DINASTI MUWAHHIDUN Masa Disintegrasi Dinasti Abbasiyah
DINASTI MUWAHHIDUN
DINASTI MUWAHHIDUN
A. Proses Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun.
Pada masa akhir Murabithun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi Mesjid Cardoba, melihat sepak terjang kaum Murabithun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad dan menambah ilmu kepada iman al—Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali, tinggal di Maroko. Disitu ia mulai mengkeritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabithun yang bersalahan dengan syari’at Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah Rasul.
Selain itu, dalam catatan sejarah, Ibnu Tumart pernah belajar di pusat-pusat studi Islam kenamaan, seperti di Cardoba, Alexandria, Makah dan Bagdad. Dikota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, diantaranya adalah soal tidak diperlukan lagi bagi para penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu ia menolak ra’yu dan Qias sebagai dasar hukumPemikiran keagamaan dan hukum yang stagnan (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan dinasti Murabithun, dijadikan sebagai motifasi dirinya untuk pergi ke Bahdad mencari ilmu. Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam di bawah Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.
Meskipun Ibnu Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahidun, namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat.
Ibnu Tumart sebagai pencetus , mula-mula pergi ke Tanmaal di wilayah Sus untuk menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah memberantas paham golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomorpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau harus dengan kekerasan. Murid-murid disuruh membuat benteng agar sukar bagi musuh hendak memasukinya. Di Tanmaal inilah Ibnu Tumart merumuskan system militernya sebagai organisasi pemerintahan .
Ensiklopedi IslamIII, penyebutan nama gerakan ini dengan nama Al-Muwahhidin, yang artinya golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi fahan al- tajsim, yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme). Ibnu Tumart sendiri mendakwahkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur’an, seperti “tangan Tuhan”, tidak dapat ditakwilkan (dijelaskan), tapi dia harus dipahami apa adanya. Justru itu faham al-tajsim adalah benar-benar musyrik dan harus diperangi. Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang gebernur di kota Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung. Bahkan tradisi yang sudah berurat berakar pun, seperti minuman khamar, musik dan kesenangan terhadap pakaian yang mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart.
Sikap keras yang diperankan oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar masyarakat, terutama ulama dan penguasa. Untunglah dakwahnya kemudian diterima
dan mendapat dukungan dari berbagai suku Berber seperti suku Haraqah, Hantamah, Jaduniwiyah, dan Janfisah.
Setelah mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.
Untuk mengujudkan semua keinginannya, Ibnu Tumart mengirim sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu kejalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan menyelamatkan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan kepada pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat undang-undang, shlalat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku akidah Muwahihidun.
Sejak ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya dakwah Ibnu Tumart adalah murni didasari oleh keagamaan, artinya tidak didasari oleh kepentingan-kepentingan lain melainkan semata-mata menegakkan tauhid secara murni. Namun seiring dengan waktu dan jumlah pengikutnya semakin bertambah karena didasari dengan dakwahnya dapat diterima oleh orang banyak, disisi lain Dinasti Murabitun semakin lemah, akhirnys Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan dan merebut kekuasaan Dinasti Murabithun.
Selanjutnya dibentuklah kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian Selatan Maroko, dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk menaklukan daerah-daerah sekitarnya. Sarana utama yang digunakan dalam
Kordinir kegitan jama’ah, Ibnu Tumart membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota Dinasti al-Muwahhidin.
Adapun stuktur Negara dala pemerintahan Al-Muwahidun yang di bentuk Ibnu Tumart terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Al-Asyrah, (dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri disebut juga dengan nama Ahl al-Jama’ ah.
2. Al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) , semacam senat.
3. Al-sabi’in (Dewan Tujuh Puluh) , semacam Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Al-Talabah, Dewan Ahli yang terdiri dari Ulama-ulama Yunior.
6. Ahl-Dar, (keluarga Istana).
7. Kabilah Haragah, yaitu Kabilah Ibnu Tumart sendiri.
8. Ahl Tainmul (Pasukan Inti), mewakili beberapa kabilah.
9. Kabilah Jadmiwah.
10. Kabilah Janfisah.
11. Kabilah Hantamah.
12. Kabila-kabilah Al-Muwahhidun.
13. Para Prajurit.
14. Al-Girrat, yaitu rakyat biasa .
Dari keempat belas stuktur diatas, masing-masing kelompok telah mempunyai tugas dan tanggungjawabnya, namun kedudukan yang paling tinggi adalah urutan pertama (al-‘Asyrah) yang sekaligus berwenang untuk memilih, mengangkat dan membai’at imam atau kepala pemerintahan. Dan semua struktur yang ada sama-sama mempunyai kewajiban dan tugas yang sama dalam mensukseskan dakwah Al-Muwahhidin.
Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi pasukan itu dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan
pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk
melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahiddun berusaha menaklukan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.
Setelah mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah pasukan 40.000 orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka menyerang kota Marrakech, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti Al-Murabithun, yang terkenal dalam sejarah dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam peperangan ini pihak Al-Muwahhidun menderita kekakalahan, banyak diantara prajuritnya yang gugur serta beberapa anggota al-Asrah termasuk komandannya sendiri Al-Wansyarisi, dan empat bulan kemudian Ibnu Tumart sendiri juga wafat.
Sesudah Ibnu Tumart meninggal dunia, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai penggantinya. Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang.Ia diberi gelar bukan Al-mahdi, melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya inilah Al-Muwahhidin banyak meraih kemenangan dalam beberapa peperangan.
Setelah dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun di kuasai Muwahhidun.
Sejak Marrakech dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu kota pemerintahan dari Tinmal ke kota tersebut dan dari sana ia menyusun ekspansinya ke berbagai daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia (1158), Tripoli –Libya (1160).
Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali inilah, wilayah kekauasaan Al-Muwahidun membentang dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan suatu prestasi gemilang yang belum pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika Utara.
Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan puteranya sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti ayahnya ingin memperluas wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.
Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang dilakukannya ke Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu Hafs, mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri, dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini), sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan kematiannya.
Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat kita rangkumkan sebagai-berikut:
1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal
2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I
3. Abu Ya’ kub Yusuf.
4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur
5. Muhammad Al-Nasir
6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir
B. Kemaujuan –Kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun
Berbagai kemajuan telah dicapai oleh Dinasti Muwahhidun, diantaranya adalah:
a. Politik
Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudera Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.
b. Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.
c. Arsitektur.
Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda, menara pada Mesjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.
d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Tercatat cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (533H/ 1139 M) . Ia seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avencape atau Abenpace. Selain itu ada Ibn Tufayl (Abebecer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia dikenal juga dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581 h/1185-1186 M). Cendikiawan yang lebih terkenal adalah Averrous (Ibnu Rusyd 1126-1198 M). Ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seorang polimek.Tahun 578 h ia menggantikan Ibnu Tufayl sebagai kepala Tabib (dokter Istana) pada masa Ya’ kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordoba .
C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun.
Sejak khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Nasir, dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Karena Khalifah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Sehingga dalam pertempuran pasukan Muwahhidun senantiasa mengalami kekalahan.
Kekalahan ini tentu membawa derita yang cukup panjang dalam hati khalifah dan akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalusia diserahkan kepada anaknya Abu Ya’kub Yusuf II dengsn gelar Al-Muntasir. Karena usia yang masih muda baru berusia 15 tahun, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan dikalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematian nya pada tahun1224 M. Hal itu terjadi karena khalifah Al-Muntasir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah. Melihat kenyataan ini, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing didaerah-daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran secara total baru terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Bani Ahmar dari kerajaan Arab Madinah.
Dari uraian diatas telah dijelaskan setelah Al-Nasir wafat selanjutnya kekuasaan dinasti Muwahidun dipimpin oleh khalifah yang lemah. Maka setelah mengalami kejayaan selama satu abad, dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan pada akhirnya mengalami kehancuran. Adapun faktor kemunduran tersebut antara lain disebabkan sebagai-berikut:
a. Perebutan tahta dikalangan keluarga kerajaan.
b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah.
c. Mengendurnya tradisi disiplin .
d. Memudarnya keyakinan Ibn Tumar, bahkan namanya tak disebut lagi dalam dokumen Negara.
e. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen Andalusia dan lain –lain.
Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika Utara kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan- peninggalannya masih terdapat di beberapa wilayah bekas kekuasaaannya .
A. Proses Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun.
Pada masa akhir Murabithun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi Mesjid Cardoba, melihat sepak terjang kaum Murabithun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad dan menambah ilmu kepada iman al—Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali, tinggal di Maroko. Disitu ia mulai mengkeritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabithun yang bersalahan dengan syari’at Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah Rasul.
Selain itu, dalam catatan sejarah, Ibnu Tumart pernah belajar di pusat-pusat studi Islam kenamaan, seperti di Cardoba, Alexandria, Makah dan Bagdad. Dikota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, diantaranya adalah soal tidak diperlukan lagi bagi para penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu ia menolak ra’yu dan Qias sebagai dasar hukumPemikiran keagamaan dan hukum yang stagnan (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan dinasti Murabithun, dijadikan sebagai motifasi dirinya untuk pergi ke Bahdad mencari ilmu. Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam di bawah Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.
Meskipun Ibnu Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahidun, namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat.
Ibnu Tumart sebagai pencetus , mula-mula pergi ke Tanmaal di wilayah Sus untuk menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah memberantas paham golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomorpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau harus dengan kekerasan. Murid-murid disuruh membuat benteng agar sukar bagi musuh hendak memasukinya. Di Tanmaal inilah Ibnu Tumart merumuskan system militernya sebagai organisasi pemerintahan .
Ensiklopedi IslamIII, penyebutan nama gerakan ini dengan nama Al-Muwahhidin, yang artinya golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi fahan al- tajsim, yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme). Ibnu Tumart sendiri mendakwahkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur’an, seperti “tangan Tuhan”, tidak dapat ditakwilkan (dijelaskan), tapi dia harus dipahami apa adanya. Justru itu faham al-tajsim adalah benar-benar musyrik dan harus diperangi. Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang gebernur di kota Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung. Bahkan tradisi yang sudah berurat berakar pun, seperti minuman khamar, musik dan kesenangan terhadap pakaian yang mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart.
Sikap keras yang diperankan oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar masyarakat, terutama ulama dan penguasa. Untunglah dakwahnya kemudian diterima
dan mendapat dukungan dari berbagai suku Berber seperti suku Haraqah, Hantamah, Jaduniwiyah, dan Janfisah.
Setelah mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.
Untuk mengujudkan semua keinginannya, Ibnu Tumart mengirim sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu kejalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan menyelamatkan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan kepada pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat undang-undang, shlalat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku akidah Muwahihidun.
Sejak ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya dakwah Ibnu Tumart adalah murni didasari oleh keagamaan, artinya tidak didasari oleh kepentingan-kepentingan lain melainkan semata-mata menegakkan tauhid secara murni. Namun seiring dengan waktu dan jumlah pengikutnya semakin bertambah karena didasari dengan dakwahnya dapat diterima oleh orang banyak, disisi lain Dinasti Murabitun semakin lemah, akhirnys Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan dan merebut kekuasaan Dinasti Murabithun.
Selanjutnya dibentuklah kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian Selatan Maroko, dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk menaklukan daerah-daerah sekitarnya. Sarana utama yang digunakan dalam
Kordinir kegitan jama’ah, Ibnu Tumart membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota Dinasti al-Muwahhidin.
Adapun stuktur Negara dala pemerintahan Al-Muwahidun yang di bentuk Ibnu Tumart terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Al-Asyrah, (dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri disebut juga dengan nama Ahl al-Jama’ ah.
2. Al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) , semacam senat.
3. Al-sabi’in (Dewan Tujuh Puluh) , semacam Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Al-Talabah, Dewan Ahli yang terdiri dari Ulama-ulama Yunior.
6. Ahl-Dar, (keluarga Istana).
7. Kabilah Haragah, yaitu Kabilah Ibnu Tumart sendiri.
8. Ahl Tainmul (Pasukan Inti), mewakili beberapa kabilah.
9. Kabilah Jadmiwah.
10. Kabilah Janfisah.
11. Kabilah Hantamah.
12. Kabila-kabilah Al-Muwahhidun.
13. Para Prajurit.
14. Al-Girrat, yaitu rakyat biasa .
Dari keempat belas stuktur diatas, masing-masing kelompok telah mempunyai tugas dan tanggungjawabnya, namun kedudukan yang paling tinggi adalah urutan pertama (al-‘Asyrah) yang sekaligus berwenang untuk memilih, mengangkat dan membai’at imam atau kepala pemerintahan. Dan semua struktur yang ada sama-sama mempunyai kewajiban dan tugas yang sama dalam mensukseskan dakwah Al-Muwahhidin.
Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi pasukan itu dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan
pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk
melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahiddun berusaha menaklukan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.
Setelah mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah pasukan 40.000 orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka menyerang kota Marrakech, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti Al-Murabithun, yang terkenal dalam sejarah dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam peperangan ini pihak Al-Muwahhidun menderita kekakalahan, banyak diantara prajuritnya yang gugur serta beberapa anggota al-Asrah termasuk komandannya sendiri Al-Wansyarisi, dan empat bulan kemudian Ibnu Tumart sendiri juga wafat.
Sesudah Ibnu Tumart meninggal dunia, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai penggantinya. Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang.Ia diberi gelar bukan Al-mahdi, melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya inilah Al-Muwahhidin banyak meraih kemenangan dalam beberapa peperangan.
Setelah dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun di kuasai Muwahhidun.
Sejak Marrakech dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu kota pemerintahan dari Tinmal ke kota tersebut dan dari sana ia menyusun ekspansinya ke berbagai daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia (1158), Tripoli –Libya (1160).
Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali inilah, wilayah kekauasaan Al-Muwahidun membentang dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan suatu prestasi gemilang yang belum pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika Utara.
Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan puteranya sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti ayahnya ingin memperluas wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.
Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang dilakukannya ke Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu Hafs, mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri, dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini), sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan kematiannya.
Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat kita rangkumkan sebagai-berikut:
1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal
2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I
3. Abu Ya’ kub Yusuf.
4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur
5. Muhammad Al-Nasir
6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir
B. Kemaujuan –Kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun
Berbagai kemajuan telah dicapai oleh Dinasti Muwahhidun, diantaranya adalah:
a. Politik
Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudera Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.
b. Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.
c. Arsitektur.
Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda, menara pada Mesjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.
d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Tercatat cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (533H/ 1139 M) . Ia seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avencape atau Abenpace. Selain itu ada Ibn Tufayl (Abebecer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia dikenal juga dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581 h/1185-1186 M). Cendikiawan yang lebih terkenal adalah Averrous (Ibnu Rusyd 1126-1198 M). Ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seorang polimek.Tahun 578 h ia menggantikan Ibnu Tufayl sebagai kepala Tabib (dokter Istana) pada masa Ya’ kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordoba .
C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun.
Sejak khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Nasir, dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Karena Khalifah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Sehingga dalam pertempuran pasukan Muwahhidun senantiasa mengalami kekalahan.
Kekalahan ini tentu membawa derita yang cukup panjang dalam hati khalifah dan akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalusia diserahkan kepada anaknya Abu Ya’kub Yusuf II dengsn gelar Al-Muntasir. Karena usia yang masih muda baru berusia 15 tahun, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan dikalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematian nya pada tahun1224 M. Hal itu terjadi karena khalifah Al-Muntasir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah. Melihat kenyataan ini, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing didaerah-daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran secara total baru terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Bani Ahmar dari kerajaan Arab Madinah.
Dari uraian diatas telah dijelaskan setelah Al-Nasir wafat selanjutnya kekuasaan dinasti Muwahidun dipimpin oleh khalifah yang lemah. Maka setelah mengalami kejayaan selama satu abad, dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan pada akhirnya mengalami kehancuran. Adapun faktor kemunduran tersebut antara lain disebabkan sebagai-berikut:
a. Perebutan tahta dikalangan keluarga kerajaan.
b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah.
c. Mengendurnya tradisi disiplin .
d. Memudarnya keyakinan Ibn Tumar, bahkan namanya tak disebut lagi dalam dokumen Negara.
e. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen Andalusia dan lain –lain.
Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika Utara kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan- peninggalannya masih terdapat di beberapa wilayah bekas kekuasaaannya .
http://hadifauzan.blogspot.co.id/2013/03/dinasti-murabithun-dan-muwahhidun.html
dinasti muwahidhun
Muwahhidun atau Al–Muhad di Afrika Utara dan Spanyol (1128-1269 M)
Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad. Didirikan oleh Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn Tumart. Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin menggantikan Ibn Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun Meraih kemenangan. Pada tahun 1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar dan Giyasah. Pada tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan Murabithun sehingga jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah Marrakech, direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil menguasai Marrakech dan menjatuhkan Murabithun.
Setelah berhasil menjatuhkan Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya wilayah Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu Tripoli jatuh ketangannya. Kekuasaannya dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, suatu prestasi gemilang dan belum
pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara. Pada tahun 1162 M, Abdul Mun’im memperluas wilayahnya ke daerah yang dikuasai orang Kristen, tetapi pada tahun itu Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia memperluas wilayah di utara dari timur pada tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.
Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan. Akan tetapi setelah kematian Ya’kub Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan dengan kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan KRISTEN ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan
dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Maroko) pada tahun 1235 M. Adapun urutan-urutan penguasa Al Muwahhidun sebagai berikut :
1. Muhammad bin Tumart Al Mahdi (1121-1130 M)
2. Abdul Mun’im bin Ali (1130-1163 M)
3. Abu Ya’kub Yusuf (1163-1184 M)
4. Abu Yusuf Ya’kub al Mansur (1184-1198 M)
5. Muhammad An Nasir (1198-1214 M)
6. Abu Yusuf Ya’kub Al Mustansir (1214-1224 M)
7. Dsb.
Muhammad ibnu Tumart, seorang penduduk asli dari suku di Afrika Barat, mengangkat Abdul Mikmin sebagai wakilnya, setelah Abdul Mukmin wafat di ganti oleh saudaranya Abu Yakub Yusuf. Dia seorang yang dermawan. Beliau digantikan oleh anaknya yang terkenal yaitu Ya’kub yang di bawah pemerintahannya, kekuasaan Muwahhidun mencapai puncaknya. Setelah beliau wafat kekuatan Kristen mulai muncul. Orang Islam di bawah pemerintahan Muwahhidun melawan orang Kristen di al-Ukab, akhirnya orang Muahhidun dikalahkan orang Kristen dengan pasukan yang besar (Ali, Afandi,1995:353-301)
Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad. Didirikan oleh Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn Tumart. Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin menggantikan Ibn Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun Meraih kemenangan. Pada tahun 1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar dan Giyasah. Pada tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan Murabithun sehingga jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah Marrakech, direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil menguasai Marrakech dan menjatuhkan Murabithun.
Setelah berhasil menjatuhkan Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya wilayah Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu Tripoli jatuh ketangannya. Kekuasaannya dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, suatu prestasi gemilang dan belum
pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara. Pada tahun 1162 M, Abdul Mun’im memperluas wilayahnya ke daerah yang dikuasai orang Kristen, tetapi pada tahun itu Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia memperluas wilayah di utara dari timur pada tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.
Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan. Akan tetapi setelah kematian Ya’kub Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan dengan kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan KRISTEN ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan
dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Maroko) pada tahun 1235 M. Adapun urutan-urutan penguasa Al Muwahhidun sebagai berikut :
1. Muhammad bin Tumart Al Mahdi (1121-1130 M)
2. Abdul Mun’im bin Ali (1130-1163 M)
3. Abu Ya’kub Yusuf (1163-1184 M)
4. Abu Yusuf Ya’kub al Mansur (1184-1198 M)
5. Muhammad An Nasir (1198-1214 M)
6. Abu Yusuf Ya’kub Al Mustansir (1214-1224 M)
7. Dsb.
Muhammad ibnu Tumart, seorang penduduk asli dari suku di Afrika Barat, mengangkat Abdul Mikmin sebagai wakilnya, setelah Abdul Mukmin wafat di ganti oleh saudaranya Abu Yakub Yusuf. Dia seorang yang dermawan. Beliau digantikan oleh anaknya yang terkenal yaitu Ya’kub yang di bawah pemerintahannya, kekuasaan Muwahhidun mencapai puncaknya. Setelah beliau wafat kekuatan Kristen mulai muncul. Orang Islam di bawah pemerintahan Muwahhidun melawan orang Kristen di al-Ukab, akhirnya orang Muahhidun dikalahkan orang Kristen dengan pasukan yang besar (Ali, Afandi,1995:353-301)
http://dheo-education.blogspot.co.id/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
PERADABAN ISLAM MASA DINASTI MUWAHHIDUN
DINASTI MUWAHHIDUN (1130-1269 M)
Nama Muwahhidun yang berarti “orang-orang yang mengesakan tuhan”dinisbatkan kepada kelompok yang mendasari gerakannya pada keyakinan bahwa Allah adalah Maha Esa (Ahad), serta tidak dapat digambarkan secara fisik, sebagaimana kelompok Mujassimin yang mempercayai bahwa Tuhan mempunyai anggota badan seperti manusia (antropomorphism). Menurut pelopor Muwahhidun, kelompok pengikut faham Mujassimin ini, yakni para penguasa Murabithun, dianggap kafir, sementara hanya Muwahhidun saja yang paling benar keyakinan tauhidnya. Muwahhidun lahir untuk memprotes madzab Maliki yang kaku, konservatif dan legalistik yang berkembang di Afrika Utara berkat dakwah Murabithun. Disamping itu, dinasti ini muncul sebagai respon dari kehidupan sosial yang mengalami kerusakan sejak masa akhir kekuasaan Murabithun.
Sebagaimana Murabithun, kemunculan dinasti Muwahhidun berawal dari gerakan dakwah agama beralih menjadi kekuatan politik dan reformasi sosial. Perbedaan keduanya, Murabithun banyak diwarnai faham Fiqhiyah Malikiyah, sedangkan Muwahhidun banyak diwarnai oleh pemikiran Theologis atau Kalam. Gerakan dakwah ini dipelopori oleh Muhammad ibn Tumart yang kemudian bergelar al-Mahdi. Ia berasal dari kabilah Masmudah, Barbar, suku Hargah di wilayah Sus Magrib al-Aqsha. Ia adalah ulama besar yang berguru diberbagai pusat ilmu pengetahuan, Spanyol dan Bagdad suatu ketika ia pernah di undang oleh Ali bin Tasyfin, penguasa Murabithun untuk berdebat dengan para fuqaha’ di sana yang berakhir dengan pengusiran Ibn Thumart.
Di tempat yang baru, Aghmat, ia banyak menarik banyak pengikut dalam waktu yang sangat cepat. Kemudian ia memperbaiki organisasi dakwahnya dengan menyusun sebuah buku tauhid, dan menyusun struktur organisasi yang membagi para pengikutnya menjadi empat belas kelompok, dan masing-masing mempunyai tugas-tugas khusus. Ia dan para pengikutnya meneruskan dakwahnya ke wilayah-wilayah Afrika Utara bagian barat seperti Sinegal, Ghana dan Nigeria. Dalam dakwahnya mereka banyak menentang penguasa Murabithun, karena dianggap zalim. Penguasa yang zalim tidak wajib ditaati, bahkan harus dilawan. Dan menurutnya, jika keadaan sosial terus memburuk, maka mereka membutuhkan kedatangan al-Mahdi (sang penyelamat yang ditunggu-tunggu). Untuk itu, ia mengklaim diri sebagai al-Mahdi tersebut.
Setelah merasa kuat, doktrin amar ma’ruf nahi munkar, Ibn Tumart mengadakan serangan ke ibu kota Murabithun di Marakesh, tetapi tidak berhasil. Selang beberapa waktu setelah penyerangan itu, ia jatuh sakit yang mengantarkan tutup usia, setelah mewasiatkan kepemimpinannya kepada Abdul Mukmin. Selanjutnya Abdul Mukmin mulai meneruskan perluasan wilayah dakwah sekaligus politik ke Talimsan (1147 M), kemudian ke Fes, Cauta, Tangier, dan Aghmat. Marakesh ibu kota Murabithun, dikepung sekali lagi sehingga akhirnya dapat dijatuhkan. Setelah itu ia menuju ke Spanyol, dan berhasil menguasai sebagian wilayahnya. Ia lanjutkan perjalanannya untuk menaklukkan al-Jazair (1152 M), Tunisia (1158 M), dan Libia (1160 M). Sejak inilah dapat dikatakan bahwa gerakan dakwah itu telah berhasil menjadi kekuatan politik.
Dinasti Muwahhidun berkuasa selama kurang lebih 122 tahun, dipimpin oleh 14 sultan. Mereka adalah Abdul Mukmin (1130-1163 M), Abu Ya’qub (1163-1184 M), Abu Yusuf Ya’qub (1184-1199 M), Muhammad al-Nashir (1199-1214 M), al-Mansur (1214-1223 M), al-Makhlu (1223-1234 M), al-‘Adil (1234-1227 M), al-Mu’tasim (1227-1229 M), al-Makmun (1229-1232 M), al-Rashi (1232-1242 M), al-sa’id (1242-1248 M), al-Murtadla (1248-1266 M), dan al-Wasiq (1266-1269 M).
Karena wilayahnya yang berdekatan dengan wilayah Spanyol, maka Afrika Utara dapat lebih mudah berhubungan dengan Spanyol. Muwahhidun merupakan dinasti yang mulai menerima dan memelihara sejumlah besar peradaban negara tetangga itu. Menara masjid yang di bangun oleh sultan Yusuf Ya’qub tidak tertandingi keindahannya pada saat itu. Kota Rabbat di Maroko diperluas, sedangkan rumah sakit yang representatif juga dibangun. Perekonomian dan pertanian di sana telah maju. Produksi pertanin melimpah yang meliputi buah-buahan, sayuran, rempah-rempah, gandum, tebu, kapas dan kunyit. Hasil pertanian dan industri diekspor sampai Asia Tengah dan India. Alat pencetak uang yang berbentuk segi empat penuh dengan ukiran dibuat pula. Beberapa cabang ilmu pengetahuan berkembang, hal itu dapat dibuktikan dengan lahirnya para ilmuan dengan berbagai karya yang hingga kini sebagiannya masih kita pergunakan. Filosuf dan ahli Sufi lahir pada masa pemerintahan dinasti Muwahhidun, seperti Ibn Rusd ahli fiqh dan dokter, beliau juga mengarang kitab Tahafut Tahfut dan Bidayat al-Mujtahid. Salah satu temuannya dalam bidang kedokteran adalah bahwa seorang pasien yang terkena cacar tidak akan terkena untuk kedua kalinya. Ilmuan dan filosuf lainnya seperti, Musa bin Maimun, Ibn Tufail, Ibn ‘Arabi dan Ibn Qasie.
Kemunduran dinasti muwahhidun disebabkan antara lain karena luasnya wilayah kekuasaan, sementara penduduknya sangat majemuk yang terdiri dari bangsa Barbar yang terkenal dengan sifatnya yang keras dan bengis. Wilayah yang luas ini khususnya di Spanyol sulit dikontrol oleh pemerintah pusat, sehingga akhirnya mudah dikuasai oleh tentara kristen Spanyol yang belakangan mengalami kebangkitan politik. Pada tahun 1212 M, al-Nashir dengan bala tentaranya yang berjumlah lima ratus ribu orang dapat dikalahkan oleh pasukan kristen. Maka sejak saat itu ibu kota Spanyol jatuh ketangan kekuasaan kristen dan wilayah lainnya dikuasai Muluk al-Thawa’if.
Adapun penyebab yang menjadikan dinasti Muwahhidun mengalami kehancuran adalah timbulnya berbagai pemberontakan di Afrika Utara yang menuntut kemerdekaan seperti, Bani Tilimsan. Namun yang paling langsung berdampak adalah pemberontakan yang dilancarkan oleh Bani Marin yang berhasil merebut Marakesh. Maka semua wilayahnya di Afrika Utara direbut oleh Bani Marin sedangkan wilayah di Spanyol dikuasai penguasa Kristen.
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa kedua dinasti ini sama-sama berangkat dari sebuah gerakan dakwah agama beralih menjadi kekuatan politik. Bedanya adalah bahwa gerakan keagamaan Murabithun lebih menekankan pada fiqh madzab Maliki yang kaku, sedangkan gerakan keagamaan Muwahhidun lebih menekankan pada ajaran tauhid yang membebaskan. Kedua-duanya mempunyai corak yang keras dalam mendakwahkan agamanya, hal ini lebih disebabkan oleh latar belakang pendiri serta pengikutnya yang terdiri dari bangsa Barbar yang bersifat keras pula.
http://www.binaaku.web.id/2013/04/peradaban-islam-masa-dinasti-murabitun.html
Dinasti Muwahiddun
Dinasti Muwahiddun (1145-1235)
1. Sejarah Dinasti Muwahiddun di Andalusia
Dinasti ini bermula dari gerakan agama-politik yang didirikan oleh seorang Berber yang bernama Muhammad Ibn Tumart dari suku Masmuda.Muhammad Ibn Tumart pernah mengembara mendatangi negeri-negeri di sebelah timur, hingga akhirnya ia menetap beberapa lamanya di Irak sebagai mahasiswa dari Imam Al Ghazali. Maka dari hasil belajarnya ia mendapatkan pengetahuan agama yang seluas-luasnya dan juga mendapatkan ilmu falsafah.
Dari hasil menuntut ilmunya ini maka Muhammad Ibn Tumart melakukan dakwah agama Islam dakwahnya ini bersifat murni artinya tidak didasari kepentingan politik tertentu, semata-mata hanya menegakan tauhid yang murni. Tetapi ketika dakwahnya mulai diterima dan mempunyai pengikut yang banyak, disamping itu Dinasti Murabithun mulai melemah maka berambisi untuk menguasai kaum Murabithun. Orang-orang pengikut menamakan Muhammad ibn Tumart sebagai Al Muwahid. Ketika pengikutnya bertambah banyak didirikanlah suatu kerajaan yang dinamainya daulah Muwahiddun.
Ibnu Tumart wafat pada tahun 1130. Digantikanlah dinasti Muwahiddun ini oleh seorang sahabatnya yang sangat setia yang bernama Abdul Mu’min. Ketika awal kekuasanya ia memerangi kaum Murabithun di Afrika, sehingga ia dapat menaklukan kaum itu di Maroko, pada tahun 1147 M. Setelah itu meluaslah kekuasaan Daulah Muwahiddun ini mulai dari batas Tripoli disebelah Timur sampai ketepi Samudra Atlantik disebelah Barat. Mendengar kekuatan Dinasti Muwahiddun ini maka orang Arab di Andalusia meminta pertolongan kepada Muwahiddun pada tahun 1145, pada waktu itu Abdul Mu’min membawa laskarnya ke Andalusia dan akhirnya merebut kekuasaan Murabithun di Andalus yang telah direbut oleh kaum Nasrani. Serta menghancurkan Dinasti Murabithun di Andalusia.
2. Masa kejayaan Dinasti Muwahiddun
Zaman pemerintahan Muwahiddun di Andalusia ini adalah zaman kegemilangan yang mengembalikan kebahagian di negeri ini. Faktor ini disebabkan oleh para pemimpin mereka yang begitu mencintai ilmu pengetahuan, mereka juga cerdik pandai dan sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Diantara penguasa mereka yang paling mashur adalah Yusuf Ibn Abdul Mu’min karena ia berhasil menaklukan Maroko dan Spanyol Abdul Al Mu’min melanjutkan penaklukan pada tahun 1152 hingga ke Al Jazair, 1158 ke Tunisia, dan 1160 ke Tripoli. Untuk pertama kalinya sejarah muslim seluruh pesisir dari Atlantik hingga perbatasan Mesir dihimpun dengan Spanyol sebagai satu imperium yang independen setelah kekuasaan termashur Abdul Mu’min wafat pada Tahun 1163 M. Diteruskanlah oleh cucunya yang bernama Abu Yusuf Ya’kub al Manshur (1184-1199). Dari masa kekuasaanya dibangunlah monumen-monumen arsitek yang berdiri sangat luar biasa yang ada di Maroko dan Spanyol. Kemudian membangun menara yang disebut Giralda sebagai pelengkap untuk masjid besar. Di Maroko sendiri ia membangun Ribath Al Fathyang mencontoh iskandaria serta membangun rumah sakit yang tidak ada tandinganya di dunia. Dimasa ini Andalusia mengalami peningkatan kemajuan yang sangat luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan adab.
3. Keruntuhan Dinasti Muwahiddun
Keruntuhan Muwahiddun terjadi ketika Muhammad Nashir Lidinillah menajadi penguasa Andalusia. Banyak kekacauan salah satunya adalah perang salib peperangan ini terjadi di Las Navas yang dimenangkan oleh para umat Kristen, pada waktu itu dipimpin oleh Al-Fonso VIII dari Castilia. Ketika terjadinya peperangan tentara umat Islam hanya 1.000 pasukan saja yang lolos dari sekitar 600.000 tentara yanng berusaha melarikan diri. Al Nashir sendiri menyelamatkan diri ke Maroko, sampai dua tahun kemudian akhirnya meninggal disana. Bersamaan dengan itu berakhirlah kekuasaan Muwahiddun di Andalusia. Semua wilayah Muslim berada di tangan para umat Nasrani. Lambat laun muslim di Spanyol terpecah menjadi sebuah wilayah yang dikuasai raja-raja Kristen, dan beberapa raja-raja kecil Muslim lainya.
Setelah runtuhnya Muwahiddun (1235) umat Kristen juga senantiasa menyerang Kordova, hingga akhirnya Kordova jatuh ketangan mereka pada tahun 1236 dan tidak ada lagi orang Muslim yang berani menghambat kemajuan umat Kristen. Tapi dari sisi lain di Granada Bani Ahmar telah mendirikan kerajaan pada tahun 1232.
http://moehamadie.blogspot.co.id/2013/05/dinasti-murabithun-dan-dinasti.html
Muwahhidun
Almohad (Muwahhidun) adalah Dinasti Berber (1133-1269) yang mematahkan kekuasaan Almoravid, sehingga menguasai hampir seluruh Afrika Utara. Dinasti ini menganut ajaran tauhid yang keras seperti yang diajarkan oleh Ibnu Tumart, kepercayaan pada Mahdi (yang mendapat petunjuk dari Tuhan). Pengikut Ibnu Tumart yang menggantikannya adalah Abdul Mukmin, dari suku Zanata, yang mengembangkan ajaran gurunya ke seluruh Atlas dan Rif (Afrika Utara). Pada tahun 1147, dia berhasil menguasai daerah Almoravid, AlJazair (1152), Tunisia dan Tripolitania (1160). Selama masa kekuasaan putra Abdul Mukmin, Abu Ya’kub Yusuf (1163-1184), kekuasaan Almoha meluas sampai ke Andalus (Spanyol) di mana dia menetap di Seville. Dinasti ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Abu Yusuf Ya’kub al Mansur (1184-1199). Dirinya mampu mengalahkan pasukan raja Alfonso VIII, raja Castile dalam pertempuran Alarkos (1195), bahkan dirinya berhasil maju sampai ke Madrid dan Guadalajara. Kekuasaan Almohad masih bertahan di Andalus setelah pasukan gabungan Kristen yang terdiri dari raja-rajaAragon, Navarra, dan Castile (1212) menimbulkan kerugian besar pada pasukan Muhammad An-Nasir (1199-1213). Setelah Muhammad An-Nasir wafat, mulai tampak kemunduran di dalam kerajaan karena pemberontakan suku-suku dan perebutan kekuasaan di kalangan istana. Almohad berhasil mengembangkan kekuasaanya di Afrika Utara dan Andalus karena ajaran Ibnu Tumart yang mengatur kehidupan agama, bidang sosial, politik, dan militer.
Bendera dan Peta Wilayah saat masa Kejayaan
DINASTI MUWAHHIDUN
A. Proses Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun.
Pada masa akhir Murabithun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi Mesjid Cardoba, melihat sepak terjang kaum Murabithun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad dan menambah ilmu kepada iman al—Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali, tinggal di Maroko. Disitu ia mulai mengkeritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabithun yang bersalahan dengan syari’at Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah Rasul.
Selain itu, dalam catatan sejarah, Ibnu Tumart pernah belajar di pusat-pusat studi Islam kenamaan, seperti di Cardoba, Alexandria, Makah dan Bagdad. Dikota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, diantaranya adalah soal tidak diperlukan lagi bagi para penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu ia menolak ra’yu dan Qias sebagai dasar hukumPemikiran keagamaan dan hukum yang stagnan (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan dinasti Murabithun, dijadikan sebagai motifasi dirinya untuk pergi ke Bahdad mencari ilmu. Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam di bawah Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.
Meskipun Ibnu Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahidun, namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat.
Ibnu Tumart sebagai pencetus , mula-mula pergi ke Tanmaal di wilayah Sus untuk menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah memberantas paham golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomorpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau harus dengan kekerasan. Murid-murid disuruh membuat benteng agar sukar bagi musuh hendak memasukinya. Di Tanmaal inilah Ibnu Tumart merumuskan system militernya sebagai organisasi pemerintahan .
Ensiklopedi IslamIII, penyebutan nama gerakan ini dengan nama Al-Muwahhidin, yang artinya golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi fahan al- tajsim, yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme). Ibnu Tumart sendiri mendakwahkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur’an, seperti “tangan Tuhan”, tidak dapat ditakwilkan (dijelaskan), tapi dia harus dipahami apa adanya. Justru itu faham al-tajsim adalah benar-benar musyrik dan harus diperangi. Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang gebernur di kota Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung. Bahkan tradisi yang sudah berurat berakar pun, seperti minuman khamar, musik dan kesenangan terhadap pakaian yang mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart.
Sikap keras yang diperankan oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar masyarakat, terutama ulama dan penguasa. Untunglah dakwahnya kemudian diterima
dan mendapat dukungan dari berbagai suku Berber seperti suku Haraqah, Hantamah, Jaduniwiyah, dan Janfisah.
Setelah mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.
Untuk mengujudkan semua keinginannya, Ibnu Tumart mengirim sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu kejalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan menyelamatkan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan kepada pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat undang-undang, shlalat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku akidah Muwahihidun.
Sejak ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya dakwah Ibnu Tumart adalah murni didasari oleh keagamaan, artinya tidak didasari oleh kepentingan-kepentingan lain melainkan semata-mata menegakkan tauhid secara murni. Namun seiring dengan waktu dan jumlah pengikutnya semakin bertambah karena didasari dengan dakwahnya dapat diterima oleh orang banyak, disisi lain Dinasti Murabitun semakin lemah, akhirnys Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan dan merebut kekuasaan Dinasti Murabithun.
Selanjutnya dibentuklah kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian Selatan Maroko, dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk menaklukan daerah-daerah sekitarnya. Sarana utama yang digunakan dalam
Kordinir kegitan jama’ah, Ibnu Tumart membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota Dinasti al-Muwahhidin.
Adapun stuktur Negara dala pemerintahan Al-Muwahidun yang di bentuk Ibnu Tumart terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Al-Asyrah, (dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri disebut juga dengan nama Ahl al-Jama’ ah.
