Lakon Bedah Dwarawati

Di Kerajaan Dwarawati Prabu Kresna dijumpai seorang Brahmana bertubuh kecil bernama Resi Kanekaputra, ia bermaksud ingin membatalkan kutukan yang dijatuhkan oleh Dewi Gendari ibunda kurawa asalkan Prabu Kresna sedia ingin bertapa di Sungai Gangga selama sepuluh tahun, sang Prabu menetujui syarat tersebut, akan tetapi tiba tiba Raden Samba mencoba keampuhan/ kesaktian brahmana gendut bertubuh kecil itu dengan menganjal bajunya dengan bantal, lalu menanyakan sambil berdandan seperti cewek, apakah nanti bayi yang dikandungnya apakah cowok atau cewek, jawaban seorang brahmana membuat brahmana bertubuh kecil ini tersinggung dan langsung mengeluarkan kutukanya bahwa bayi yang di kandungnya bukan cowok maupun cewek melainkan gada jika gada itu di hancurkan maka akan tumbuh tumbuhan liar dan menyebabkan semua keturunan Prabu Kresna mati, setelah itu sang Brahmana pergi dari Kerajaan Dwarawati dengan perasaan kecewa.
Menanggapi hal tersebut Prabu Kresna meminta putranya Raden Samba untuk mengeluarkan isi bajunya, kaget bukan kepalang, Prabu Kresna melihat bahwa kutukan itu benar benar terjadi, Raden Samba dibantu para Emban mengeluarkan isi tersebut dengan cara melahirkan, setelah keluar gada itu dimusnahkan oleh Raden Setyaki dengan Gada Wesi Kuning dan menguburnya, selanjutnya Patih Udawa diutus untuk mengirim nawala terakhir kepada Prabu Yudistira di Kerajaan Astina atas perintah Prabu Kresna.
Keesokan harinya Raden Janaka mengunjungi Keraton Dwarawati yang didapati telah kosong beserta seluruh Kerajaan, Raden Janaka mendapati rakyat Dwarawati yang menyebar dan mengungsi di segala arah guna menyelamatkan diri di negara tetangga.
Raden Setyaki, Patih Udawa membawa Raden Samba ke Kerajaan Sebrang, Prabu Kresna bertapa di tepi Sungai Gangga, sebelum bertapa, Prabu Kresna terpanah kakinya yang terbuat dari kepingan gada oleh seorang pemburu bernama Jaras, dikira Jaras adalah kijang yang diburunya, ketika melihat yang dipanahnya adalah Raja Agung Prabu Kresna, lalu melarikan diri, dijalan ia dihadang salah seorang Putra Kresna bernama Raden Partajumena, terjadi perang tanding mati sempuyuh keduanya. 
Saat itulah Kerajaan Dwarawati tenggelam di lautan dan tidak ada yang tersisa dari wilayah Kerajaan besar tersebut.
Hasil gambar untuk kresna wayang solo  Gambar terkait 
Prabu Kresna 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer