Kesultanan Giri Kedaton
Giri Kedaton
Giri Kedaton adalah sebuah “kerajaan” agama Islam di daerah Gresik, Jawa Timur sekitar abad ke-15 sampai 17. Kerajaan ini pernah berjaya sebagai pusat agama Islam yang pengaruhnya bahkan sampai menyebar ke daerah Maluku.
Awal Berdirinya
Giri Kedaton didirikan oleh Raden Paku, seorang anggota Walisongo tahun 1487. Suatu ketika dikisahkan, Raden Paku pergi menemui ayahnya yang menjadi ulama di Pasai, bernama Maulana Ishak. Ayahnya itu menyuruhnya untuk membangun sebuah pondok pesantren di daerah Gresik.
Raden Paku menemukan tanah yang mirip dengan tempat tinggal ayahnya. Tanah tersebut terletak di Bukit Giri (sekarang masuk kecamatan Kebomas, Gresik). Di atas bukit itu didirikan sebuah pesantren bernama Giri Kedaton. Raden Paku sebagai pemimpin bergelar Prabu Satmata, atau Sunan Giri I.
Perkembangan
Meskipun hanya sekolah agama, namun murid-murid Giri Kedaton berdatangan dari segala penjuru, bahkan dari Ternate. Murid-murid Giri Kedaton ini tidak hanya kalangan rakyat kecil, namun juga para pangeran dan bangsawan.
Kerajaan Majapahit yang sudah rapuh merasa khawatir melihat perkembangan Giri Kedaton. Para pangeran yang telah menamatkan pendidikan mereka setelah kembali ke negeri masing-masing mengobarkan semangat baru untuk lepas dari kekuasaan Majapahit. Daerah kekuasaan Majapahit memang semakin berkurang sejak meletusnya Perang Paregreg tahun 1401–1406.
Dikisahkan pula, Majapahit menyuruh sekutunya yang masih setia, yaitu Sengguruh, untuk menyerang Giri. Pihak Giri yang hanya terdiri dari para santri tentu saja mengalami kekalahan. Pemimpinnya, yaitu Sunan Dalem sampai mengungsi ke desa Gumena.
Puncak Kejayaan
Giri Kedaton mengalami puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sunan Prapen tahun 1548–1605. Saat itu Giri tidak hanya sekadar sekolah agama, namun juga menjadi “kerajaan” yang meiliki kekuatan politik.
Misalnya, Sunan Prapen dikisahkan menjadi pelantik Sultan Adiwijaya raja Pajang. Ia juga menjadi mediator pertemuan antara Adiwijaya dengan para bupati Jawa Timur tahun 1568. Dalam pertemuan itu, para bupati Jawa Timur sepakat mengakui kekuasaan Pajang sebagai kelanjutan Kesultanan Demak
Sunan Prapen juga menjadi juru damai peperangan antara Panembahan Senopati raja Mataram melawan Jayalengkara bupati Surabaya tahun 1588. Peperangan itu dilatarbelakangi oleh penolakan para bupati Jawa Timur terhadap kekuasaan Senopati yang telah meruntuhkan Kesultanan Pajang.
Tidak hanya itu, Sunan Prapen hampir selalu menjadi pelantik setiap ada raja Islam yang naik takhta di segenap penjuru Nusantara.
Dikalahkan Mataram
Kesultanan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung menghendaki agar Giri Kedaton tunduk sebagai daerah bawahan. Pada tahun 1630 Giri Kedaton di bawah pimpinan Sunan Kawis Guwa menolak kekuasan Mataram.
Tidak seorang pun perwira Mataram yang berani menghadapi Giri. Rupanya mereka masih takut akan kekeramatan Walisongo meskipun dewan tersebut sudah tidak ada lagi.
Sultan Agung pun menunjuk iparnya, yaitu Pangeran Pekik putra Jayalengkara dari Surabaya untuk menghadapi Giri. Semangat pasukan Mataram bangkit karena Pangeran Pekik merupakan keturunan Sunan Ampel, sementara Sunan Kawis Guwa adalah keturunan Sunan Giri I, di mana Sunan Giri I adalah murid Sunan Ampel.
Perang akhirnya dimenangkan oleh pihak Mataram di mana Giri Kedaton takluk sekitar tahun 1636. Sunan Kawis Guwa dipersilakan untuk tetap memimpin Giri dengan syarat harus tunduk kepada Mataram.
Sejak saat itu wibawa Giri Kedaton pun memudar. Pengganti Sunan Kawis Guwa tidak lagi bergelar Sunan Giri, melainkan bergelar Panembahan Ageng Giri.
Gelar Panembahan dan Giri memengaruhi penguasa Kerajaan Tanjungpura di Kalimantan Barat ketika memeluk Islam menggunakan gelar Panembahan Giri Kusuma.
Keruntuhan
Giri Kedaton yang sudah menjadi bawahan Mataram kemudian mendukung pemberontakan Trunojoyo dari Madura terhadap pemerintahan Amangkurat I putra Sultan Agung. Panembahan Ageng Giri aktif mencari dukungan untuk memperkuat barisan pemberontak.
Puncak pemberontakan terjadi tahun 1677 di mana Kesultanan Mataram mengalami keruntuhan. Amangkurat I sendiri tewas dalam pelarian. Putranya yang bergelar Amangkurat II bersekutu dengan VOC melancarkan aksi pembalasan.
Amangkurat II yang menjadi raja tanpa takhta berhasil menghancurkan pemberontakan Trunojoyo akhir tahun 1679. Sekutu Trunojoyo yang bertahan paling akhir adalah Giri Kedaton. Pada bulan April 1680 serangan besar-besaran terhadap Giri dilancarkan oleh VOC–Belanda. Murid andalan Giri yang menjadi panglima para santri bernama Pangeran Singosari gugur dalam peperangan.
Panembahan Ageng Giri ditangkap dan dihukum mati menggunakan cambuk. Tidak hanya itu, anggota keluarganya juga dimusnahkan. Sejak saat itu berakhirlah riwayat Giri Kedaton.
Daftar Para Penguasa
Berikut ini adalah daftar para pemimpin Giri Kedaton.
1. Sunan Giri I atau Prabu Satmata atau Raden Paku (1487–1506)
2. Sunan Dalem atau Sunan Kedul atau Sunan Giri II (1487–1546)
3. Sunan Seda ing Margi atau Sunan Giri III (1546–1548)
4. Sunan Prapen atau Sunan Mas Ratu Pratikal atau Sunan Giri IV (1548–1605)
5. Sunan Kawis Guwa atau Sunan Giri V (1605–?)
6. Panembahan Ageng Giri (?–1680)
7. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
https://id.wikipedia.org/wiki/Giri_Kedaton
Foto foto situs Giri Kedaton
Situs Giri Kedaton merupakan sebuah istana dan juga Pondok Pesantren yang didirikan kanjengSunan Giri pada tahun 1478 Masehi, yang dijadikan pusat dakwah penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Namun, situs yang bersejarah dan menjadi cikal bakal kabupaten Gresik tersebut kini nyaris terlupakan oleh sebagian warga di Gresik.
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com
Diatas adalah bagian puncak dari situs Giri Kedaton yang telah dibangun mushola.
Situs ini berada di puncak sebuah bukit di daerah Giri, selama menaiki anak tangga, kita bisa melihat beberapa makam. Salah satunya adalah makam Mpu Supo.
Giri Kedaton, Jawa – Salah satu sisi Giri Kedaton, dengan makam-makam para kerabat dan santri Sunan Giri
Komplek pemakaman Sunan Giri
Tangga dan candi bentar masuk ke pemakaman Sunan Giri pada tahun 1932
Makam Raden Supeno, putra Sunan Giri.
Raden Paku Bertemu Syekh Maulana Ishak di Pasai
Begitu sampai di negeri Pasai, Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim disambut Syekh Maulana Ishak dengan gembira, penuh haru dan bahagia karena ayah kandung Raden Paku itu tidak pernah melihat anaknya sejak bayi. Raden Paku menceritakan riwayat hidupnya sejak masih kecil ditemukan di tengah samudera oleh Nyi Ageng Pinatih. Ia kemudian diangkat sebagai anak dan berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya.
Sebaliknya, Syekh Maulana Ishak kemudian menceritakan pengalamannya saat ia berdakwah di Blambangan (saat ini dikenal sebagai daerah Banyuwangi, Jawa Timur) sehingga ia terpaksa harus meninggalkan isteri yang sangat dicintainya. Raden Paku menangis ketika mendengar cerita dari ayah kandungnya tersebut.
Raden Paku bukan menangisi kemalangan dirinya yang telah disia-siakan oleh kakeknya, yaitu Prabu Menak Sembuyu. Ia menangis karena memikirkan nasib ibunya yang tidak diketahui lagi tempatnya dimana. Apakah ibunya tersebut masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Dalam sejarah Kerajaan Blambangan, Prabu Menak Sembuyu merupakan raja beragama Hindu yang kejam. Pada saat rakyat Kerajaan Blambangan diserang wabah penyakit, Syekh Maulana Ishak tampil sebagai penyelamat. Yang diselamatkan bukan hanya rakyat Blambangan, tetapi juga putri Prabu Menak Sembuyu. Putri Blambangan tersebut akhirnya jatuh cinta dan menikah dengan Maulana Ishak, namun pernikahan tersebut tidak direstui oleh Menak Sembuyu.
Maulana Ishak diusir oleh Prabu Menak Sembuyu dan berdakwah ke Pasai. Sedangkan Raden Paku yang masih bayi dibuang oleh ibunya ke laut untuk menghindari pembunuhan oleh kakeknya sendiri. Bayi tersebut kemudian ditemukan oleh Nyai Ageng Manila, janda kaya yang merawat Raden Paku sebagai anaknya sendiri.
Raden Paku Belajar Agama Islam di Negeri Pasai
Di negeri Pasai banyak ulama besar dari negeri asing yang menetap dan membuka pelajaran Islam kepada penduduk setempat. Hal ini tidak disia-siakan oleh Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim. Kedua pemuda tersebut belajar agama dengan tekun, baik kepada Syekh Maulana Ishak sendiri maupun kepada guru-guru agama lainnya.
Ada yang beranggapan bahwa Raden Paku dikaruniai ilmu laduni, yaitu ilmu yang datangnya langsung dari Tuhan, sehingga kecerdasan otaknya seolah tiada bandingnya. Disamping belajar ilmu Tauhid mereka juga belajar ilmu tasawuf dari ulama Iran, Bagdad, dan Gujarat yang menetap di negeri Pasai.
Ilmu yang dipelajari itu berpengaruh dan menjiwai kehidupan Raden Paku dalam perilakunya sehari-hari sehingga terlihat benar bila ia mempunyai ilmu tingkat tinggi. Ilmu tersebut sebenarnya hanya pantas dimiliki oleh ulama yang berusia lanjut dan berpengalaman. Gurunya di Pasai kemudian memberikan nama Raden Paku dengan gelar Syekh Maulana Ainul Yaqin.
Setelah tiga tahun berada di Pasai dan masa belajar itu sudah dianggap cukup oleh Syekh Maulana Ishak, maka Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim diperintahkan kembali ke Tanah Jawa. Oleh ayahnya, Raden Paku diberi sebuah bungkusan kain putih berisi tanah. Pesan Syekh Maulana Ishak adalah mendirikan pesantren di Gresik yang memiliki tanah sama persis dengan tanah yang ada di dalam bungkusan kain putih.
Kedua pemuda itu kemudian kembali ke Surabaya. Mereka melaporkan semua pengalamannya sewaktu di Pasai kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel kemudian memerintahkan Raden Makdum Ibrahim untuk berdakwah di daerah Tuban. Sedangkan Raden Paku diperintahkan pulang ke Gresik menuju rumah ibu angkatnya, Nyai Ageng Pinatih.
Raden Paku Mendirikan Pesantren Giri Kedaton
Dalam sejumlah sumber sejarah menyebutkan bahwa Raden Paku dijodohkan dengan Dewi Wardah putri Ki Ageng Bungkul dan Dewi Murtasiah putri Sunan Ampel. Sesudah berumah tangga, Raden Paku makin giat berlayar dan berdagang antar pulau. Sambil berlayar itu pula beliau menyiarkan agama Islam kepada penduduk setempat sehingga namanya cukup terkenal di kepulauan Nusantara.
Lama-lama kegiatan berdagang tersebut tidak memuaskan hatinya. Raden Paku ingin berkonsentrasi menyiarkan agama Islam dengan mendirikan pondok pesantren. Ia pun minta izin kepada ibunya untuk meninggalkan dunia perdagangan. Nyai Ageng Pinatih yang kaya raya itu tidak keberatan. Maka dimulailah Raden Paku bertafakur di goa yang sunyi selama 40 hari 40 malam. Ia bermunajat kepada Allah di sebuah desa yang saat ini dikenal dengan nama Kebomas, Gresik.
Usai bertafakur teringatlah Raden Paku pada pesan ayahnya sewaktu belajar di negeri Pasai. Diapun berjalan berkeliling untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan tanah yang ia bawa dari Pasai. Melalui desa Margonoto, sampailah Raden Paku di daerah perbukitan yang berhawa sejuk, hatinya terasa damai. Ia pun mencocokkan tanah yang dibawanya dengan tanah tempat ia berada saat itu. Ternyata cocok sekali.
Maka di desa Sidomukti itulah Raden Paku kemudian mendirikan pesantren. Karena tempat itu berupa dataran tinggi atau gunung maka dinamakan Pesantren Giri. Giri dalam bahasa Sanskerta artinya gunung. Atas dukungan isteri-isteri dan ibunya dan juga dukungan spiritual dari gurunya, Sunan Ampel, maka dalam waktu tiga tahun nama Pesantren Giri sudah terkenal ke seluruh Nusantara. Raden Paku pun dikenal dengan nama Sunan Giri.
Sunan Giri Memerintah Kerajaan Islam Giri Kedaton
Pada penjelasan di atas telah disebutkan bahwa hanya dalam waktu tiga tahun Sunan Giri telah berhasil mengelola pesantrennya hingga terkenal ke seluruh Nusantara. Menurut Dr. H.J. De Graaf, sesudah pulang dari pengembaraannya ke negeri Pasai, Raden Paku memperkenalkan diri kepada dunia dengan mendirikan pesantren di atas bukit di kota Gresik. Sunan Giri menjadi orang pertama yang paling terkenal diantara sunan-sunan lainnya yang mendirikan pesantren di daerah giri (pegunungan).
Masih menurut Dr. H.J. De Graff, di atas gunung di Gresik tersebut seharusnya saat ini terdapat sebuah istana karena sejak lama rakyat setempat membicarakan keberadaan Giri Kedaton atau Kerajaan Giri. Murid-murid Sunan Giri berdatangan dari segala penjuru Nusantara, seperti Maluku, Madura, Lombok, Makassar, Hitu dan Ternate.
Sedangkan menurut babad tanah Jawa, murid-murid Sunan Giri itu justru bertebaran hampir di seluruh penjuru benua besar, seperti Eropa (Rum), Arab, Mesir, Cina dan wilayah lain di dunia. Semua itu adalah penggambaran nama besar Sunan Giri sebagai ulama penting yang sangat dihormati orang pada jamannya. Di samping pesantrennya yang besar, Sunan Giri juga membangun masjid sebagi pusat ibadah dan pembentukan iman ummatnya. Untuk para santri yang datang dari jauh, beliau juga membangun asrama yang luas.
Jasa Sunan Giri yang terbesar tentu saja perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa bahkan sampai ke Nusantara, baik dilakukan Sunan Giri sendiri saat masih muda sambil berdagang maupun melalui murid-muridnya yang ditugaskan ke luar pulau. Sunan Giri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagai bukti adalah adanya kebiasaan apabila seorang putra mahkota hendak dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri.
http://agussiswoyo.com/
Kisah Putri Campa dan Giri Kedaton Gresik
Giri Kedaton, begitu nama kerajaan Islam yang ada di Gresik. Hingga kini, kerajaan ini masih bisa turis lihat bukti-bukti keberadaannya di daerah Kebomas, Gresik. Kerajaan ini pun menjadi objek wisata penting bagi kota ini. Sebagian ulama berpendapat bahwa Giri Kedaton merupakan pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri. Giri Kedaton berada di atas sebuah bukit yang tinggi di Kota Gresik, sesuai namanya giri yang berarti bukit dan kedaton yang berarti kerajaan. Pada kurun waktu tertentu, di kawasan itu juga pernah terjadi suksesi kepemimpinan. Ini adalah suksesi pemerintahan para sunan sebagai keturunan Sunan Giri (Dinasti Giri). Karena itu, masyarakat Gresik umumnya menganggap Giri Kedaton sebagai Kerajaan Islam yang didirikan oleh Sunan Giri, atau yang memiliki nama lain Raden Paku itu.
Penelitian yang dilakukan terhadap situs makam Sunan Giri dan Giri Kedaton pun dilakukan. Hasilnya menyebutkan bahwa pada tahun 1470 telah berdiri Kerajaan Islam di sebuah perbukitan di kawasan Kebomas, Gresik. Hal ini terjadi sebelum masa pemerintahan Raden Fattah dari Kerajaan Demak pada tahun 1517. Dengan demikian para ahli sejarah menyimpulkan bahwa Giri Kedaton merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Hal ini sekaligus merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Islam Demak.
Makam Sunan Giri dan keturunannya terletak dalam sebuah bangunan. Khusus pada makam Sunan Giri terdapat keunikan dalam arsitek bangunannya. Bangunan kayu mengelilingi makam berukir indah. Bangunan ini tampak menarik dengan warna coklat keemasan, dan ada sedikit warna merah di situ. Seni ukir dan pahatan kayu menunjukkan pengaruh agama sebelum Islam. Di bagian pintu masuk makam terdapat sepasang patung berukiran kayu yang menyerupai ular naga. Ketika kami mintai keterangan, juru kunci makam Sunan Giri mengatakan setiap hari makam ini ramai dikunjungi peziarah. Bahkan tak sedikit pengunjung datang dari luar Kota Gresik.
Pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat, peziarah yang berkunjung lebih banyak lagi. Tidak jauh dari makam Sunan Giri, kira-kira 200 meter sebelah kanan komplek makam, terdapat tempat persemayaman keturunan sunan yang lain, yakni Sunan Prapen. Masih di Kecamatan Kebomas, Gresik tepatnya Desa Sidomukti Gang XV terdapat Giri Kedaton. Letaknya kira-kira beberapa ratus meter dari makan Sunan Giri. Menuju situs ini pengunjung harus berjalan menaiki tangga berundak yang terbuat dari semen. Situs Giri Kedaton berada jauh lebih tinggi dari makam sunan. Dari tempat yang tinggi ini, para pengunjung bisa menyaksikan indahnya pemandangan Kota Gresik. Tak ketinggalan merasakan tiupan angin yang sejuk sepoi-sepoi basah.
Menurut cerita juru kunci situs, dulu sebelum mendirikan Giri Kedaton, Sunan Giri harus bertafakur atau berserah diri kepada Tuhan. Ia bertafakur selama 40 hari 40 malam. Ayahanda Sunan Giri, yakni Maulana Ishak memerintahkan beliau agar mendirikan pesantren. Lokasinya berada di daerah yang tanahnya sama dengan segumpal tanah yang diberikannya kepada Sunan Giri. Segumpal tanah pemberian Maulana Ishak ternyata cocok atau sesuai dengan kawasan perbukitan Desa Sidomukti, Kebomas, Gresik. Di tempat ini Sunan Giri merasakan kedamaian. Akhirnya beliau memutuskan untuk mendirikan pesantren atau kerajaan yang kelak bernama Giri Kedaton.
Di komplek situs Giri Kedaton pengunjung bisa menyaksikan bukti-bukti lain tentang keberadaan kerajaan ini di masa silam, antara lain: makam Raden Supeno putra pertama Sunan Giri, kolam sebagai tempat berwudhu sunan dan santrinya, makam para kerabat dekat sunan, bebatuan yang diyakini sebagai tempat berkumpul dan berunding para sunan keturunan Sunan Giri. Situs Giri Kedaton sendiri merupakan bangunan yang terbuat dari batu andesit bertingkat berundak-undak. Ada sekitar lima undakan di sana. Di bagian paling atas berdiri bangunan masjid yang sudah direnovasi. Kolam tempat berwudu sunan dan santrinya terbuat dari batu bata tebal. Ada kemiripan dengan bahan batu bata candi peninggalan Majapahit di daerah Trowulan.
Penasaran dengan cerita banyak orang, kami pun melanjutkan perjalanan ke sebuah perbukitan yang masih dalam kawasan Kebomas Gresik. Di situ bersemayam seorang putri dari negeri Campa (Vietnam) yang oleh sebagian orang dianggap sebagai istri Sunan Giri. Karena kagum dan terpesona dengan watak dan keluhuran budi pekerti Sunan Giri, maka putri jelita ini pun menikah dengan sunan. Ternyata, putri cantik ini adalah seorang saudagar negeri Campa atau Vietnam. Versi lain tentang cerita Putri Campa ini ialah ia hanya menaruh hati kepada Sunan Giri. Namun, Sunan Giri tidak menanggapinya hingga akhir hayat putri itu.
Setelah mengikuti jejak Sunan Giri dalam memperjuangkan Islam di Pulau Jawa dan Gresik, Putri Campa yang oleh masyarakat Gresik dinamakan Putri Cempo. Ia pun meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan secara Islam di perbukitan yang teduh. Pemakaman ini ditumbuhi pohon-pohon rindang dan tidak jauh dari kawasan Kebomas.
http://www.kompasiana.com/
Bukan Asli
Masjid dan beberapa bangunan yang ada di Giri Kedaton sekarang ini bukan bangunan asli atau bangunan yang digunakan sebagai pondok pesantren dan pusat pemerintahan di jaman Sunan Giri.
Bangunan yang sekarang ini berdiri tergolong baru, yang dibangun pada tahun 1990.
Menurut Moechtar, saat awal temukan dulu, lokasi tersebut hanya lahan kosong dengan beberapa petunjuk bekas peninggalan. Kemudian, mulai dibangun.
“Sekitar tahun 1979, bangunannya dari kayu semi permanen,” sambung bapak tujuh anak yang sudah 16 tahun menjadi juru kunci tersebut.
Ditanya bagaimana bentuk asli Giri Kedaton, dirinya juga mengaku penasaran karena tidak pernah melihat langsung.
Disebut, beberapa pihak sempat bercerita bahwa gambar bangunan asli Giri Kedaton ini sejatinya masih ada, tapi berada di Vatikan.
“Banyak yang penasaran dengan bentuk asli Giri Kedaton. Kabarnya, ada lukisannya, tapi berada di Vatikan,” ucap pria yang sudah berstatus pegawai non PNS di lingkungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ini.
Kendati bukan bangunan asli, Giri Kedaton tetap memiliki daya tarik luar biasa. Hingga sekarang, banyak warga yang berdatangan untuk berkunjung ke sana.
Sekedar foto-foto selfie atau untuk berziarah ke makam Raden Supeno yang berada di belakang majid.
Biasanya, menurut Moechtar, banyak pengunjung datang ketika Malam Jumat Legi. Atau beberapa hari menjelang datangnya bulan Ramadan.
Mereka kebanyakan datang rombongan, tiga orang, lima orang, atau bahkan sampai puluhan orang.
Bukan hanya dari tanah Jawa dan beberapa provinsi lain di Indonesia, disebut bahwa peziarah dari luar negeri juga kerap berkunjung ke sini. Khususnya peziarah dari Malaysia. (Surya/M Taufik dan Aflahul Abidin)
http://jateng.tribunnews.com/
Situs Giri Kedaton Gresik
Situs Giri Kedaton Gresik lokasinya berada di puncak sebuah bukit pada ketinggian 200 mdpl yang masuk wilsaah Dusun Kedaton, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Gresik. Sayangnya tidak ada papan petunjuk menuju ke Situs Giri Kedaton ini, baik pada belokan dari Jalan Sunan Gresik, maupun di tepi jalan di dasar undakan.
Pada saat saya berkunjung beberapa bulan lalu, di seberang dasar undakan (GPS -7.17336, 112.63409) terdapat sebuah ruang terbuka milik penduduk yang bisa digunakan untuk parkir 2 buah kendaraan roda empat. Jalan di sini memang sempit, sehingga jika kendaraan parkir di pinggir jalan maka separuh badan jalan akan habis tersita. Jalan relatif sepi, sehingga mudah bagi kami menyeberangi jalan, dan masuk ke gang yang menuju ke arah Situs Giri Kedaton. Gang itu tidak lebar, namun cukup untuk dua orang berjalan beriringan. Kondisi jalanan di gang itu cukup baik, disemen, awalnya naik landai, dan kemudian undakannya semakin rapat dengan kemiringan semakin tajam.
Raden Paku mendirikan bangunan bertingkat tujuh di puncak bukit ini, yang disebut Giri Kedaton, pada 1408 Saka (1486 M), dan bergelar Sunan Giri. Pada 1409 Saka (1487M) ia menjadi Nata (kepala pemerintahan) bergelar Prabhu Satmata, dan sebagai Pandita (pemimpin umat Islam) dengan gelar Tetunggul Khalifatul Mukminin.
