Kesultanan Tidung (baik kuno maupun baru) Tarakan
Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
http://rossyblackmonster.blogspot.co.id/makalah-sejarah-kerajaan-kerajaan-islam.html
http://rossyblackmonster.blogspot.co.id/makalah-sejarah-kerajaan-kerajaan-islam.html
Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utaraKalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
http://anggitwildian.blogspot.co.id/ejarah-kerajan-kerajaan-islam-di.html
http://anggitwildian.blogspot.co.id/ejarah-kerajan-kerajaan-islam-di.html
Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
http://lailameika13.blogspot.co.id/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://lailameika13.blogspot.co.id/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Kerajaan Tidung
1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan diPulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas. Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa di pesisir timur pulauTarakan yakni, di kawasan binalatung sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156.
Kemudian berpindah ke pesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasanTanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap di pesisir barat yakni, ke kawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, ke kawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah dikalangan suku Tidung terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan (Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah), (Malinau Kota, Kabupaten Malinau) Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, (Sembakung, Kabupaten Nunukan, (Kota Tarakan) dan lain-lain hingga ke daerah Sabah (Malaysia) bagian selatan.
2. Proses Masuknya Islam di Kerajaan Tidung
Tahun 1650 aktivitas perdagangan pindah ke sesayap dan sembakung. Kerajaan tidung sembakung pindah ke pagar, atasnya sembakung. Kerajaan sesayap adalah cabang kerajaan tarakan, berkembang dari tiga penduduk yang berlokasi di menjelutung. Orang lokal sesayap padamulanya adalah suku Kepatal, yang telah lama terlupakan. Kemungkinan besar adalah bagian dari suku putuk.
Sesayap juga dikatakan berada di bawah kekuasaan Berau. Berau pada waktu itu beraliansi dengan brunei melawan sulu. Lebih lanjut, mungkin seorang kepala suku kepatal, mulai menggunakan nama dayak yang tegas untuk semua keturunan raja tidung sesayap.
Setelah suku Tausug dari sulu menduduki tarakan dan bersekutu dengan bulungan, saudara perempuan raja tidung tarakan menikah dengan seorang pangeran bulungan dan membawa tidung berada di bawah kuasa bulungan.
Anak mereka yang bernama, Baginda, adalah yang pertama masuk islam. Dengan demikian itu adalah suatu perubahan yang hampir secara langsung dari kepemimpinan kepala adat dayak ke pemerintahan muslim. Namun bagaimanapun, koversi tersebut hanya terbatas pada kalangan bangsawan, sehingga sampai akhir tahun 1700an populasi Tidung belum mayoritas islam.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Tidung
Masyarakat suku Tidung mayoritas beragama Islam dan memiliki corak budaya Melayu, tetapi kehidupan suku Tidung masih memiliki unsur-unsur agama leluhurnya masuk didalam ritus dan adatnya baik itu dalam aspek perkawinan, kelahiran, atau pengobatan.
Orang Tidung pada mulanya mempercayai akan dewa-dewa yang mendiami Kayangan, gunung-gunung dan bukit-bukit, mereka percaya bahwa dewa ini mempunya kekuatan untuk menyembuhkan bermacam sakit penyakit – salah satu tempat keramat orang Dayak Berusu di Tana Tidung adalah Air terjun gunung Rian dan disana terdapat kuburan Dayak yang mirip dengan Sandung tempat menaruh tulang belulang orang yang dilakukan upacara secondary burial seperti yang dilakukan oleh Dayak Ngaju, Maanyan, Benuaq
Kehidupan masyarakat suku Tidung yang menarik adalah adat istiadatnya salah satunya saat bulan Syafar yang terdapat dalam kalender Penanggalan Hijriyah (Islam), menurut kepercayaan masyarakat suku kaum Tidung adalah bulan waktu diturunkannya malapetaka/bala. Jadi agar terhindar dari malapetaka/bala, maka setiap anak dari suku kaum Tidung yang lahir pada bulan safar haruslah mengadakan Tradisi Betimbang asebanyak tiga kali dimana pelaksanaan Tradisi Betimbang adalah pada setiap bulan Safar. Tatacara pelaksana sang Anak duduk di atas Timbangan yang telah dibuat sedemikian rupa, sementara kitab Suci Alqur'an, Sayur-sayuran, dan Makanan di simpan di atas timbangan lainnya, sehingga kedudukannya menjadi seimbang. setelah itu anak diturunkan, dan digantikan dengan sayur-sayuran dan buah-buahan yang lainnya.
Kerajaan Tidung Kuno
1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Tidung Kuno
Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa dipesisir timur pulau Tarakan yakni, di kawasan binalatung sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian berpindah kepesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap dipesisir barat yakni, kekawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, kekawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
2. Proses Masuknya Islam di Kerajaan Tidung Kuno
Di daerah selatan Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak di daerah itu sering disebut Nansarunai Usak Jawa, yakni kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyanyang dihancurkan oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309–1389. Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak Maanyan terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman ke wilayahsuku Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1520).Sebagian besar suku Dayak di wilayah selatan dan timur kalimantan yang memeluk Islam keluar dari suku Dayak dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai atau orang Banjar dan Suku Kutai. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Amas dan Watang Balangan. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang terkenal adalah Lambung Mangkuratmenurut orang Dayak adalah seorang Dayak.
3. Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Tidung Kuno
Penyebaran Islam saat itu melalui perkawinan karena berawal dari kehidupan yang berpencar dan berpindah-pindah. Beberapa orang suku Tidung berpindah-pindah dan kebanyakan dari mereka tidak lagi menggunakan bahasa nenek moyang mereka, tinggal dan hidup di Berau, Kutai (Kutai Lama, Sangkulirang, Sangatta) dan lainnya. Di Sabah bagian Barat ada kumpulan kecil yang memiliki adat di luar suku Tidung yang bukan Islam. Tapi bahasa mereka mirip dengan dialek Tarakan. Tidung Tarakan sendiri disebut Tenggara atau desa Raja Tara’ yang penduduknya bercampur dengan orang Kayan seperti halnya Melayu yang tidak menjadi pertimbangan mereka menjadi orang Tidung. Suku Tidung membaur dengan semua kelompok untuk bersama-sama membentuk pemerintahan pantai. Waktu itu, mereka lebih menyukai kawin dengan tetangga muslim seperti Sulu, Bugis, Brunei, dan Arab serta orang-orang Melayu lainnya.
Kerajaan Tidung
KerajaanTidungataudikenalpuladengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di Kalimantan Utara, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasanini,selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas.
Riwayat
Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah dikalangan Suku Tidung terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain (Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan), (Malinau Kota, Kabupaten Malinau), (Sesayap, Kabupaten Tana Tidung), (Sembakung, Kabupaten Nunukan) , (Kota Tarakan) dan lain-lain hingga ke daerah (Sabah, Malaysia) bagian selatan.
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan Suku Tidung tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama Benayuk. Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam ke dalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut di kalangan Suku Tidung disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari Menjelutung]].
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan +kurang lebih dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI.
Kelompok-kelompok Suku Tidung pada zaman kerajaan Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan Suku Tidung yang ada di Kalimantan timur sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :
- Dialek bahas Tidung Malinau
- Dialek bahasa Tidung Sembakung.
- Dialek bahas Tidung Sesayap.
- Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
Dari adanya beberapa dialek bahasa Tidung yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah kerajaan Benayuk di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan Benayuk yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.
Daftar Silsilah Raja-Raja Tidung
Raja-raja dari Kerajaan Tidung Kuno
Kerajaan Tidung Kuno adalah Suatu Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja, di mana pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah dengan wilayah yang kecil/kampung.
- Benayuk dari Sungai Sesayap, Menjelutung (Masa Pemerintahan ± 35 Musim).[3] Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam ke dalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut di kalangan Suku Tidung disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Menjelutung.
- Yamus (Si Amus) (Masa Pemerintahan ± 44 Musim) Selang 15 (lima belas). Musim setelah Menjelutung runtuh seorang keturunan Benayuk yang bernama Yamus (Si Amus) yang bermukim di Liyu Mayemengangkat diri sebagai raja yang kemudian memindahkan pusat pemukiman ke Binalatung (Tarakan). Yamus memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim, setelah wafat Yamus digantikan oleh salah seorang cucunya yang bernama Ibugang (Aki Bugang).
- Ibugang (Aki Bugang), Ibugang beristrikan Ilawang (Adu Lawang) beranak tiga orang. Dari ketiga anak ini hanya seorang yang tetap tinggal di Binalatung yaitu bernama Itara, yang satu ke Betayau dan yang satu lagi ke Penagar.
- Itara (Lebih kurang 29 Musim), Itara memerintah selama 29 (dua puluh sembilan) musim.[3] Setelah wafat Anak keturunan Itara yang bernama Ikurung kemudian meneruskan pemerintahan dan memerintah selama 25 (dua puluh lima) musim.
- Ikurung (Lebih kurang 25 Musim), Ikurung beristrikan Puteri Kurung yang beranakkan Ikarang yang kemudian menggantikan ayahnya yang telah wafat.
- Ikarang (Lebih kurang 35 Musim), di Tanjung Batu (Tarakan). Ikarang memerintah selama 35 (tiga puluh lima) musim di Tanjung Batu (Tarakan).
- Karangan (Lebih kurang Musim), Karangan yang bristrikan Puteri Kayam (Puteri dari Linuang Kayam) yang kemudian beranakkan Ibidang.
- Bengawan (Lebih kurang 44 Musim), Diriwayatkan sebagai seorang raja yang tegas dan bijaksana dan wilayah kekuasaannya di pesisir melebihi batas wilayah pesisir Kabupaten Bulungan sekarang yaitu dari Tanjung Mangkaliat di selatan kemudian ke utara sampai di Kudat (Sabah, Malaysia). Diriwayatkan pula bahwa Raja Bengawan sudah menganut Agama Islam dan memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim. Setelah Bengawan wafat ia digantikan oleh puteranya yang bernama Itambu.
- Itambu (Lebih kurang 20 Musim).
- Aji Beruwing Sakti (Lebih kurang 30 Musim).
- Aji Surya Sakti (Lebih kurang 30 Musim).
- Aji Pengiran Kungun (Lebih kurang 25 Musim).
- Aji nata Djaya (Kurang 20 Musim).
- Pengiran Tempuad (Lebih kurang 34 Musim), Pengiran Tempuad kemudian kawin dengan raja perempuan Suku Kayan di Sungai Pimping bernama Ilahai.
- Aji Iram Sakti (Lebih kurang 25 Musim) di Pimping, Bulungan. Aji Iram Sakti mempunyai anak perempuan yang bernama Adu Idung. Setelah Aji Iram Sakti wafat kemudian digantikan oleh kemanakannya yang bernama Aji Baran Sakti yang beristrikan Adu Idung. Dari perkawinan ini lahirlah Datoe Mancang.
- Aji Baran Sakti (Lebih kurang 20 Musim).
- Datoe Mancang (Lebih kurang 49 Musim), diriwayatkan bahwa masa pemerintahan Datoe Mancang adalah yang paling lama yaitu 49 (empat puluh sembilan) musim.
- Abang Lemanak (Lebih kurang 20 Musim), di Baratan, Bulungan, setelah Abang Lemanak wafat, ia kemudian digantikan oleh adik bungsunya yang bernama Ikenawai (seorang wanita).
- Ikenawai bergelar Ratu Ulam Sari (Lebih kurang 15 Musim), Ikenawai bersuamikan Datoe Radja Laut keturunan Radja Suluk bergelar Sultan Abdurrasid.
Dinasti Tengara
Dahulu kala kaum Suku Tidung yang bermukim di pulau Tarakan, populer juga dengan sebutan kaum Tengara, oleh karena mereka mempunyai pemimpin yang telah melahirkan Dynasty Tengara. Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa di pesisir timur pulau Tarakan yakni, di kawasan binalatung sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian berpindah ke pesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap di pesisir barat yakni, ke kawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, ke kawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
Kerajaan Dari Dynasty Tengara ini pertama kali bertakhta kira-kira mulai pada tahun 1557-1571 berlokasi di kawasan Pamusian wilayah Tarakan Timur.
Raja-raja dari Dinasti Tengara
Silsilah raja dari dinasti tengara, yaitu:
- Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)
- Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
- Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)
- Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
- Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)
- Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)
- Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782)
- Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817)
- Amiril Tadjoeddin (1817-1844)
- Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867)
- Ratoe Intan Doera/Datoe Maoelana (1867-1896), Datoe Jaring gelar Datoe Maoelana adalah putera Sultan Bulungan Muhammad Kaharuddin (II)
- Datoe Adil (1896-1916)
Wilayah Kekuasaan
Kerika diperintah oleh Raja Bengawan pada masa Kerajaan Tidung Kuno, wilayah kekuasaan kerajaan ini telah lebih besar dari wilayah Kabupaten Bulungan sekarang, Jika digambarkan wilayah tersebut meliputi Tanjung Mangkaliat di selatan kemudian ke utara sampai di kudat, Malaysia. Pada perkembangan kemudian, wilayah kekuasaan kerajaan tidung semakin meluas sehingga meliputi beberapa daerah, yaitu: beluran, betayau, bunyu, Kalabakan, Labuk, Lumbis, Malinau, Mandul, Mentarang, Nunukan, Pulau Sebatik, Salim Batu, Sebuku, Sekatak, Sembakung, Serudung, Sesayap, Semendalen, Soembol, dan Tarakan.[4]Di daerah Beluran, kekuasaan kerajaan tidung juga menguasai beberapa Suku Dayak yang telah mendiami daerah tersebut, yaitu Ulun Aboy Tidung, Ulun Adang, Ulun Belusu, Ulun Daye, Ulun Kelabat, Ulun Krayan, Ulun Libun, Ulun Mentarang, Ulun Punan, Ulun Putuk, Ulun Saban, Ulu Tenggalan, dan Ulun Tubu. Bahkan sebelum dipersatukan ke dalam satu kerajaan atau masih dikenal sebagai Kerajaan Tidung Kuno, wilayah kekuasaan kerajaan ini masing-masing mempunyai kerajaan yang berdiri sendiri seperti, Raja Berusu (Belusu), Raja Tenggalan/Ngabok, Raja Punan, dan Raja Ulun Daya/Aboi Tidoeng.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tidung
Kerajaan Tidung kuno
Kerajaan Tidung Kuno (bahasa Inggris: The Ancient Kingdom of Tidung) adalah Suatu Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja, dimana pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah dengan wilayah yang sangat kecil/kampung.
Sejarah
Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa dipesisir timur pulau Tarakan yakni, di kawasan binalatung sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian berpindah kepesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap dipesisir barat yakni, kekawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, kekawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah dikalangan suku Tidung terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan (Kecamatan Tanjung Palas, Desa Salimbatu), Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Nunukan (Kecamatan Sembakung), Kota Tarakan dan lain-lain hingga ke daerah Sabah (Malaysia) bagian selatan.
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan suku Tidung tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama Benayuk. Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut dikalangan suku Tidung disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari Menjelutung.
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan +kurang lebih dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI.
Kelompok-kelompok suku Tidung pada zaman kerajaan Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan suku Tidung yang ada di Kalimantan timur sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :
- Dialek bahas Tidung Malinau
- Dialek bahasa Tidung Sembakung.
- Dialek bahas Tidung Sesayap.
- Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
Dari adanya beberapa dialek bahasa Tidung yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah kerajaan Benayuk di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan Benayuk yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.
Raja-raja dari Kerajaan Tidung Kuno
- Benayuk dari sungai Sesayap, Menjelutung
- Yamus (Si Amus) (Masa Pemerintahan ± 44 Musim)
Selang 15 (lima belas) musim setelah Menjelutung runtuh seorang keturunan Benayuk yang bernama Yamus (Si Amus) yang bermukim di Liyu Maye mengangkat diri sebagai raja yang kemudian memindahkan pusat pemukiman ke Binalatung (Tarakan). Yamus memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim, setelah wafat Yamus digantikan oleh salah seorang cucunya yang bernama Ibugang (Aki Bugang).
- Ibugang (Aki Bugang)
Ibugang beristrikan Ilawang (Adu Lawang) beranak tiga orang. Dari ketiga anak ini hanya seorang yang tetap tinggal di Binalatung yaitu bernama Itara, yang satu ke Betayau dan yang satu lagi ke Penagar.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tidung_kuno
Mahkota Raja Tidung
Wilayah Kerajaan Islam Tidung
Istana Adat Baloy Kerajaan Tidung
Istana Adat Baloy Kerajaan Tidung
Lambang Kerajaan
Dinasti Tengara
1. Latar Belakang Lahirnya Dinasti Tengara
Dahulu kala kaum Suku Tidung yang bermukim di pulau Tarakan, populer juga dengan sebutan kaum Tengara, oleh karena mereka mempunyai pemimpin yang telah melahirkan Dynasty Tengara. Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa di pesisir timur pulau Tarakan yakni, di kawasan binalatung sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156.[3]Kemudian berpindah ke pesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap di pesisir barat yakni, ke kawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, ke kawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
Kerajaan Dari Dynasty Tengara ini pertama kali bertakhta kira-kira mulai pada tahun 1557-1571 berlokasi di kawasan Pamusian wilayah Tarakan Timur.
2. Proses Masuknya Islam di Dinasti Tengara
Dahulu kala kaum suku Tidung yang bermukim dipulau Tarakan, popular juga dengan sebutan kaum Tengara, oleh karena mereka mempunyai pemimpin yang telah melahirkan Dynasty Tengara.
Proses masuknya Islam melalui suku Tidung yaitu melalui masyarakat Dayak. Suku Tidung masih berkerabat dengan suku Dayak rumpun Murut (suku-suku Dayak yang ada di Sabah). Karena suku Tidung beragama Islam dan mengembangkan kerajaan Islam sehingga tidak dianggap sebagai suku Dayak, tetapi dikategorikan suku yang berbudaya Melayu (hukum adat Melayu) seperti suku Banjar, suku Kutai, dan suku Pasir.
https://kerjaanislamdiindonesia.blogspot.co.id/kerajaan-islam-di-kalimantan.html
Komentar
Posting Komentar