Lakon Tentang Kresna Krama
Kresna Kembang / Narayana Maling
PERKAWINAN KRESNA DENGAN RUKMINI.
Bismaka, raja Kumbina, mempunyai anak perempuan bernama Rukmini. Rukmini gadis cantik rupawan, sehingga banyak raja dan ksatria yang datang melamarnya. Namun lamaran itu belum diterima olehnya, sebab Rukmini jatuh cinta kapada Narayana yang sampai saat itu belum melamarnya. Rukmini dilamar juga oleh Pendeta Drona melalui Drona jatuh cinta kepada Rukmini, putri Prabu Bismaka, raja Kumbina, hingga terbawa dalam mimpinya. (karya herjaka HS 1842/2008) raja Duryudana, tetapi Rukmini berkeberatan. Untuk menolak lamaran Duryudana, Rukmini mengajukan sayembara. Bila Pendeta Drona dapat menjelaskan makna ungkapan “Sejatining Lanang” dan “Sejatining Wadon,” Rukmini sanggup diperisterinya. Rukmini berpendirian siapa yang mengerti makna ungkapan itu, itulah suaminya. Raja Bismaka mengumumkan pendirian Rukmini itu sebagai sayembara kepada semua pelamar, termasuk raja Duryodana.
Rukmana, anak raja Bismaka, disuruh memberi tahu kepada raja Duryudana di Ngastina. Setelah mendengar sayembara yang diminta oleh Rukmini, Pendeta Drona ingin menjelaskan ungkapan sayembara itu. Pendeta Drona berkata, bila ia berhasil mempersunting Rukmini, kerajaan Kumbina akan bersatu dengan Ngastina. Keluarga Pandhawa tidak akan minta bagian kerajaan Ngastina, karena hubungan persaudaraan mereka semakin erat. Raja Duryudana amat senang, maka keinginan Pendeta Drona didukung sepenuhnya. Pendeta Drona diijinkan pergi ke Kumbina, sejumlah warga Korawa disuruh membantunya. Pendeta Drona dan warga Korawa datang di Kumbina. Mereka dipimpin oleh raja Duryudana.
Raja Bismaka duduk di atas singgasana, dihadap oleh Patih Bisawarna, para menteri, hulubalang dan pembesar negara. Tengah mereka berbicara datanglah putra raja yang bernama Rukmana, kembali dari Ngastina dan Ngamarta. Rukmana melapor bahwa telah menjalankan tugas perintah raja, memberi tahu tentang sayembara kepada raja Duryudana dan mengundang kehadiran keluarga Pandhawa. Tidak lama kemudian Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa datang menghadap raja. Arjuna tidak ikut hadir, karena bertugas menjaga negara.
Raja Bismaka memberitahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona. Raja berkata, Rukmini sanggup diperisteri Pendeta Drona, bila teka–tekinya tepat ditebak maknanya. Sebelumnya warga Pandhawa telah tahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona itu, maka kedatangan mereka telah membawa harta pesumbang berupa emas, ratna manikam dan pakaian kebesaran putri saja buatan Arjuna. Setelah selesai penyambutan, raja Bismaka dan Yudhisthira masuk ke istana. Bima, Nakula dan Sadewa diantar Rukmana ke balai peristirahatan. Mereka berjauhan dengan tempat tinggal warga Korawa. Kemudian Rukmana naik kuda memeriksa persiapan perhelatan, penghiasan istana dan kota sekitarnya.
Narayana berbincang-bincang dengan adiknya, Sumbadra. Sumbadra menyatakan kesedihan hatinya karena telah beberapa malam kakaknya selalu pergi sampai jauh malam. Narayana menjawab bahwa kepergiannya untuk berkunjung ke rumah para pegawai dan terhibur oleh macam-macam pertunjukan. Setiap Narayana hendak pergi, menangislah Sumbadra. Narayana menghiburnya, berlagu tembang kawi, bercerita kecantikan bidadari dan cerita yang lain. Setelah Sumbadra lengah tertidur, pergilah Narayana ke Kumbina, sedng Udawa disuruh menjaga adiknya.
Bagawan Abyasa di Wukir Retawu, duduk di wisma Wiyatasasana, dihadap para siswa. Sang Bagawan sedang menguraikan Aji Jaya Kawijayan. Tiba-tiba Arjuna datang bersama panakawan. Arjuna menghormat, lalu menyampaikan berita tentang sanak saudara dan rencana perkawinan putri Kumbina. Diceritakan bahwa sanak saudara telah hadir di Kumbina, dan Arjuna ingin menyepi di Wukir Retawu.
Bagawan Abyasa tidak menyetujui sikap Arjuna itu. Disuruhnya Arjuna supaya menyusul ke Kumbina. Sang Bagawan yang bijaksana itu berkata, bahwa tidak lama lagi akan terjadi perang saudara. Arjuna terkejut mendengar kata sang bagawan, dikiranya akan terjadi perang Baratayuda. Ia mohon diri, Bagawa Abyasa merestuinya.
Arjuna dan panakawan meninggalkan pertapaan Wukir Retawu, menuju ke Kumbina. Di tengah hutan, mereka berjumpa dengan dua raksasa besar lagi dahsyat. Raksasa itu disuruh raja Wanasasomah untuk mencari dging manusia atas keinginan isteri raja yang hamil muda. Arjuna hendak ditangkap, sehingga terjadilah perkelahian hebat. Arjuna melepaskan panah, dua raksasa musnah, menjadi dewa Kamajaya dan bidadari Ratih. Arjuna datang menyembahnya. Kamajaya memberi tahu tentang perang yang akan terjadi. Yang terjadi bukan perang Baratayuda, tetapi Pandhawa dan Korawa akan terlibat di dalamnya. Setelah berpesan, Kamajaya dan Ratih naik ke Kahyangan.
Rukmana, anak raja Bismaka, disuruh memberi tahu kepada raja Duryudana di Ngastina. Setelah mendengar sayembara yang diminta oleh Rukmini, Pendeta Drona ingin menjelaskan ungkapan sayembara itu. Pendeta Drona berkata, bila ia berhasil mempersunting Rukmini, kerajaan Kumbina akan bersatu dengan Ngastina. Keluarga Pandhawa tidak akan minta bagian kerajaan Ngastina, karena hubungan persaudaraan mereka semakin erat. Raja Duryudana amat senang, maka keinginan Pendeta Drona didukung sepenuhnya. Pendeta Drona diijinkan pergi ke Kumbina, sejumlah warga Korawa disuruh membantunya. Pendeta Drona dan warga Korawa datang di Kumbina. Mereka dipimpin oleh raja Duryudana.
Raja Bismaka duduk di atas singgasana, dihadap oleh Patih Bisawarna, para menteri, hulubalang dan pembesar negara. Tengah mereka berbicara datanglah putra raja yang bernama Rukmana, kembali dari Ngastina dan Ngamarta. Rukmana melapor bahwa telah menjalankan tugas perintah raja, memberi tahu tentang sayembara kepada raja Duryudana dan mengundang kehadiran keluarga Pandhawa. Tidak lama kemudian Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa datang menghadap raja. Arjuna tidak ikut hadir, karena bertugas menjaga negara.
Raja Bismaka memberitahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona. Raja berkata, Rukmini sanggup diperisteri Pendeta Drona, bila teka–tekinya tepat ditebak maknanya. Sebelumnya warga Pandhawa telah tahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona itu, maka kedatangan mereka telah membawa harta pesumbang berupa emas, ratna manikam dan pakaian kebesaran putri saja buatan Arjuna. Setelah selesai penyambutan, raja Bismaka dan Yudhisthira masuk ke istana. Bima, Nakula dan Sadewa diantar Rukmana ke balai peristirahatan. Mereka berjauhan dengan tempat tinggal warga Korawa. Kemudian Rukmana naik kuda memeriksa persiapan perhelatan, penghiasan istana dan kota sekitarnya.
Narayana berbincang-bincang dengan adiknya, Sumbadra. Sumbadra menyatakan kesedihan hatinya karena telah beberapa malam kakaknya selalu pergi sampai jauh malam. Narayana menjawab bahwa kepergiannya untuk berkunjung ke rumah para pegawai dan terhibur oleh macam-macam pertunjukan. Setiap Narayana hendak pergi, menangislah Sumbadra. Narayana menghiburnya, berlagu tembang kawi, bercerita kecantikan bidadari dan cerita yang lain. Setelah Sumbadra lengah tertidur, pergilah Narayana ke Kumbina, sedng Udawa disuruh menjaga adiknya.
Bagawan Abyasa di Wukir Retawu, duduk di wisma Wiyatasasana, dihadap para siswa. Sang Bagawan sedang menguraikan Aji Jaya Kawijayan. Tiba-tiba Arjuna datang bersama panakawan. Arjuna menghormat, lalu menyampaikan berita tentang sanak saudara dan rencana perkawinan putri Kumbina. Diceritakan bahwa sanak saudara telah hadir di Kumbina, dan Arjuna ingin menyepi di Wukir Retawu.
Bagawan Abyasa tidak menyetujui sikap Arjuna itu. Disuruhnya Arjuna supaya menyusul ke Kumbina. Sang Bagawan yang bijaksana itu berkata, bahwa tidak lama lagi akan terjadi perang saudara. Arjuna terkejut mendengar kata sang bagawan, dikiranya akan terjadi perang Baratayuda. Ia mohon diri, Bagawa Abyasa merestuinya.
Arjuna dan panakawan meninggalkan pertapaan Wukir Retawu, menuju ke Kumbina. Di tengah hutan, mereka berjumpa dengan dua raksasa besar lagi dahsyat. Raksasa itu disuruh raja Wanasasomah untuk mencari dging manusia atas keinginan isteri raja yang hamil muda. Arjuna hendak ditangkap, sehingga terjadilah perkelahian hebat. Arjuna melepaskan panah, dua raksasa musnah, menjadi dewa Kamajaya dan bidadari Ratih. Arjuna datang menyembahnya. Kamajaya memberi tahu tentang perang yang akan terjadi. Yang terjadi bukan perang Baratayuda, tetapi Pandhawa dan Korawa akan terlibat di dalamnya. Setelah berpesan, Kamajaya dan Ratih naik ke Kahyangan.
http://caritawayang.blogspot.co.id/perkawinan-kresna-dengan-rukmini.html
Alkisah dalam lakon Narayana Maling (Narayana Rukmini Rabi) Prabu Balandara yang juga menjadi salah seorang pelamar berniat membedah Negara Kumbina, setelah mengetahui Rukmini sudah diperistri oleh Kresna. Dengan bantuan Wrekudara yang hadir di Kumbina saat itu, pasukan Prabu Balandara berhasil di kalahkan. Prabu Balandara bahkan takluk kepada Amarta, dan menyerahkan putrinya, dewi Balandari untuk diperistri Wrekudara.
https://kluban.net/raden-sarwaga/
https://kluban.net/raden-sarwaga/
Kresna Pujangga / Alap-Alapan Setyaboma
KRESNA & SETYABOMASetyajid, raja Lesanpura, duduk di atas singgasana, dihadap oleh Setyaki, Setyadarma dan pegawai istana. Raja memberitahu rencana perjodohan Setyaboma dengan Pendeta Drona di Sokalima. Tengah mereka berbicara datanglah Patih Prabawa, utusan dari kerajaan Mandura, menyampaikan surat dari Prabu Baladewa.
Isi surat menerangkan bahwa Erawati, istri raja Baladewa, jatuh sakit. Sekarang ia beristirahat di pesanggrahan Randhukumbala. Setyaboma didambakan kehadirannya untuk menjenguk Erawati. Patih Prabawa kembali ke Mandura. Raja Setyajid menemui permaisuri yang sedang duduk bersama Setyaboma. Raja memberi tahu tentang kabar Erawati yang sedang sakit, dan minta agar Setyaboma datang menjenguknya. Setyaboma dengan senang berangkat ke Randhukumbala. Setyaki dan Setyadarma mengiringnya.
Dikisahkan, raja Dwarawati yang bernama Yuda Kalakresna sedang jatuh cinta kepada Setyaboma. Raja itu menulis surat lamaran. Raksasa Kalarumba diperintahkan untuk menyampaikannya kepada raja Setyajid. Kalarumba berangkat, dikawal Togog dan Sarawita. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Lesanpura yang akan pergi ke Randhukumbala. Maka terjadilah perselisihan, raksasa Kalarumba lalu menyimpang, masuk ke hutan. Mereka takut menghadapi amukan Setyaki. Rombongan Lesanpura berlanjut ke Randhukumbala.
Telah lama Pamade tinggal di pertapaan Wukir Retawu. Bagawan Abiyasa menyuruh agar Pamade kembali ke Ngamarta. Pamade menurut perintah sang bagawan, lalu mohon restu berangkat ke Ngamarta. Para panakawan mengawalnya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan prajurit raksasa Dwarawati yang dipimpin oleh Kalarumba. Mereka saling bertanya, berselisih dan terjadilah perkelahian. Raksasa kalah. Togog dan Sarawita pun kembali ke Dwarawati.
Setyaboma dan rombongan tiba di pesanggrahan Randhukumbala. Mereka disambut oleh raja Baladewa. Setyaboma disuruh masuk ke istana keputren menemui Erawati, sedang Setyaki ditemui oleh raja Baladewa sendiri. Setelah masuk di istana keputren, Setyaboma terkejut bercampur takut, sebab yang dijumpai sakit bukan Erawati, melainkan Narayana. Setyaboma akan lari, tetapi ditahan Narayana. Narayana berkata bahwa sangat sayang bila Setyaboma yang gadis remaja akan dikawinkan dengan Pendeta Drona yang tua itu. Setyaboma jatuh cinta kepada Narayana. Mereka duduk berdampingan dan berjanji saling mencintai.
Sementara itu Setyaki mabuk oleh minuman sehingga tidak mengetahui peristiwa yang terjadi. Setelah sadar dan mengetahui tipu muslihat raja Baladewa dan Narayana, Setyaki pun menjadi marah. Ia hendak menyerang raja Baladewa. Raja Baladewa mengatakan bahwa tipu muslihat itu dilakukan demi terbebasnya Setyaboma dari tangan Korawa. Setyaki tidak setuju dengan akal demikian itu. Raja Baladewa diserangnya, tetapi sang raja berusaha menghindari perselisihan. Ketika Setyaki melihat Setyaboma duduk berdampingan dengan Narayana, hilanglah rasa marahnya. Ternyata Setyaboma mencintai Narayana. Ia menghormat dan minta maaf. Setyaki diutus ke Ngastina agar memberitahu kepada warga Korawa bahwa perkawinan Setyaboma harus melalui sayembara. Siapa yang mampu mengalahkan raja Baladewa dan mematahkan dua lengannya diperbolehkan memperistri Setyaboma.
Setyaki segera pergi ke Ngastina, menyampaikan sayembara yang harus dipenuhi oleh raja Duryudana dan Pendeta Drona. Kemudian Setyaki kembali ke Randhukumbala. Raja Duryodana mengijinkannya, beberapa warga Korawa disuruh membantunya. Setelah tiba di Randhukumbala, Pendeta Drona mengajukan permintaan bahwa para Korawalah yang mewakilinya. Raja Baladewa menerima usul Pendeta Drona. Ia menyuruh warga Korawa mengeroyoknya tapi ternyata Raja Baladewa tidak terkalahkan.
Pendeta Drona pun lari ke Ngamarta, menghadap raja Yudhistira. Pendeta Drona minta kesediaan Bima untuk mewakilinya mengikuti sayembara mengalahkan raja Baladewa. Raja Yudhistira mengijinkan, dan Bima menyanggupinya. Mereka meninggalkan Ngamarta, dan pergi menuju ke Randhukumbala. Pamade menyertainya. Raja Baladewa menerima kedatangan Bima, lalu mereka beradu kesaktian. Lama mereka berkelahi, akhirnya capai dan jatuh pingsan. Narayana dan Sumbadra datang dan menangisi Baladewa. Sedangkan Pamade menangisi Bima.
Tengah mereka bertangisan datanglah penjaga istana keputren, lalu memberi tahu bahwa Setyaboma dilarikan Raseksi. Baladewa dan Bima sadar, lalu mereka berunding untuk mengejar pencuri. Pamade ditugaskan mencari pencuri itu. Bima dan Narayana mengikutinya.
Setyaboma telah berhasil dibawa sampai Negara Dwarawati oleh Raseksi Rini. Kemudian diserahkannya kepada raja Yuda Kalakresna. Setyaboma disuruh masuk ke istana. Ketika masuk di istana, ternyata Narayana telah datang dan siap menyambutnya. Setyaboma disimpan dalam cincin Narayana. Raja Yuda Kalakresna menyerangnya, tetapi akhirnya mati terbunuh. Prajurit Dwarawati mengamuk namun dapat dipadamkan oleh Bima dan Pamade. Sang Hyang Narada datang, menjunjung perintah Sang Hyang Girinata, agar Narayana naik tahta di Dwarawati dengan gelar Prabu Kresna. Sang Hyang Narada kembali ke Kahyangan.
Narayana, Bima dan Pamade kembali ke Lesanpura dan menyerahkan Setyaboma kepada raja Setyajid. Raja mengijinkan putrinya, Setyaboma, dipersunting oleh Narayana.
Raja Duryodana yang kecewa lalu memerintahkan warga Korawa menyerang Lesanpura dan merebut Setyaboma. Serangan prajurit Korawa dilawan oleh Pamade dan Bima, maka seketika musuh kembali ke Ngastina.
Negara Lesanpura aman kembali. Narayana memboyong Setyaboma, dan bertahta di kerajaan Dwarawati. (Sumber: Mangkunagara VII, Jilid 23:8-14)
Isi surat menerangkan bahwa Erawati, istri raja Baladewa, jatuh sakit. Sekarang ia beristirahat di pesanggrahan Randhukumbala. Setyaboma didambakan kehadirannya untuk menjenguk Erawati. Patih Prabawa kembali ke Mandura. Raja Setyajid menemui permaisuri yang sedang duduk bersama Setyaboma. Raja memberi tahu tentang kabar Erawati yang sedang sakit, dan minta agar Setyaboma datang menjenguknya. Setyaboma dengan senang berangkat ke Randhukumbala. Setyaki dan Setyadarma mengiringnya.
Dikisahkan, raja Dwarawati yang bernama Yuda Kalakresna sedang jatuh cinta kepada Setyaboma. Raja itu menulis surat lamaran. Raksasa Kalarumba diperintahkan untuk menyampaikannya kepada raja Setyajid. Kalarumba berangkat, dikawal Togog dan Sarawita. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Lesanpura yang akan pergi ke Randhukumbala. Maka terjadilah perselisihan, raksasa Kalarumba lalu menyimpang, masuk ke hutan. Mereka takut menghadapi amukan Setyaki. Rombongan Lesanpura berlanjut ke Randhukumbala.
Telah lama Pamade tinggal di pertapaan Wukir Retawu. Bagawan Abiyasa menyuruh agar Pamade kembali ke Ngamarta. Pamade menurut perintah sang bagawan, lalu mohon restu berangkat ke Ngamarta. Para panakawan mengawalnya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan prajurit raksasa Dwarawati yang dipimpin oleh Kalarumba. Mereka saling bertanya, berselisih dan terjadilah perkelahian. Raksasa kalah. Togog dan Sarawita pun kembali ke Dwarawati.
Setyaboma dan rombongan tiba di pesanggrahan Randhukumbala. Mereka disambut oleh raja Baladewa. Setyaboma disuruh masuk ke istana keputren menemui Erawati, sedang Setyaki ditemui oleh raja Baladewa sendiri. Setelah masuk di istana keputren, Setyaboma terkejut bercampur takut, sebab yang dijumpai sakit bukan Erawati, melainkan Narayana. Setyaboma akan lari, tetapi ditahan Narayana. Narayana berkata bahwa sangat sayang bila Setyaboma yang gadis remaja akan dikawinkan dengan Pendeta Drona yang tua itu. Setyaboma jatuh cinta kepada Narayana. Mereka duduk berdampingan dan berjanji saling mencintai.
Sementara itu Setyaki mabuk oleh minuman sehingga tidak mengetahui peristiwa yang terjadi. Setelah sadar dan mengetahui tipu muslihat raja Baladewa dan Narayana, Setyaki pun menjadi marah. Ia hendak menyerang raja Baladewa. Raja Baladewa mengatakan bahwa tipu muslihat itu dilakukan demi terbebasnya Setyaboma dari tangan Korawa. Setyaki tidak setuju dengan akal demikian itu. Raja Baladewa diserangnya, tetapi sang raja berusaha menghindari perselisihan. Ketika Setyaki melihat Setyaboma duduk berdampingan dengan Narayana, hilanglah rasa marahnya. Ternyata Setyaboma mencintai Narayana. Ia menghormat dan minta maaf. Setyaki diutus ke Ngastina agar memberitahu kepada warga Korawa bahwa perkawinan Setyaboma harus melalui sayembara. Siapa yang mampu mengalahkan raja Baladewa dan mematahkan dua lengannya diperbolehkan memperistri Setyaboma.
Setyaki segera pergi ke Ngastina, menyampaikan sayembara yang harus dipenuhi oleh raja Duryudana dan Pendeta Drona. Kemudian Setyaki kembali ke Randhukumbala. Raja Duryodana mengijinkannya, beberapa warga Korawa disuruh membantunya. Setelah tiba di Randhukumbala, Pendeta Drona mengajukan permintaan bahwa para Korawalah yang mewakilinya. Raja Baladewa menerima usul Pendeta Drona. Ia menyuruh warga Korawa mengeroyoknya tapi ternyata Raja Baladewa tidak terkalahkan.
Pendeta Drona pun lari ke Ngamarta, menghadap raja Yudhistira. Pendeta Drona minta kesediaan Bima untuk mewakilinya mengikuti sayembara mengalahkan raja Baladewa. Raja Yudhistira mengijinkan, dan Bima menyanggupinya. Mereka meninggalkan Ngamarta, dan pergi menuju ke Randhukumbala. Pamade menyertainya. Raja Baladewa menerima kedatangan Bima, lalu mereka beradu kesaktian. Lama mereka berkelahi, akhirnya capai dan jatuh pingsan. Narayana dan Sumbadra datang dan menangisi Baladewa. Sedangkan Pamade menangisi Bima.
Tengah mereka bertangisan datanglah penjaga istana keputren, lalu memberi tahu bahwa Setyaboma dilarikan Raseksi. Baladewa dan Bima sadar, lalu mereka berunding untuk mengejar pencuri. Pamade ditugaskan mencari pencuri itu. Bima dan Narayana mengikutinya.
Setyaboma telah berhasil dibawa sampai Negara Dwarawati oleh Raseksi Rini. Kemudian diserahkannya kepada raja Yuda Kalakresna. Setyaboma disuruh masuk ke istana. Ketika masuk di istana, ternyata Narayana telah datang dan siap menyambutnya. Setyaboma disimpan dalam cincin Narayana. Raja Yuda Kalakresna menyerangnya, tetapi akhirnya mati terbunuh. Prajurit Dwarawati mengamuk namun dapat dipadamkan oleh Bima dan Pamade. Sang Hyang Narada datang, menjunjung perintah Sang Hyang Girinata, agar Narayana naik tahta di Dwarawati dengan gelar Prabu Kresna. Sang Hyang Narada kembali ke Kahyangan.
Narayana, Bima dan Pamade kembali ke Lesanpura dan menyerahkan Setyaboma kepada raja Setyajid. Raja mengijinkan putrinya, Setyaboma, dipersunting oleh Narayana.
Raja Duryodana yang kecewa lalu memerintahkan warga Korawa menyerang Lesanpura dan merebut Setyaboma. Serangan prajurit Korawa dilawan oleh Pamade dan Bima, maka seketika musuh kembali ke Ngastina.
Negara Lesanpura aman kembali. Narayana memboyong Setyaboma, dan bertahta di kerajaan Dwarawati. (Sumber: Mangkunagara VII, Jilid 23:8-14)
http://caritawayang.blogspot.co.id/perkawinan-kresna-dengan-setyaboma.html
Perkawinan Kresna Dengan Jembawati / Narayana Krama
Para Pandhawa hidup menyamar di Wanamarta. Yudhisthira memar sebagai brahmana Dwijakangka, Bima menjadi algojo bernama Jagalbilawa, Arjuna menjadi guru tari bernama Kandhiwratnala, Nakula menjadi pemelihara kuda bernama Pinten atau Dama, Sadewa menjadi gembala bernama Tangsen atau Granti. Mereka membuka hutan bersama-sama atas perintah dan ijin Raja Wiratha. Di tengah hutan Arjuna ditemui oleh Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih. Ia diberi tahu bahwa penyamaran Pandhawa telah diketahui oleh Korawa. Arjuna harus berhati-hati. Kemudian Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih kembali ke Cakrakembang.
Arjuna bersama panakawan mengelana di hutan. Mereka bertemu dengan Narayana dan Udawa. Narayana bercerita tentang tapanya di tepi Bengawan Kantha, dan telah memperoleh wahyu, anugerah Sang Hyang Jagadpratingkah. Narayana hendak melanjutkan perjalanan ke Gandamadana, hendak menolong Resi Jembawan yang menderita sedih. Arjuna heran mendengar keinginan Narayana. Narayana bercerita, sejak akan bertapa ia telah melamar Jembawati, anak sang resi itu. Sekarang Jembawati hilang, mungkin dibawa lari oleh Raja Trisancaya, raja negara Sriwedari. Meskipun Jembawati telah dilamar oleh Narayana, tetapi Resi Jembawan dan Trijatha ingin memberikan Jembawati kepada raja Trisancaya, sebab ia pernah berhutang budi. Narayana mengajak Arjuna untuk mencari Jembawati. Arjuna menyanggupi. Udawa disuruh kembali ke Widarakandhang untuk memberi tahu kepada Kakrasana.
Narayana dan Arjuna tiba di negara Sriwedari. Mereka masuk ke taman. Raja Trisancaya sedang merayu Jembawati. Jembawati tidak menyambut cinta Raja Trisancaya. Ia menyiapkan keris di tangan. Bila dijamah ia ingin bunuh diri. Raja Trisancaya amat kecewa, lalu berusaha menakut-nakuti Jembawati. Setelah tidak berhasil Raja Trisancaya pergi. Seorang abdi perempuan ditugaskan untuk menungguinya.
Raja Trisancaya menemui Patih Pramastha, minta agar dicarikan harimau putih untuk menakut-nakuti Jembawati. Narayana mengetahui rencana raja itu. Ia lalu menyamar, berubah wujud menjadi harimau putih. Arjuna diminta menjadi gembala harimau itu. Harimau berjalan di hutan dikawal oleh Arjuna. Mereka berjumpa dengan Patih Prawastha dan pegawai istana. Arjuna pun ditanya nama dan asal harimau itu. Arjuna menjelaskan bahwa harimau itu bernama Narasinga, binatang peliharaan Basudewa, raja Mandura. Harimau diminta untuk Raja Trisancaya, dan akan diminta bantuan supaya membujuk Jembawati agar mau menjadi permaisuri raja. Arjuna menyanggupinya. Arjuna dan Narasinga dibawa masuk ke kerajaan Sriwedari.
Harimau dan Arjuna diterima oleh sang raja. Arjuna diminta untuk mengajarkan tari kepada isteri selir Raja Trisancaya dan adik raja bernama Ambarwati. Narasinga ditugaskan membujuk Jembawati, supaya bersedia menjadi permaisuri raja.
Jembawati sedang asyik berbicara dengan para abdi. Tiba-tiba melompatlah harimau putih mendekatinya. Jembawati dan para abdi berteriak ketakutan tetapi mereka tidak mau lari. Jembawati bahkan ingin mati dimakan harimau karena ia tidak mau diperisteri Raja Trisancaya. Narasinga mengerang dan menyapanya. Jembawati heran lalu mendatangi harimau itu dengan tenang. Ia semakin heran setelah Narasinga bersikap seperti manusia. Narasinga ditanya alasan kehadirannya ke Sriwedari. Dijawab olehnya bahwa ia ingin mengabdi raja. Raja Trisnancaya dipuji dan disanjungnya. Dikatakan sang raja sungguh baik hati, ambek paramarta. Sungguh bahagia puteri yang diangkat menjadi permaisuri raja. Jembawati menjawab, ia tidak ingin diperisteri sang raja. Lebih baik mati daripada melayani sang raja. Narasinga meyalahkan sikap Jembawati yang demikian itu. Bila Jembawati menginginkan tanpa selir, Narasinga sanggup mengusulkan agar selir raja diusir dari istana. Jembawati tidak ingin mengusir para selir, tetapi ia juga tidak mau diperisteri raja, sebab ia telah bertunangan kepada Narayana. Narasinga menanggapi bahwa Narayana adalah seorang pemuda jelek, bukan keturunan raja. Ia keturunan orang hina, anak Antagopa di Desa Widarakandang, pekerjaannya menggembala ternak. Sedang Trisancaya adalah keturunan raja yang berkuasa di Ngalengka. Bukankah Jembawati itu cucu Wibisana, Raja Singgelapura. Sudah selayaknya bila Jembawati menjadi isteri Trisancaya. Sangat keliru bila ingin bersuami Narayana penggembala kambing itu. Jembawati menjawab bahwa cintanya kepada Narayana bermodal cinta sejati. Ia tidak mau bermuka dua, lebih baik mati bila urung bersuami Narayana. Narasinga melanjutkan kata-kata bujukannya. Ia mengaku lebih mengerti asal-usul Narayana, dan mengaku abdi tersayang di kerajaan Mandura. Disarankan agar Jembawati mau diperisteri Raja Trisancaya, agar kelak tdak menyesal, sebab Narayana tidak mungkin membahagiakan hidupnya. Jembawati tetap pada pendiriannya. Ia ingin bersuami Narayana meskipun bukan raja, dan ia tidak ingin minta segala sesuatu kepadanya. Sungguh besar cinta
Jembawati kepada Narayana, tidak mungkin terbeli dengan emas dan kekayaan. Narasinga terlihat marah. Ia berkata akan menelannya, akan memakan tulang-tulangnya dan meminum darahnya.
Narasinga mengerang. Para abdi ketakutan, menangis dan meminta agar tuan puterinya mau diperisteri Raja Trisancaya. Jembawati tetap tenang dan berkata kepada Narasinga bahwa ia ikhlas dimakan, sebab sudah demikian itu tekadnya. Namun sebelum dimakan ia berpesan agar Narasinga memberi tahu kepada Narayana bahwa cintanya kepada Narayana tidak luntur oleh keduniawian dan bahaya yang datang dari kerajaan Sriwedari, tidak akan gugur karena jasa-jasa Raja Trisnancaya kepada ayahnya. Cinta kasihnya kepada Narayana tidak akan pudar oleh ancaman harimau yang amat buas. Jembawati minta ijin akan bersemedi sebelum dimakan harimau itu. Selama bersamadi ia akan berdoa, semoga Narayana mendapat isteri yang lebih cantik dan selalu selamat. Setelah selesai bersamadi ia bersedia untuk dimakan.
Jembawati bersamadi, Narasinga mendekatinya dalam rupa Narayana, lalu mencubit dan mencolek dagu Jembawati. Jembawati tidak menghiraukan, dirasanya Narasinga mencium hendak memakan dirinya. Para abdi tersenyum memandang adegan romantis itu. Jembawati membuka mata, tidak terlihat lagi harimau Narasinga. Yang dipandang hanyalah Narayana kekasih dan jantung hatinya. Mereka pun asyik berwawan asmara.
Raja Trisnancaya datang, Narayana telah berubah menjadi Narasinga. Jembawati duduk berpegang Narasinga seraya mengusap-usap leher harimau itu. Raja ini melihatnya lalu berkata bahwa dirinya kalah bagus, tidak dicintai oleh Jembawati. Narasinga berkata bahwa tidak lama lagi sang putri akan menyerah kepada raja, sanggup diperisterinya. Raja berkenan lalu pergi meninggalkan taman.
Arjuna dicintai oleh selir raja Trisnancaya. Ambarwati, adik raja pun juga jatuh cinta kepada Arjuna. Hal itu diketahui oleh sang raja. Ketika Arjuna bercumbu dengan Ambarwati, sang raja marah. Arjuna dilempar tombak, maka terjadilah perkelahian. Gempar di istana Sriwedari. Para panakawan membela keselamatan tuannya. Prajurit Sriwedari membantu perang. Narasinga mengambil kesempatan keluar dan menyerang prajurit Sriwedari. Prajurit Sriwedari lari tunggang langgang dan mencari persembunyian.
Narasinga kembali menjadi Narayana, kemudian bersama Jembawati, Arjuna dan Panakawan lari meninggalkan kerajaan Sriwedari, menuju ke pertapaan Gandamadana. Kedatangan Jembawati, Narayana dan Arjuna disambut oleh Resi Jembawan dan Trijatha.
Sang Hyang Narada datang bersama bidadari di pertapaan. Kedatangan mereka atas perintah Sang Hyang Jagadnata untuk mengawinkan Jembawati dengan Narayana. Resi Jembawan menyerah dengan kehendak Dewa. Perkawinan dan perjamuan mempelai dirayakan di Gandamadana. Setelah upacara Sang Hyang Narada dan para bidadari kembali ke kahyangan.
Raja Trisnancaya bersama prajurit berusaha menyerang Gandamadana dan merebut Jembawati. Tetapi Arjuna dan Kakrasana berhasil mengusir musuh kembali ke negaranya.
R.S. Subalidinata.
(sumber bacaan : Narayana Krama. Marwoto Panenggak Widodo. Penyebar semangat no. 6 tahun 1983)
sumber : wayang.wordpress.com
http://caritawayang.blogspot.co.id/perkawinan-kresna-dengan-jembawati_28.html
Komentar
Posting Komentar