DINASTI TIMURIYAH Masa Disintegrasi Dinasti Abbasiyah
Dinasti Timuriyah
Timuriyah adalah dinasti Islam Sunni di Asia Tengah yang meliputi seluruh Asia Tengah, Iran, Afganistan dan Pakistan, dan juga sebagian dari India, Mesopotamiadan Kaukasus. Kekaisaran ini didirikan oleh penakluk legendaris Timur Lenk pada abad ke-14.
Asal Mula
Asal mula Dinasti Timuriyah kembali ke konfederasi nomaden Mongolia yang dikenal sebagai Barlas. Yang merupakan sisa-sisa tentara Mongol milik Jenghis Khan.Setelah menaklukkan Asia Tengah, Barlas menetap di Turketan (yang kemudian dikenal sebagai Mogulistan - Tanah Mongol) dan bercampur dengan Turki dan orang yang berbahasa lokal disana, sehingga pada pemerintahan Timuriyah Barlas di-Turkisasi kan dalam hal bahasa dan kebiasaan.
Selain itu, dengan mengadopsi Islam, Turki Asia Tengah mengadopsi budaya sastra dan tinggi Persia yang mendominasi Asia Tengah sejak awal pengaruh Islam. Sastra Persia berpengaruh dalam asimilasi elit Timuriyah dengan budaya kesopan-santunan Persia-Islam.
Timur Lenk adalah seorang muslim yang mengagumi tarekat Naqsabandiyah yang berkembang di wilayah Transoxiana. Akan tetapi, ulama yang menjadi penasihat bidang keislaman adalah Abdul Jabar Khwarazmi, yang seorang Sunni Mazhab Hanafi. DI kota Tirmidz, Timur mendapat didikan dari Sayyid Baraka yang juga merupakan seorang ulama dan Ahlul Bayt.
Ekspansi Dinasti Timuriyah
Tamerlane atau Timur Lenk yang berarti Timur si Pincang merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam, dia berhasil mengalahkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Chagataidari keturunan Jengis Khan.
Sang penakluk ini lahir dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, kota hijau, Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M. Ayahnya bernama Taragai, kepala Suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kesh. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri.
Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda binal yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar. Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan dan keberanian yang mengangkat dan mengharumkan namanya di kalangan bangsanya. Akan tetapi, baru setelah ayahnya meninggal, sejarah keperkasaannya bermula setelah Jagatai wafat, masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir QazaghanKetika Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Tughluq Temur Khan setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat puteranya, Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirya. Hal ini membuat Timur Lenk tidak puas. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, dan mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Temur Khan.
Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur Khan dan Ilyas Khoja. Keduanya tewas dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi raja besar segera muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Setelah itu pada 10 April 1370 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan keturunan Jengis Khan, . Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.
Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan, kekuasaannya mulai kokoh. Ketika itulah Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan. Ia berkata, Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.
Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan . Setelah itu serbuan ditujukan ke arah Herat. Di sini ia juga keluar sebagai pemenang. Ia tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus melakukan serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki negeri-negeri di Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Sabzawar, Afganistan, bahkan ia membangun menara, disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Di Isfa, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Dari sana ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syria dan Jazirah Anatolia(Turki).
Pada tahun 1393 M ia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya, dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad waktu itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia kemudian menjadi Vassal dari Sultan Mesir, Al-Malik al-Zahir Barquq. Penguasa Dinasti Mamalik yang berpusat di Mesir ini adalah satu-satunya raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukkannya. Utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, sebagian dibunuh dan sebagian lagi diperhinakan, kemudian disuruh pulang ke Timur Lenk. Mesir, sebagaimana pada masa serangan-serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari serang bangsa Mongol. Karena Sultan Barquq tidak mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada dalam perlindungannya, Timur Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia Kecil menjarah kota-kota yaitu, Tikrit, Mardin dan Amid. Di Tikrit, kota kelahiran Shalahuddin al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.
Pada tahun 1395 M ia menyerbu daerah Qipchak, kemudian menaklukkan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian ia menyerang India. Konon alasan penyerbuannya adalah karena ia menganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Ia sendiri berpendapat, semestinya penguasa muslim itu memaksakan Islam kepada penduduknya. Di India ia membantai lebih dari 80.000 tawanan.
Dalam rangka pembangunan masjid di Samarkand, ia membutuhkan batu-batu besar. Untuk itu, 90 ekor gajah dipekerjakan mengangkat batu-batu besar itu dari Delhi ke Samarkand. Setelah fondasi masjid dibangun, tahun 1399 M Timur Lenk berangkat memerangi Sultan Mamalik di Mesir yang membantu Ahmad Jalair, penguasa Mongol di Baghdad yang lari ketika ia menduduki kota itu sebelumnya, dan memerangi Daulah Bani Ustmani di bawah Sultan Yildirim Bayazid I Rahimahullah. Dalam perjalanannya itu, ia menaklukkan Georgia. Di kota Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah bila mereka menyerah.
Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur Lenk pada tahun 1401 M. Akibat peperangan itu masjid Umayyahyang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak. Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.
Daulah Bani Ustmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sulthan Yildirim Bayazid IRahimahullah, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Daulah Bani Utsmani kembali menderita kekalahan, sementara Sulthan Yildirim Bayazid I sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Sulthan Yildirim Bayazid I akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Bursa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.
Timur Lenk terkenal sebagai penguasa yang kejam terhadap para penentangnya. Ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama Syi’ah, sastrawan dan seniman. Ulama Syi’ah dan para ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Syeikh Ibnu Khaldun Rahimahullah yang diutus Sulthan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Pada masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-1447 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Ia tidak lagi mempunyai keinginan untuk menjarah dan menakukkan negeri-negeri lain, seperti yang Timur Lenk lakukan. Ia hanya memerintahkan kepada penguasa-penguasa di negeri-negeri tersebut untuk setia dan mengakui kekuasaannya. Maka penguasa-penguasa tersebut patuh terhadapnya, hanya satu yang menentangnya. Ia adalah Sultan Barsbay penguasa Mamluk pada saat itu, sebab ia merasa belum pernah takluk kepada Timur Lenk.
Syah Rukh menyatakan nazarnya untuk memberi kiswah Ka’bah. Tetapi Barsbay tidak mau melepaskan haknya sebagai pemberi kiswah di Ka’bah, sebab memberi kiswah sudah menjadi tradisi penguasa Mesir sejak ratusan tahun. Lalu Sultan Barsbay menasehati Syah Rukh, supaya niat dan nazarnya itu terlaksana, maka buatlah kiswah lalu dijual, dan uang yang didapat diberikan kepada fakir-miskin di Mekah. Menjawab saran tersebut, Syah Rukh mengirim utusan ke Mesir, sambil membawakan pakaian resmi yang biasa diberikan kepada gubernur atau raja daerah-daerah taklukan dinasti Timuriyah. Sultan Barsbay merasa hal tersebut sebagai penghinaan, sehingga ia merobek-robek pakaian tersebut dan utusan yang membawanya dipukul hingga berdarah-darah, sebagai wujud tantangan terhadap Syah Rukh.
Tantangan tersebut tidak dapat dibalas oleh Syah Rukh, hal ini disebabkan kekuasaan dinasti Timuriyah mulai pecah. Syah Rukh meninggal dalam usia 72 tahun (1447). Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulug Beg (1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-Latif (1449- 1450 M). Raja besar Dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu. Kematian Abu Sa’id ini sekaligus menandai keruntuhan dinasti Timuriyah. Dinasti ini berakhir sepenuhnya pada tahun 1507, ketika Muhammad Shaybani dari Uzbek menaklukkan pemerintahan Badi’ al-Zamand di Samarkand.
Timuriyah pada puncak kejayaannya
| ||
Ibu kota | Samarkand | |
Bahasa | Persia | |
Agama | Islam | |
Bentuk Pemerintahan | Monarki | |
Penguasa | ||
- | 1370–1405 | Tamerlane |
- | 1506–1507 | Muzaffar Hussayn |
Era sejarah | Abad pertengahan | |
- | Didirikan oleh Tamerlane | 1370 |
- | Samarkand ditaklukan oleh Uzbek dibawah Muhammad Shaybani | 1509 |
- | Herat ditaklukan oleh Shaybani | 1507 |
- | Dibubarkan | 1526 |
DINASTI TIMURIYAH (1370-1507)
Pada tahun 1336 M, setelah meninggalnya Abu Sa’id penguasa dinasti Il-Khan, perpecahan terjadi dalam dinasti Il-Khan, masing-masing pecahan tersebut saling berperang untuk menjadi penguasa. Di tengah kekacauan tersebut muncul salah seorang tokoh keturunan Jenghis Khan yang terkenal akan ketangkasannya dalam berperang, tokoh tersebut adalah Timur Lenk. Tokoh tersebut yang nantinya akan menyatukan wilayah-wilayah bekas dinasti Il-Khan. Pada pembahasan kali ini kita akan masuk ke dalam pembahasan sejarah dinasti Timuriyah yang terkenal dengan ekspansinya.
Timur Lenk dan Pendirian Dinasti
Timur Lenk lahir di dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, “kota hijau”, Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/ 25 Sya’ban 736 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1405 M. Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Krachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putra Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kesh. Keluarganya mengaku sebagai keturunan Jenghis Khan.
Sejak usia muda, keberanian, dan ketangkasannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda liar. Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta keberanian yang menjadikan namanya terkenal di kalangan bangsanya.
Setelah ayahnya meninggal, sejarah kehebatan Timur Lenk baru dimulai. Pasca Jagatai wafat masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk pada saat itu mengabdikan dirinya kepada Gubernur Transoxiana, Amir Qazghan. Ketika Qzaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Mighulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Setelah melihat kehebatan Timur dalam berperang, Tughluq Temur menawarkan jabatan gubernur di negeri kelahirannya, tawaran tersebut diterima Timur Lenk.
Setahun pasca Timur Lenk menjadi gubernur, tepatnya tahun 1361 M, Tugluq Temur mengangkat putranya Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand menggeser jabatan Timur Lenk sebelumnya. Timur Lenk dijadikan wazir Ilyas Khoja, tentu saja Timur Lenk menjadi murka akibat perlakuan ini. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, untuk melaksanakan pemberontakan. Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja dalam pertempuran.
Segera setelah berhasil mengalahkan Tughluq Temur ambisi untuk menjadi raja besar muncul. Ia mempunyai suatu pandangan jika hanya Tuhan yang berkuasa di langit, maka di dunia pun hendaknya satu raja yang berkuasa, yaitu dirinya sendiri. Karena ambisinya tersebut ia berbalik melawan Amir Husain, dalam pertempuran tersebut ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Pada 10 April 1370 ia menjadikan Samarkand sebagai ibu kotanya, sehingga ia menjadi penerus dari penguasa-penguasa Mongol cabang Chaghatay di Transoxania.
Dalam memerintah Timur didukung oleh elite Muslim setempat termasuk Syaikh al-Islam(kepala dewan konsultan Islam) di Samarkand dan kalangan Sufi yang menjadi penasihat spiritualnya. Untuk memerintah imperiumnya, Timur mengangkat beberapa putra dan cucunya sebagai gubernur-gubernur popinsial, tetapi dengan penuh kewaspadaan ia membatasi kekuasaan mereka dengan terus menerus mengadakan pergantian beberapa jabatan gubernur, melantik beberapa jenderal, dan pengumpul pajak yang bertanggung jawab langsung kepadanya, dan dengan melantik waakil-wakil pribadinya (darughas) untuk mengawasi pemerintahan mereka.
Ekspansi Timur Lenk
Periode pemerintahan Timur Lenk banyak dihabiskan untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan espedisi. Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan dengan sembilan ekspedisi. Seelah penaklukkan tersebut kekuasaan pemerintahan mulai kokoh. Setelah itu Timur Lek mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya sebagai penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai Jenghis Khan.
Tahun 1393 M, Timur Lenk berhasil menghancurkan dinasti Muzharfari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun yang sama ia menjarah kota Baghdad dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad waktu itu, sultan Ahmad Jalair lari ke Syiria, kemudia dia dijadikan Vassal dari sultan Mamluk. Sultan Barquq yang menjadi penguasa Mesir saat itu, tidak mau menyerahkan Ahmad Jalair ke Timur Lenk. Perlu diketahui Sultan Barquq merupakan satu-satunya musuh TImur Lenk yang tidak mau tunduk terhadap Timur Lenk. Ia membalas kekejaman Timur Lenk dengan kekejaman juga, bahkan utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir, berakhir dengan dipermalukan (dicukur jenggotnya) atau dibunuh.
Setelah gagal membunuh Ahmad Jalair, Timur melanjutkan ekspansinya ke Asia Kecil. Sesampai di Takrit, Kurdistan, ia membantai penduduk dan memerintahkan mendirikan “Pyramid” dari kepala penduduk yang dibunuh. Tahun 1395, dia menjarah sampai tanah Rusia dan lebih setahun dia menduduki kota Moskow. Tiga tahun setelah itu (1398 M) dia pergi menaklukkan India hingga ke pusat pemerintahannya di Delhi. Dai masuk ke India dengan membawa 400.000 tentara. Alasan dari penyerbuannya ke India, karena ia menganggap penguasa-penguasa Muslim di sana terlalu toleran terhadap penganut agama Hindu
Satu demi satu negeri India ditaklukannya sebelum masuk ke Delhi. Ketika akan masuk ke Delhi tentaranya telah menawan kurang lebih 100 orang. Karena di pandang tawanan-tawanan itu menyusahkan karena menghabiskan persediaan makanan, ia menyuruh pasukannya untuk membunuh tawanan tersebut. Setelah itu ia kembali ke pusat kekuasaannya di Samarkand dengan membawa kekayaan yang berlipat. Dalam rangka mmbangun masjid di Samarkand ia membutuhkan batu-batu besar,untuk itu ia menggunakan 90 gajah untuk mengangkut batu-batu tersebut dari Delhi ke Samarkand.
Tahun 1401, Timur Lenk beserta pasukannya masuk ke Syria bagian Utara, kota tersebut dihantam dan akhirnya kota Aleppo diduduki. Seluruh penduduk Muslim di negeri itu dibunuh dan kepalanya disusun menjadi piramida yang terdiri dari 20.000 kepala, setinggi 10 hasta, dan dengan keliling 20 hasta, wajah mayat tersebut menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Homs, dan Ba’labak jatuh ke tangannya. Puncaknya pasukan sultan Faraj dari Mamluk yang mempertahankan benteng di Damaskus, berhasil dikalahkan. Dari pertempuran dahsyat tersebut Masjid Umayah yang bersejarah rusak berat dan hanya tinggal puing-puing.
Setelah berhasil menaklukkan Damaskus, ia membawa para seniman dan pekerja ahli ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk membenarkan tindakannya. Perlu diketahui, sejumlah penaklukan tersebut dilaksanakan atas nama memperjuangkan Syari’ah, berdasarkan dalih bahwa musuh-musuhnya merupakan pengkhianat Islam. Selanjutnya ia menyerang kota Baghdad, dan membantai 20.000 penduduk. Pembantaian ini sebagai balasan terhadap tewasnya tentara-tentaranya saat mengepung Baghdad dulu. Dari pembantainnya tersebut, ia mendirikan 120 piramida dari kepala orang-orang yang dibantainya.
Selain Dinasti Mamluk, Turki Utsmani juga dipandang sebagai musuh terberat TImur Lenk, karena mereka menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Awal perseteruan ini dipicu ketika Sultan Bayazid I, berhasil merebut daerah-daerah yang sudah ditaklukan Timur Lenk. Dalam pertempuran pertama di Sivas, Timur Lenk berhasil mengalahkan Bayazid dan mengakibatkan terbunuhnya putra Bayazid, Erthugul. Pada 21 Juli 1402, terjadi pertempuran hebat di Ankara, dapat dikatakan merupakan pertempuran terbesar antar dua dinasti ini. Pada pertempuran ini, Timur Lenk kembali menang, dan berhasil menawan Sultan Bayazid I. Dalam perjalanan ketika siang hari Bayazid diikat dengan rantai dan malamnya dimasukan ke dalam kandang. Dengan perlakuan seperti itu, Bayazid sendiri akhirnya meninggal dalam tawanan. Setelah peperangan di Ankara, Timur Lenk melanjutkan ekspansinya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Smyrna.
Setelah berhasil mengalahkan Turki Utsmani, Timur Lenk kembali ke Samarkand untuk melanjutkan rencana ekspansi ke Cina. Mendengar Cina sebagai target berikutnya ekspansi Timur, para penguasa di sana menjadi ketakutan. Namun, di tengah perjalanannya Timur meninggal di Otrar, akibat sakit. Ia meninggal pada pada tahun 1405 M, pada usia 71 tahun. Jenazahnya kemudian dibawa ke Samarkand, dengan meninggalnya Timur Lenk maka rencana ekspansi ke Cina pun batal dilaksanakan.
Sisi positif dari Seorang Timur Lenk
Tidak adil rasanya jika kita membahas dinati TImuriyah hanya membahas kronologi penaklukan-penaklukkannya. Maka pada pembahasan ini penulis akan mencoba memaparkan sisi positif dari seorang Timur Lenk. Meskipun Timur Lenk dikenal sebagai penguasa yang bengis terhadap para penentangnya, sebagai seorang Muslim, TImur Lenk sangat memperhatikan usaha-usaha untuk pengembangan Islam.menurut riwayat, ia adalah seorang penganut Syi’ah yang taat dan menyukai tarekat Naqshabandiyah. Pada saat itu, memang banyak sufi Naqshabandiyah dan para pengikutnya yang berasal dari kalangan pedagang dan pengrajin menetap di Samarkand.
Dalam perjalanan ekspansinya, ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan, dan seniman. Hal tersebut dikarenakan ia sangat menghormati Ulama dan Ilmuwan. Ketika berusaha menduduki Syria bagian Utara, ia menerima dengan hormat sejarawan Islam terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota-kota Samarkand diperkaya dengan bangunan-bangunan dan masjid megah. Di masa hidupnya, Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan baru antara India dan Persia TImur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan militer dengan cara yang rasional dan berjuang menyebarkan Islam. Sekiranya penjelasan tersebut yang perlu diketahui dari sosok seorang TImur Lenk.
