Banjaran Bimasena

Batara Guru dihadap Batara Bayu, Batara Narada, Batari Durga, dan Batara Penyarikan.
Para dewa membicarakan tentang gara-gara yang terjadi di dunia. Batari Durga juga menyampaikan kabar bahwa para jin dan siluman di hutan Mandalasara mulai protes karena hawa panas yang dibawa oleh bayi bima yang masih tebungkus. Para jin berunjuk rasa menuntut persoalan ini segera diselesaikan karena banyak jin yang tertabrak bayi bima menjadi cacat Karen panasnya bungkus tersebut.
Di saat perbincangan semakin serius, kemudian munculah anak Gajah Erawata yang berwarna putih yang bernama Gajah sena. Gajah Sena ingin mencapai kesempurnaan dan menanyakan caranya kepada Batara Guru.
alhasil rapat kayangan itu berhasil menemukan jalan keluar untuk mengatasi persoalan ini. Lalu diutuslah Batara Bayu, Batari Durga, Gajah Sena dan Batara Narada untuk turun kedunia memecahkan bungkus bayi itu.
Di hutan Mandalasara
Bayi bima sedang biam di tengah hutan yang sudah hampir rata dengan tanah karena di tabrak oleh bayi ima ini selama berhari hari. Setelah paradewa berkumpul, lalu Batari Durga masuk ke bungkus bima untuk memberi anugrah berupa sandang yang antara lain kain poleng bang bintulu, kelatbahu dan gelang candrakirana, kalung nagabanda dan pupuk jarot asem.
Setelah Batari durga keluar tiba giliran Gajah Sena memecah bungkus bima. Bungkusan bayi itu ditabrak, dibanting dan di injak injang hingga pecah. Saat itu keanehan terjadi, Bayi bima muncul sebagai seorang yang bertubuh besar dan sekali tendang, Gajah Sena pun musnah dan menyatu di tubuh Bima.
Batara Bayu lalu menyapu bungkusan bima sampai ke pangkuan Begawan Sapwani. Bungkusan itu kelak menjadi ksatria gagah yang bernama Jayadrata. Setelah selesai, Batara Narada memberi petunjuk kepada Bima untuk kembali ke Astina menemui ayahnya dan saudara-saudaranya (Puntadewa (kakaknya) dan Arjuna(adiknya)).dan para dewa kembali ke kayangan.
Tahun berganti tahun, Bima tumbuh menjadi semakin kuat dan juga bermusuhan dengan Kurawa. Karena tidak ada yang bisa menandingi Bima lalu para kurawa mengajak bima minum sampai mabuk. Lalu tubuhnya di lempar ke sumur jalatunda yang berisi ular berbisa. Disana Bima ditolong oleh Batara Badawanganala yang kemudian memberi kesaktian untuk kebal akan segala macam racun dan dinamai Bondan Pesajandu.
Sengkuni dihadap Duryudana, Dursasana, dan kurawa lainnya. Atas hasutan Sengkuni, para kurawa diminta untuk membuat pesta penyerahan tahta kerajaan di tengah hutan dimana telah dibangun pesanggrahan tempat untuk pandawa yang terbuat dari kayu yang mudah terbakar. Saat waktunya tiba para kurawa hanya menunda-nunda sampa para pandawa mabuk Karena kebanyakan minum. Saat itu hanya BIma yang tidak mabuk. Setelah tengah malam para pandawa tertidur. Pesanggrahan mereka dibakar. Oleh Bima kesemua saudara dan ibunya dibawa masuk ke terowongan atas petunjuk garangan putih. Sampailah mereka di Kayangan Saptapertala. Disana Bima lalu menikah dengan Dewi Nagagini (berputra Antareja).
Saat perjalanan pengenbaraan kembali ke astina, mereka melewati wilayah Pringgandani, di sana Bima bertemu dengan Arimba dan bertempur karena silang pendapat sehingga Arimba tewas (Arimba dendam pada Pandawa karena Prabu tremboko sebelumnya dibunuh oleh Pandu atas hasutan sengkuni). Arimbi, adik Arimba justru malah jatuh cinta pada Bima dan atas sabda Dewi Kunti, Dewi Arimbi menjadi cantik dan menikah dengan Bima. (mereka kemudian berputra Gatotkaca)
Tahun berganti tahun, Pandawa akhirnya berhasil mendirikan kerajaan yang makmur bernama amarta.
Para kurawa mendesak Durna untuk mencelakakan Bima. Awalnya Durna menola namun atas desakan para kurawa dan pernyataan2 sengkuni yang memojokkan , pergilah Durna menemui Bima. Disana ia meminta Bima mencari air suci tirta perwitasari di samodra dengan tujuan menenggelamkan Bima di tengah samodra.
Semua penghalang di terjang, pergilah Bima kesana kemari sampai di samudra. Ia bingung. Lalu muncullah sosok dewa Ruci yang memberinya pengetahuan tentang tirta perwitasari yang sebenarnya ada di dalam hati yang paling dalam. Setelah itu kembali lah Bima ke Amarta dan lalu menjadi Begawan Bima Suci.
Semua cara untuk mancapai perdamaian antara Kurawa dan Pandawa gagal sehingga pecahlah Baratayuda. Dalam Baratayuda Bima berhasil membunuh banyak Kurawa dan juga beberapa raja pendukung. Sampai pada hari ke 16 Baratayuda, Bima berhasil ngithik ithik perutnya Dursasana sampe ususnya pada jebol. Bima juga berhasil membunuh Sengkuni.
Hari terakhir Baratayuda, Duryudana menjadi lawan si Bima. Di sini si Baladewa dating uintuk menjadi wasit. Setelah pertempuran berlangsung sengit, Bima akhirnya menang denagn memukulkan gada ke paha kiri Duryudana.
https://wayang.wordpress.com/banjaran-bima/

Banjaran Bima
Prabu Pandudewanata bersedih hati, karena putra keduanya lahir dalam keadaan terbungkus kulit yang tidak dapat dipecahkan dengan senjata apa pun.
Atas nasihat Begawan Abiyasa, sesuai dengan petunjuk dewa, bayi bungkus itu dibawa ke hadapan gajah Sena. Pada saat itu Batara Bayu menyusup ke dalam tubuh Gajah Sena, yang menendang bungkus bayi itu hingga pecah.
Bersamaan dengan itu datanglah badai yang menerbangkan bungkus bayi itu, hingga sampai ke Kerajaan Sindureja, dan jatuh di pangkuan Begawan Sapwani. Bungkus bayi itu dicipta menjadi seorang ksatria perkasa, dan diberi nama Jayadrata.
Sementara itu Bima tumbuh menjadi ksatria bertubuh tinggi dan besar. Ia sering bertengkar dan berkelahi dengan para Kurawa, terutama dengan Duryudana dan Dursasana.
Pada suatu saat Kurawa hendak mecelakakan Bima dengan cara meracuni makanannya. Setelah tidak sadarkan diri, Bima diangkat beramai-ramai, dimasukkan ke dalam Sumur Jalatunda, yang penuh dengan ular berbisa. Namun, Bima bukan mati, melainkan justru bertambah kuat dan tahan segala macam racun.
Atas hasutan Patih Sengkuni, Kurawa kemudian berniat membunuh seluruh Pandawa dan Dewi Kunti, dengan membakar Bale Sigala-gala. Bima menyelamatkan semua, dan setelah peristiwa itu Bima kawin dengan Dewi Nagagini. Perkimpoian ini membuahkan seorang putra yang diberi nama Antareja.
Bima kemudian juga kawin dengan Dewi Arimbi, dan berputra Gatotkaca, raja Pringgadani.
Pada suatu saat Bima disuruh gurunya, Resi Drona, untuk mencari air suci Tirta Prawita Sari. Berbekal tekad yang bulat, Bima berkelana menunaikan perintah gurunya itu. Berbagai halangan serta cobaan ia lalui, sampai akhirnya ia bertemu dengan Dewaruci, seorang dewa kerdil. Dari Dewaruci, Bima mendapat ajaran Ilmu Sejati.
Bima juga pernah teribat dalam perkelahian menghadapi Suratimantra dan Rajamala, semuanya untuk membantu yang berada di pihak yang benar.
Pada waktu pecah Baratayuda, Bima banyak mengalahkan musuh-musuhnya. Di antaranya Bima membunuh Patih Sengkuni dengan mengulitinya hidup-hidup terlebih dahulu. Ia juga membunuh Dursasana dan menghirup darahnya guna dipakai berkeramas oleh Dewi Drupadi.

Terakhir Bima membunuh Duryudana pada hari terakhir Baratayuda, setelah sebelumnya meremukan paha kiri lawannya dengan gada Rujakpolo.
http://tokohpewayanganjawa.blogspot.co.id/banjaran-bima_6.html

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer