DINASTI SHAFARIYAH Masa Disintegrasi Dinasti Abbasiyah
Dinasti Safariyah ( 254-298 H./867-910 M)
Dinasti ini berkuasa pada tahun 254-298 H./867-919 M.[13] Nama Safariyah diambil dari propesi pendirinya yaitu pengrajin tembaga (as-Saffar). Pendirinya adalah Ya’qub Ibn al-Layts. Pada mulanya ia adalah seorang pengusaha kuningan yang kaya, namun setelah usahanya gagal, ia beralih profesi menjadi kepala perampok yang sasarannya adalah orang-orang kaya Sistan, namun suatu hal yang unik pada dirinya yaitu sifat dermawannya terhadap kaum miskin. Sering kali ia merampok untuk memenuhi tuntutan atas kepeduliannya terhadap kaum miskin sebagai akibat terjadinya kesenjangan sosial pada saat itu. Ia adalah Robin Hood pada jamannya didalam sandiwara radio kita kenal dengan pendekar Budiman, di mana ia melakukan perampokan demi kepentingan orang miskin.
Pada abad kesembilan, Sistan mengalami banyak gangguan berupa pertikaian dan ketidakpuasan sosial, berbagai pihak yang merasa tidak puas yang melarikan diri ke arah Timur melalui Persia, khususnya kaum Khawarij yang pernah dikalahkan oleh Gubernur-gubernur Umayyah. Sistan merupankan tempat pelindung. Hal ini meronrong kewibawaan khalifah, sementara itu dinasti Thahiriyah lemah untuk menghadapi mereka. Ya’qub dengan kelompok garongnya, bergabung dengan tentara pemerintah sebagai sukarelawan untuk mempertahankan ortodoksi sunni di Sistan. Dalam menumpas pemberontakan, ia berhasil meguasai Sistan, dan menduduki kota Kandar yang terletak di bagian Barat Afganistan. Atas keberhasilan itu, ia dipercaya oleh khalifah untuk memimpin daerah-daerah di timur. Dengan demikian ia semakin kuat kedudukanya.dengan adanya kekuatan yang di miliki, maka ia menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan khalifah.ia menyerbu Naisabur. Ibukota dinasti Thahiriya, di Khurasan dan ia menduga bahwa penduduk Khurasan bersimpati kepadanya untuk melepaskan dari kekuasaan keluarga Thahiriya. Dan akhirnya Khurasan dikuasai sepenuhnya oleh Ya’qub bin al-Lais.
Setelah Ya’qub ibn al-Laits menguasai kekuasaan, ia berusaha menyerang sisa-sisa daerah kekuasaan dinasti Thahiriyah. Usaha Ya’qub diperingatkan oleh khalifah al-Mutamid untuk mengurus daerah-daerah yang sudah dikuasai, namun ia meluaskan ekspansinya menuju ke Persia, Iraq, dan Ahnaz. Melihat kekuatan Ya’qub yang makin besar itu malah justru khalifah menyerahkan Khurasan. Sistan, Jurjan dan Ray. Dengan demikian, ia resmi menjadi penguasa penuh propinsi Sistan, yang meliputi Afganistan dan pinggiran India serta hampir seluruh Persia kecuali daerah Barat Laut.
Daulah Shaffariyah membebaskan diri dari kekuasaan pusat Baghdad pada tahun 253 H./876 M. pada tahun itu pula pendeklarasian daulah Saffariyah, dengan pimpinan Ya'qub dan menyatakan dirinya sebagai amir yang pertama pada daulah itu. Dia melepaskan diri pada masa khalifah al-Mu'taz (252-255 H/ 866-868 M)
Ya'qub ibn Lais membangun rakyatnya dengan meletakkan sendi-sendi yang kokoh bagi kekuasaanya. Pada masa ini Islam betul-betul menjadi pioner seluruh penduduk wilayahnya. Sepeninggal Ya'qub maka diangkatlah saudaranya Amr bin Lais, dan dia tak kalah cerdasnya mengatur siasat dalam bidang pemerintahan, olehnya itu sebagian besar wilayah Iran jatuh dalam kekuasaanya.
Daulah Shaffariah berkuasa dibawah empat amir yang memerintah secara berkelanjutan, dan setelah amir keempat tidak lagi berkelanjutan karena terjadi banyak kemelut dan perebutan kekuasaan yang dimotori oleh bangsa Tansosania yang sesungguhnya daerah bawahan Sammaniah. Dan ternyata terlalu kuat bagi Shaffariyah. Amir Ismail ibn Ahmad mengalahkan amir dan menangkapnya. Oleh karena itu kreasi penakluk militer daulah Saffariyah lalu tumbang. Dengan demikian pada tahun-tahun pertama dari abad X Sistan berada dibawah kekuasaan Samaniah. Tetapi di dalam ensklopedi Islam dinasti Saffariyah dipimpin 32 amir. Akan tetapi khalifah-khalifah sesudah Lais bin Ali bukan lagi penguasa yang kuat. Tetapi mereka tidak lagi independen, melainkan tunduk kepada dinasti-dinasti yang berkuasa, seperti Samaniah, Gasnawi, Saljuk dan mugal
Hal penting yang dapat dicatat dari dinasti ini adalah mereka memperkenalkan Islam ke Asia Tengah dan para khalifahnya sangat mengutamakan keadilan dan kesamaan hak diantara rakyatnya, serta memberi perhatian yang besar kepada golongan miskin.
https://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/dinasti-tahiriyah.html
DINASTI SAFFARIYAH
Dinasti kecil yang satu ini merupakan dinasti yang memiliki kekuasaaan terlama dalam sejarah dunia Islam. Tidak hanya memiliki kekuasaan yang panjang namun wilayah kekuasaan dari dinasti saffariyah juga begitu luas pada masa puncak kekuasaannya yaitu sampai kebagian Afghanistan Timur. Awal kemunculan dari dinasti Saffariyah yaitu adanya pemberontakan kaum Khawarij di daerah Sistan. pendiri dari dinasti Saffariyah yaitu Ya’qub bin Laits yang berprofesi sebagai penempa kuningan (saffar), dinasti ini berkuasa sejak 247-393 H.//861-1003 M.
Adapun wilayah kekuasaan dari dinasti ini yaitu di Iran, yang pusat pemerintahannya berapa di Sijistan atau Sistan.
Ya’qub bin Laits adalah pemimpin dari kelompok misili yang bernama Ayyarun, kelompok yang ia pimpin merupakan kelompok yang berdiri untuk melawan pemberontakan dari kelompok Khawarij, dalam aksinya ia juga di bantu oleh tiga saudaranya. Dalam aksi perlawanan itu, kelompok Ya’qub berhasil menguasai Sistan pada 247 H./861 M.dan kekuasaapun terus meluas hingga ke wilayah bagian timur. Wilayah timur tersebut antara lain, daerah Zabulistan, daerah sekitar Ganza dan Gardiz serta daerah Kabul Bamiyan, pasukan Ya’qub berhasil mencapai daerah tersebut pada 251 H./865 M., kemudian pasukannya juga mampu menguasai kota Heart yang merupakan kota kekusaan dari dinasti Thahiriyah. Tidak hanya wilayah timur yang berhasil dikuasai, namun wilayah kekuasaan mulai meluas ke wilayah barat Sistan ysitu Kirman yang berhasil diduduki pada awal 250-an H./akhir 860-an M., akibatnya, khalifah Abbasiyah pun terpaksa mengakui bahwa Ya’qub adalah gubernur daerah tersebut dan wilayah kekuasaan di wilayah barat terus meluas hingga ke Makran di selatan Fars. Kemudian Ya’qub menggantikan kekuasaan menjagi gubernur dari Thahiriah saat ia memasuki Nisabur pada 259 H./873 M. setelah itu ia juga meneruskan perjalanannya bersama pasukan ke wilayah Kaspia.
Atas perbuatan Ya’qub beserta pasukannya tersebut, khalifah Bani Abbasiyah yaitu Al-Mu’tamid sangat mengecam tindakan Ya’qub yang telah menyingkirkan gubernur dari dinasti Thahiriyah.
Tidak cukup sampai disitu, walaupun telah dikecam oleh khalifah Bani Abbasiyah, bukannya gentar, tetapi Ya’qub justru merencanakan gerakan dari Khuzistan ke Irak, diperjalanan sekitar Dair Al-Aqul pasukan Ya’qub justru dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah pada tahun 262 H./876 M. Meskipun pasukan Ya’qub menderita kekalahan dari pasukan Abbasiyah namun pada akhirnya pasukan Ya’qub tetap memperoleh kekuasaan Khuzistan dan Fars. Tiga tahun kemudian, Ya’qub meninggal dunia, tepatnya pada tahun 265 H./879 M.
‘Amr bin Laits merupakan penerus dari kepemimpinan dari Ya’qub sebagai pemimpin dinasti Saffariyah. Namun, untuk menjadi pengganti Ya’qub, ‘Amr sebelumnya telah memenangkan perebutan kekuasaan sebagai pemimpin dinasti dengan saudaranya ‘Ali bin Laits.
Dibawah kepemimpinan ‘Amr, wilayah kekuasaan terus diperluas. Perluasaan kekuasaan tidak hanya berada di wilayah Iran, akan tetapi, ‘Amr berhasil membawa dinasti Saffariyah mempu mencapai kekuasaan hingga ke Afghanistan Timur serta perbatasan India. Pada masa kepemimpinan ‘Amr ini, dinasti Saffariyah mencapai puncak kekuasaannya, hingga khalifah Abbasiyah menghadiahi dinasti Saffariyah dengan semua wilayah Khurasan dan Ray.
Meskipun telah dihadiahi semua wilayah Khurasan dan Ray, akan tetapi ‘Amr belum merasa puas hingga ia terus melakukan gerakan menuju Tukharistan untuk menduduki kekuasaan didaerah tersebut.
Diperjalanan, pasukan ‘Amr harus menerima kekalahan dan ‘Amr sendiri menjadi tawanan dari pasukan musuh yaitu pasukan Ismail bin Ahmad sehingga pasukannya tidak lagi utuh dan Khurasan pun jatuh ketangan dinasti Samaniah.
Sepeninggal ‘Amr bin Laits, kepemimpinan dinasti Sffariyah dipegang oleh cucunya yang bernama Tahir bin Muhammad bin ‘Amr. Ia memegang kendali pemerintahan dibantu dengan saudara kakeknya.
Masa keemasan dinasti Saffariyah pun mulai kehilangan cahayanya semenjak ‘Amr bin Laits meninggal dunia, terlebih lagi mulai terjadi pemberontakan dari dalam yaitu berupa keinginan sebuah kelompok yang mendukung keturunan ‘Ali bin Laits sebagai pemimpin karena menurut mereka pewaris kekuasaan sebenarnya adalah ‘Ali bin Laits, mereka menuntut agar Tahir mengembalikan kekuasaan ketangan pewaris yang mereka anggap telah ditunjuk langsung oleh pemimpin terdahulu (Ya’qub) yaitu ‘Ali bin Laits.
Tahir bin Muhammad bin ‘Amr beserta saudaranya, Al-Mu’addalditahan dan di usir ke Baghdad akibat serangan dinasti Samaniah pada tahun 298 H./911 M. hal tersebut juga menjadi penyebab ketidak stabilan pemerintahan di pusat (di Sistan). hal ini dimanfaatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali untuk dapat menjadi pemimpin dari dinasti Saffariyah. Ia berkuasa selama 40 tahun lamanya, Ahmad juga mampu memperluas kekuasaan dinasti Saffariyah ke Bust dan Rukhaj, dan ia juga mengembalikan fungsi Sistan seperti sediakala, yakni menjadi salah satu basis kekuatan politik di belahan timur dalam dunia Islam. Setelah 40 tahun masa kekuasaanya, Ahmad dibunuh oleh salah seorang budaknya, tepatnya pada bulan Rabiul awal 352 H. secara tidak langsung kekuasaan sebagai pemimpin dinasti pun kosong sampai kepemimpinan tersebut di isi oleh putra Ahmad, Khalaf namanya. Ia menjadi pemimpin sejak tahun 352 H., tepat sesaat setelah ayahnya meninggal dunia.
Khalaf merupakan pemimpin terakhir dinasti Saffariyah sebelum dinasti ini berkhir di tahun 393 H./1003 M.
Sebelum dinasti ini berakhir, dimasa kepemimpinan dari Khalaf, dalam menjalankan pemerintahan, ia bekerja sama degan seorang panglima Sistan yang bernama Abu Al-Husain Tahir bin Muhammad.
Awal dari kehancuran dinasti Saffariyah dimulai sejak Khalaf yang menunaikan ibadah haji ke Tanah suci, menunjuk Abu Al-Husain Tahir sebagai wakilnya dalam mengatur pemerintahan dinasti Saffariyah kala itu. Namun hal ini justru dimanfaatkan oleh Abu untuk mengambil alih kekuasaan. Dikarenakan Abu tidak mau mengembalikan kekuasaan ketangan Khalaf, maka Khalaf meminta bantuan militer kepada dinasti Samaniah untuk membantunya merebut kembali kekuasannya sebagai pemimpin dinasti Saffariyah.
Sejak saat itu, kekusaan Khalaf kembali utuh setelah Husain bin Tahir mampu dikalahkan dalam pertempuran ditahun 373 H. Namun pemberontakan di Sistan mengikutsertakan dinasti Gaznawi sehingga terjadi kekacauan pemerintahan. Khalaf diturunkan ari kedudukannya sebagai pemimpin pada 393 H./1003M. dan akhirnya meninggal di Gardiz setelah beberapa tahun sejak ia diturunkan dari kekuasaanya sebagai seorang pemimpin dinadti Saffariyah. Sejalan dengan itu, berakhir pulalah kekuasaan dinasti Saffariyah.
http://khairiyamaputri.blogspot.co.id/2014/02/dinasti-thahiriyah-dan-saffariyah.html
SAFARIYAH (253 H/867 M - 900/1495 M)Dinasti Safariyah merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia. Wilayah kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pendiri dinasti ini adalah Ya'qub bin Lais as-Saffar, seorang pemimpin kelompok Khawarij di Porpinsi Sistan (Iran). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais berhasil melebarkan wilayah kekuasaanya sampai Afghanistan Timur. Pada masa itulah kekuasaan Dinasti Safariyah mencapi puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti Ghaznawi mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir Dinasti Safariyah, Khalaf, meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti Safariyah di Sijistan.
http://www.pesantren-pesbuker.xyz/2014/10/sejarah-dinasti-dan-kekuasaan-khalifah.html
Dinasti ini berkuasa pada tahun 254-298 H./867-919 M.[13] Nama Safariyah diambil dari propesi pendirinya yaitu pengrajin tembaga (as-Saffar). Pendirinya adalah Ya’qub Ibn al-Layts. Pada mulanya ia adalah seorang pengusaha kuningan yang kaya, namun setelah usahanya gagal, ia beralih profesi menjadi kepala perampok yang sasarannya adalah orang-orang kaya Sistan, namun suatu hal yang unik pada dirinya yaitu sifat dermawannya terhadap kaum miskin. Sering kali ia merampok untuk memenuhi tuntutan atas kepeduliannya terhadap kaum miskin sebagai akibat terjadinya kesenjangan sosial pada saat itu. Ia adalah Robin Hood pada jamannya didalam sandiwara radio kita kenal dengan pendekar Budiman, di mana ia melakukan perampokan demi kepentingan orang miskin.
Pada abad kesembilan, Sistan mengalami banyak gangguan berupa pertikaian dan ketidakpuasan sosial, berbagai pihak yang merasa tidak puas yang melarikan diri ke arah Timur melalui Persia, khususnya kaum Khawarij yang pernah dikalahkan oleh Gubernur-gubernur Umayyah. Sistan merupankan tempat pelindung. Hal ini meronrong kewibawaan khalifah, sementara itu dinasti Thahiriyah lemah untuk menghadapi mereka. Ya’qub dengan kelompok garongnya, bergabung dengan tentara pemerintah sebagai sukarelawan untuk mempertahankan ortodoksi sunni di Sistan. Dalam menumpas pemberontakan, ia berhasil meguasai Sistan, dan menduduki kota Kandar yang terletak di bagian Barat Afganistan. Atas keberhasilan itu, ia dipercaya oleh khalifah untuk memimpin daerah-daerah di timur. Dengan demikian ia semakin kuat kedudukanya.dengan adanya kekuatan yang di miliki, maka ia menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan khalifah.ia menyerbu Naisabur. Ibukota dinasti Thahiriya, di Khurasan dan ia menduga bahwa penduduk Khurasan bersimpati kepadanya untuk melepaskan dari kekuasaan keluarga Thahiriya. Dan akhirnya Khurasan dikuasai sepenuhnya oleh Ya’qub bin al-Lais.
Setelah Ya’qub ibn al-Laits menguasai kekuasaan, ia berusaha menyerang sisa-sisa daerah kekuasaan dinasti Thahiriyah. Usaha Ya’qub diperingatkan oleh khalifah al-Mutamid untuk mengurus daerah-daerah yang sudah dikuasai, namun ia meluaskan ekspansinya menuju ke Persia, Iraq, dan Ahnaz. Melihat kekuatan Ya’qub yang makin besar itu malah justru khalifah menyerahkan Khurasan. Sistan, Jurjan dan Ray. Dengan demikian, ia resmi menjadi penguasa penuh propinsi Sistan, yang meliputi Afganistan dan pinggiran India serta hampir seluruh Persia kecuali daerah Barat Laut.
Daulah Shaffariyah membebaskan diri dari kekuasaan pusat Baghdad pada tahun 253 H./876 M. pada tahun itu pula pendeklarasian daulah Saffariyah, dengan pimpinan Ya'qub dan menyatakan dirinya sebagai amir yang pertama pada daulah itu. Dia melepaskan diri pada masa khalifah al-Mu'taz (252-255 H/ 866-868 M)
Ya'qub ibn Lais membangun rakyatnya dengan meletakkan sendi-sendi yang kokoh bagi kekuasaanya. Pada masa ini Islam betul-betul menjadi pioner seluruh penduduk wilayahnya. Sepeninggal Ya'qub maka diangkatlah saudaranya Amr bin Lais, dan dia tak kalah cerdasnya mengatur siasat dalam bidang pemerintahan, olehnya itu sebagian besar wilayah Iran jatuh dalam kekuasaanya.
Daulah Shaffariah berkuasa dibawah empat amir yang memerintah secara berkelanjutan, dan setelah amir keempat tidak lagi berkelanjutan karena terjadi banyak kemelut dan perebutan kekuasaan yang dimotori oleh bangsa Tansosania yang sesungguhnya daerah bawahan Sammaniah. Dan ternyata terlalu kuat bagi Shaffariyah. Amir Ismail ibn Ahmad mengalahkan amir dan menangkapnya. Oleh karena itu kreasi penakluk militer daulah Saffariyah lalu tumbang. Dengan demikian pada tahun-tahun pertama dari abad X Sistan berada dibawah kekuasaan Samaniah. Tetapi di dalam ensklopedi Islam dinasti Saffariyah dipimpin 32 amir. Akan tetapi khalifah-khalifah sesudah Lais bin Ali bukan lagi penguasa yang kuat. Tetapi mereka tidak lagi independen, melainkan tunduk kepada dinasti-dinasti yang berkuasa, seperti Samaniah, Gasnawi, Saljuk dan mugal
Hal penting yang dapat dicatat dari dinasti ini adalah mereka memperkenalkan Islam ke Asia Tengah dan para khalifahnya sangat mengutamakan keadilan dan kesamaan hak diantara rakyatnya, serta memberi perhatian yang besar kepada golongan miskin.
https://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/dinasti-tahiriyah.html
DINASTI SAFFARIYAH
Dinasti kecil yang satu ini merupakan dinasti yang memiliki kekuasaaan terlama dalam sejarah dunia Islam. Tidak hanya memiliki kekuasaan yang panjang namun wilayah kekuasaan dari dinasti saffariyah juga begitu luas pada masa puncak kekuasaannya yaitu sampai kebagian Afghanistan Timur. Awal kemunculan dari dinasti Saffariyah yaitu adanya pemberontakan kaum Khawarij di daerah Sistan. pendiri dari dinasti Saffariyah yaitu Ya’qub bin Laits yang berprofesi sebagai penempa kuningan (saffar), dinasti ini berkuasa sejak 247-393 H.//861-1003 M.
Adapun wilayah kekuasaan dari dinasti ini yaitu di Iran, yang pusat pemerintahannya berapa di Sijistan atau Sistan.
Ya’qub bin Laits adalah pemimpin dari kelompok misili yang bernama Ayyarun, kelompok yang ia pimpin merupakan kelompok yang berdiri untuk melawan pemberontakan dari kelompok Khawarij, dalam aksinya ia juga di bantu oleh tiga saudaranya. Dalam aksi perlawanan itu, kelompok Ya’qub berhasil menguasai Sistan pada 247 H./861 M.dan kekuasaapun terus meluas hingga ke wilayah bagian timur. Wilayah timur tersebut antara lain, daerah Zabulistan, daerah sekitar Ganza dan Gardiz serta daerah Kabul Bamiyan, pasukan Ya’qub berhasil mencapai daerah tersebut pada 251 H./865 M., kemudian pasukannya juga mampu menguasai kota Heart yang merupakan kota kekusaan dari dinasti Thahiriyah. Tidak hanya wilayah timur yang berhasil dikuasai, namun wilayah kekuasaan mulai meluas ke wilayah barat Sistan ysitu Kirman yang berhasil diduduki pada awal 250-an H./akhir 860-an M., akibatnya, khalifah Abbasiyah pun terpaksa mengakui bahwa Ya’qub adalah gubernur daerah tersebut dan wilayah kekuasaan di wilayah barat terus meluas hingga ke Makran di selatan Fars. Kemudian Ya’qub menggantikan kekuasaan menjagi gubernur dari Thahiriah saat ia memasuki Nisabur pada 259 H./873 M. setelah itu ia juga meneruskan perjalanannya bersama pasukan ke wilayah Kaspia.
Atas perbuatan Ya’qub beserta pasukannya tersebut, khalifah Bani Abbasiyah yaitu Al-Mu’tamid sangat mengecam tindakan Ya’qub yang telah menyingkirkan gubernur dari dinasti Thahiriyah.
Tidak cukup sampai disitu, walaupun telah dikecam oleh khalifah Bani Abbasiyah, bukannya gentar, tetapi Ya’qub justru merencanakan gerakan dari Khuzistan ke Irak, diperjalanan sekitar Dair Al-Aqul pasukan Ya’qub justru dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah pada tahun 262 H./876 M. Meskipun pasukan Ya’qub menderita kekalahan dari pasukan Abbasiyah namun pada akhirnya pasukan Ya’qub tetap memperoleh kekuasaan Khuzistan dan Fars. Tiga tahun kemudian, Ya’qub meninggal dunia, tepatnya pada tahun 265 H./879 M.
‘Amr bin Laits merupakan penerus dari kepemimpinan dari Ya’qub sebagai pemimpin dinasti Saffariyah. Namun, untuk menjadi pengganti Ya’qub, ‘Amr sebelumnya telah memenangkan perebutan kekuasaan sebagai pemimpin dinasti dengan saudaranya ‘Ali bin Laits.