Dinasti Timuriyah Pasca Kematian Timur Lenk
Sebelum kematiannya TImur Lenk sempat berwasiat bahwa yang akan menggantikannya ialah putranya yang bernama Pir Muhammad Jehanekir yang keti itu menjaddi gubernur di Kandahar. Tetapi sebelum Jehanekir sampai ke Samarkand, sadaranya yang bernama Khalil Mirza telah merebut kekuasaan. Dari perebutan kekuasaan tersebutKhalil Mirza keluar sebagai pemenang. Akan tetapi Khalil Mirza tidak dapat mengatur pemerintahan dengan baik karena ia mempunyai tabiat yang buruk, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Kerena itu, saudaranya yang lain Syah Rukh, merebut kekuasaan dari tangannya. Ia menawan Khalil, kemudian melespakannya dan memberi jabatan sebagai gubernur Khurasan, tetapi sesampai di sana Khalil meninggal.
Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Ia tidak lagi mempunyai keinginan untuk menjarah dan menakukkan negeri-negeri lain, seperti yang Timur Lenk lakukan. Ia hanya memerintahkan kepada penguasa-penguasa di negeri-negeri tersebut untuk setia dan mengakui kekuasaannya. Maka penguasa-penguasa tersebut patuh terhadapnya, hanya satu yang menentangnya. Ia adalah Sultan Barsbay penguasa Mamluk pada saat itu, sebab ia merasa belum pernah takluk kepada Timur Lenk.
Syah Rukh menyatakan nazarnya untuk memberi kiswah Ka’bah. Tetapi Barsbay tidak mau melepaskan haknya sebagai pemberi kiswah di Ka’bah, sebab memberi kiswah sudah menjadi tradisi penguasa Mesir sejak ratusan tahun. Lalu Sultan Barsbay menasehati Syah Rukh, supaya niat dan nazarnya itu terlaksana, maka buatlah kiswah lalu dijual, dan uang yang didapat diberikan kepada fakir-miskin di Mekah. Menjawab saran tersebut, Syah Rukh mengirim utusan ke Mesir, sambil membawakan pakaian resmi yang biasa diberikan kepada gubernur atau raja daerah-daerah taklukan dinasti Timuriyah. Sultan Barsbay merasa hal tersebut sebagai penghinaan, sehingga ia merobek-robek pakaian tersebut dan utusan yang membawanya dipukul hingga berdarah-darah, sebagai wujud tantangan terhadap Syah Rukh.
Tantangan tersebut tidak dapat dibalas oleh Sya Rukh, hal ini disebabkan kekuasaan dinasti Timuriyah mulai pecah. Syah Rukh meninggal dalam usia 72 tahun (1447). Setelah Syah Rukh meninggal, ia digantikan anaknya Ulugh Bey, seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya hanya sebentar. Dua tahun berkuasa, ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan Abdul al-Latif. Raja dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa’id yang menjbat dari tahun 1452 hingga 1469. Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah imperium yang luas tersebut diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul, Kara Koyunlu dan Ak Koyunlu. Abu Sa’id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu. Kematian Abu Sa’id ini sekaligus menandai keruntuhan dinasti Timuriyah. Dinasti ini berakhir sepenuhnya pada tahun 1507, ketika Muhammad Shaybani dari Uzbek menaklukkan pemerintahan Badi’ al-Zamand di Samarkand..
http://wawasansejarah.com/dinasti-timuriyah/
Dinasti Timuriyah
Kekuasaan Timurids dibawah kepemimpinan bangsa mongol atau Dinasti Yuan Di Beijing yang terpecah akibat akhir kekuasaan Khubilai Khan, yang menguasai daerah Persia atau Iran hingga ke Afghanistan dan sebagian wilayah Asia (Pakistan,India) juga wilayah Anatolia (Asia Barat Daya/Turki).
Kekuasaan Timurid , yang berkuasa di abad akhir 13M hingga 15M Di Persia berhasil ditaklukkan Dinasti Safawiyah dan Dinasti khanates(Ilkhan) di wilayah timur Persia dan Transxoiana tahun 1501,namun kekuasaan di Asia tengah dan sebagian India masih berlanjut.
Dinasti Timurid/Timuriyah,dengan penguasanya Tamerlane atau Timur Lenk merupakan Suku dari dinasti Mongol pertama kekuasaan Gengis Khan,yang bernama Barlas, dan menjadi salah satu kekuatan perang Gengis Khan yang bertempatkan diwilayah selatan Kazakhstan, atau sering disebut Moghulistan-tanah mongol di Persia.
Timur Lenk lahir dekat Kesh (sekarang Khakhnsyabz, “Kota Hijau”, Uzbeskistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 08 April 1336 M/ 25 Sya’ban 736 H.Ayahnya bernama Taragai, kepala Suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan
Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Timur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk menjadi raja besar muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh.
Pada 10 April 1370 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Trasixiana, pelanjut Jagatai dari keturunan Jengiskhan. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm
Daulah Bani Ustmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sulthan Yildirim Bayazid IRahimahullah, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Daulah Bani Utsmani kembali menderita kekalahan, sementara Sulthan Yildirim Bayazid I sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Sulthan Yildirim Bayazid I akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Bursa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran http://dinastiislam.blogspot.com/
Kekuasaan Timurid , yang berkuasa di abad akhir 13M hingga 15M Di Persia berhasil ditaklukkan Dinasti Safawiyah dan Dinasti khanates(Ilkhan) di wilayah timur Persia dan Transxoiana tahun 1501,namun kekuasaan di Asia tengah dan sebagian India masih berlanjut.
Dinasti Timurid/Timuriyah,dengan penguasanya Tamerlane atau Timur Lenk merupakan Suku dari dinasti Mongol pertama kekuasaan Gengis Khan,yang bernama Barlas, dan menjadi salah satu kekuatan perang Gengis Khan yang bertempatkan diwilayah selatan Kazakhstan, atau sering disebut Moghulistan-tanah mongol di Persia.
Timur Lenk lahir dekat Kesh (sekarang Khakhnsyabz, “Kota Hijau”, Uzbeskistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 08 April 1336 M/ 25 Sya’ban 736 H.Ayahnya bernama Taragai, kepala Suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan
Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Timur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk menjadi raja besar muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh.
Pada 10 April 1370 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Trasixiana, pelanjut Jagatai dari keturunan Jengiskhan. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm
Daulah Bani Ustmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sulthan Yildirim Bayazid IRahimahullah, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Daulah Bani Utsmani kembali menderita kekalahan, sementara Sulthan Yildirim Bayazid I sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Sulthan Yildirim Bayazid I akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Bursa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran http://dinastiislam.blogspot.com/
Dinasti Timur lenk (Timuriah)
A. Kelahiran Timur Lenk dan Kehidupannya
Timur Lenk lahir dekat Kesh (sekarang Khakhnsyabz, “Kota Hijau”, Uzbeskistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 08 April 1336 M/ 25 Sya’ban 736 H.
Nama pendeknya Lank (Lame) berasal dari lukanya yang ia peroleh ketika mencuri domba. Ayahnya bernama Taragai, seorang kepala suku Barlas, dan menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putra Jengiskhan.
Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kesh dan keluarganya mengaku keturunan Jergiskhan, karena salah satu nenek moyangnya adalah wazir untuk putra Jengiskhan.
Sejak usia muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda binal yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar.
Sewaktu umur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta yang mengangkat dan mengharumkan namanya di kalangan bangsanya. Akan tetapi baru setelah ayahnya meninggal, sejarah keperkasaannya bermula.
Setelah Jagatai wafat, masing-masing amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri pada gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan. Ketika Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Timur Khan, pemimpin Moghulistanm yang menjajah dan menduduki Transoxiana.
Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, Tughluq Timur menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima, akan tetapi setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Timur mengangkat putranya, Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirnya. Tentu saja Timur Lenk menjadi berang. Ia bergabung dengan cucu Quzaghan, Amir Husain, mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Timur.
Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Timur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk menjadi raja besar muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh.
Pada 10 April 1370 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Trasixiana, pelanjut Jagatai dari keturunan Jengiskhan. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm.
B. Serangan-Serangan Timur Lenk
Timur Lenk adalah seorang muslim syiah yang fanatik. Ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang raja yang kejam, senang menumpahkan darah dan kehancuran. Karena itu tentaranya menyukai kehancuran total.
Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan, ketika itulah, Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata “sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi hanya ada seorang raja”. Serangan-serangannya antara lain:
1. Pada tahun 1381 M, ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan. Setelah itu serbuan ditunjukkan ke arah barat. Di sini ia juga keluar sebagai pemenang.
2. Pada masa antara tahun 782-786 H / 1380-1384 M ia menguasai Khurasan, Jurjan, Mazandar, Fars, Afganistan, Persia, Azarbaijan dan Kurdistan.
· Di setiap negeri yang ditaklukkannya, membantai penduduk yang melakukan perlawanan.
· Di Sabzawar, Afganistan, ia membangun menara disusun dari 200 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat.
· Di Isfahan, Iran, ia membantai kurang lebih 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat itu disusun menjadi menara.
3. Pada tahun 1387 M, ia menaklukkan dataran tinggi Iran dan dataran rendah Mesopotamia. Dari sana ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syria, Anatolia (Turki).
4. Pada tahun 1393 M, ia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Dan pada tahun yang sama Baghdad di taklukannya. Penguasa Baghdad waktu itu, Sultan Ahmad Jahir, melarikan diri ke Syria.
5. Pada tahun 1394 M, Timur Lenk melancarkan invasi ke Asia kecil kemudian menaklukkan kota Edessa, Tikrit, Mardin dan Amid. Di Tikrit, kota kelahiran Shalah Al-Din Al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.
6. Pada tahun 1395, ia menyerbu daerah Qipehak, kemudian menaklukkan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun.
7. Pada tahun 1398 M, ia menundukkan Dehli dan Kasmir di India Utara, konon alasan penyerbuannya adalah karena ia menganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut hindu. Di India ia mambantai lebih dari 80.000 tawaran.
8. Pada tahun1399 M, Timur Lenk berangkat memerangi Sultan Mamalik di Mesir dan memerangi kerajaan usmani di bawah Sultan Bawazid 1, tetapi di dalam perjalannya itu, ia menaklukan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia di kubur hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah bila mereka menyerah.
9. Pada tahun 1401 M, ia memasuki daerah Syria bagian utara.
Tiga hari lamanya, Aleppo dihancur leburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida dengan wajahnya menghadap keluar.
· Bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin dan Ayubi dihancurkan.
· Kota Hamah, Hims dan Baklabah jatuh ke tangannya.
· Pasukan mesir di bawah komando Sultan Faraj dapat dikalahkannya dalamsuatu pertempuran dasyat.
· Dan Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur Lenk pada bulan Pebruari 1401 M.
· Akibat peperangan dasyat tersebut, masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya yang masih tegak.
· Dari Damaskus para seniman, perajin ahli dan beberapa sarjana Damaskus dibawanya ke Samarkand untuk menanam benih-benih pengetahuan Islam dan mengenalkan beberapa industri kerajinan yang sejak saat itu hilang dari ibu kota Syria.
· Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya.
10. Pada tahun yang sama, ia melakukan serangan ke Baghdad.
· Ketika Baghdad telah berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap tentaranya sewaktu mengepung kota itu.
· Ia mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.
11. Pada tahun 1402 M, Timur Lenk menghancurkan pasukan/ tentara Utsmani di Ankara.
· Sementara Sultan Bayazid I tertawan ketika hendak melarikan diri.
· Di Sivas, putra Bayazid I, Erthugrul, terbunuh di dalam pertempuran tersebut.
· Sultan Bayazid I akhirnya meninggal dalam tawanan.
· Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki dan Smyrna.
· Setelah itu, ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina.
12. Pada tahun 1404 M, Timur Lenk merencanakan invasi ke Cina
· Namun di tengah perjalanan, tepatnya di Oktar, ia menderita sakit yang membawa kematiannya.
· Ia meninggal pada usia 71 tahun dan jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.
C. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Pemerintahan Timur Lenk
Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam
Bahkan dikenal sebagai orang yang shaleh, ia adalah penganut Syi’ah yang taat dan meyakini tasawuf tarekat Naqsabandiyah. Dalam setiap perjalanannya, ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman, para ulama dan sastrawan dihormatinya.
Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, yaitu Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian.
Dan kemajuan yang dicapai oleh Timur Lenk, antara lain:
1. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah.
2. Kota Samarkand dijadikan pusat internasional dan mengambil alih kedudukan kota Baghdad dan Tabriz sebagai pusat internasional.
3. Mendatangkan tukang-tukang yang ahli, seniman ulung, pekerja yang pandai dan perancang bangunan dan negeri-negeri taklukannya untuk memajukan perkembangan Islam.
4. Meningkatkan perdagangan dan industry dinegerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur.
5. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.
D. Pemerintahan Timuriyah Setelah Timur Lenk
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Kholil berperang memperebutkan kekuasaan. Kholil (1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-1447 M) merebut kekuasaan dari tangannya.
Syah Rukh merupakan salah satu penguasa terkemuka pemerintahan Timuriyah setelah Timur Lenk. Ia berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah ia meninggal ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M). Ulugh Bey adalah seorang raja yang alim dan sarjana keilmuan. Namun, masa pemerintahannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus akan kekuasaan, ia adalah Abd AL-Latif (1449-1450 M). raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa’id (1452-1462 M). pada massa inilah kerajaan mulai terpecah belah.
http://ismyfauzah.blogspot.co.id/2014/06/makalah-dinasti-mongol-dan-timuriyah.html
Jejak-Jejak Kemegahan Dinasti Timuriyah di Uzbekistan (1)
REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Ahmad Islamy Jamil
Kekaisaran Timuriyah adalah dinasti besar Islam yang muncul di Asia Tengah sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Dinasti ini didirikan oleh Timur Lenk (Tamerlane), seorang penakluk yang berasal dari keturunan suku Turko-Mongol.
Setelah menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk lantas mendirikan kerajaannya dengan Samarkand (kota yang terletak di Uzbekistan sekarang) sebagai pusatnya. Dalam tempo 35 tahun, dia bersama pasukannya berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah yang mencakup wilayah Iran, Irak, bagian selatan Rusia, hingga utara India.
Luas wilayah keseluruhan yang dikuasai mencapai 4,4 juta km persegi.“Tidak sampai di situ saja, dalam ekspedisi mereka ke arah barat antara 1400-1402, pasukan Timuriyah juga mengalahkan tentara Mamluk di Suriah dan Ottoman di Angora (Ankara),” tulis peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam artikelnya The Art of the Timurid Period (ca. 1370–1507).
Timur Lenk meninggal dunia pada 1405, ketika dia dan tentaranya sedang mempersiapkan rencana menyerang Tiongkok. Tahta kerajaan selanjutnya dipengang oleh putra bungsu Timur Lenk, Shahrukh Mirza, yang memerintah sejak 1405-1447.
Namun, raja yang baru ini ternyata tidak mampu menjaga pencapaian yang sudah ditorehkan ayahnya. Sejumlah wilayah barat yang telah dikuasai sebelumnya jatuh ke tangan kelompok Kara Koyunlu dari suku Turkmen.
Tidak hanya itu, beberapa pangeran Timuriyah berikutnya juga terlibat perselisihan internal, sehingga mereka pun berusaha membangun kerajaan sendiri-sendiri. Kondisi tersebut ikut melemahkan kekaisaran dari dalam.
Pada akhirnya, hanya Khurasan dan Transoksiana yang tetap berada dalam kekuasaan Timuriyah.“Selepas periode Shahrukh Mirza, dinasti ini diperintah oleh anggota keluarga Timuriyah dalam wilayah yang terpisah-pisah,” tutur Yalman.
Pusat kebudayaan Islam Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap seni. Bahkan, semasa hidupnya, sang raja kerap membawa sejumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke ibu kota Samarkand.
Karenanya, tidak mengherankan bila di kemudian hari Dinasti Timuriyah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam. “Kesenian dan arsitektur Timuriyah memberikan inspirasi kepada daerah-daerah yang membentang dari Anatolia sampai ke India,” ujar Yalman.
Meskipun usia Kekaisaran Timuriyah yang luas itu sendiri relatif singkat, kata dia, namun keturunan dinasti tersebut tetap memainkan peranan penting sebagai penyokong utama kesenian Islam di kawasan Transoksiana. Ketika ibu kota dipindahkan ke Herat (Afghanistan sekarang) pada 1505, kerajaan ini berhasil menjadi pusat kebudayaan Islam terkemuka di Asia Tengah. (Bersambung)
Kekaisaran Timuriyah adalah dinasti besar Islam yang muncul di Asia Tengah sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Dinasti ini didirikan oleh Timur Lenk (Tamerlane), seorang penakluk yang berasal dari keturunan suku Turko-Mongol.
Setelah menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk lantas mendirikan kerajaannya dengan Samarkand (kota yang terletak di Uzbekistan sekarang) sebagai pusatnya. Dalam tempo 35 tahun, dia bersama pasukannya berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah yang mencakup wilayah Iran, Irak, bagian selatan Rusia, hingga utara India.
Luas wilayah keseluruhan yang dikuasai mencapai 4,4 juta km persegi.“Tidak sampai di situ saja, dalam ekspedisi mereka ke arah barat antara 1400-1402, pasukan Timuriyah juga mengalahkan tentara Mamluk di Suriah dan Ottoman di Angora (Ankara),” tulis peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam artikelnya The Art of the Timurid Period (ca. 1370–1507).
Timur Lenk meninggal dunia pada 1405, ketika dia dan tentaranya sedang mempersiapkan rencana menyerang Tiongkok. Tahta kerajaan selanjutnya dipengang oleh putra bungsu Timur Lenk, Shahrukh Mirza, yang memerintah sejak 1405-1447.
Namun, raja yang baru ini ternyata tidak mampu menjaga pencapaian yang sudah ditorehkan ayahnya. Sejumlah wilayah barat yang telah dikuasai sebelumnya jatuh ke tangan kelompok Kara Koyunlu dari suku Turkmen.
Tidak hanya itu, beberapa pangeran Timuriyah berikutnya juga terlibat perselisihan internal, sehingga mereka pun berusaha membangun kerajaan sendiri-sendiri. Kondisi tersebut ikut melemahkan kekaisaran dari dalam.
Pada akhirnya, hanya Khurasan dan Transoksiana yang tetap berada dalam kekuasaan Timuriyah.“Selepas periode Shahrukh Mirza, dinasti ini diperintah oleh anggota keluarga Timuriyah dalam wilayah yang terpisah-pisah,” tutur Yalman.
Pusat kebudayaan Islam Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap seni. Bahkan, semasa hidupnya, sang raja kerap membawa sejumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke ibu kota Samarkand.
Karenanya, tidak mengherankan bila di kemudian hari Dinasti Timuriyah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam. “Kesenian dan arsitektur Timuriyah memberikan inspirasi kepada daerah-daerah yang membentang dari Anatolia sampai ke India,” ujar Yalman.
Meskipun usia Kekaisaran Timuriyah yang luas itu sendiri relatif singkat, kata dia, namun keturunan dinasti tersebut tetap memainkan peranan penting sebagai penyokong utama kesenian Islam di kawasan Transoksiana. Ketika ibu kota dipindahkan ke Herat (Afghanistan sekarang) pada 1505, kerajaan ini berhasil menjadi pusat kebudayaan Islam terkemuka di Asia Tengah. (Bersambung)
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/02/28/nkgoio-jejakjejak-kemegahan-dinasti-timuriyah-di-uzbekistan-1
dinasti timuriyah
Sejarah Berdirinya Dinasti Timuriyah
Dinasti Timuriyah didirikan oleh Timur Lenk yang lahir di kota Kish, sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H. Ayahnya bernama Taragai, kepala Suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kish. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri. Di masa kesilnya, Timur menghabiskan waktu untuk menggembala kambing dan mendapat julukan “Lenk” yang artinya pincang. Timur tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki perhatian dalam hal kemiliteran. Karena itu, ia masuk angkatan perang local Amir Husein dan pernah menjadi pemimpin. Timur dikenal sebagai seorang yang gigih dalam menjaga daerahnya dari ancaman tuglaq Timur Khan, penguasa dinasti Chaghatayi.pada tahun 1361 Timur diangkat menjadi wazir Gubernur Ilyas, anak Tuglaq Timur Khan yang berkuasa di Samarkand. Namun Timur tidak puas atas kedudukannya. Ia menggalang kekuatan bersama Amir Husein untuk memberontak Tuglaq Timur Khan. Ia berhasil mengalahkan pasukan Timur Khan dan bahkan Timur Khan dan Ilyas mati di medan pertempuran. Kemenangan ini dimanfaatkan Timur untuk menyerang sekutunya, Amir Husein. Amir Husein terbunuh oleh Timur. Akhirnya pada tanggal 10 April 1370 di Balkan Timur memproklamasikan diri sebagai pemimpin dan penguasa tunggal atas daerah kekuasaan dinasti Chaghatayi. Hal ini juga menandakan berdirinya dinasti Timuriyah.
Dinasti Timuriyah didirikan oleh Timur Lenk yang lahir di kota Kish, sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H. Ayahnya bernama Taragai, kepala Suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kish. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri. Di masa kesilnya, Timur menghabiskan waktu untuk menggembala kambing dan mendapat julukan “Lenk” yang artinya pincang. Timur tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki perhatian dalam hal kemiliteran. Karena itu, ia masuk angkatan perang local Amir Husein dan pernah menjadi pemimpin. Timur dikenal sebagai seorang yang gigih dalam menjaga daerahnya dari ancaman tuglaq Timur Khan, penguasa dinasti Chaghatayi.pada tahun 1361 Timur diangkat menjadi wazir Gubernur Ilyas, anak Tuglaq Timur Khan yang berkuasa di Samarkand. Namun Timur tidak puas atas kedudukannya. Ia menggalang kekuatan bersama Amir Husein untuk memberontak Tuglaq Timur Khan. Ia berhasil mengalahkan pasukan Timur Khan dan bahkan Timur Khan dan Ilyas mati di medan pertempuran. Kemenangan ini dimanfaatkan Timur untuk menyerang sekutunya, Amir Husein. Amir Husein terbunuh oleh Timur. Akhirnya pada tanggal 10 April 1370 di Balkan Timur memproklamasikan diri sebagai pemimpin dan penguasa tunggal atas daerah kekuasaan dinasti Chaghatayi. Hal ini juga menandakan berdirinya dinasti Timuriyah.
Ekspansi Wilayah Dinasti Timuriyah
Dalam menegakkan kekuasaannya, Timur didukung oleh elit muslim setempat, termasuk Syaikh al-Islam di Samarkand dan kalangan sufi yang menjadi penasihat spiritaulnya. Tokoh-tokoh agama Islam bekerja sebagai qodli, diplomat, dan tutor bagi paneran-pangeran muda.
Setelah merasa kedudukannya kuat di Samarkand, Timur Lenk segera melaksanakan ambisinya untuk memperluas daerah kekuasaannya. Dengan dukungan dari pasukan dan para tokoh ulama, Timur Lenk berhasil menaklukan beberapa dinasti lain yang berada di bawahnya. Daerah Khawarizmi dan Jata dikuasai pada tahun 1380 setelah bertempur selama sepuluh tahun. Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan yang merupakan pintu masuk ke Persia, Irak, dan Mesopotamia. Selama tahun 1381-1382 Timur Lenk berhasil menguasai Herat, Masyad, Sabzavar, Astarabad, Mazandaran, dan Sistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Sabzavar, bahkan ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Tahap berikutnya adalah kemenangan Timur Lenk ats Fars, Irak, Luristan, dan Azerbaijan. Pada tahun 1387 Timur menghabiskan waktunya di Tabriz. Pada saat bersamaan ia juga harus mengatasi pemberontakan anaknya, Umar Syaikh di daerah Transoksania. Setelah berhasil meredakan pemberontakan, Timur melanjutkan ekspansinya yang dikenal dengan “perang lima tahun”. Tujuan utama ekspedisi ini adalah menalukan daerah disekitar Laut Kaspia, menggulingkan dinasti Muzaffari, dan menguasai daerah Mesopotamia. Pada tahun 1393 M ia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia.