Undakan menuju ke Situs Giri Kedaton yang baru saja kami lalui, dilihat dari atas bukit. Undakan yang cukup tinggi ini kondisinya masih cukup baik untuk ditapaki. Di sebelah kiri kanan undakan adalah rumah-rumah penduduk yang lumayan padat, menyisakan ruang kosong pada area yang mendekati bagian puncak bukit.
Puncak bukit dimana terdapat Situs Giri Kedaton bisa dikatakan tidak terlalu tinggi, tidak sampai melelahkan mendaki seluruh undakan untuk sampai ke situs. Namun baiknya membawa air minum jika ingin berkunjung, karena jika tenggorokan merasa haus tak ada penjual minuman di atas sana. Entahlah jika hari libur nasional.
Santri Giri Kedaton konon ada yang dari Madura, Banjarmasin, Ternate, Tidore, Bima, dan Hitu (Filipina). Sunan Giri wafat pada 1428 Saka (1506 M) digantikan Sunan Dalem (1505 – 1545 M), Pangeran Sidomargi (1545 – 1548), Sunan Prapen (1548 – 1605), Panembahan Kawis Guwa (1605 – 1616 M), Panembahan Agung (1616 – 1636 M), dan Panembahan Witana.
Pemandangan Situs Giri Kedaton dengan dinding reruntuhan bangunan Giri Kedaton yang mengelilingi puncak bukit bagian tengah atas, serta sebuah papan pamer yang ditempel foto Situs Giri Kedaton di satu sisi dan dibaliknya ditempel kertas yang berisi kisah Giri Kedaton, serta ada sebuah bangunan baru di puncak bukit.
Diantara bangunan Giri Kedaton yang tersisa adalah trap-trapan yang susunan batu batanya masih terlihat rapi. Bangunan baru yang didirikan di tengah Situs Giri Kedaton seperti bangunan setengah hati. Keberadaan bangunan ini menurut hemat saya justru merusak bukan hanya pemandangan di Situs Giri Kedaton, namun juga bobot sejarah situs ini.
Giri Kedaton mengalami puncak kejayaan semasa Sunan Prapen dengan wibawa politik besar. Sunan Prapen yang melantik Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang, dan raja-raja Islam Nusantara. Ia juga menjadi penengah Sultan Hadiwijaya dengan para adipati Jawa Timur pada 1568, yang membuat para adipati mengakui kekuasaan Pajang sebagai kelanjutan Kesultanan Demak.
Dua lubang di sisi kanan yang diduga tempat wudu. Di atasnya terdapat empat makam tua yang diantaranya adalah Makam Mpu Supo, pembuat Keris Kala Munyeng milik Sunan Giri. Sedangkan di teras lereng barat terdapat cungkup makam Raden Supeno, putera Sunan Giri. Saat ini telah ditemukan lima teras di Situs Giri Kedaton, mirip punden berundak.
Ketika para adipati Jawa Timur menolak kekuasaan Mataram, Sunan Prapen kembali menjadi penengah antara Panembahan Senopati dengan Jayalengkara, adipati Surabaya, pada 1588. Namun hubungan Giri dan Mataram memburuk ketika Giri dibawah Kawis Guwa, dan Mataram dibawah Sultan Agung yang menginginkan agar Giri tunduk pada kekuasaan Mataram. Giri menolak.
Sultan Agung mengutus iparnya, Pangeran Pekik, putera Jayalengkara dari Surabaya, untuk menyerbu Giri. Giri dikalahkan. Kawis Guwa yang memimpin Giri dibawah Mataram hanya bergelar Panembahan. Namun hancurnya Giri terkait pemberontakan Trunojoyo, yang berlatar kebencian kerabat dan ulama pada Amangkurat I yang bengis, serta berkomplot dengan VOC.
Trunojoyo didukung Karaeng Galesong, pemimpin pelarian pengikut Sultan Hasanuddin yang dikalahkan VOC dan Arung Palakka. Trunojoyo juga didukung Panembahan Maswitana atau Panembahan Giri, yang tidak suka pada Amangkurat I karena ia membunuh 6000 ulama atas tuduhan menyebarkan isu ketidakpuasan rakyat pada raja.
Mataram berhasila dikalahkan oleh Trunojoyo, dan Istana Mataram di Plered direbut. Sunan Amangkurat I lari dan wafat dalam pelarian. Keinginan Amangkurat II untuk merebut tahta Mataram, dimanfaatkan VOC. Perjanjian Jepara (1677) memaksa Amangkurat II menyerahkan pesisir Utara Jawa ke VOC setelah VOC membantunya mengalahkan Trunojoyo.
Trunojoyo menyerah di lereng Gunung Kelud pada 27 Desember 1679 kepada Kapitan Jonker, dan dihukum mati pada 2 Januari 1680 oleh Amangkurat II. Pada April 1680 serangan besar-besaran terhadap Giri dilancarkan pasukan Amangkurat II yang didukung VOC. Panembahan Giri pun ditangkap dan dihukum mati dengan dicambuk.
Banyak hal telah dilakukan untuk melakukan perbaikan dan konservasi Situs Giri Kedaton ini oleh pihak terkait untuk bisa sampai pada keadaannya saat ini. Namun masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya lagi. Merawat masa lalu kadang memang sama pentingnya dengan membangun hari ini dan masa depan.
Alamat : Dusun Kedaton, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Gresik. Lokasi GPS : situs -7.1727353, 112.6330161. GPS gang: -7.17307, 112.63407, Waze. Rujukan : Peta Wisata Gresik, Tempat Wisata di Gresik, Hotel di Gresik. Galeri (19 foto) Situs Giri Kedaton Gresik : 1.Undakan Situs, 2.Situs Giri Kedaton, 3.Lubang Wudhu, 4.Awal Undakan, 5.Sunan Giri 6.Riwayat Giri Kedaton 7.Undakan 8.Pojok Kiri 9.Benteng Pertahanan … s/d 19.Pace.
https://www.thearoengbinangproject.com/situs-giri-kedaton-gresik/
Menurut web ini katanya trah dinasti giri kedaton cikal bakal presiden
Gang Masuk Menuju Situs Giri Kedaton di Kota Gresik
Terdapat Mushola disamping undakan dan kendaraan tidak diperbolehkan masuk ke lokasi
Deretan Tangga terakhir agar sampai ke puncak bukit
http://www.alamasedy.com/
Kisah Giri Kedaton dan Malam Selawe di Gresik
Makam Sunan Giri di Gresik, Jawa Timur. (Imam Wahyudiyanta/detikcom)
Gresik - Berbicara tentang Giri adalah berbicara tentang sebuah kerajaan Islam kecil bernama Giri Kedaton. Dan memang pada masanya, Giri Kedaton adalah pusat Islam di Pulau Jawa. Tetapi pengaruhnya meluas hingga ke seluruh Nusantara.
"Bila ada raja baru diangkat, harus ada pengesahan dari Giri Kedaton," kata Djawair, Sekretaris Yayasan Sunan Giri kepada detikcom, Selasa (7/7/2015).
Giri Kedaton tak lepas dari pendirinya, Sunan Giri. Sunan Giri adalah seorang waliyullah yang disegani, yang pernah menjadi mufti Wali Songo. Ilmu dan keluasan pikir Sunan Giri diakui oleh semua pihak, baik kawan maupun lawan.
Sunan Giri adalah putra dari Maulana Ishaq, seorang ulama besar yang dipercaya berasal dari dari Samarkand, Rusia Selatan, yang sekarang adalah Uzbekistan. Sunan Giri terlahir dari Rahim Dewi Sekardadu, putri dari Raja Blambangan, Menak Sembuyu.
Dewi Sekardadu diperistri Maulana Ishaq setelah berhasil menyembuhkan sakit yang dideritanya. Namun pengaruh Maulana Ishaq yang semakin meluas di Blambangan membuat Menak Sembuyu mengusirnya. Padahal waktu itu Dewi Sekardadu sedang mengandung tiga bulan.
Ketidaksukaan Menak Sembuyu kepada Maulana Ishaq juga dilampiaskan kepada anak turunannya. Sunan Giri yang baru saja lahir dibuang ke laut setelah sebelumnya dimasukkan ke peti. Peti itu akhirnya ditemukan oleh Nyai Ageng Pinatih, seorang saudagar asal Gresik. Mengetahui isi di dalam peti adalah bayi, gembiralah Nyai Ageng Pinatih karena ia selama ini belum punya turunan.
"Oleh Nyai Ageng Pinatih, bayi itu diberi nama Joko Samudro karena ditemukan di tengah samudera," lanjut Djawair.
Dalam masa pengasuhan Nyai Ageng Pinatih, Joko Samudro tumbuh menjadi anak yang cerdas. Umur 12 tahun, Joko Samudro diserahkan kepada Sunan Ampel untuk nyantri. Selama menimba ilmu di Ampel, pengetahuan Joko Samudro bertambah luas. Semua ilmu dengan cepat ia serap. Sunan Ampel juga mengetahui itu.
Merasa Ampel terlalu kecil untuk Joko Samudro, Sunan Ampel menyuruhnya berguru kepada seorang ulama besar di Pasai bernama Syeh Awalul Islam. Akhirnya diketahui jika Syeh Awalul Islam adalah Mualana Ishaq yang tak lain tak bukan adalah ayah Joko Samudro. Setelah bertemu ayahnya, Joko Samudro berganti nama menjadi Raden Paku. Nama itu adalah nama yang diamanatkan Maulana Ishaq kepada Dewi Sekardadu saat meninggalkan Blambangan.
Usai belajar dari Pasai, Raden Paku mendapat gelar Maulana Ainul Yaqin. Pulang dari Pasai, Ainul Yaqin mendirikan pesantren di Giri yang kelak menjadi Giri Kedaton. Dan penguasa pertamanya adalah Sunan Giri dengan gelar Prabu Satmata. Dalam masa pemerintahan Demak, Giri Kedaton mendapat kedudukan sebagai daerah istimewa.
Disebut Giri Kedaton karena letaknya yang memang berada di atas giri (bukit) yang sekarang ada di Desa Giri, Kebomas. Letak Giri Kedaton memang berada 150 meter dari permukaan tanah. Permukaan tanah itu sendiri juga berada di atas bukit yang lain. Meski sudah hancur termakan usia, peninggalan Giri kedaton masih bisa dilihat hingga sekarang.
