Lakon Gojali Suta dan Bomantaka
Gojali Suta
Tampak Sitija menunggangi raksaksa Mahodara menghadap ayahandanya Prabu Kresna
Suasana sangat suram. seperti matahari tertutup mendung. seolah sangat sunyi tak ada sama sekali suara mahluk berkutik. suasana inilah yang menjadi perbawa di negeri trajutisna dan suroteleng.
saat itu raja trajutisna prabu sitidja alias boma narakasura merasa sangat sedih dan kecewa. karena istrinya Dewi Hagnyawanawati atau dei Mustikawati tak mau melayaninya sebagai suami. malah sang istri mabok kepayang dengan saudaranya sendiri yaitu raden samba wisnubrata.
susana sangat suram menyelimuti paseban agung. sang raja prabu sitidja cuma diam saja. sedangkan Prabu Supala, patih Pancadnyana, Ditya Maudara, Ditya Ancak Ogra, Ditya Yayahgriwa, Ditya Sinundha cuma bisa ikutan diam sambil memandang kosong ke lantai. mereka sangat takut melihat keadaan rajanya yang sedang bermuram durja. untuk memecah kesunyian maka sang raja prabu sitidja berkata kepada patihnya prabu supala:
“paman supala saya mengadakan pertemuan ini sengaja ingin membhas masalah raden samba dan dhiajeng Hagnyanawati. dua orang itu sudah bener bener kasmaran sampe dhiajeng Hagnyanawati dibawa pulang ke dwarawati. maksud saya daripada didengar orang luar, mending adik saya samba saya nikahkan dengan istri saya dhiajeng Hagnyanawati. lalu saya dudukan di kerajaan trajutisna dengan baik baik”
“sebentar kanjeng prabu, bukankah kelakuan adik baginda samba itu berarti telah berani melakukan tindakan mesum dan berkhianat kepada sang prabu?barani mengambil istri paduka sebagai pacarnya?bukankah itu sama dengan berani menginjak injak kepala sang prabu sendiri”
“tidak apa apa paman, karena samba itu adik saya yang paling saya sayangi. karena itu saya akan mengirim utusan ke dwarawati yaitu maudara dan ancak ogra untuk menghadap ke prabu kresna agar mau mengijinkan membawa samba dan hgnywati untuk saya nikahkan di trajutisna.”
kemudian prabu sutidja memberikan perintah kepada maudara dan ancak ogra untuk berangkat ke dwarawati untuk menghadap sri baginda kresna ayahnya untuk menyampaikan keinginan prabu boma narakasura. maka maudara dan ancak ogra segera berangkat.
di paseban agung kerajaan dwarawati. disana sang raja sri baginda raja bhatara kresna sedang berdiskusi dengan patih udawa dan raden setyaki. yang dibicarakan tidak lain adalah kelakuan raden samba yan telah merusak pagar ayu dengan membawa istri saudaranya sendiri untuk dijadikan sebagai kekasih. belum lama pembicaraan berlangsung datanglah ditya maudara dan ancak ogra.
setelah datang dan saling beramah tamah mereka mengatakan tujuan kedatanganya ke pada prabu kresna. lalu prabu bhatara kresna yang sudah mengetahui akan jadi apa lelakon ini mengijinkan raden samba untuk dibawa ke trajutisna. maka ditya maudara dan ancak ogra segera pamit dengan membawa raden samba ke trajutisna.
setelah kedua utusan pamit, setyaki maju menghadap bhatara kresna dan matur:
” kakanda prabu kenapa kakanda ijinkan mereka membawa raden samba?iya jika kedua utusan tadi berkata benar, bagaimana jika mereka berbohong dan ingkar janji?di sana nantinya raden samba bukan akan dinikahkan mlah akan dihukum?bagaimana kakanda prabu”
“wahai adiku setyaki, janagn berpikiran seperti itu. ingat semua itu sudah diatur takdir. walopun digedong baja sekalipun, jika sudah saatnya mati pasti terjadi. walopun dihujani tembakan peluru pun jika masih belom waktunya pasti kan selamat. adi setyaki jangan ikut campur, biarkan saja samba mau diapkan saja. yang jelas jangan sampe sitidja melawan dan melibatkan orang yang tanpa dosa!!. jika itu dilakukan apalagi melawan adi arjuna maka aku sendiri yang akan menghadapi sitidja anaku. sekarang adi setyaki bubarkan paseban pertemuan ini. saya mau tidur dan menenangkan hati”
diceritakan smapelah rombongan ditya maudara dan ancak ogra yang mengiring jaka samba ditengah hutan. disana 2 rksasa ini gak menerima kelakuan jka samba yang mengambil istri baginda rajanya. maka mereka berdua menyiksa jaka samba. sehingga jaka samba menjerit kesakitan. kebetulan saat itu datanglah arjuna yang kan menuju kerajaan dwarawati. kaget hati arjuna mendengar jeritan dari raden samba.
karena kaget maka arjuna segera bertanya dan mencegat rombongan itu:
“kalo ga salah ini maudara dan samba. kenapa ini kok badan samba biru biru seperti ini?dan kalian hendak pergi kemana?”
maudara menjawab:
“kalo raden arjuna bertanya maka sebenarnya saya dan ancak ogra menjalankan perintah kanjeng gusti sitidja untuk membawa anak mas raden samba ke trajutisna untuk di nikahkan dengan dewi hagnyawati. nah kenapa badan raden samba biru biru?karena kena duri dan onak di dalam hutan”
“apa benar seperti itu samba” tanya arjuna tidak percaya kepada samba.
“aduh paman itu tak benar, kenapa saya babak belur begini karena saya sebenernya digebuki oleh paman maudara dan ancak ogra”
karena marah maka maudara di tusuk oleh raden arjuna dengan pusaka pulanggeni hingga tewas dan balik ke asalnya yaitu bangkai burung dara. sementara ancak ogra diberikan surat tantangan yg ditulis arjuna untuk sitidja. karena temen seperjalananya tewas segera ancak ogra berlaripulang ke trajutisna. sementara raden samba dan dewi hagnywati untuk sementara waktu dipersilahkan menginap di kasatrian madukoro.
di kerajaan trajutisna sedang duduk prabu sitdja diatas singgasana dengan menhadap para bawahanya. tiba tiba datanglah ancak ogra dengan ngos ngosan dan berdarah darah. prabu sitidja sangat marah membaca surat tantangan. dan langsung menyerang madukoro. prabu sitidja naik diatas garuda wilmuna sementara semua prajuritnya berbaris didaratan.
tetapi sebelum tanding dengan arjuna prabu sitidja hendak mencari terlebih dahulu dimana raden samba yang menjadi pnyebab kejadian perkara ini. sementara perang pun pecah. baladewa, arjuna, setyaki, gatotkaca berperang melawan wadya bala dr trajutisna. perang besar pun pecah di madukoro.
diluar terjadi perang besar sementara di dalamkesatrin madukoro 2 muda mudi sedang bermadu asmara. yaitu raden samba dan dewi hagnywati. mereka berdua mabuk asmara bercumbu dan juga berpeluk peluk. apalagi raden samba merasa pamanya arjuna merestui dan melindungi dirinya. karena sedang asyik masyuk tak merasa ada endung yang tiba. itulah garuda wiluma yang segera turun. dan kagetlah raden samba melihat turunya garuda yang ditunggangi kakanya sitidja. segera raden samba tergopoh gopoh menghaturkan sembah.
“sembah saya kepada kakanda prabu, saya tak menyangka kakanda prabu sendiri yang akan datang kemari. mohon kakanda prabu mau memaafkan segla kesalahan hamba”
prabu seitidja berkata
“iya adiku, sebenarnya aku kesini akan marah kepada di samba, tp melihat adi seperti ini seolah hilang kemarahanku. sudahlah bukan watak trajutisna untuk marah cuma gara gara wanita”
ketika naik kembali ke garuda prabu sitidja mendengar omongan togog yang berkata:
“bagaimana sih ndoro?bukankah ndoro itu hendak marah dan menjatuhkan hukuman kepada samba yang telah merebut istri paduka?kenapa jadinya ketika sudah ketemu orangnya malah batal begini?”
lalu tanpa peringatan karena sangat marah dari atas garuda prabu sitidja melemparkan senjata limpung ke arah raden samba.sehingga lukanya sekujur tubuh. kemudian mengingat perang trajutisna dan madukoro terjadi karena samba plus melihat banyaknya mayat bergelimpangan. kemarahan prabu sitidja semakin membara. di hancurkanya tubuh samba. di robek mulutnya, dihancurkan hidungnya, tanganya dipatah dan dipuntir, lalu mayatnya dijuwing juwing. melihat keadaan ini dewi hagnywati menghunus patrem dan menusukan ke tubuhnya. ikut belapati.
sesudah itu prabu sitidja mengambil sisa mayat samba dan dilemparkan ke medan perang. dan sang prabu menaiki garuda untuk mengejar jatuhnya mayat. di medan perang para pandawa merasa sangat marah karena merasa tak mampu menjaga kselamatan raden samba.
sementara patih pancatnyana di gemplang senjata neggala oleh bladewa dan tewas seketika. semua wadyabala trajutisna mulai habis di bantai oleh gatokaca dan werkudoro serta setyaki. mengetahui ini segera prabu sitidja maju perang. terjadi perang dahsyat antara arjuna dan prabu sitidja. tetapi prabu sitidja punya ajian pancasona. mati 7 kali sehari bisa hidup kembali. jd tak ada guna. ahirnya arjuna memilih keluar dr perang dan bertapa lg dengan nama benggawan cipto ening
karena malu arjuna keluar dr perang dan memilih betapa menjadi begawan cipto ening. mengetahui keluarnya arjuna maka para pndawa segera mencari bantuan sri bhatara kresna. malah sri bhatara kresna tidur tak bisa dibangunkan. bahkan diceritakan anaknya samba mati dijuwing juga tak bangun. sri bhatara kresna hanya bangun ketika diceritakan arjuna merasa malu dan keluar serta menghilang dr perang. rupanya sri bhatara kresna mengunjungi ibunyi sitidja yaitu dewi pratiwi di kayangan sapta pratala. di sana bhatara kresna menanyakan apa kelemahan sitidja. dei pratiwi menceritakan:
“sitidja punya aji pancasona tak akan mati selama masih menyentuh tanah. nah kelemahanya adalah sebuah anjang anjang besi. dalam episode topeng waja terjadi perkelahian antara sutedja dan gatotkaca. dimana topeng waja gatot di gemplang oleh senjata gamparan kencana milik sutedja lalu terjadi salah kedaden. ahirnya topeng itu berubah wujud jd anjang anjang besi di alas pramonokoti daerah pringgondani. itu pengapesan dr anak saya sitidja”
ketika bngun prabu kresna segera bilang kepada gatotkaca:
“jika nanti mayat saudaramu sitidja jatuh, segera bawa kabur ke alas pramonokoti dan baringkan di anjang anjang besi”
“baik paman prabu” kata gatotkaca
kemudian sitidja yang sedang menaiki garuda wiluma sedang terbang berputran di arena perang dilepasi senjata chakra oleh sri kresna. ahirnya tubuhnya terbelah dan jatuh kebumi lalu segera dibawa terbang oleh gatotkaca ke alas pramonoti dan diletakan di anjang anjang besi. sehingga matilah sitidja karena tak menyentuh tanah. maka berahirlah kisah perang gojali suta ini.
http://caritawayang.blogspot.co.id/gojali-suta.html
Tokoh Kala Ancakogra, dan Tokoh Kala Amisunda
Tokoh Kala Yayahgriwa, dan Tokoh Nyai Kala Cetisegara
Bomantaka
Prabu Kresna raja Dwarawati, menerima kedatangannya prabu Baladewa raja Mandura, menghadap pula raden Setyaka dan raden Setyaki. Sri Kresna membicarakan, kehendak putra mahkota Dwarawati, raden arya Samba, untuk dijodohkan dengan Dewi Hagnyanawati. Datanglah utusan prabu Boma raja Trajutrisna, raksasa bernama Mahudara menghaturkan surat yang isinya prabu Boma sangat merindukan putra mahkota raden arya Samba, untuk memenuhinya putra mahkota diundangnya kekerajaan Trajutrisna. Sri Kresna mengijinkan, demikian raden arya Samba tidak berkeberatan, berangkatlah mereka bersam-sama menuju kerajaan Trajutrisna.
Akan halnya keberangkatan raden arya Samba, sri Kresna di kraton memberitakan pula kepada para permaisurinya, Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Setyaboma.
Setelah keberangkatan Mahudara beserta raden arya Samba, di paseban luar Dwarawati, tampak prabu Baladewa memerintahkan kepada patih Pragota,Prabawa beserta segenap waduabalanya, untuk berjaga-jaga, mengadakan pengamatan keamanan batas kerajaan Dwarawati. Mereka segera berangkat, menunaikan tugasnya.
Konon, raksasa Mahudara yang menjadi utusan prabu Boma Trajutrisna,setelah sampai di tengah hutan, raden arya Samba tak luput dari naksud semulanya, dihajar, disakiti. Sangat
sedihlah raden arya Samba tak mengira bahwa kedaan dirinya akan menemui keruwetan.
