Lakon Baladewa Mukswa

Setelah Lama bertapa di Pertapaan Grojogan Sewu, Begawan Curgnata mengetahui bahwa adiknya yang tersayang Prabu Kresna sudah terbunuh, mendahului dirinya, ketika itu zaman Prabu Parikesit bertahta, saat itu Begawan Curignata mencari cari dimana adiknya mokswa, didapati di tepi Sungai Gangga, bekas bertapa seseorang yang sudah puluhan tahun membekas di tepi sungai.
Begawan Curignata sedih dan merasa bersalah, tiba waktu sang Begawan mbalelo, marah di Kayangan Suralaya, memporak porandakan yang ia temui, dan melempar dan memukul dewa yang ia temui, sampai akhirnya Batara Panyarikan melapor kepada Batara Guru guna mewaspadai kemarahan brahmana dari Grojogan Sewu, tiba tiba Batara Panyarikan di labrak oleh sang Begawan, lalu Batara Narada menenangkan hatinya dengan memanggilkan Batara Wisnu yang oncat saat Prabu Kresna bertapa di tepi sungai gangga, Sang Hyang Wisnu menjelaskan bahwa ia menyudahi kehidupan adiknya karena sudah saatnya, Begawan Curignata langsung meredam amarahnya. 
Setelah itu Batara Wisnu pergi pamit untuk kembali ke Kayangan Utarasegara, Lalu Sang Hyang Manikmaya memberi Begawan Curignata sebuah tugas, dan tugas itu harus dilaksanakan sebagai sarana jalan menuju kematian sang Begawan. Begawan Curignata menetujui tugas tersebut. 
Setelah pulang dari Kayangan Suralaya, Begawan Curignata langsung menuju Kerajaan Yawastina, pas saat itu ada seorang Raja dari Trajutrisna bernama Prabu Wesiaji/ Watuaji mengamuk balas dendam oleh keturunan Kresna dan pandawa di Kerajaan Yawastina sambil membawa senjata Nanggala yang pada beberapa waktu lalu ia curi di Pertapaan Grojogan Sewu. 
Prabu Wesiaji putra Prabu Bomantara yang dibunuh oleh Sitija putra Kresna itu perang tanding dengan Begawan Curignata, sang Begawan berhasil merebutnya kembali dan membunuh raja Trajutrisna itu dengan senjata Nanggala, setelah itu senjata Nanggala lenyap dari gengaman sang Begawan, pada saat itu Sang Begawan sekarat dan ditemui oleh cucunya Raden Wiramuka sambil mewariskan senjata gada Alugara kepadanya, sang Begawan menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan cucunya putra Raden Wisata yang terbunuh saat Raden Samba di juing. 
Kerajaan Yawastina berduka, dan mengurus jenazahnya. 
   
Prabu Baladewa hidup di Zaman Parikesit dan Prabu Baladewa menjadi brahmana bernama Begawan Curignata 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer