Lakon Pandawa Pitu/ Pandu Swarga
Pandawa Pitu
Duryudana, sangat kecewa karena Prabu Baladewa akhir-akhir ini lebih sering menyatu dengan para Pandawa, seperti juga Prabu Kresna.
Dengan demikian, Pandawa bukan hanya lima, tetapi tujuh (pitu - Bhs. Jawa).
Di Keraton Amarta, Prabu Baladewa, Prabu Kres-na dan kelima Pandawa memang sedang berkumpul. Mereka mendengarkan wejangan Bima, mengenai ilmu Kawruh Panunggal.
Penyebaran ilmu itu membuat para dewa marah, sehingga Batara Guru menugasi Batara Narada untuk memanggil Bima ke kahyangan untuk dijatuhi hukuman. Bima bersedia dihukum, tetapi para Pandawa lainnya dan Prabu Baladewa serta Kresna setia kawan. Mereka juga ikut ke kahyangan untuk menerima hukuman.
Sementara itu di Kerajaan Tunggulmalaya, Batari Durga memberitahukan tentang Pandawa yang pergi ke kahyangan untuk menerima hukuman. Ia menyuruh Dewasrani menaklukkan Amarta, agar Dewasrani dapat menjadi Jagoning dewa menggantikan Arjuna. Namun, serbuan Dewasrani berhasil ditumpas para putra Pandawa.
Di Kasatrian Madukara, Dewi Dewi Subadra dan Dewi Srikandi sangat sedih dan marah karena para Pandawa akan mendapat hukuman dari dewa. Mereka lalu triwikrama, berubah ujud menjadi brahala, Badrayaksa dan Kandiyaksa.
Kedua rakseksi itu pergi ke kahyangan untuk menuntut dipulangkannya para Pandawa.
Tak lama kemudian, di kahyangan, para Pandawa berbantah dengan Batara Guru. Karena murka, oleh Batara Guru para Pandawa akan dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka. Sementara itu ketika Arjuna akan masuk ke Kawah Candradimuka, semua bidadari akan ikut mencebur pula.
Pada sat itu, Badrayaksa dan Kandiyaksa telah sampai di kahyangan, dan langsung mengamuk. Para dewa tak ada yang sanggup menandingi.
Atas seizin Batara Guru, Batara Narada lalu minta agar Pandawa menghadapi kedua brahala yang mengamuk itu. Jika berhasil, Pandawa akan dibebaskan dari hukuman. Bima tidak mau. Dia dan saudara-saudaranya baru akan turun ke gelanggang perang, kalau Pandu Dewanata dan Dewi Madrim dikeluarkan dari neraka dan dipindahkan ke sorga. Tuntutan itu dipenuhi.
Setelah para Pandawa berperang tanding dengan Badrayaksa dan Kandiyaksa, kedua brahala itu beralih ujud kembali menjadi Dewi Subadra dan Srikandi.
Dengan demikian, Pandawa bukan hanya lima, tetapi tujuh (pitu - Bhs. Jawa).
Di Keraton Amarta, Prabu Baladewa, Prabu Kres-na dan kelima Pandawa memang sedang berkumpul. Mereka mendengarkan wejangan Bima, mengenai ilmu Kawruh Panunggal.
Penyebaran ilmu itu membuat para dewa marah, sehingga Batara Guru menugasi Batara Narada untuk memanggil Bima ke kahyangan untuk dijatuhi hukuman. Bima bersedia dihukum, tetapi para Pandawa lainnya dan Prabu Baladewa serta Kresna setia kawan. Mereka juga ikut ke kahyangan untuk menerima hukuman.
Sementara itu di Kerajaan Tunggulmalaya, Batari Durga memberitahukan tentang Pandawa yang pergi ke kahyangan untuk menerima hukuman. Ia menyuruh Dewasrani menaklukkan Amarta, agar Dewasrani dapat menjadi Jagoning dewa menggantikan Arjuna. Namun, serbuan Dewasrani berhasil ditumpas para putra Pandawa.
Di Kasatrian Madukara, Dewi Dewi Subadra dan Dewi Srikandi sangat sedih dan marah karena para Pandawa akan mendapat hukuman dari dewa. Mereka lalu triwikrama, berubah ujud menjadi brahala, Badrayaksa dan Kandiyaksa.
Kedua rakseksi itu pergi ke kahyangan untuk menuntut dipulangkannya para Pandawa.
Tak lama kemudian, di kahyangan, para Pandawa berbantah dengan Batara Guru. Karena murka, oleh Batara Guru para Pandawa akan dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka. Sementara itu ketika Arjuna akan masuk ke Kawah Candradimuka, semua bidadari akan ikut mencebur pula.
Pada sat itu, Badrayaksa dan Kandiyaksa telah sampai di kahyangan, dan langsung mengamuk. Para dewa tak ada yang sanggup menandingi.
Atas seizin Batara Guru, Batara Narada lalu minta agar Pandawa menghadapi kedua brahala yang mengamuk itu. Jika berhasil, Pandawa akan dibebaskan dari hukuman. Bima tidak mau. Dia dan saudara-saudaranya baru akan turun ke gelanggang perang, kalau Pandu Dewanata dan Dewi Madrim dikeluarkan dari neraka dan dipindahkan ke sorga. Tuntutan itu dipenuhi.
Setelah para Pandawa berperang tanding dengan Badrayaksa dan Kandiyaksa, kedua brahala itu beralih ujud kembali menjadi Dewi Subadra dan Srikandi.
http://caritawayang.blogspot.co.id/pandawa-pitu.html
Pandu Swargo
Pada suatu malam Bima bermimpi bertemu dengan Pandu, ayahnya yang telah lama berada di alam baka. Bima sangat sedih melihat Pandu bersama Madrim, isterinya, tersiksa di neraka.
Ketika terbangun Bima merenung. Jiwanya bergejolak, menganggap para dewa tidak adil, karena ketika hidupnya Prabu Pandu telah banyak pengorbanannya dan berjuang untuk kedamaian dan ketenteraman dunia.Timbul hasratnya ingin membebas- kan kedua orang tuanya dari siksa
neraka.
Niatnya itu lalu disampaikan kepada Semar, seorang abdi Pandawa dan sekaligus berperan sebagai pamong agung. Semar lalu menyarankan agar Bima memenuhi Batara Guru di kahyangan.
Bima lalu masuk ke dalam sanggar pemujaan untuk melakukan samadi. Beberapa lama kemudian sukma Bima sudah dapat keluar dan melesat dari raganya dan segera menuju kahyangan. Bima langsung menghadap Batara Guru.
"Bima. Ketahuilah bahwa meskipun Pandu ayahmu itu telah banyak jasanya dalam menjaga ketenteraman dunia ini, tetapi juga ada dosanya yang cukup besar. Pandu pernah membunuh kijang yang sedang berkasih-kasihan dengan betinanya.
Sedangkan yang sebenarnya hewan kijang itu adalah penjelmaan dari seorang brahmana sakti yang bernama Kimindama. Dan ayahmu kena kutuk dari sang brahmana tersebut, yang kutukannya kelak akan disiksa dalam neraka." Demikian keterangan dari Batara Guru kepada sang Bima.
"Sudah cukup lama ayahku Pandu dan ibu Madrim tersiksa di dalam neraka yang panas membara. Kukira semua ini sudah seimbang antara penderitaannya dengan dosa yang diperbuatnya semasa hidupnya.
Sekarang aku minta ayah dan ibu Madrim untuk segera dibebaskan dari siksa neraka dan dinaikkan ke tempat yang terhormat yaitu sorga." Jawab Bima tegas.
"Tetapi bukan itu saja dosa ayahmu. Pandu itu semasa hidupnya juga pernah meminjam Lembu Andini. Lembu itu bukannya dihormati sebagai binatang suci dari kahyangan akan tetapi malah sebaliknya bahkan ditungganginya untuk bersenang-senang berbulan madu berdua bersama dengan Madrim kekasihnya.
"Ya, dosa itupun sudah ditebus dengan penderitaan yang maha berat di dalam siksa neraka yang sangat panas.
Jadi perkenankan ayah dan ibu Madrim mengakhiri segala derita yang ia jalani itu dan segera diangkat ke alam swargaloka." Seru Bima.
"Baiklah, akan tetapi hanya kau sebagai anaknya yang berbakti yang dapat mengangkat kedua orang tuamu dari neraka."
Bima lalu pergi ke kawah Candradimuka. Lumpur api di alam kawah bergolak dengan dahsyatnya, seolah-olah akan menelan apa saja yang masuk ke dalamnya. Tampak di dalam kawah Pandu dan Madrim mengalami siksaan yang maha berat yang tidak sebentar bahkan berbulan-bulan selama berbulan-bulan.
Hancur luluh hati perasaan hati Bima menyaksikan derita kedua orang tuanya yang dicintainya itu tersiksa.
Dan pada saat itu juga berkobar tekadnya untuk dapat membebaskan keduanya dengan segala cara.
Tanpa ragu-ragu lagi Bima melompat ke dalam kawah Candradimuka yang panas dan bergejolak itu.
Keajaibanpun segera terjadi. Begitu Bima mencebur ke dalam kawah, kobaran api kawah itu seketika menjadi reda dan lama kelamaan padam sama sekali, hilang panasnya sama sekali. Kawah Candradimuka berubah sejuk.
Pandu dan Madrim ketika melihat anaknya Bima, menghampirinya segera dipeluknya dengan penuh kerinduan.
Dan pada saat itu juga para bidadari segera berdatangan menjemput Pandu dan Madrim. Keduanya lalu dibimbing keluar dari kawah Candradimuka dan diiringkan menuju swargaloka.
Tidak terlukiskan betapa sukacitanya rasa hati Bima menyaksikan peristiwa itu. Perjuangannya membebaskan penderitaan kedua orang tuanya berhasil sudah.
Dengan rasa lega dan puas Bima lalu kembali ke kerajaan dan langsung menuju sanggar pemujaan. Sukmanya telah menyatu dan kembali dengan raganya.
Bima lalu masuk ke istana Amarta, menemui Kunti, ibu kandungnya bersama saudara-saudara Pandawa lainnya. Segala pengalamannya lalu diceritakan kepada mereka.
Semuanya mendengarkan kisah Bima dengan penuh ketegangan dan disertai kekaguman yang luar biasa atas perjuangan Bima.
Ketika terbangun Bima merenung. Jiwanya bergejolak, menganggap para dewa tidak adil, karena ketika hidupnya Prabu Pandu telah banyak pengorbanannya dan berjuang untuk kedamaian dan ketenteraman dunia.Timbul hasratnya ingin membebas- kan kedua orang tuanya dari siksa
neraka.
Niatnya itu lalu disampaikan kepada Semar, seorang abdi Pandawa dan sekaligus berperan sebagai pamong agung. Semar lalu menyarankan agar Bima memenuhi Batara Guru di kahyangan.
Bima lalu masuk ke dalam sanggar pemujaan untuk melakukan samadi. Beberapa lama kemudian sukma Bima sudah dapat keluar dan melesat dari raganya dan segera menuju kahyangan. Bima langsung menghadap Batara Guru.
"Bima. Ketahuilah bahwa meskipun Pandu ayahmu itu telah banyak jasanya dalam menjaga ketenteraman dunia ini, tetapi juga ada dosanya yang cukup besar. Pandu pernah membunuh kijang yang sedang berkasih-kasihan dengan betinanya.
Sedangkan yang sebenarnya hewan kijang itu adalah penjelmaan dari seorang brahmana sakti yang bernama Kimindama. Dan ayahmu kena kutuk dari sang brahmana tersebut, yang kutukannya kelak akan disiksa dalam neraka." Demikian keterangan dari Batara Guru kepada sang Bima.
"Sudah cukup lama ayahku Pandu dan ibu Madrim tersiksa di dalam neraka yang panas membara. Kukira semua ini sudah seimbang antara penderitaannya dengan dosa yang diperbuatnya semasa hidupnya.
Sekarang aku minta ayah dan ibu Madrim untuk segera dibebaskan dari siksa neraka dan dinaikkan ke tempat yang terhormat yaitu sorga." Jawab Bima tegas.
"Tetapi bukan itu saja dosa ayahmu. Pandu itu semasa hidupnya juga pernah meminjam Lembu Andini. Lembu itu bukannya dihormati sebagai binatang suci dari kahyangan akan tetapi malah sebaliknya bahkan ditungganginya untuk bersenang-senang berbulan madu berdua bersama dengan Madrim kekasihnya.
"Ya, dosa itupun sudah ditebus dengan penderitaan yang maha berat di dalam siksa neraka yang sangat panas.
Jadi perkenankan ayah dan ibu Madrim mengakhiri segala derita yang ia jalani itu dan segera diangkat ke alam swargaloka." Seru Bima.
"Baiklah, akan tetapi hanya kau sebagai anaknya yang berbakti yang dapat mengangkat kedua orang tuamu dari neraka."
Bima lalu pergi ke kawah Candradimuka. Lumpur api di alam kawah bergolak dengan dahsyatnya, seolah-olah akan menelan apa saja yang masuk ke dalamnya. Tampak di dalam kawah Pandu dan Madrim mengalami siksaan yang maha berat yang tidak sebentar bahkan berbulan-bulan selama berbulan-bulan.
Hancur luluh hati perasaan hati Bima menyaksikan derita kedua orang tuanya yang dicintainya itu tersiksa.
Dan pada saat itu juga berkobar tekadnya untuk dapat membebaskan keduanya dengan segala cara.
Tanpa ragu-ragu lagi Bima melompat ke dalam kawah Candradimuka yang panas dan bergejolak itu.
Keajaibanpun segera terjadi. Begitu Bima mencebur ke dalam kawah, kobaran api kawah itu seketika menjadi reda dan lama kelamaan padam sama sekali, hilang panasnya sama sekali. Kawah Candradimuka berubah sejuk.
Pandu dan Madrim ketika melihat anaknya Bima, menghampirinya segera dipeluknya dengan penuh kerinduan.
Dan pada saat itu juga para bidadari segera berdatangan menjemput Pandu dan Madrim. Keduanya lalu dibimbing keluar dari kawah Candradimuka dan diiringkan menuju swargaloka.
Tidak terlukiskan betapa sukacitanya rasa hati Bima menyaksikan peristiwa itu. Perjuangannya membebaskan penderitaan kedua orang tuanya berhasil sudah.
Dengan rasa lega dan puas Bima lalu kembali ke kerajaan dan langsung menuju sanggar pemujaan. Sukmanya telah menyatu dan kembali dengan raganya.
Bima lalu masuk ke istana Amarta, menemui Kunti, ibu kandungnya bersama saudara-saudara Pandawa lainnya. Segala pengalamannya lalu diceritakan kepada mereka.
Semuanya mendengarkan kisah Bima dengan penuh ketegangan dan disertai kekaguman yang luar biasa atas perjuangan Bima.
Di kerajaan Amarta para Pandawa lalu menyelenggarakan upacara suci, berdoa bersama dan bersyukur atas karunia Sang Maha Pencipta.
Mereka memuji ketabahan Bima dalam memperjuangkan nasib kedua orang tuanya sehingga terbebas dari derita neraka.
Sejak itu para Pandawa semakin merasakan kedamaian dan ketentraman. Tugas dan kewajibannya sebagai satria untuk melindungi dunia dari musuh-musuh yang angkara murka semakin dipergiat.
Demi kesejahteraan umat manusia dan ketentraman jagad raya.
Mereka memuji ketabahan Bima dalam memperjuangkan nasib kedua orang tuanya sehingga terbebas dari derita neraka.
Sejak itu para Pandawa semakin merasakan kedamaian dan ketentraman. Tugas dan kewajibannya sebagai satria untuk melindungi dunia dari musuh-musuh yang angkara murka semakin dipergiat.
Demi kesejahteraan umat manusia dan ketentraman jagad raya.
http://caritawayang.blogspot.co.id/pandu-swargo.html
Pandu Swarga
Badan besar Werkudoro gemetaran. Ia baru saja mendapatkan impen bahwa ayahnya Pandu tidak diterima masuk swarga, namun terpenjara di neraka karena dosa-dosanya. Werkudoro pun age-age mengundang saudaranya untuk berembug di hutan dekat Kurusetra.
Lha dalah, berita berkumpulnya Pandawa di Kurusetra ini pun tersiar sampai ke Hastina. Sengkuni dan Dorna menghasut sejadi-jadinya, menyatakan Pandawa sedang memasang guna-guna agar memenangi perang Baratayudha. Prabu Baladewa pun marah dan sanggup memusnahkan Pandawa. Maka rombongan Kurawa pun berangkat ke Kurusetra diikuti Adipati Karna dan Prabu Baladewa.
Saat Pandawa hadir di Kurusetra, tampak berjaga-jaga si Gatotkaca dan Antareja. Yudistira, Arjuna, Sadewa dan Nakula sepakat dengan usulan Werkudoro bahwa mereka perlu semedi unutk meminta surga bagi Pandu.Ndilalah pas Pandawa memulai semedi pasukan Kurawa memasuki Kurusetra. Tentu saja Gatotkaca menghadang mereka hingga kocar-kacir. Adipati Karna dikalahkan Antareja dan langsung pulang, sementara Baladewa ngamuk karena tak dijelaskan niat Pandawa. Karena curiga, Baladewa sesumbar hingga Gatotkaca dan Antareja pun menyingkir. Kedigdayaan Baladewa bukan tandingan dua pemuda ini.
Baladewa pun berhadapan dengan Werkudoro. Tapi setelah niat Pandawa dikomunikasikan ke Baladewa, luruh hati Baladewa hingga berjanji akan membantu. Ia pun menarik mundur seluruh bala tentara Kurawa dan Pandawa kembali dalam semedi.
Kahyangan gonjang-ganjing karena ulah semedi Pandawa. Kawah Candradimuka bergejolak hingga timbul gempa dahsyat, sementara Batara Guru sedang murka akibat hasutan Dewa Srani yang ingin memperistri Dewi Dresnala merebutnya dari Arjuna. Batara Guru pun bertitah agar mengambil nyawa Pandawa dan disusulkan ke neraka bersama Pandu.
Titah yang tidak bijak ini pun ditentang Batara Narada. Maka terjadi perpecahan di Kahyangan hingga Batara Narada mengalah, lengser dari jabatan Patih Jonggring Salaka dan mengumbar Batara Guru bertindak tanpa kontrol.
Dan Pandawa pun diambil nyawanya. Gatotkaca kelabakan dan wadul kepada Semar di Karang Kadempel. Semar pun murka dan berangkat ke Kahyangan.
Sementara itu Batara Wisnu telah dipanggil oleh Batara Guru untuk menghadapi amukan Gajah Raseksa di Kahyangan. Batara Wisnu bertiwikrama, berubah wujud menjadi raseksa segede gunung. Raseksa itu pun bertempur melawan gajah.
Di saat bersamaan, di sebuah tempat seorang pemuda cantik sedang ngangsu ilmu pada Begawan. Begawan ini pun mengajak siswanya naik ke Kahyangan, menuntaskan pendidikannya dan menjajal kedigdayaan.
Di Kahyangan, para Dewa berlarian mendapati amukan semar. Semar masuk kraton dan menampar Batara Guru hingga tak berdaya dan minta ampun. Semar menyeret Batara Guru ke hadapan Sang Hyang Wenang demi meminta keadilan. Sang Hyang Wenang mengabulkan gugatan Semar. Diputuskannya bahwa Batara Guru tidak benar, hiingga Pandawa dan Pandu pun dibebaskan dari neraka. Namun karena telah menimbulkan kekacauan, Semar dituntut menyelesaikan masalah yang timbul.
Di Kawah Candradimuka terjadi pertempuran antara Tiwikrama dengan Gajah Raseksa. Begawan bersama siswa didiknya telah sampai di sana, siswa itu pun memanah Gajah Raseksa hingga berubah wujud menjadi lima wayang Pandawa beserta Pandu Dewanata. Begawan pun berubah menjadi Batara Narada, dan siswa itu pun berubah menjadi Subadra istri Harjuna. Kini Batara Wisnu kembali ke wujud asal, Semar dan Pandawa bersyukur dan Pandu Dewanata pun diijinkan masuk swarga atas pengorbanan anak-anaknya.
Lha dalah, berita berkumpulnya Pandawa di Kurusetra ini pun tersiar sampai ke Hastina. Sengkuni dan Dorna menghasut sejadi-jadinya, menyatakan Pandawa sedang memasang guna-guna agar memenangi perang Baratayudha. Prabu Baladewa pun marah dan sanggup memusnahkan Pandawa. Maka rombongan Kurawa pun berangkat ke Kurusetra diikuti Adipati Karna dan Prabu Baladewa.
Saat Pandawa hadir di Kurusetra, tampak berjaga-jaga si Gatotkaca dan Antareja. Yudistira, Arjuna, Sadewa dan Nakula sepakat dengan usulan Werkudoro bahwa mereka perlu semedi unutk meminta surga bagi Pandu.Ndilalah pas Pandawa memulai semedi pasukan Kurawa memasuki Kurusetra. Tentu saja Gatotkaca menghadang mereka hingga kocar-kacir. Adipati Karna dikalahkan Antareja dan langsung pulang, sementara Baladewa ngamuk karena tak dijelaskan niat Pandawa. Karena curiga, Baladewa sesumbar hingga Gatotkaca dan Antareja pun menyingkir. Kedigdayaan Baladewa bukan tandingan dua pemuda ini.
Baladewa pun berhadapan dengan Werkudoro. Tapi setelah niat Pandawa dikomunikasikan ke Baladewa, luruh hati Baladewa hingga berjanji akan membantu. Ia pun menarik mundur seluruh bala tentara Kurawa dan Pandawa kembali dalam semedi.
Kahyangan gonjang-ganjing karena ulah semedi Pandawa. Kawah Candradimuka bergejolak hingga timbul gempa dahsyat, sementara Batara Guru sedang murka akibat hasutan Dewa Srani yang ingin memperistri Dewi Dresnala merebutnya dari Arjuna. Batara Guru pun bertitah agar mengambil nyawa Pandawa dan disusulkan ke neraka bersama Pandu.
Titah yang tidak bijak ini pun ditentang Batara Narada. Maka terjadi perpecahan di Kahyangan hingga Batara Narada mengalah, lengser dari jabatan Patih Jonggring Salaka dan mengumbar Batara Guru bertindak tanpa kontrol.
Dan Pandawa pun diambil nyawanya. Gatotkaca kelabakan dan wadul kepada Semar di Karang Kadempel. Semar pun murka dan berangkat ke Kahyangan.
Sementara itu Batara Wisnu telah dipanggil oleh Batara Guru untuk menghadapi amukan Gajah Raseksa di Kahyangan. Batara Wisnu bertiwikrama, berubah wujud menjadi raseksa segede gunung. Raseksa itu pun bertempur melawan gajah.
Di saat bersamaan, di sebuah tempat seorang pemuda cantik sedang ngangsu ilmu pada Begawan. Begawan ini pun mengajak siswanya naik ke Kahyangan, menuntaskan pendidikannya dan menjajal kedigdayaan.
Di Kahyangan, para Dewa berlarian mendapati amukan semar. Semar masuk kraton dan menampar Batara Guru hingga tak berdaya dan minta ampun. Semar menyeret Batara Guru ke hadapan Sang Hyang Wenang demi meminta keadilan. Sang Hyang Wenang mengabulkan gugatan Semar. Diputuskannya bahwa Batara Guru tidak benar, hiingga Pandawa dan Pandu pun dibebaskan dari neraka. Namun karena telah menimbulkan kekacauan, Semar dituntut menyelesaikan masalah yang timbul.
Di Kawah Candradimuka terjadi pertempuran antara Tiwikrama dengan Gajah Raseksa. Begawan bersama siswa didiknya telah sampai di sana, siswa itu pun memanah Gajah Raseksa hingga berubah wujud menjadi lima wayang Pandawa beserta Pandu Dewanata. Begawan pun berubah menjadi Batara Narada, dan siswa itu pun berubah menjadi Subadra istri Harjuna. Kini Batara Wisnu kembali ke wujud asal, Semar dan Pandawa bersyukur dan Pandu Dewanata pun diijinkan masuk swarga atas pengorbanan anak-anaknya.
http://kerajaandongeng.blogspot.co.id/pandu-swarga.html
Tokoh Pandu ayahanda pandawa
Tokoh Prabu Sri Bathara Kresna dan Tokoh Baladewa yang bergabung dalam pandawa7
Komentar
Posting Komentar