Patih Udawa yang diberi tugas khusus oleh prabu Baladewa, telah menghadap raden Janaka di praja Madukara, disampaikan pesan prabu Baladewa, bahwa raden arya Samba diundang ke kerajaan Trajutrisna oleh prabu Boma, telah berangkat dengan dutanya raksasa bernama Mahudara. Raden Janaka merasa bahwa ada gelagat yang tidak baik, segera mnyusul kepergian raden arya Samba. Di tengah hutan, bertemulah raden Janaka dengan raksasa Nahudara, kepadanya dititipkan surat tantangan dari raden Janaka kepada Prabu Boma, akan halnya raden arya Samba diajklah kembali menghadap ke kerajaan Dwarawati.
Kedatangan raksasa Mahudara, datang melapor kepada prabu Bomanarakasura, bahwasanya tugas selesai, di tengah hutan raden Janaka memaksanya raden arya Samba, bahkan kepadanya dititipi surat tantangan dari raden Janaka,untuk dihaturkan kepada prabu Bomanarakasura. Seisi kerajaan Trajutrisna, tampak hadir para narapraja, patih Pancadnyana, raksasa Yayahgriwa, Ancakugra, dan Winisuda, mereka kesemuanya kelihatan meluap amarahnya, setelah mendengar isi surat tantangan raden Janaka. Prabu Boma meledak amarahnya, segera mengutus raksasa wadyabalanya, untuk pergi meminta bantuan ke kerajaan Astina, pula utusan dikirimkan lagi ke karajaan Awu-awu, raja Durbala diminta kesediaanya membantu Trajutrisna, menghadapi tantangan raden Janaka.
Di kerajaan Dwarawati, Prabu Kresna dan Prabu Baladewa, menerima kedatangan raden Janaka, yang membawa serta raden samba, Sri Kresna setelah mendengar laporan raden Janaka segera mengutus r ad en Arya Setyaki untuk memberikan kabar kepada raja Kumbina dan diharapkan kedatangannya di kerajaan Dwarawati., demikian pula raden Setyaka diutus ke kerajaan Amarta, untuk menyampaikan pesan sri Kresna, memohon kehadirannya prabu Puntadwa di Dwarawati . Berangkatlah mereka menunaikan tugasnya masing-masing.
Prabu Duryudana raja Astina, dihadap oleh pandita praja Dahyang Durna, path sakuni, dipati Karna, para Korawa raden arya Dursasana, raden arya Kartamarma, raden arya Citraksa, citraksi, menerima utusan dari kerajaan Trajutrisna, raksasa-raksasa bernama Yayahgriwa dan Ancakugra. Surat raja Bomanarakasura disampaikan, Prabu Duryudana telah memahaminya, bahwasanya bantuannya sangat diharapkan oleh raja Trajutrisna, dalam rencana menyerang kerajaan Dwarawati. Seundurnya utusan Trajutrisna, Prabu Duryudana segera memerintahkan kepada dipati Karna sebagai panglima perangnya beserta Kurawa, untuk membantu kepada kerajaan Trajutrisna, dan berangkatlah bala bantuan Astina.
Raden Arya Setyaki, berdatang sembah kepada raja Kumbina, prabu Bismaka, menyampaikan harapan sri Kresna untuk dimnta kehadiran di kerajaan Dwarawati. Berangkatlah prabu Bismaka beserta adiknya prabu Setiajid raja Lesanpura menuju kerajaan Dwarawati, diringkan oleh raden Arya Setyaki.
Konon, prabu Bomanarakasura telah mengerahkan wadyabalanya, beserta bala bantuan dari astina, dan kerajaan awu-awulangit, segera berangkatlah menuju kerajaan dwarawati.
Prabu kresna, telah berembug dengan Baladewa disamping tampak pula Bismaka, Prabu setyajid. Datanglah melapor wadya dwarawati, bahwasanya Trajutrisna telah datang menyerang, wadyabala kerajaan dwarawati menyongsongnya, mereka terlibat dalam kancah peperangan yang rame dan seru.
Agaknya Prabu Boma denagn naik kendaraan perangnya, bernama garuda Wilmuna, datang mengamuk dalam peperangan. Raden Gunadewa disambarnya mati demikian pula raden Samba dan raden Janaka. Prabu Kresna meluap amarahnya melihat kebuasan tindakan prabu Boma, segera dilepasinya denagn senjata sakti cakra, matilah Prabu Boma, akan tetapi memang sudah takdir dwa, selama Boma masih disangga bumi, hidup lagi. Segera prabu Kresna memerintahkan wadyabala untuk mempersiapkan penyangga, Boma dicakra lagi, sekarang matilah Boma tidak mencium bumi, sebab disangga oleh anjang-anjang. Raden werkudara mengamuk sisa wadyabala Trajutrisna dikalahkan semua.
http://caritawayang.blogspot.co.id/bomantaka.html
Komentar
Posting Komentar