Kesultanan Sekar Fak Fak Papua
Kerajaan Sekar(marga Rumgesan)
Informasi atau
tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit diperoleh, namun dapat diyakini
bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah satu kerajaan dari 9 kerajaan Islam yang
berada di Kepulauan Raja Empat.
Kerajaan Sekar adalah kerajaan marga Rumagesan; terletak di semenanjung Onin, Teluk Berau, prov. Papua Barat.
Kerajaan Sekar adalah kerajaan marga Rumagesan; terletak di semenanjung Onin, Teluk Berau, prov. Papua Barat.
Kerajaan Sekar, Salah Satu Perintis Penyebaran Islam di Papua
REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG--Keberadaan Kerajaan Sekar Fak Fak menjadi salah satu bukti keberagaman adat dan budaya di Bumi Cenderawasih, Papua. Kerajaan Muslim ini terkenal sebagai penyebar Islam di bumi Cendrawasih di masa lampau.
"Kami ini bagian dari peradapan Papua yang telah mengikuti perkembangan zaman sejak ratusan tahun lalu," kata Putri Raja Al Alam Ugar Pik-Pik Sekar, Hj DR Rustuty Rumagesan, di Palembang, Sabtu ketika menghadiri acara Festival Keraton Nusantara VII di kota tersebut.
Menurut dia, selama ini Papua hanya dikenal sebagai bangsa yang primitif dengan pakaian seadanya. Padahal sejak 700 tahun lalu Kerajaan Sekar dan kerajaan lainnya telah berdiri serta tersohor sebagai penyebar agama Islam yang memiliki aturan tegas dalam berbagai hal, termasuk berpakaian, tambahnya.
Ia mengatakan, meskipun mereka berbeda dengan kerajaan lain di Papua -- karena memiliki keyakinan yang lain dan berpakaian tertutup -- tetap bisa hidup tentram dan saling menghargai sesama. "Hal itu, membuktikan kalau bangsa Papua bangsa yang beragam dan saling menghargai," kata perempuan berkerudung ini.
Dia menjelaskan, saat ini keraton kerajaan mereka sudah tidak ada lagi bentuknya, karena dibom pada masa penjajahan Jepang.
Namun berbagai peninggalan kerajaan masih ditemui di daerah tersebut mulai dari tempat pendidikan dan tentunya masjid, ujarnya.
Rustuty menambahkan, di Kabupaten Fak-Fak terdapat sembilan kerajaan yang semuanya menyiarkan agama Islam. Karena itu, 90 persen warga Fak Fak memeluk agama Islam, tambah perempuan berkulit kuning langsat ini.
Ia mengatakan, mereka merupakan bagian dari masyarakat adat asli Papua tetapi karena sang ayanda, raja yang waktu itu berjuang membebaskan kemerdekaan Irian Barat dari penjajah, dibuang ke Sulawesi akhirnya menikahi perempuan dari Kesultanan Gowa.
Percampuran tersebut membuat sebagian keturunan kerajaan di Fak-Fak berbeda dengan kebanyak orang Papua, kata perempuan penggiat lingkungan hidup ini.
Kerajaan Sekar merupakan satu dari 155 kerajaan, Kesultanan dan Lembaga Adat Nusantara yang menjadi peserta Festival Keraton Nusantara VII di Palembang, 26-28 November.
Pertemuan dua tahunan tersebut dihadiri seribu lebih utusan dari berbagai kerajaan, kesultanan dan lembaga adat.
"Kami ini bagian dari peradapan Papua yang telah mengikuti perkembangan zaman sejak ratusan tahun lalu," kata Putri Raja Al Alam Ugar Pik-Pik Sekar, Hj DR Rustuty Rumagesan, di Palembang, Sabtu ketika menghadiri acara Festival Keraton Nusantara VII di kota tersebut.
Menurut dia, selama ini Papua hanya dikenal sebagai bangsa yang primitif dengan pakaian seadanya. Padahal sejak 700 tahun lalu Kerajaan Sekar dan kerajaan lainnya telah berdiri serta tersohor sebagai penyebar agama Islam yang memiliki aturan tegas dalam berbagai hal, termasuk berpakaian, tambahnya.
Ia mengatakan, meskipun mereka berbeda dengan kerajaan lain di Papua -- karena memiliki keyakinan yang lain dan berpakaian tertutup -- tetap bisa hidup tentram dan saling menghargai sesama. "Hal itu, membuktikan kalau bangsa Papua bangsa yang beragam dan saling menghargai," kata perempuan berkerudung ini.
Dia menjelaskan, saat ini keraton kerajaan mereka sudah tidak ada lagi bentuknya, karena dibom pada masa penjajahan Jepang.
Namun berbagai peninggalan kerajaan masih ditemui di daerah tersebut mulai dari tempat pendidikan dan tentunya masjid, ujarnya.
Rustuty menambahkan, di Kabupaten Fak-Fak terdapat sembilan kerajaan yang semuanya menyiarkan agama Islam. Karena itu, 90 persen warga Fak Fak memeluk agama Islam, tambah perempuan berkulit kuning langsat ini.
Ia mengatakan, mereka merupakan bagian dari masyarakat adat asli Papua tetapi karena sang ayanda, raja yang waktu itu berjuang membebaskan kemerdekaan Irian Barat dari penjajah, dibuang ke Sulawesi akhirnya menikahi perempuan dari Kesultanan Gowa.
Percampuran tersebut membuat sebagian keturunan kerajaan di Fak-Fak berbeda dengan kebanyak orang Papua, kata perempuan penggiat lingkungan hidup ini.
Kerajaan Sekar merupakan satu dari 155 kerajaan, Kesultanan dan Lembaga Adat Nusantara yang menjadi peserta Festival Keraton Nusantara VII di Palembang, 26-28 November.
Pertemuan dua tahunan tersebut dihadiri seribu lebih utusan dari berbagai kerajaan, kesultanan dan lembaga adat.
Sumber : Ant
Komentar
Posting Komentar