Sunan Giri wafat pada malam Jumat, 24 Rabiul Awal tahun 913 Hijriah atau 1428 Saka atau 1506 Masehi dalam usia 63 tahun. Makam Sunan Giri berada di cungkup berukuran 4x4 meter. Dan cungkup itu masih diberi cungkup lagi yang berukuran sekitar 8x8 meter. Tak terhitung sudah berapa banyak peziarah yang datang ke Giri.
"Sebelum Ramadan banyak peziarah yang datang. Juga pada bulan Rajab dan Ruwah," jelas Djawair.
Pada Ramadan sendiri, peziarah yang datang pada siang hari relatif sedikit. Justru peziarah banyak datang di malam hari yang dimulai pada tanggal 17 Ramadan atau saat malam Nuzulul Quran.
Dan lepas dari tanggal 20 Ramadan yang berangka ganjil, Giri semakin ramai didatangi peziarah yang ingin melaksanakan salat Tasbih. Mereka berbondong-bondong datang untuk menemukan Lailatul Qadar.
"Puncaknya adalah malam 25," ujar Djawair.
Malam 25 atau yang lebih dikenal dengan malam selawe adalah puncak dari para peziarah melaksanakan salat Tasbih. Mereka percaya, pada malam itu akan turun Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Malam selawe itu sekarang menjadi tradisi tersendiri di Gresik. Sepanjang jalan menuju ke Giri telah berubah seakan menjadi pasar malam. Meski melenceng ke arah konsumerisme, namun makna malam selawe di atas bukit Giri tetaplah sama. Tengah malam, masih banyak yang melaksanakan salat Tasbih di sana.
"Malam berikutnya peziarah mulai berkurang. Biasanya pada malam 27 peziarah geser ke Ampel, dan pada malam 29 peziarah geser ke Malik Ibrahim," tandas Djawair.
http://news.detik.com/
Jasa-jasa Sunan Giri
Sunan Giri juga banyak memiliki jasa-jasa yang perlu Anda ketahui terutama perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, Madura bahkan Nusantara, selain itu Sunan Giri pernah menjadi hakim dalam kasus pengadilan Syekh Siti Jenar seorang wali yang dianggap murtad karena menyebarkan faham Pantheisme dan meremehkan syariat Islam yang disebarkah para wali lainnya. Dari situ Sunan Giri ikut menghambat tersebarnya aliran yang bertentangan dengan faham Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Ajaran yang dibawa Sunan Giri yaitu Islam sesuai ajaran Nabi tanpa dicampuri dengan adat istiadat lama yang disebarkan secara murni dan konsekuen membawa dampak positif bagi generasi Islam berikutnya. Beliau juga berjasa dalam hal kesenian yaitu menciptakan Asmaradana dan Pucung, beliau juga menciptakan tembang dan tembang dolanan anak-anak yang bernafas Islami, diantaranya: Cublak-ublak Suweng, Jamuran, Delikan dan Jithungan.
Sambil bermain yang biasanya disebut Jelungan, anak-anak juga menyanyikan lagu Padhang Bulan: “Padhang-padhang bulan, ayo gage dha dolanan, dolanane na ing latar, ngalap padhang gilar-gilar, nundhung begog hangetikar.” yang dapat diartikan (malam terang bulan, marilah lekas bermain, bermain dihalaman, mengambil dihalaman, mengambil manfaat benderangnya rembulan, mengusir gelap yang lari terbirit-birit).
Dalam membuat sebuah lagu dolanan padhang bulan itu juga memiliki maksud tersendiri dalam agama Islam yaitu: “Agama Islam telah datang, maka marilah kita segera menuntut penghidupan, dimuka bumi ini, untuk mengambil manfaat dari agama Islam, agar hilang lenyaplah kebodohan dan kesesatan.
Pengganti Sunan Giri
Sunan Giri atau Raden Paku memerintah kerajaan Giri kurang lebih 20 tahun, beliau juga digelari Prabu Satmata. Pengaruh Sunan Giri sangatlah besar terhadap kerajaan Islam terbukti dengan adanya kebiasaan bahwa seorang hendak dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri. Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama 200 tahun dan setelah Sunan Giri meninggal dunia beliau digantikan oleh anak keturunannya, diantaranya yaitu:
1. Sunan Dalem
2. Sunan Sedomargi
3. Sunan Giri Prapen
4. Sunan Kawis Guwa
5. Panembahan Ageng Giri
6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri)
8. Pengeran Singosari
Pangeran Singosari berjuang sangat gigih dalam mempertahankan diri dari serbuan Sunan Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Sesudah pangeran Singosari meninggal dunia pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedaton. Meski demikian kharisma Sunan Giri sebagai ulama besar wali terkemuka tetap abadi sepanjang masa yang setiap hari makamnya banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia bahkan juga negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
http://ceritanjung.com/
Ingin tahu silsilah nasab bujuk aji toket sayyid Abdurrahim bin Abdullah pangeran kidul...bin sunan kawis guwo...
BalasHapus