaswara sedang tidur, lalu ditariknya keluar. Terjadilah perkelahian yang sengit antara dua prajurit wanita yang sama-sama sakti. Namun karena tak menduga akan kedatangan musuh, kelaswara agak repot juga menghadapi Adaninggar. Ketika semua senjatanya tak mempan terhadap tubuh Adaninggar, Kelaswara masuk ke dalam kamar pengantin, mengambil senjata Lusaka dan kembali menghadapi Adaninggar. Pusaka itu langsung dilemparkan Kelaswara, menembus dada kiri Adaninggar yang roboh dan mati seketika. Sudarawreti dan Rabingu hendak membela Adaninggar, tapi Kelaswara cepat meminta maaf dan menghiburnya. Jenazah Adaninggar kemudian dimakamkan di Negara Parangakik.
Mendengar kematian Adaninggar, raja Nusirwan bermaksud pergi ke Negara Cina untuk mengadukan peristiwa tersebut kepada raja Hongtete. Dengan menyamar sebagai saudagar, Nusirwan pergi ke Negara Cina. Namun nasib sial menimpanya. Sampai di Negara Mukub seluruh harta bendanya habis dirampas Bintibahram, raja Mukub.
Mengkhawatirkan keselamatan suaminya, permaisuri Negara Medayin meminta tolong Amir Ambyah untuk menyususl raja Nusirwan. Amir Ambyah berangkat ke Negara Cina. Sampai di Negara Mukub, Amir Ambyah menaklukan Bintibahram, kemudian diajaknya bersama-sama pergi ke Cina.
Mengkhawatirkan keselamatan suaminya, permaisuri Negara Medayin meminta tolong Amir Ambyah untuk menyususl raja Nusirwan. Amir Ambyah berangkat ke Negara Cina. Sampai di Negara Mukub, Amir Ambyah menaklukan Bintibahram, kemudian diajaknya bersama-sama pergi ke Cina.
Setibanya di Negara Cina, raja Nusirwan menumpang pada janda penjual roti. Dengan cara menyamar, Amir Ambyah dan Bintibahram juga tinggal pada janda penjual roti itu juga. Sementara itu Hongtete juga telah mendengar kematian putrinya, Adaninggar di Negara Kaelani. Ia amat cedí dan setiap hari melakukan pemujaan pada dewa api. Amir Ambyah yang berhasil memasuki istana Hongtete, segera mengeluarkan Mukzizat, memadamkan api pemujaan Hongtete. Raja Hongtete akhirnya tunduk kepada Amir Ambyah.
Komentar
Posting Komentar