Dibawah kepemimpinan ‘Amr, wilayah kekuasaan terus diperluas. Perluasaan kekuasaan tidak hanya berada di wilayah Iran, akan tetapi, ‘Amr berhasil membawa dinasti Saffariyah mempu mencapai kekuasaan hingga ke Afghanistan Timur serta perbatasan India. Pada masa kepemimpinan ‘Amr ini, dinasti Saffariyah mencapai puncak kekuasaannya, hingga khalifah Abbasiyah menghadiahi dinasti Saffariyah dengan semua wilayah Khurasan dan Ray.
Meskipun telah dihadiahi semua wilayah Khurasan dan Ray, akan tetapi ‘Amr belum merasa puas hingga ia terus melakukan gerakan menuju Tukharistan untuk menduduki kekuasaan didaerah tersebut.
Diperjalanan, pasukan ‘Amr harus menerima kekalahan dan ‘Amr sendiri menjadi tawanan dari pasukan musuh yaitu pasukan Ismail bin Ahmad sehingga pasukannya tidak lagi utuh dan Khurasan pun jatuh ketangan dinasti Samaniah.
Sepeninggal ‘Amr bin Laits, kepemimpinan dinasti Sffariyah dipegang oleh cucunya yang bernama Tahir bin Muhammad bin ‘Amr. Ia memegang kendali pemerintahan dibantu dengan saudara kakeknya.
Masa keemasan dinasti Saffariyah pun mulai kehilangan cahayanya semenjak ‘Amr bin Laits meninggal dunia, terlebih lagi mulai terjadi pemberontakan dari dalam yaitu berupa keinginan sebuah kelompok yang mendukung keturunan ‘Ali bin Laits sebagai pemimpin karena menurut mereka pewaris kekuasaan sebenarnya adalah ‘Ali bin Laits, mereka menuntut agar Tahir mengembalikan kekuasaan ketangan pewaris yang mereka anggap telah ditunjuk langsung oleh pemimpin terdahulu (Ya’qub) yaitu ‘Ali bin Laits.
Tahir bin Muhammad bin ‘Amr beserta saudaranya, Al-Mu’addalditahan dan di usir ke Baghdad akibat serangan dinasti Samaniah pada tahun 298 H./911 M. hal tersebut juga menjadi penyebab ketidak stabilan pemerintahan di pusat (di Sistan). hal ini dimanfaatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali untuk dapat menjadi pemimpin dari dinasti Saffariyah. Ia berkuasa selama 40 tahun lamanya, Ahmad juga mampu memperluas kekuasaan dinasti Saffariyah ke Bust dan Rukhaj, dan ia juga mengembalikan fungsi Sistan seperti sediakala, yakni menjadi salah satu basis kekuatan politik di belahan timur dalam dunia Islam. Setelah 40 tahun masa kekuasaanya, Ahmad dibunuh oleh salah seorang budaknya, tepatnya pada bulan Rabiul awal 352 H. secara tidak langsung kekuasaan sebagai pemimpin dinasti pun kosong sampai kepemimpinan tersebut di isi oleh putra Ahmad, Khalaf namanya. Ia menjadi pemimpin sejak tahun 352 H., tepat sesaat setelah ayahnya meninggal dunia.
Khalaf merupakan pemimpin terakhir dinasti Saffariyah sebelum dinasti ini berkhir di tahun 393 H./1003 M.
Sebelum dinasti ini berakhir, dimasa kepemimpinan dari Khalaf, dalam menjalankan pemerintahan, ia bekerja sama degan seorang panglima Sistan yang bernama Abu Al-Husain Tahir bin Muhammad.
Awal dari kehancuran dinasti Saffariyah dimulai sejak Khalaf yang menunaikan ibadah haji ke Tanah suci, menunjuk Abu Al-Husain Tahir sebagai wakilnya dalam mengatur pemerintahan dinasti Saffariyah kala itu. Namun hal ini justru dimanfaatkan oleh Abu untuk mengambil alih kekuasaan. Dikarenakan Abu tidak mau mengembalikan kekuasaan ketangan Khalaf, maka Khalaf meminta bantuan militer kepada dinasti Samaniah untuk membantunya merebut kembali kekuasannya sebagai pemimpin dinasti Saffariyah.