2. Al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) , semacam senat.
3. Al-sabi’in (Dewan Tujuh Puluh) , semacam Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Al-Talabah, Dewan Ahli yang terdiri dari Ulama-ulama Yunior.
6. Ahl-Dar, (keluarga Istana).
7. Kabilah Haragah, yaitu Kabilah Ibnu Tumart sendiri.
8. Ahl Tainmul (Pasukan Inti), mewakili beberapa kabilah.
9. Kabilah Jadmiwah.
10. Kabilah Janfisah.
11. Kabilah Hantamah.
12. Kabila-kabilah Al-Muwahhidun.
13. Para Prajurit.
14. Al-Girrat, yaitu rakyat biasa .
Dari keempat belas stuktur diatas, masing-masing kelompok telah mempunyai tugas dan tanggungjawabnya, namun kedudukan yang paling tinggi adalah urutan pertama (al-‘Asyrah) yang sekaligus berwenang untuk memilih, mengangkat dan membai’at imam atau kepala pemerintahan. Dan semua struktur yang ada sama-sama mempunyai kewajiban dan tugas yang sama dalam mensukseskan dakwah Al-Muwahhidin.
Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi pasukan itu dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan
pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk
melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahiddun berusaha menaklukan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.
Setelah mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah pasukan 40.000 orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka menyerang kota Marrakech, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti Al-Murabithun, yang terkenal dalam sejarah dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam peperangan ini pihak Al-Muwahhidun menderita kekakalahan, banyak diantara prajuritnya yang gugur serta beberapa anggota al-Asrah termasuk komandannya sendiri Al-Wansyarisi, dan empat bulan kemudian Ibnu Tumart sendiri juga wafat.
Sesudah Ibnu Tumart meninggal dunia, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai penggantinya. Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang.Ia diberi gelar bukan Al-mahdi, melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya inilah Al-Muwahhidin banyak meraih kemenangan dalam beberapa peperangan.
Setelah dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun di kuasai Muwahhidun.
Sejak Marrakech dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu kota pemerintahan dari Tinmal ke kota tersebut dan dari sana ia menyusun ekspansinya ke berbagai daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia (1158), Tripoli –Libya (1160).
Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali inilah, wilayah kekauasaan Al-Muwahidun membentang dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan suatu prestasi gemilang yang belum pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika Utara.
Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan puteranya sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti ayahnya ingin memperluas wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.
Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang dilakukannya ke Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu Hafs, mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri, dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini), sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan kematiannya.
Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat kita rangkumkan sebagai-berikut:
1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal
2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I
3. Abu Ya’ kub Yusuf.
4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur
5. Muhammad Al-Nasir
6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir
B. Kemaujuan –Kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun
Berbagai kemajuan telah dicapai oleh Dinasti Muwahhidun, diantaranya adalah:
a. Politik
Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudera Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.
b. Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.
c. Arsitektur.
Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda, menara pada Mesjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.
d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Tercatat cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (533H/ 1139 M) . Ia seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avencape atau Abenpace. Selain itu ada Ibn Tufayl (Abebecer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia dikenal juga dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581 h/1185-1186 M). Cendikiawan yang lebih terkenal adalah Averrous (Ibnu Rusyd 1126-1198 M). Ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seorang polimek.Tahun 578 h ia menggantikan Ibnu Tufayl sebagai kepala Tabib (dokter Istana) pada masa Ya’ kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordoba .
C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun.
Sejak khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Nasir, dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Karena Khalifah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Sehingga dalam pertempuran pasukan Muwahhidun senantiasa mengalami kekalahan.
Kekalahan ini tentu membawa derita yang cukup panjang dalam hati khalifah dan akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalusia diserahkan kepada anaknya Abu Ya’kub Yusuf II dengsn gelar Al-Muntasir. Karena usia yang masih muda baru berusia 15 tahun, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan dikalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematian nya pada tahun1224 M. Hal itu terjadi karena khalifah Al-Muntasir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah. Melihat kenyataan ini, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing didaerah-daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran secara total baru terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Bani Ahmar dari kerajaan Arab Madinah.
Dari uraian diatas telah dijelaskan setelah Al-Nasir wafat selanjutnya kekuasaan dinasti Muwahidun dipimpin oleh khalifah yang lemah. Maka setelah mengalami kejayaan selama satu abad, dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan pada akhirnya mengalami kehancuran. Adapun faktor kemunduran tersebut antara lain disebabkan sebagai-berikut:
a. Perebutan tahta dikalangan keluarga kerajaan.
b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah.
c. Mengendurnya tradisi disiplin .
d. Memudarnya keyakinan Ibn Tumar, bahkan namanya tak disebut lagi dalam dokumen Negara.
e. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen Andalusia dan lain –lain.
Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika Utara kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan- peninggalannya masih terdapat di beberapa wilayah bekas kekuasaaannya .
A. Proses Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun.
Pada masa akhir Murabithun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi Mesjid Cardoba, melihat sepak terjang kaum Murabithun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad dan menambah ilmu kepada iman al—Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali, tinggal di Maroko. Disitu ia mulai mengkeritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabithun yang bersalahan dengan syari’at Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah Rasul.
Selain itu, dalam catatan sejarah, Ibnu Tumart pernah belajar di pusat-pusat studi Islam kenamaan, seperti di Cardoba, Alexandria, Makah dan Bagdad. Dikota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, diantaranya adalah soal tidak diperlukan lagi bagi para penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu ia menolak ra’yu dan Qias sebagai dasar hukumPemikiran keagamaan dan hukum yang stagnan (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan dinasti Murabithun, dijadikan sebagai motifasi dirinya untuk pergi ke Bahdad mencari ilmu. Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam di bawah Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.
Meskipun Ibnu Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahidun, namun ia sendiri tidak pernah menjadi sultan.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat.
Ibnu Tumart sebagai pencetus , mula-mula pergi ke Tanmaal di wilayah Sus untuk menyusun kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah memberantas paham golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomorpisme dan mengajak ummat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau harus dengan kekerasan. Murid-murid disuruh membuat benteng agar sukar bagi musuh hendak memasukinya. Di Tanmaal inilah Ibnu Tumart merumuskan system militernya sebagai organisasi pemerintahan .
Ensiklopedi IslamIII, penyebutan nama gerakan ini dengan nama Al-Muwahhidin, yang artinya golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi fahan al- tajsim, yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme). Ibnu Tumart sendiri mendakwahkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur’an, seperti “tangan Tuhan”, tidak dapat ditakwilkan (dijelaskan), tapi dia harus dipahami apa adanya. Justru itu faham al-tajsim adalah benar-benar musyrik dan harus diperangi. Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang gebernur di kota Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung. Bahkan tradisi yang sudah berurat berakar pun, seperti minuman khamar, musik dan kesenangan terhadap pakaian yang mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart.
Sikap keras yang diperankan oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar masyarakat, terutama ulama dan penguasa. Untunglah dakwahnya kemudian diterima
dan mendapat dukungan dari berbagai suku Berber seperti suku Haraqah, Hantamah, Jaduniwiyah, dan Janfisah.
Setelah mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.
Untuk mengujudkan semua keinginannya, Ibnu Tumart mengirim sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu kejalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan menyelamatkan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan kepada pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat undang-undang, shlalat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku akidah Muwahihidun.
Sejak ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya dakwah Ibnu Tumart adalah murni didasari oleh keagamaan, artinya tidak didasari oleh kepentingan-kepentingan lain melainkan semata-mata menegakkan tauhid secara murni. Namun seiring dengan waktu dan jumlah pengikutnya semakin bertambah karena didasari dengan dakwahnya dapat diterima oleh orang banyak, disisi lain Dinasti Murabitun semakin lemah, akhirnys Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan dan merebut kekuasaan Dinasti Murabithun.
Selanjutnya dibentuklah kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian Selatan Maroko, dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk menaklukan daerah-daerah sekitarnya. Sarana utama yang digunakan dalam
Kordinir kegitan jama’ah, Ibnu Tumart membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota Dinasti al-Muwahhidin.
Adapun stuktur Negara dala pemerintahan Al-Muwahidun yang di bentuk Ibnu Tumart terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Al-Asyrah, (dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri disebut juga dengan nama Ahl al-Jama’ ah.
2. Al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) , semacam senat.
3. Al-sabi’in (Dewan Tujuh Puluh) , semacam Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Al-Talabah, Dewan Ahli yang terdiri dari Ulama-ulama Yunior.
6. Ahl-Dar, (keluarga Istana).
7. Kabilah Haragah, yaitu Kabilah Ibnu Tumart sendiri.
8. Ahl Tainmul (Pasukan Inti), mewakili beberapa kabilah.
9. Kabilah Jadmiwah.
10. Kabilah Janfisah.
11. Kabilah Hantamah.
12. Kabila-kabilah Al-Muwahhidun.
13. Para Prajurit.
14. Al-Girrat, yaitu rakyat biasa .
Dari keempat belas stuktur diatas, masing-masing kelompok telah mempunyai tugas dan tanggungjawabnya, namun kedudukan yang paling tinggi adalah urutan pertama (al-‘Asyrah) yang sekaligus berwenang untuk memilih, mengangkat dan membai’at imam atau kepala pemerintahan. Dan semua struktur yang ada sama-sama mempunyai kewajiban dan tugas yang sama dalam mensukseskan dakwah Al-Muwahhidin.
Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi pasukan itu dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan
pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk
melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahiddun berusaha menaklukan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.
Setelah mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah pasukan 40.000 orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka menyerang kota Marrakech, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti Al-Murabithun, yang terkenal dalam sejarah dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam peperangan ini pihak Al-Muwahhidun menderita kekakalahan, banyak diantara prajuritnya yang gugur serta beberapa anggota al-Asrah termasuk komandannya sendiri Al-Wansyarisi, dan empat bulan kemudian Ibnu Tumart sendiri juga wafat.
Sesudah Ibnu Tumart meninggal dunia, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai penggantinya. Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang.Ia diberi gelar bukan Al-mahdi, melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya inilah Al-Muwahhidin banyak meraih kemenangan dalam beberapa peperangan.
Setelah dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun di kuasai Muwahhidun.
Sejak Marrakech dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu kota pemerintahan dari Tinmal ke kota tersebut dan dari sana ia menyusun ekspansinya ke berbagai daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia (1158), Tripoli –Libya (1160).
Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali inilah, wilayah kekauasaan Al-Muwahidun membentang dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan suatu prestasi gemilang yang belum pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika Utara.
Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan puteranya sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti ayahnya ingin memperluas wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.
Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang dilakukannya ke Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu Hafs, mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri, dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini), sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan kematiannya.
Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat kita rangkumkan sebagai-berikut:
1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal
2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I
3. Abu Ya’ kub Yusuf.
4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur
5. Muhammad Al-Nasir
6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir
B. Kemaujuan –Kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun
Berbagai kemajuan telah dicapai oleh Dinasti Muwahhidun, diantaranya adalah:
a. Politik
Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudera Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.
b. Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak.
c. Arsitektur.
Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda, menara pada Mesjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.
d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Tercatat cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (533H/ 1139 M) . Ia seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avencape atau Abenpace. Selain itu ada Ibn Tufayl (Abebecer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia dikenal juga dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581 h/1185-1186 M). Cendikiawan yang lebih terkenal adalah Averrous (Ibnu Rusyd 1126-1198 M). Ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seorang polimek.Tahun 578 h ia menggantikan Ibnu Tufayl sebagai kepala Tabib (dokter Istana) pada masa Ya’ kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordoba .
C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun.
Sejak khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Nasir, dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Karena Khalifah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Sehingga dalam pertempuran pasukan Muwahhidun senantiasa mengalami kekalahan.
Kekalahan ini tentu membawa derita yang cukup panjang dalam hati khalifah dan akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalusia diserahkan kepada anaknya Abu Ya’kub Yusuf II dengsn gelar Al-Muntasir. Karena usia yang masih muda baru berusia 15 tahun, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan dikalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematian nya pada tahun1224 M. Hal itu terjadi karena khalifah Al-Muntasir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah. Melihat kenyataan ini, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing didaerah-daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran secara total baru terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Bani Ahmar dari kerajaan Arab Madinah.
Dari uraian diatas telah dijelaskan setelah Al-Nasir wafat selanjutnya kekuasaan dinasti Muwahidun dipimpin oleh khalifah yang lemah. Maka setelah mengalami kejayaan selama satu abad, dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan pada akhirnya mengalami kehancuran. Adapun faktor kemunduran tersebut antara lain disebabkan sebagai-berikut:
a. Perebutan tahta dikalangan keluarga kerajaan.
b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah.
c. Mengendurnya tradisi disiplin .
d. Memudarnya keyakinan Ibn Tumar, bahkan namanya tak disebut lagi dalam dokumen Negara.
e. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen Andalusia dan lain –lain.
Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika Utara kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan- peninggalannya masih terdapat di beberapa wilayah bekas kekuasaaannya .
http://politik132.blogspot.co.id/2013/03/dinasti-murabithun-dan-muwahhidun-bab-i.html
Komentar
Posting Komentar