Setelah memukul mundur pasukan dinasti Jalayiri, Timur menerobos ke asia Kecil menaklukan Edesa, Tarkit, Mardin, dan Amid. Gerak pasukan Timur ke utara mendapat perlawanan dari Tuqtamish. Namun, tentara Tuqtamish berhasil di kalahkan dan Kipcak jatuh ke tangan Timur pada tahun 1395. Tahun berikutnya Moskow dan Georgia jatuh juga ke tangan Timur. Sambil menaklukan beberapa pemberontakan, Timur mengarahkan pasukannya ke daerah India untuk mengalahkan dinasti-dinasti muslim di sana. Pada bulan April 1398pasukan Timur menusuri lembah sungai Indusdan akhir tahun tersebut kota Delhi dapat direbut. Delapan puluh ribu penduduk Delhi menjai korban kekejaman pasukan Timur dan Sultan Mahmud III sebagai raja Delhi melarikan diri ke Gujarat.
Sementara Timur arus mengembalikan konsentrasi pasukannya kePersia dan Asia Kecil untuk menumpas pemberontakan Dinasti Jalayiri yang telah menguasai Azerbaijan. Miransyah, anak Timur sendiri juga ikut melakukan pemberontakan. Pada Agustus 1400 Timur menyerbu Georgia dan dan empat ribu tentara Kristen dibakar hidup-hidup dan kota penting, Malathya berhasil ditaklukan.
Dalam menegakkan kekuasaannya, Timur didukung oleh elit muslim setempat, termasuk Syaikh al-Islam di Samarkand dan kalangan sufi yang menjadi penasihat spiritaulnya. Tokoh-tokoh agama Islam bekerja sebagai qodli, diplomat, dan tutor bagi paneran-pangeran muda.
Setelah merasa kedudukannya kuat di Samarkand, Timur Lenk segera melaksanakan ambisinya untuk memperluas daerah kekuasaannya. Dengan dukungan dari pasukan dan para tokoh ulama, Timur Lenk berhasil menaklukan beberapa dinasti lain yang berada di bawahnya. Daerah Khawarizmi dan Jata dikuasai pada tahun 1380 setelah bertempur selama sepuluh tahun. Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan yang merupakan pintu masuk ke Persia, Irak, dan Mesopotamia. Selama tahun 1381-1382 Timur Lenk berhasil menguasai Herat, Masyad, Sabzavar, Astarabad, Mazandaran, dan Sistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Sabzavar, bahkan ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Tahap berikutnya adalah kemenangan Timur Lenk ats Fars, Irak, Luristan, dan Azerbaijan. Pada tahun 1387 Timur menghabiskan waktunya di Tabriz. Pada saat bersamaan ia juga harus mengatasi pemberontakan anaknya, Umar Syaikh di daerah Transoksania. Setelah berhasil meredakan pemberontakan, Timur melanjutkan ekspansinya yang dikenal dengan “perang lima tahun”. Tujuan utama ekspedisi ini adalah menalukan daerah disekitar Laut Kaspia, menggulingkan dinasti Muzaffari, dan menguasai daerah Mesopotamia. Pada tahun 1393 M ia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia.
Setelah memukul mundur pasukan dinasti Jalayiri, Timur menerobos ke asia Kecil menaklukan Edesa, Tarkit, Mardin, dan Amid. Gerak pasukan Timur ke utara mendapat perlawanan dari Tuqtamish. Namun, tentara Tuqtamish berhasil di kalahkan dan Kipcak jatuh ke tangan Timur pada tahun 1395. Tahun berikutnya Moskow dan Georgia jatuh juga ke tangan Timur. Sambil menaklukan beberapa pemberontakan, Timur mengarahkan pasukannya ke daerah India untuk mengalahkan dinasti-dinasti muslim di sana. Pada bulan April 1398pasukan Timur menusuri lembah sungai Indusdan akhir tahun tersebut kota Delhi dapat direbut. Delapan puluh ribu penduduk Delhi menjai korban kekejaman pasukan Timur dan Sultan Mahmud III sebagai raja Delhi melarikan diri ke Gujarat.
Sementara Timur arus mengembalikan konsentrasi pasukannya kePersia dan Asia Kecil untuk menumpas pemberontakan Dinasti Jalayiri yang telah menguasai Azerbaijan. Miransyah, anak Timur sendiri juga ikut melakukan pemberontakan. Pada Agustus 1400 Timur menyerbu Georgia dan dan empat ribu tentara Kristen dibakar hidup-hidup dan kota penting, Malathya berhasil ditaklukan.
Kemunduran Timuriyah
Dengan terbunuhnya Ulugh Beg, kehancuran Timuriyah semakin nyata. Terjadi perebutan kekuasaan antara para keturunannya. Abdul Ltif hanya bertahta enam bulan lalu digantikan oleh Abdullah Mirza, cucu Syakhrukh. Tetapi ia juga mengalami nasib yang sama karena kekuasaannya direnut oleh Abu Said yang sebetulnya bukan keturunan langsung dinasti Timuriyah. Di saat situasi yang kacau, Abu Said dengan bantuan suku Uzbek berhasil menduduki tahta kerajaan kemudian disusul transoksania. Tahun 1415 Abu Said berhasil mengalahkan Abdullah Mirza sebagai penguasa Timuriyah dan memproklamasikan diri menjadi penguasa Timuriyah.
Dengan terbunuhnya Ulugh Beg, kehancuran Timuriyah semakin nyata. Terjadi perebutan kekuasaan antara para keturunannya. Abdul Ltif hanya bertahta enam bulan lalu digantikan oleh Abdullah Mirza, cucu Syakhrukh. Tetapi ia juga mengalami nasib yang sama karena kekuasaannya direnut oleh Abu Said yang sebetulnya bukan keturunan langsung dinasti Timuriyah. Di saat situasi yang kacau, Abu Said dengan bantuan suku Uzbek berhasil menduduki tahta kerajaan kemudian disusul transoksania. Tahun 1415 Abu Said berhasil mengalahkan Abdullah Mirza sebagai penguasa Timuriyah dan memproklamasikan diri menjadi penguasa Timuriyah.
http://azizahlaily.blogspot.co.id/2011/04/dinasti-timuriyah.html
Komentar
Posting Komentar