Sejak saat itu, kekusaan Khalaf kembali utuh setelah Husain bin Tahir mampu dikalahkan dalam pertempuran ditahun 373 H. Namun pemberontakan di Sistan mengikutsertakan dinasti Gaznawi sehingga terjadi kekacauan pemerintahan. Khalaf diturunkan ari kedudukannya sebagai pemimpin pada 393 H./1003M. dan akhirnya meninggal di Gardiz setelah beberapa tahun sejak ia diturunkan dari kekuasaanya sebagai seorang pemimpin dinadti Saffariyah. Sejalan dengan itu, berakhir pulalah kekuasaan dinasti Saffariyah.
http://khairiyamaputri.blogspot.co.id/2014/02/dinasti-thahiriyah-dan-saffariyah.html
SAFARIYAH (253 H/867 M - 900/1495 M)Dinasti Safariyah merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia. Wilayah kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pendiri dinasti ini adalah Ya'qub bin Lais as-Saffar, seorang pemimpin kelompok Khawarij di Porpinsi Sistan (Iran). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais berhasil melebarkan wilayah kekuasaanya sampai Afghanistan Timur. Pada masa itulah kekuasaan Dinasti Safariyah mencapi puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti Ghaznawi mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir Dinasti Safariyah, Khalaf, meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti Safariyah di Sijistan.
http://www.pesantren-pesbuker.xyz/2014/10/sejarah-dinasti-dan-kekuasaan-khalifah.html
Dinasti Saffariah (867-903 M.)
Dinasti Saffari didirikan oleh Ya’qub Ibn Laits al-Shafar yang berkuasa antara tahun 867-878 M. Ya’qub Ibn Laits al-Shafar adalah perwira militer yang kemudian diangkat menjadi amir wilayah Sjistan pada zaman khalifah al-Muhtadi (869-970 M.). Ya’qub Ibn Laits al-shafar mendapat dukungan dari khalifah al-Mu’tamid (870-892 M.) untuk memperluas wilayah kekuasaanya hingga berhasil menaklukkan Blakh, Tabaristan, Sind, dan Kabul. Penaklukan yang dilakukannya membuat Ya’qub Ibn Laits al-Shafar semakin kuat dan mengirimkan hadiah kepada khalifah di Baghdad; dan bahkan ia pun didukung untuk menaklukkan dinasti Tahiri di Khurasan. Akan tetapi, penaklukan wilayah-wilayah yang dilakukan oleh Ya’qub Ibn Laits al-Shafar membuat khalifah di Baghdad khawatir. Oleh karena itu, khalifah al-Mu’tamad (256-279 H./870-892 M.) menaklukan Safari yang dipimpin oleh Ya’qub Ibn Laits al-Shafar; Ya’qub menantang khalifah dan menuntut kemerdekaan wilayahnya. Setelah meninggal, Ya’qub digantikan oleh saudaranya, Amr Ibn al-Laits (878-903 M.). Atas bantuan Isma’il Ibn Ahmad al-Samani, khalifah Baghdad berhasil menangkap Amr Ibn al-Laits; kemudian ia dipenjara di Baghdad hingga meninggal pada zaman khalifah al-Mu’tadhid (870-892 M.). Atas dasar itulah, Khalifah menjadikan dinasti Samani sebagai penguasa Khuarasan.
Pada saat khalifah Baghdad dipegang oleh Al-Mu’tadhid, Baghdad tetap mengakui kekuasaan Amr, sekalipun mendapat perlawanan dari kalangan istana. Pembesar istana menahan Amr, kemudian memeberikan kekuasaaannya kepada cucunya, Thahir Ibn Muhammad Ibn Amr. Setelah Thahir Ibn Muhammad Ibn Amr, kekuasaan diberikan kepada saudaranya Al-Laits Ibn Ali Ibn Al-Laits, tetapi khalifah ini berhadapan dengan As-Sabakri, yaitu pembantu Amr Ibn Al-Laits. Pada saat inilah terjadi perebutan kekuasaan dan berakhirlah riwayat Dinasti Saffariah.
http://syahrur23.blogspot.co.id/2015/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
DINASTI SAFARIYAH (254-290 H/868-901 M)
a. Latar Belakang dan Sejarah Bedirinya Dinasti Shaffariyah
Dinasti Shaffariyah merupakan sebuah dinasti Islam yang paling lama berkuasa di dunia Islam. Wilayah kekuasaan dinasti Shaffariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Dinasti ini didirikan oleh Ya’kub ibn Layts al-Saffar, seorang pemimpin kelompok khawarij di provinsi Sistan.
Gelar al-Saffar dilekatkan di belakang namanya ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli dalam me-nempa tembaga atau kuningan, semacam mpu di Jawa,yang diwarisi secara turun temurun. Kegagalan usaha keluarganya, menjadikan ia terikat dengan sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat kecil untuk melakuan gerakan perampokan. Sasaran dari kegiatannya ini adalah para saudagar kaya yang melintas di tengah perjalanan, kemudian diserang dan diambil harta mereka kemudian diberikan kepada para fakir miskin.
Pada mulanya, Ya’kub ibn Layts bersama saudaranya bernama ‘Amr ibn Layts membantu pasukan pemerintah Bagdad dalam memberantas pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa tentara Thahiriyah di wilayah Sijistan. Keberhasilannya di Sijistan, membawanya ke puncak pimpinan tentara sebagai komandan untuk menaklukkan wilayah Herat, Sind, dan Makran. Kemudian Kirman dan Persia yang digabungkan dengan Balkh. Atas jasa dan prestasinya, khalifah al-Mu’tamid mengangkatnya menjadi gubernur membawahi wilayah Balkh, Turkistan, Kirman, Sijistan dan Sind. Ambisi Ya’kub ternyata tidak cukup sampai di situ. Ia terus bergerak menuju wilayah lain dan mengalahkan Fars pada 869 M, dan menduduki Syiraj, ibu kota Fars. Kemudian pada 873 M menduduki Nisabur dan sisa wilayah Thahiriyah. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 875 M, dari Fars ia bergerak menuju Bagdad, dan berusaha menduduki ibu kota tersebut. Tetapi menjelang ibu kota, lebih kurang 20 km, pasukannya dihadang oleh pasukan al-Muwaffak pada 876 M. Kekalahannya ini tidak menyurutkan ambisinya, malah ia bersedia mengadakan perundingan. Namun sebelum dilaksanakan, ia keburu meninggal dunia pada 879 M. Meskipun ia dianggap sebagai gubernur yang tidak loyal, yang melampaui batas mandat yang diberikan khalifah, tetap saja jabatan gubernur untuk wilayah Timur dipercayakan kepada saudara Ya’kub al-Layts, yaitu Amr ibn Layts.
Dinasti Shaffariyah yang didirikan oleh Ya’kub ibn Layts al-Saffar ini justeru mengalami kehancuran ketika jabatan tertinggi di pemerintahan dipegang oleh ‘Amr ibn al-Layts, karena ambisinya yang ingin memperluas wilayah kekuasannya hingga Transoxania (ma wara al-nahr). Di wilayah ini gerakannya dihambat oleh Bani Saman, dan beberapa daerah kekuasaannya diambil alih (aneksasi) oleh Bani Saman, kecuali Sijistan. Tetapi kekuasannya di Sijistan tidak sepenuhnya merdeka, karena ia harus tunduk di bawah kekuasaan Bani Saman, dan posisi jabatan gubernur tetap berada di bawah Bani Shaffariyah hingga abad ke-15 M, meskipun seringkali terjadi pergantian penguasa. Terkadang Bani Shaffariyah silih berganti berada di bawah penguasa lain setelah dinasti Samaniyah, seperti menjadi penguasa lokal (gubernur) yang tunduk pada pemerintahan dinasti Ghaznawiyah, Bani Saljuk, dan Bangsa Mongol, dan tidak lagi menjadi kepanjangan tangan pemerintahan Bani Abbas di Bagdad. Tidak dapat diketahui secara pasti mengapa dinasti ini bertahan begitu lama. Hal pasti yang dapat ditegaskan di sini bahwa keberadaan dinasti ini karena persoalan politik praktis dan pragmatis. Sebab menurut Jamaluddin Surur, salah satu ciri khas dari dinasti ini adalah ambisinya untuk memperoleh kekuasaan otonomi di Sijistan, sebagai pusat pemerintahannya. Karenannya, ketika kekuasaan datang silih berganti, dinasti ini tetap memperoleh hak otonom di Sijistan hingga abad ke-15 M.
b. Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Shaffariyah
Perkembangan Dinasti Shaffariyah mengalami perkembangan pada masa pemerintahan Amr ibn Lays, ia berhasil melebarkan wilayah kekuasaannya sampai ke Afganistan Timur.
Dalam masa pemerintahannya,terdapat perkembangan yang menarik, terutama perkembangan civil society berkaitan dengan keadilan. Dinasti Saffariyah meletakkan dasar-dasar keadilan dan kesamaan hak di antara orang-orang miskin di Sijistan. Karena itu, faktor inilah yang kemungkinan menjadi salah satu sebab lamanya dinasti ini berkuasa di Sijistan, karena ia begitu peduli dengan keadaan masyarakat yang menjadi pendukung pemerintahan, terutama komunitas masyarakat miskin. Seorang amir abad kesepuluh, Khalaf ibn Ahmad, menjadi termasyhur sebagai pelindung ilmu pengetahuan.
c. Pada tahun 393 H/1003 M Mahmud dari Ghazna menguasai provinsi itu dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya, namun Shaffariyah terus bertahan, dan pada pertempuran Ghaznawiyah-Seljuq pada tahun-tahun pertengahan abad kesebelas memperkuat posisinya, mula-mula berkuasa sebagai bawahan Seljuq, kemudian sebagai bawahan ghuriyyah. Bahkan setelah invasi Mongol dan Timur, kejadian-kejadian yang begitu kalut dan menyedihkan bagi sebagian besar dunia Islam Timur, Dinasti Shaffariyah berhasil bertahan sampai akhir abad kelima belas.
http://kajianumum313.blogspot.co.id/2016/01/dinasti-dinasti-kecil-di-timur-baghdad.html
Komentar
Posting Komentar