Lakon Pandawa Tundung

menceritakan setelah pembuangan hasil pandawa main dadu, kini pandawa hidup di hutan kamiyaka selama 12 tahun lamanya. 
Prabu Puntadewa mendirikan gubug sederhana guna beristirahat, Raden Janaka pergi bertapa di Gua Witaraga, sedangkan Raden Werkudara membantu para brahmana untuk sedekah kepada rakyat jelata, sedangkan Raden Nakula dan Raden Sadewa tapa berendam di sungai terdekat. 
Alkisah suatu hari Prabu Puntadewa kedatangan tamu tak diundang bernama Begawan Cahyawarna beserta murid2 nya yang berjumlah dua belas meminta makan agar tubuhnya segar dan bertenaga, Prabu Puntadewa setengah menyanggupi permintaan itu, tetapi Dewi Drupadi kehabisan sisa makan, lalu Dewi Drupadi memohon kepada dewa agar didatangkan makanan sederhana agar para brahmana yang bertamu ditempatnya kenyang semua. 
Tanpa diduga duga dengan sekejap Prabu Kresna datang dalam kedipan mata Dewi Drupadi langsung memberi makanan yang dibawanya dari Kerajaan Dwarawati bersama Raden Setyaki dan prajurit, hingga akhirnya para brahmana kenyang dengan makanan dari Kerajaan Dwarawati. 
Begawan Cahyawarna beserta 12 muridnya kaget bukan kepalang bahwa yang dimakan rasanya enak sekali, lalu pamit untuk meneruskan perjalanan jauh dan Begawan Cahyawarna tahu bahwa di perkemahan tersebut ada raja agung dari Kerajaan Dwarawati tetapi tidak muncul atau tidak kelihatan di luar.
sementara itu Raden Werkudara sedang membagikan makanan dan sedekah kepada brahmana hutan, tiba tiba bertemu dengan brahmana tua tetapi mempunyai ekor berbulu putih, kaget langsung bertanya "apakah tuan brahmana adalah bukan dari bangsa manusia" Raden Werkudara bertanya sambil terbelalak matanya, lalu dijawab oleh brahmana tersebut bahwa ia bertapa di hutan untuk mencari saudara mudanya yang berwujud manusia biasa tetapi dari golongan kesatria, kaget lagi Raden Werkudara dambil membuka jubah penutup si brahmana, kaget lagi bahwa ia bertemu brahmana kera putih bernama Begawan Anoman, dan menjelaskan kepada Raden Werkudara bahwa ia mencari yang ia lihat di depan matanya, lalu Raden Werkudara menghaturkan sembah dan tunduk kepada brahmana kera itu, untuk mengetes kekuatan adiknya sang brahmana menyuruh "angkatlah ekorku sampai engkau bisa berdiri tegap dengan memangku ekorku" lalu Raden Werkudara angkat sekuat tenaga, tetapi tidak bisa, akhirnya sang Begawan membantu angkat ekornya. setelah itu diakui bahwa Raden Werkudara adalah salah satu kadang tunggal Batara Bayu yang sang Begawan selama ini dicari.
setelah peristiwa itu, pasukan prajurit dari Astina sebagai telik sandi menyerang gubug persembunyian pandawa, akan tetapi dapat diusir oleh Raden Werkudara dan Begawan Anoman, para Prajurit lari tunggang langgang untuk melapor persembunyian pandawa. 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer