Kisah Para Nabi dan Rosul Lengkap 1

Kisah Para Nabi dan Rosul Lengkap 
NABI ADAM AS

Illustrasi : Google
Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhawatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.: "Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."

Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

Iblis Membangkang.

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah." 


Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." 

Adam Menghuni Syurga.

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini." 

Iblis Mulai Beraksi.

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami." 

Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. 

Kisah Adam dalam Al-Quran.

Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25 


Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.

Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.

Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.



Kisah Kematian Nabi Adam as
Dari Uttiy bin Dhamurah As-Sa’di berkata, "Aku melihat seorang Syaikh di Madinah sedang berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya." Mereka menjawab, "Itu adalah Ubay bin Ka’ab." Ubay berkata, "Ketika maut datang menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, ’Wahai anak-anakku, aku ingin makan buah surga.’ Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya. Mereka disambut oleh para malaikat yang telah membawa kafan Adam dan wewangiannya. Mereka juga membawa kapak, sekop, dan cangkul.

Para Malaikat bertanya, ’Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?’ Mereka menjawab, ’Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari surga.’ Para malaikat menjawab, ’Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba.’ Lalu para malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, ’Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa Taala.’ Lalu para malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya. Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, ’Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian.’"

Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Zawaidul Musnad, 5/ 136.
Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadis ini berkata, "Sanadnya shahih kepadanya." (Yakni kepada Ubay bin Ka’ab). (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/98).

Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad. Rawi-rawinya adalah rawi-rawi Hadis shahih, kecuali Uttiy bin Dhamurah. Dia adalah rawi tsiqah." (Majmauz Zawaid, 8/199).

Postur Tubuh Nabi Adam Menurut Ilmu Pengetahuan
Nabi Adam tubuhnya sangat kekar dengan tinggi 60 hasta seperti di jelaskan oleh Rasullulah.
kata rassullulah “Allah menciptakan adam dengan tinggi enam puluh hasta. Kemudian setelah Adam, makhluk itu semakin berkurang tingginya seperti sekarang ini“ (HR.Bukhari), hadis ini juga ditemukan dalam riwayat imam Muslim dan imam Ahmad, namun dalam sanad yg berbeda.

1 hasta = 45,72 cm. maka dengan begitu tinggi nabi adam adalah 27,432 meter.




Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Idris. As, Nabi Idris putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Shiyth bin Adam a.s.


 Kisah Nabi Idris. As 
Idris atau Nabi Idris a.s. (Arab: إدريس ) adalah salah seorang rasul yang merupakan putra Adam yang pertama kali diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam sendiri dan Shiyth a.s. (Set menurut Yahudi dan Nasrani). Dalam Alkitab, Idris dikenal dengan nama Henokh.
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Shiyth bin Adam a.s. yang menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam dan Shiyth. Menurut kitab tafsir, beliau hidup 1.000 tahun setelah Nabi Adam wafat.

Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.

Nabi Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.

Menurut buku berjudul The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris, Idris adalah sebutan atau nama Arab bagi Enoch, nenek moyang Nabi Nuh. Beliau dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat. Beliau hidup sampai usia 82 tahun

1. Nabi Idris Kedatangan Tamu

Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.

Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.

Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.

Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.

Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.

Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu.

Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”

Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”

2. Malaekat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris atas permintaannya.

Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.

Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya? Saya adalah Malaikat Maut.”

“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Idris.”

“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”

“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”

“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”

“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”

Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”

Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.

Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.

3. Malaekat Izrail membawaNabi Idris ke Syurga dan ke Neraka

Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan. Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”

Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.

Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.

Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.

Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.

Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”

Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.

Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”

Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud:

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”

Cerita Para Nabi & Rosul - KISAH NABI NUH A.S., KAPAL NABI NUH AS

KISAH NABI NUH A.S.


Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. 

Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya 
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka."

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu." 

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam. 

Nabi Nuh Membuat Kapal

 Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Gambaran Kapal Nabi Nuh
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu." 

Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka. 

Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.

Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu." 

Cerita Para Nabi dan Rosul - Kisah Nabi Huud as 
Kisah Nabi Huud as
"Aad" adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah s.w.t. tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam untuk bahan makanan mereka dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat kurnia Allah s.w.t. itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.


Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama " Shamud" dan " Alhattar" dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah. Kerananya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.

Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis laknatullah, di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah s.w.t. mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.

Sudah menjadi sunnah Allah s.w.t. sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia dengan fitrah.

Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang daripada suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya. Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah s.w.t. yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allah s.w.t. lah yang mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dapat mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.

Di terangkan oleh Nabi Hud bahawa dia adalah pesuruh Allah s.w.t. yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah s.w.t. yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya daripada mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah s.w.t. dan memperingatkan mereka bahawa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah s.w.t. sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.

Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mereka dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.

Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud: "Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yang tidak dapat kami jangkau dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jangan mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan memebawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya."

Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan pancainderamu namun kamu dapat melihat dan merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaanNya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dapat bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya, Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia dekat daripada kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."

Wahai Hud! jawab kaumnya, "Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain daripada yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahawa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa hairan dan tidak dapat menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang daripada kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau ejek hina dan cemuhkan."

"Wahai kaumku" jawab Nabi Hud, "Aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sihat tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah bahawa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dapat mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi badanku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pada diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah s.w.t. yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis laknatullah dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu kerana Allah s.w.t. tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah s.w.t., Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuhan bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah bahawa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas segala perbuatan kamu didunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan soleh mendapat ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah s.w.t. kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."

Kaum Aad menjawab: "Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa engkau telah mendapat kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi tidak siuman. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahawa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakutkan kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahawa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu kerana bayangan azab dan seksa yang engkau bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancaman itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta."

"Baiklah" jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari bencananya. Allah s.w.t. menjadi saksiku bahawa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung badanku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah s.w.t. bagi hamba-hamba-Nya."

Pembalasan Allah s.w.t. terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah s.w.t. yang dijanjikan dan bahawa Allah s.w.t. masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah s.w.t. dengan meninggalkan persembahan mereka yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah s.w.t. agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.

Tentangan mereka terhadap janji Allah s.w.t. yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, kerana dikiranya bahawa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah s.w.t. yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta."

Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang dikatakan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merosakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini mencari perlindungan Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.

Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah s.w.t. dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah "Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Majoriti di antara mereka yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh taufan. Sedangkan minoriti antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh adalah:

"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)

Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:

"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)

Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya taufan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan syaitan mulai mengeluhkan pengangguran.

Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari taufan."

Oleh kerana itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung- patung itu berubah - dengan bisikan syaitan - menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di tengah-tengah kaumnya.

Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempunyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:

"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)

Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahawa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahawa Allah SWT yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:

"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)

Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahawa ia hanya mengharapkan imbuhan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.

Kaum Hud membuat kerosakan dan mengira bahawa mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai Hud bahawa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."

Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka bahawa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.

Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan siapa yang gagal.

Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?

Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahawa hari kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.

Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. bahawa keyakinan dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara- perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh kerana itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan oleh Tuhannya.

Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi orang- orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahawa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al- Mu`minun: 33-37)


Cerita Para Nabi dan Rosul Kisah Nabi Saleh as dan Kaum Tsamud

Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bahagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. 
Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama " Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.
Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berqurban, tempat mrk minta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.
Mereka tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan pancaindera.

Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud

Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba_Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mrk keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mrk diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mrk sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.

Dikenalkan mrk oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mrk sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mrk, menciptakan alam sekitar mrk, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bhn-bhn keperluan hidup mrk, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mrk dan dengan demikian memberi kepada mrk kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mrk sembah dan bukan patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mrk atau melindungi mrk dari ketakutan dan bahaya.

Nabi Saleh memperingatkan mrk bahwa ia adlah seorang drp mrk, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mrk adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mrk.Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mrk dan sesekali tidak akan menjerumuskan mrk ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mrk. Ia menerangkan kepada mrk bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mrk adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mrk untuk kebaikan mrk semasa hidup mrk dan sesudah mrk mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mrk segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mrk lakukan.Allah maha dekat kepada mrk mendengarkan doa mrk dan memberi ampun kepada yang salah bila dimintanya.

Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mrk merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mrk sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpinkami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai omong kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mrk dan mengikuti jejakmu."

Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mrk rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mrk kisah kaum-kaum yang mendapat seksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dpt terjadi di atas mrk jika mrk tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mrk dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah drp mrk atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.

Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakkannya terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu drp kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul drp engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.Jika engkau merasa bahwa engkau sihat badan dan sihat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri.Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.

Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun drpmu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan drp-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."

Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendpt perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mrk menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.

Allah Memberi Mukjizat Kepada Nabi Saleh A.S.

Nabi Saleh sedar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti drpnya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mrk. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mrk akan meninggalkan agama dan persembahan mrk dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.

Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk. Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.

Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mrk:" Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia mempunyai giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendaptkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini."

Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.

Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendtgkan mukjizat yang mrk tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mrk pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun mrk serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.

Unta Nabi Saleh Dibunuh

Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mrk, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dpt membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.

Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.

Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ianya minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.

Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendpt sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mrk kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.

Berkata merek kepada Nabi Saleh:" Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."

Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya.Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang."

Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mrk sedar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.

Turunnya Azab Allah Yang Dijanjikan

Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mrk menjadi kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.

Mendebgar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabu Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mrk mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.

Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.

Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.

Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran

Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-Araaf, ayat 73 hingga 79 , surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah " Al-Qamar " ayat 23 sehingga ayat 32.

Pengajaran Dari Kisah Nabi Saleh A.S.

Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu

Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu. (ar/kisah) 

Cerita Para Nabi dan Rosul - Kisah Nabi Ibrahim as dan Ayah Kandungnya Aazar 
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mrk yang telah mengurniakan mrk dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.

Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan brg-brg itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "

Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan 
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun". 

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur. 

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi.

Nabi Ibrahim pd akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
 Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.

" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."
Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya." 

Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim. 


Cerita Nabi & Rosul - KISAH NABI ISMAIL AS bin Ibrahim as
KISAH NABI ISMAIL AS
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. " (QS. Ali 'Imran: 67)
Ismail berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Allah SWT. Ibunya membawanya dan menidurkannya di atas tanah, yaitu tempat yang sekarang kita kenal dengan nama sumur zamzam dalam Ka'bah. Saat itu tempat yang dihuninya sangat tandus dan belum terdapat sumur yang memancar dari bawah kakinya. Tidak ada di sana setetes air pun. Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang kecil. "Wahai Ibrahim kemana engkau hendak pergi dan membiarkan kami di lembah yang kering ini?" Kata Hajar. "Wahai Ibrahim di mana engkau akan pergi dan membiarkan kami? Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi?" Si ibu mengulang-ulang apa yang dikatakannya. Sedangkan Nabi Ibrahim diam dan tidak menjawab. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim saat meninggalkan mereka berdua di suatu lembah yang tidak ada di alamnya tumbuh-tumbuhan dan minuman. Namun Allah SWT telah memerintahkannya untuk tinggal di lembah itu. Dengan lapang dada Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT.

Dalam kisah-kisah israiliyat (kisah-kisah palsu yang dibuat oleh Bani Israil) disebutkan bahwa istri pertamanya, Sarah, tampak cemburu pada Hajar, istri keduanya, sehingga karenanya Nabi Ibrahim harus menjauhkannya beserta anaknya. Kami percaya bahwa kisah ini palsu dan penuh dengan kebohongan. Jika kita mengamati kepribadian Nabi Ibrahim, maka kita mengetahui bahwa beliau tidak akan mendapat perintah dari seorang pun selain Allah SWT.
Kami tidak meyakini bahwa beliau terperangkap dalam perasaan kecemburuan feminisme dan kami juga tidak percaya bahwa beliau sengaja membangkitkan perasaan ini. Kami tidak mengira bahwa pribadi Sarah yang mulia akan terpedaya dengan sikap egoisme. Bukankah ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan Hajar, pembantunya agar ia mendapatkan keturunan? Ia menyadari bahwa dirinya wanita tua dan mandul. Ia sendiri yang menikahkannya dan membantu pelaksanaannya. Ia telah memberikan dan mengabdikan dirinya kepada seorang lelaki yang hatinya tiada dipenuhi dengan cinta kepada siapa pun kecuali cinta kepada Penciptanya.
Allah SWT berfirman tentang Sarah dan Hajar:
"Rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. (QS. Hud: 73)
Jadi, masalahnya adalah bukan masalah kecemburuan antara sesama wanita, namun ia adalah tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT yang di dalamnya tersembunyi hikmah-Nya. Barangkali Sarah lebih heran daripada Hajar ketika Nabi Ibrahim memerintahkannya untuk membawa anaknya Ismail dan mengikutinya. "Ke mana engkau hai Ibrahim pergi?" Mungkin pertama-tama Hajar yang bertanya kepadanya dan mungkin juga Sarah yang bertanya. Nabi Ibrahim hanya terdiam dan akhirnya kedua wanita itu pun juga terdiam.
Di sana terdapat hikmah yang tersembunyi di mana Nabi Ibrahim tidak mengetahuinya dan Allah SWT tidak menjelaskan kepadanya. la tidak mengetahui hai itu sebagaimana mereka berdua juga tidak mengetahuinya. Jadi kedua-duanya hanya terdiam sebagai bentuk akhlak dari istri-istri nabi. Inilah Hajar yang sendirian bersama anaknya di lembah yang terasing dan tandus, di mana ia tidak mengetahui rahasia di balik tempat itu. Inilah Ismail yang memulai perjalanannya menuju Allah SWT saat masih menyusui. Ia mengalami ujian saat masih kecil dan juga ujian bagi ayahnya, di mana ia mendapatkan seorang anak saat sudah tua. Nabi Ibrahim menyadari bahwa manusia tidak memiliki sesuatu pun dalam dirinya. Dan seseorang yang cinta kepada Allah SWT akan memberikan dirinya kepada Allah SWT dan akan memberikan apa yang disukai oleh dirinya kepada Allah SWT tanpa harus diminta. Itu adalah hukum cinta yang dalam. Kami tidak percaya bahwa Nabi Ibrahim mengetahui mengapa ia harus meninggalkan Ismail dan ibunya di tempat itu. Kami tidak mengira bahwa Allah SWT telah memberitahunya. Allah SWT hanya menurunkan perintah dan Ibrahim hanya menaatinya. Di sinilah tampak kerasnya ujian dan kesulitannya. Di sinilah cinta yang paling dalam diungkapkan, dan di sinilah cinta yang murni dituangkan.
Allah SWT menguji kekasih-Nya Ibrahim dengan suatu ujian yang sangat keras, di mana umumnya para orang tua berat sekali melakukannya. Bukan berarti bahwa cinta Allah SWT kepada Ibrahim dan cinta Ibrahim kepada-Nya menjadikan Ibrahim tidak memiliki perasaan kemanusiaan. Kekuatan cintanya pada Allah SWT justru menjadikan sebagai lautan dari perasaan kemanusiaan, bahkan lautan yang tidak bertepi. Perasaan beliau terhadap Ismail lebih besar, lebih lembut, dan lebih sayang dari perasaan ayah mana pun terhadap anaknya. Meskipun demikian, beliau rela meninggalkannya di tempat yang tandus karena Allah SWT memerintahkan hal tersebut. Terjadilah pergulatan dalam dirinya namun ia mampu melewati ujiannya dan beliau memilih cinta Allah SWT daripada cinta anaknya.
Ketika Nabi Ibrahim menampakkan kecintaan yang luar biasa dari yang seharusnya kepada anaknya, maka Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelihnya. Allah SWT agar hanya Dia yang menjadi pusat cinta para nabi-Nya. Barangsiapa yang mencintai Allah SWT, maka ia pun harus mencintai kebenaran dan orang yang mencintai kebenaran adalah orang memenuhi hatinya dengan cinta kepada Penciptanya semata. Ismail mewarisi kesabaran ayahnya. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT sebelumnya:
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" (QS. ash-Shaffat: 100)
Allah SWT menjawab:
"Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)
Kesabaran yang sama yang terdapat pada ayahnya, kebaikan yang sama, ketakwaan yang sama, dan adab kenabian yang sama pula. Ismail mendapatkan ujian yang pertama saat beliau kecil dan ujian itu berakhir saat Allah SWT memancarkan zamzam dari kedua kakinya sehingga darinya ibunya minum dan menyusuinya. Kemudian Ismail mendapatkan ujian yang kedua dalam hidupnya saat ia menginjak masa muda:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. ash-Shaffat: 102)
Apa yang Anda kira terhadap jawaban si anak? Ia tidak bertanya tentang sifat dari mimpi itu, dan ia tidak berdebat dengan ayahnya tentang kebenaran mimpi itu, tetapi yang dikatakannya: "Wahai ayahku laksanakanlah apa yang diperintahkan. "Janganlah engkau gelisah karena aku dan janganlah engkau menampakkan kesedihan dan keluh-kesah. "Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Demikianlah jawaban seorang anak yang saleh terha dap ayahnya yang saleh. Itulah puncak dari kesabaran dari seorang anak dan tentu orang tuanya lebih harus bersabar. Itu bagaikan perlombaan di antara keduanya untuk menguji siapa di antara mereka yang paling sabar. Perlombaan yang tujuannya adalah meraih cinta Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya." (QS. Maryam: 54-55)
Baitullah
Ismail hidup di semenanjung Arab sesuai dengan kehendak Al lah SWT. Ismail memelihara kuda dan terhibur dengannya serta memanfaatkannya untuk keperluannya. Sedangkan air zamzam sangat membantu orang-orang yang tinggal di daerah itu. Kemudian sebagian kafilah menetap di situ dan sebagian kabilah tinggal di tempat itu. Nabi Ismail tumbuh menjadi dewasa dan menikah. Lalu ayahnya, Nabi Ibrahim, mengunjunginya dan tidak menemukannya dalam rumah namun ia hanya mendapati istrinya. Nabi Ibrahim bertanya kepadanya tentang kehidupan mereka dan keadaan mereka. Istrinya mengadukan padanya tentang kesempitan hidup dan kesulitannya. Nabi Ibrahim berkata padanya: "Jika datang suamimu, maka perintahkan padanya untuk mengubah gerbang pintunya."
Ketika Nabi Ismail datang, dan istrinya menceritakan padanya perihal kedatangan seorang lelaki, Ismail berkata: "Itu adalah ayahku dan ia memerintahkan aku untuk meninggalkanmu, maka kembalilah engkau pada keluargamu." Kemudian Nabi Ismail menikahi wanita yang kedua. Nabi Ibrahim mengunjungi istri keduanya dan bertanya kepadanya tentang keadaannya. Lalu ia menceritakan pada nya bahwa mereka dalam keadaan baik-baik dan dikaruniai nikmat. Nabi Ibrahim puas terhadap istri ini dan memang ia cocok dengan anaknya. Barangkali Nabi Ibrahim menggunakan kemampuan spiritualnya dan cahaya yang mampu menyingkap kegaiban yang dimilikinya. Nabi Ibrahim menyiapkan Ismail untuk mengemban tugas yang besar. Yaitu tugas yang membutuhkan kerja keras kemanusiaan seluruhnya dan waktunya seluruhnya serta kenyamanannya seluruhnya.
Ismail menjadi besar dan mencapai kekuatannya. Nabi Ibrahim mendatanginya. Tibalah saat yang tepat untuk menjelaskan hikmah Allah SWT yang telah terjadi dari perkara-perkara yang samar. Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: "Wahai Ismail, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan padaku suatu perintah" ketika datang perintah pada Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya, beliau menjelaskan kepadanya persoalan itu dengan gamblang. Dan sekarang ia hendak mengemukakan perintah lain yang sama agar ia mendapatkan keyakinan bahwa Ismail akan membantunya. Kita di hadapan perintah yang lebih penting daripada penyembelihan. Perintah yang tidak berkenaan dengan pribadi nabi tetapi berkenaan dengan makhluk.
Ismail berkata: "Laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu padamu." Nabi Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan membantuku?" Ismail menjawab: "Ya, aku akan membantumu." Nabi Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk membangun rumah di sini." Nabi Ibrahim mengisyaratkan dengan tangannya dan menunjuk suatu bukit yang tinggi di sana.
Selesailah pekerjaan itu. Perintah itu telah dilaksanakan dengan berdirinya Baitullah yang suci. Itu adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk menusia di bumi. Ia adalah rumah pertama yang di dalamnya manusia menyembah Tuhannya. Dan karena Nabi Adam adalah manusia yang pertama turun ke bumi, maka keutamaan pembangunannya kembali padanya. Para ulama berkata: "Sesungguhnya Nabi Adam membangunnya dan ia melakukan thawaf di sekelilingnya seperti para malaikat yang tawaf di sekitar arsy Allah SWT.
Nabi Adam membangun suatu kemah yang di dalamnya ia menyembah Allah SWT. Adalah hal yang biasa bagi Nabi Adam— sebagai seorang Nabi—untuk membangun sebuah rumah untuk menyembah Allah SWT. Tempat itu dipenuhi dengan rahmat. Kemudian Nabi Adam meninggal dan berlalulah abad demi abad sehingga rumah itu hilang dan tersembunyi tempatnya. Maka Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membangun kedua kalinya agar rumah itu tetap berdiri sampai hari kiamat dengan izin Allah SWT. Nabi Ibrahim mulai membangun Ka'bah. Ka'bah adalah sekumpulan batu yang tidak membahayakan dan tidak memberikan manfaat. Ia tidak lebih dari sekadar batu. Meskipun demikian, ia merupakan simbol tauhid Islam dan tempat penyucian kepada Allah SWT. Nabi Adam memiliki tauhid yang tinggi dan Islam yang mutlak. Nabi Ibrahim pun termasuk seorang Muslim yang tulus dan ia bukan termasuk seorang musyrik.
Batu-batu rumah itu telah dibangun dari ketenteraman hati Nabi Adam dan kedamaian Nabi Ibrahim serta cintanya dan kesabaran Nabi Ismail serta ketulusannya. Oleh karena itu, ketika Anda memasuki Masjidil Haram Anda akan merasakan suatu gelombang kedamaian yang sangat dalam. Terkadang pada kali yang pertama engkau melihat dirimu dan tidak melihat rumah dan pemeliharanya. Dan barangkali engkau melihat rumah pada kali yang kedua namun engkau tidak melihat dirimu dan Tuhanmu. Ketika engkau pergi ke haji engkau tidak akan melihat dirimu dan rumah itu yang engkau lihat hanya pemelihara rumah itu. Ini adalah haji yang hakiki. Inilah hikmah yang pertama dari pembangunan Ka'bah.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 127-129)
Ka'bah terdiri dari batu-batuan yang ada di bumi di mana ia dijadikan pondasi oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Sejarah menceritakan bahwa ia pernah dihancurkan lebih dari sekali sehingga ia pun beberapa kali dibangun kembali. Ia tetap berdiri sejak masa Nabi Ibrahim sampai hari ini. Dan ketika Rasulullah saw diutus —sebagai bukti pengkabulan doa Nabi Ibrahim—beliau mendapad Ka'bah dibangun terakhir kalinya, dan tenaga yang dicurahkan oleh orang-orang yang membangunnya sangat terbatas di mana mereka tidak menggali dasarnya sebagaimana Nabi Ibrahim menggalinya. Dari sini kita memahami bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mencurahkan tenaga keras yang tidak dapat ditandingi oleh ribuan laki-laki. Rasullah saw telah menegaskan bahwa kalau bukan karena kedekatan kaum dengan masa jahiliyah dan kekhawatiran orang-orang akan menuduhnya dengan berbagai tuduhan jika beliau menghancurkannya dan membangunkannya kembali, niscaya beliau ingin merobohkannya dan mengembalikannya ke pondasi Nabi Ibrahim.
Sungguh kedua nabi yang mulia itu telah mencurahkan tenaga keras dalam membangunnya. Mereka berdua menggali pondasi karena dalamnya tanah yang di bumi. Mereka memecahkan batu-batuan dari gunung yang cukup jauh dan dekat, lalu setelah itu memindahkannya dan meratakannya serta membangunnya. Tentu hal itu memerlukan tenaga keras dari beberapa pria tetapi mereka berdua membangunnya bersama-sama. Kita tidak mengetahui berapa banyak waktu yang digunakan untuk membangun Ka'bah sebagaimana kita tidak mengetahui waktu yang digunakan untuk membuat perahu Nabi Nuh. Yang penting adalah, bahwa perahu Nabi Nuh dan Ka'bah sama-sama sebagai tempat perlindungan manusia dan tempat yang membawa keamanan dan kedamaian. Ka'bah adalah perahu Nabi Nuh yang tetap di atas bumi selama-lamanya. Ia selalu menunggu orang-orang yang menginginkan keselamatan dari kedahsyatan angin topan yang selalu mengancam setiap saat.
Allah SWT tidak menceritakan kepada kita tentang waktu pembangunan Ka'bah. Allah SWT hanya menceritakan perkara yang lebih penting dan lebih bermanfaat. Dia menceritakan tentang kesucian jiwa orang-orang yang membangunnya dan doa mereka saat membangunnya:
"Tuhan kami, terimalah dari hand (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS. al-Baqarah: 127)
Itulah puncak keikhlasan orang-orang yang ikhlas, ketaatan orang-orang yang taat, ketakutan orang-orang yang takut, dan kecintaan orang-orang yang mencintai:
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau." (QS. al-Baqarah: 128)
Sesungguhnya kaum Muslim yang paling agung di muka bumi saat itu, mereka berdoa kepada Allah SWT agar menjadikan mereka termasuk orang-orang yang berserah diri pada-Nya. Mereka mengetahui bahwa hati manusia terletak sangat dekat dengan ar-Rahman (Allah SWT). Mereka tidak akan mampu menghindari tipu daya Allah SWT. Olah karena itu, mereka menampakkan kemurnian ibadah hanya kepada Allah SWT, dan mereka membangun rumah Allah SWT serta meminta pada-Nya agar menerima pekerjaan mereka.
Selanjutnya, mereka meminta Islam (penyerahan diri) pada-Nya dan rahmat yang turun pada mereka di mana mereka memohon kepada Allah SWT agar memberi mereka keturunan dari umat Islam. Mereka ingin agar jumlah orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang sujud dan rukuk semakin banyak. Sesungguhnya doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyingkap isi had seorang mukmin. Mereka membangun rumah Allah SWT dan pada saat yang sama mereka disibukkan dengan urusan akidah (keyakinan). Itu mengisyaratkan bahwa rumah itu sebagai simbol dari akidah.
"Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 128)
Perlihatkanlah kepada kami cara ibadah yang Engkau sukai. Perlihatkanlah kepada kami bagaimana kami menyembah-Mu di bumi. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Setelah itu, kepedulian mereka melampaui masa yang mereka hidup di dalamnya. Mereka berdoa kepada Allah SWT:
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 129)
Akhirnya, doa tersebut terkabul ketika Allah SWT mengutus Muhammad bin Abdillah saw. Doa tersebut terwujud setelah melalui masa demi masa. Selesailah pembangunan Ka'bah dan Nabi Ibrahim menginginkan batu yang istimewa yang akan menjadi tanda khusus di mana tawaf di sekitar Ka'bah akan dimulai darinya. Ismail telah mencurahkan tenaga di atas kemampuan manusia biasa. Beliau bekerja dengan sangat antusias sebagai wujud ketaatan terhadap perintah ayahnya. Ketika beliau kembali, Nabi Ibrahim telah meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. "Siapakah yang mendatangkannya (batu) padamu wahai ayahku?" Nabi Ibrahim berkata: "Jibril as yang mendatangkannya." Selesailah pembangunan Ka'bah dan orang- orang yang mengesakan Allah SWT serta orang-orang Muslim mulai bertawaf di sekitarnya. Nabi Ibrahim berdiri dalam keadaan berdoa kepada Tuhannya sama dengan doa yang dibacanya sebelumnya, yaitu agar Allah SWT menjadikan had manusia cenderung pada tempat itu:
"Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. "(QS. Ibrahim: 37)
Karena pengaruh doa tersebut, kaum Muslim merasakan kecintaan yang dalam untuk mengunjungi Baitul Haram. Setiap orang yang mengunjungi Masjidil Haram dan kembali ke negerinya ia akan merasakan kerinduan pada tempat itu. Semakin jauh ia, semakin meningkat kerinduannya padanya. Kemudian, datanglah musim haji pada setiap tahun, maka hati yang penuh dengan cinta pada Baitullah akan segera melihatnya dan rasa hausnya terhadap sumur zamzam akan segera terpuaskan. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah cinta yang dalam terhadap Tuhan, Baitullah dan sumur zamzam yaitu, Tuhan alam semesta. Allah SWT berfirman berkenaan dengan orang-orang yang mendebat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail:
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. " (QS. Ali 'Imran: 67)
Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan beliau yang pertama kali menamakan kita sebagai orang-orang Muslim. Allah SWT berfirman:
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dan dahulu. " (QS. al-Hajj: 78) 


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Ishaq as bin Ibrahim as 

Kisah Teladan Nabi Ishaq as bin Ibrahim as
Ishaq (Standar Yiz.h.aq, Tiberian Yis.h.a-q) adalah putra kedua Nabi Ibrahim setelah Ismail. Ibunya bernama Sarah yang juga merupakan orang tua dari Nabi Yaqub. Nabi Ishaq diutus untuk masyarakat Kana'an, khususnya di kota Hebron (al-Khalil), karena kaumnya tidak mengenal Allah. Kisah Nabi Ishaq sangat sedikit diceritakan dalam Al-Qur'an. Nabi Ishaq disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 17 kali.
Nama Ishaq berasal dari bahasa Yahudi Yis.h.a-q yang berarti tertawa/tersenyum. Kata itu didapatkan dari ibunya, Sarah yang tersenyum tidak percaya ketika mendapatkan kabar gembira dari malaikat Jibril.

Sebelum kelahiran Ishaq, Sarah dan suaminya, Ibrahim, mendapat kabar gembira dari Allah melalui malaikat Jibril. Dalam pesan itu malaikat Jibril menyampaikan bahwa Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ishaq yang kelak akan menjadi seorang nabi. Namun, Sarah tersenyum karena merasa heran dan aneh. Dia merasa aneh karena tidak mungkin dia dan suaminya dapat memberi keturunan jika usia mereka sudah cukup tua, yaitu Sarah berusia 90 tahun dan Nabi Ibrahim 120 tahun. Ishaq pun akhirnya terlahir di kota Hebron di daerah Kana'an pada tahun 1897 SM.

Ishaq merupakan anak kedua dari Nabi Ibrahim dan Sarah setelah Ismail. Bersama Ismail, ia mejadi penerus ayahnya untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika Ibrahim telah sangat tua, Ishaq belum juga menikah. Ibrahim tidak mengizinkan Ishaq menikah dengan wanita Kana'an karena masyarakatnya tidak mengenal Allah dan asing terhadap keluarganya. Karena itu, Ibrahim memerintah seorang pelayan untuk pergi ke Harran, Irak dan membawa seorang perempuan dari keluarganya. Perempuan yang dimaksud itu adalah Rafqah binti Batuwael bin Nahur, saudara Ibrahim yang kemudian dinikahkan denganIshaq.

Setelah 10 tahun Ishaq menikah dengan Rafqah, lahirlah dua anak kembar. Anak pertama diberi nama Al-Aish dan anak kedua Yaqub yang lahir dengan memegang kaki saudaranya. Dari Ishaq-lah kemudian terlahir nabi-nabi Bani Israil.

Ishaq meninggal pada tahun 1717 SM, pada usia 180 tahun.
Nabi Ishaq di dalam Al-Quran

Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 133, 136, 140, Firman Allah SWT :

[2:133] Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". 
[2:136] Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". 
[2:140] ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadat dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Pada Surat Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 84, Firman Allah SWT :

Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri."

Pada SuratAn-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163, Firman Allah SWT :

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

Pada Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 84, Firman Allah SWT :

Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 71, Firman Allah SWT :

Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Yakub.

Pada Surat Yuusuf (Yusuf) [12] : ayat 6 dan 38, Firman Allah SWT :

[12:6] Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari takbir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 
[12:38] Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya).

Pada Surat Ibraahiim (Ibrahim) [14] : ayat 39, Firman Allah SWT :

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do'a.

Pada Surat Maryam [19] : ayat 49, Firman Allah SWT :

Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Yakub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.

Pada Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 72, Firman Allah SWT :

Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Yakub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.

Pada Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 27, Firman Allah SWT :

Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

Pada Surat Ash-Shaaffaat (As-Saffat) [37] : ayat 112 dan 113, Firman Allah SWT :

Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.

Pada Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 45, Firman Allah SWT :

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Yakub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.

Referensi
Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.
Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Luth as, Kaum Sadum yang di Adzab, Foto Koleksi Adzab Kaum Sadum (sodom)


Adzab Kaum Sadum ( Umat Nabi Luth)
Kisah Teladan Lainnya adalah Nabi Luth as dan Kaum Sadum (sodom). 
Nabi Luth as adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum. 


Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum (Sodom)

Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mrk. Pencurian dan perampasan harta milik menrupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.

Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oelh mrk. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.

Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mrk tidak meredhai amal perbuatan mrk yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.

Nabi Luth berseru kepada mrk agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mrk lakukan di antara sesama mrk dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mrk sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agak mrk beriman dan percaya kepada Allah menyembah-Nya melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah berakar sgt di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis.

Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta mensia-siakan masa. Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka dari atas bumi sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mrk juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak. 

Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.

Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mrk adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali sedar mendebgarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Saum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mrk hendak memasuki kota, mrk berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mrk diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya.

Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar lapuran puterinya menjadi binggung jawapan apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.

Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth bahwa ia akan menerima mrk sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mrk bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.

Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, berdatanglah mereka ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mrk dan berseru agar mrk kembali ke rumah masing-masing dan jgn menggunggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan .Mrk diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah menciptkan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mrk dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mrk dilanda azab dan seksaan Allah.

Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth dihiraukan dan dipedulikan ,mrk bahkan mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya:” Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fizikal yang dapat menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mrk yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu-tamuku dirumahku sendiri.

Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mrk dan tidak dapat melihat sesuatu. mrk mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.

Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersam keluarganya, karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.

Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan menragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya .Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang. 

Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran

Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya surah “Al-Anbiyaa” ayat 74 dan 75 , surah “Asy-Syu’ara” ayat 160 sehingga ayat 175 , surah “Hud” ayat 77 sehingga ayat 83 , surah “Al-Qamar” ayat 33 sehingga 39 dan surah “At-Tahrim” ayat 10.

Koleksi Foto Kaum Sadum (ummat Nabi Luth as) yang di laknat.









Berikut ini merupakan beberapa koleksi foto kaum Nabi Luth as yang dikenal dengan Kaum Shodom. Mereka menerima laknat Allah SWT dengan diubah menjadi batu.


Semoga ini semua dapat menebalkan iman kita dan percaya bahwa laknat Allah itu nyata bagi yang mendustainya. 

Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Ayyub As  

Kisah teladan Kali ini adalah Kisah Nabi Ayyub As - Berkata salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah yang lebih baik dari hamba Allah Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebahagian untuk menolong orang-orang yang memerlukan para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan kurnia yang diberikan kepadanya."


Para kawanan malaikat yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk diri Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayyub.
Percakapan para malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Iblis merasa panas hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seseorang dari keturunan Adam yang ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari syurga kerananya. Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu anak Nabi Adam menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal soleh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah.

Pergilah Iblis mendatangi Ayyub untuk menyatakan sendiri sampai sejauh mana kebenaran kata-kata pujian para malaikat itu kepada diri Ayyub. Ternyata memang benar Ayyub patut mendapat segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar yang hidup rukun, damai dan bakti. Ia mendapati Ayyub tidak tersilau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawinya. Siang dan malam ia sentiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan solat, sujud dan tasyakur kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama Allah berzikir, bertasbih dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah, yang lapar diberinya makan, yang Tidak Berpakaian diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah ditegur.

Iblis gagal dalam usahanya memujuk Ayyub. Telinga Ayyub pekak terhadap segala bisikannya dan fitnahannya dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan takwa tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis. Cinta dan taatnya kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan Iblis dengan peluru kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya mental tidak mendapatkan sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia berputus asa dan kegagalannya memujuk Ayyub secara langsung. Ia pergi menghadapi kepada Allah untuk menghasut. Ia berkata : " Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian seikhlas dan setulus hatinya kerana cinta dan taat pada-Mu. Ia melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang soleh tekun beribadah kepada-Mu hanya kerana takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau kurniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian , bahawa engkau akan mencabut daripadanya segala nikmat yang telah ia perolehnya berupa puluhan ribu haiwan ternakan, beribu-ribu hektar tanah ladang, berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu serta keluarga dan putera-puteri yang soleh dan bakti. Tidakkah semuanya itu patut disyukuri untuk tidak terlepas dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu Ayyub masih mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan amal-amal solehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki, nescaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah kepada-Mu."

Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya Ayyub adalah seorang hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekati dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya serta menguasai seluruh jiwa raganya tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang, musibah apa pun yang akan melanda dalam dirinya dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihathamba-hamba-Ku anak cucu Adan berada di atas jalan yang benar, lurus dan tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencuba menggodanya serta memalingkannya daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda Ayyub melalui harta kekayaannya dan keluarganya. Cuba binasakanlah harta kekayaannya dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku Ayyub itu."

Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan, pembantunya, diberitahukan bahawa ia telah mendapatkan izin dari Tuhan untuk mengganyang ayyub, merusak aqidah dan imannya dan memalingkannya dari Tuhannya yang ia sembah dengan sepenuh hati dan keyakinan. Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia menjadi seorang yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada pembantu-pembantunya itu agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub sebaik-baiknya dengan segala daya dan siasat apa saja yang mereka dapat lakukan.

Dengan berbagai cara gangguan, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu menghancurkan-luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan haiwan-haiwan ternakannya yang bergelimpangan mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya yang terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar.

Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub datanglah Iblis kepadanya menyerupai sebagai seorang tua yang tampak bijaksana dan berpengalaman dan berkata: "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu sangat dahsyat sekali sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih ssedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekelip mata kehilangan semua harta miliknya. Sementara orang dari mereka berkata bahawa mungkin kerana Ayyub tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata bahawa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, nescaya Dia dapat menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat bahawa ia telah menggunakan seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya . Seorang lain menggunjing dengan mengatakan bahawa mungkin amal ibadah Ayyub tidak diterima oleh Tuhan, kerana ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang kejadian yang sangat menyedihkan itu. Akupun menaruh simpati kepadamu, hai Ayyub dan turut bersedih hati dan berdukacita atas nasib yang buruk yang engkau telah alami."

Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu - mengakhiri kata-kata hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau sesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya : "Ketahuilah bahawa apa yang aku telah miliki berupa harta benda, gedung-gedung, tanah ladang dan haiwan ternakan serta lain-lainnya semuanya itu adalah barangan titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup menikmatinya dan memanfaatkannya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur dan ouji bagi Allah yang telah memberikan kurniaan-Nya kepadaku dan mencabutnya kembali pula dari siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya pula dari siapa saja yang Dia suka. Dia adalah yang Maha Kuasa mengangkat darjat seseorang atau menurunkannya menurut kehendak-Nya. kami sebagai hamba-hamba makhluk-Nya yang lemah patut berserah diri kepada-Nya dan menerima segala qadha' dan takdir-Nya yang kadang kala kami belum dapat mengerti dan menangkap hikmah yang terkandung dalam qadha' dan takdir-Nya itu."

Selesai mengucapkan kata-kata jawabnya kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas segala dosa dan keteguhan iman serta kesabaran atas segala cubaan dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun hasutannya tidak termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan tetapi Iblis tidak akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan melanjutkan usaha gangguan dan godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang hidup rukun, damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencuba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan: "Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikit pun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia masih mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencuba kesabarannya dan keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu."

Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: "Aku mengizinkan engkau mencuba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran tiu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahawa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku."
Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat-cepatlah pergi Iblis mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya: "Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di bawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam."

Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap: "Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."

Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: "Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami hancurkan , namun ia masih tetap dalam keadaan mentalnya yang kuat dan sihat. Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya, jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan aku mencubanya kali ini mengganggu kesihatan bandanya dan kekuatan fizikalnya, kerana jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya."

Allah tetap menentang Iblis bahawa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya musibah yang ditimpakan kepadanya dan bagaimana pun beratnya cubaan yang dialaminya. Kerana Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis: "Bolehlah engkau mencuba lagi usahamu mengganggu kesihatan badan dan kekuatan fizikal Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu dan menghamba pilihan-Ku ini."

Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41 sehingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa' ayat 83 dan 84..


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Daud as dan Jaljalut 

Daud bin Yisya adalah salah seorg dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya. 
Ketika raja Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan org supaya memasuki tentera dan menyusun tentera rakyat utk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua org kakaknya diperintahkan oleh ayahnya utk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dlm barisan askar Thalout. Khusus kpd Daud sebagai anak yg termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya utk melayani kedua kakaknya yg harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu ke waktu memberi lapuran kpd ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dlm medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yg masih muda dan belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.

Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yg nyaring dgn penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri utk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yg berakhir dgn terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.

Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout dan dikahwinkannya dgn puterinya yg bernama Mikyal, sesuai dgn janji yg telah diumumkan kpd pasukannya bhw puterinya akan dikahwinkan dgn org yg dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai penasihatnya dan org kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yg melihatnya sebagai pahlawan bangsa yg telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.

Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yg meliputi hubungan sang menantu Daud dgn sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya Daud merasa bhw ada perubahan dlm sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yg biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yg biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yg kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yg menyebabkan perubahan sikap yg mendadak itu? Adakah hal-hal yg dilakukan yg dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan org yg sengaja ingin merosakkan suasana harmoni dan damai di dlm rumah tangganya? Bukankah ia seorg menantu yg setia dan taat kpd mertuanta yg telah memenuhi tugasnya dlm perang sebaik yg oa harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya utk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?

Daud tidak mendapat jawapan yg memuaskan atas pertanyaan-2 yg melintasi fikirannya itu. IA kemudian kembali kpd dirinya sendiri dan berkata dlm hatinya mungkin apa yg ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua yg tidak ada sangkut-pautnya dgn dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yg masygul yg berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.

Pada suatu malam gelap yg sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kpd isterinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dlm tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yg aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dgn muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kpdku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kpdku. Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."

Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yg terjatuh di atas pipinya:
"Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yg sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yg disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kpdmu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorg mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yg mewah, menduduki yg empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Org mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Kerananya ia tidak menyukai org menonjol yg dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia khuatir bahawa engkau kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yg lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap org dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 org-2nya bila ia belum mengerti apa yg dituju dgn tindakan-2 itu."

"Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahawa ayahku sedang memikirkan suatu rencana utk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yg malang bagi dirimu."
Daud merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kpd dirinya sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yg sedemikian itu? Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dgn jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yg telah menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan fikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.

Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorg pesurh Raja yg menyampaikan panggilan dan perintah kpdnya utk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kpd Daud yg berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud fikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yg menrungsingkan. Aku mendengar bhw bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya utk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yg akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah org-org yg engkau percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dgn membawa bendera kemenangan atau dgn jenazahmu dibawa di atas bahu org-orgmu."

Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dgn siasatnya ini, ia handak menghancurkan musuh yg selalu mengancam negerinya dan bersamaan dgn itu mengusirkan Daud dari atas buminya krn hampir dapat memastikan kpd dirinya bhw Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini.
Siasat yg mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dlm perintah Thalout itu kpdnya, namun ia sebagai rakyat yg setia dan anggota tentera yg berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dgn sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yg akan menimpa dirinya.

Dgn bertawakkal kpd Allah berpasrah diri kpd takdir-Nya dan berbekal iman dan talwa di dlm hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yg memang telah menyuratkan dlm takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dgn membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dgn membawa kemenangan diterima oleh Thalout dgn senyum dan tanda gembira yg dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dgn penghormatan yg besar dan puji-pujian yg berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disedarinya bhw dgn berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja org berkumpul tidak lain yg dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dgn sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yg menjadi kebanggaan seluruh bangsa.

Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dgn meminjam tangan org-org Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh org-org nya yg kembali dari medan perang sebagaimana yg ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dlm keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yg tidak terkalahkan.
Thalout yg dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dgn bangsa Kan'aan, berfikir jalan satu-satunya yg akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dlmnya. Mikyal, isteri Daud yg dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu kpd suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yg setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap dgn tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yg teguh yg akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.

Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejaknya utk menyampaukan kpdnya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yg mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yg ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorg hamba Allah yg tidak mengenal budi baik sesamanya dan yg selalu memperturutkan hawa nafsunya sekadar utk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sedar, fikir Daud bhw kenikmatan dan kekuasaan duniawi yg ia miliki adalah pemberian Allah yg sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali daripadanya 


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Sulaiman as dan Ratu Bilqis
KIsah Nabi Sulaiman as
Sulaiman adalah salah seorang putera Raja Nabi Daud as yang sangat kesohor. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan. 

Nabi Sulaiman Seorang Juri 
Sewaktu Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra’il ia selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyekutuinya di dalam menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya.

Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang mengakibatkan rusak binasanya perkarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama sehingga mendekati masa menuainya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan bahawa memang haiwan ternakannyalah yang merusak-binasakan kebun dan perkarangan kawannya itu.

Dalam perkara sengketa tersebut, Daud memutuskan bahawa sebagai ganti rugi yang dideritai oleh pemilik kebun akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh kecuaiannya menjaga binatang ternakannya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat berkata kepada si ayah: “Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu sepatut berbunyi sedemikian : Kepada pemilik perkarangan yang telah binasa tanamannya diserahkanlah haiwan ternak jirannya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya, sedang perkarangannya yang telah binasa itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya.”

Kuputusan yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang yang menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri sidang dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang walaupun masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan keberanian melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah hidup Nabi Sulaiman yang penuh dengan mukjizat kenabian dan kurnia Allah yang dilimpahkan kepadanya dan kepada ayahnya Nabi Daud.

Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya

Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani Isra’il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya srta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra’il.

Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.

Setelah merasa bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra’il dan bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra’il menggantikan Daud ayahnya.

Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra’il menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.

Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan. Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.

Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya dan dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra’il dari tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.

Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra’il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya.

Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain

Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra’il yang makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.

Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: “Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar dan sengaja.

Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sedar.

Nabi Sulaiman as dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitul maqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San’a – ibu kota Yeman, ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzur yang nyata.

Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan: “Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar.”

Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: “Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu kerana berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas suratku ini.”
HUd-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan baca isinya yang berbunyi: “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri.”

Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: “Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi pertimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu.”

Ratu Balqis menjawab: “Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk kota-kota kami, maka nescaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sgt menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami. Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba melunakkan hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.

Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya ya akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.

Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: “Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku.”

Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.

Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: “Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: “Aku akan membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu.”
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: “Serupa inikah tahtamu?” Balqis menjawab: “Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri,” seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak meninggalkan Saba.

Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, kehairanan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.

Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: 
“Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini.”

“Oh,Tuhanku,” Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, “aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya kawin dengan Balqis dan dari perkahwinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi Sulaiman dari putera hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam bisshawab.

Wafatnya Nabi Sulaiman as

Al-Quran mengisahkan bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai seksaan yang menghinakan.

Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi Sulaiman, namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.

Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Musa as dan Raja Fir'aun, Mummi Firaun zaman nabi Musa 


Kisah Teladan Nabiyulloh Musa as. Sangat menakjubkan dengan tantangan dan mu'jizat Nabi Musa, nabi orang Yahudi. 
Lebih dari itu, selain ketenarannya, juga jumlah pengikut yang memujanya secara pasti terus meningkat sepanjang jaman. Diperkirakan Musa tenar pada abad ke-13 SM, bersamaan sekitar masa Ramses II, dan dianggap pimpinan perpindahan besar-besaran bangsa Israel dari Mesir, wafat tahun 1237 SM. Di masa Musa hidup --seperti dijelaskan dalam buku Exodus-- ada kelompok orang Yahudi yang menentangnya. Tetapi, tak kurang dari lima abad lamanya Musa diagung-agungkan oleh orang-orang Yahudi. Mendekati tahun 400 SM kemasyhuran dan nama baiknya menyebar luas ke seluruh Eropa berbarengan dengan Agama Nasrani.

Beberapa abad kemudian Muhammad mengakui Musa sebagai seorang nabi yang sesungguhnya, dan dengan berkembangnya Islam, Musa menjadi pula tokoh yang dikagumi di seluruh dunia Islam (termasuk Mesir). Kini, sesudah tiga puluh dua abad terhitung dari masa hidupnya, Musa dihormati oleh orang Yahudi, Nasrani dan Islam sekaligus, dan bahkan juga oleh kaum yang tak mempercayai Tuhan. Berkat kemajuan komunikasi, dia mungkin lebih terkenal sekarang ketimbang di masa lampau.

Di samping ketenarannya, informasi yang bisa dipercayai menyangkut kehidupan Musa tidaklah banyak. Bahkan ada spekulasi (meski tidak diterima oleh sebagian besar ahli ilmu pengetahuan) bahwa Musa itu sesungguhnya orang Mesir, karena namanya berbau Mesir dan bukan Yahudi. (Nama Musa berarti "anak" atau "anak lelaki," dan banyak digunakan sebagai bagian dari banyak firaun. Kitab Perjanjian Lama berisi cerita-cerita tentang Musa yang hampir tak banyak maknanya karena sudah banyak dijejali dengan serba keajaiban. Kisah-kisah tentang Musa dapat menimbulkan malapetaka,tentang Musa bisa mengubah para pembantunya menjadi ular, merupakan contoh-contoh kejadian yang di luar kelaziman alamiah.

Hal-hal macam ini membebani orang dengan kemustahilan sehingga melempangkan jalan agar orang percaya bagaimana Musa yang sudah berumur delapan puluh tahun saat itu berkesanggupan melakukan exodus, memimpin bangsa Yahudi melintasi padang pasir dalam jangka waktu tak kurang dari empat puluh tahun. Sebetulnya kita ingin tahu persis apa sebetulnya yang sudah berhasil diperbuat Musa sebelum kisah-kisahnya terkubur dalam semak-semak dunia dongeng.

Banyak pihak yang berkeinginan melakukan penafsiran yang wajar dari khazanah kisah Injil, misalnya tentang sepuluh wasiat larangan, tentang penyeberangan Laut Merah. Tetapi, paling disenangi dari cerita-cerita Perjanjian Lama menyangkut perikehidupan Musa adalah dongeng-dongengnya yang bisa disejajarkan dengan kisah-kisah mitologi. Cerita Musa tentang tanaman merambat ke atas tak kunjung berakhir amatlah mirip dengan cerita Babylonia, Sargon dan Akkad, raja besar yang memerintah sekitar tahun 2360-2305 SM.
Pada umumnya, ada tiga hasil besar yang dihubungkan dengan perbuatan Musa. Pertama, dia dianggap tokoh politik yang memimpin orang Yahudi melakukan perpindahan besar-besaran dari Mesir. Dalam hal ini, jelas memang dia layak menerima penghargaan itu. Kedua, dia berhasil sebagai penulis jilid pertama dari Panca Jilid Injil (Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers dan Deuteronomy), yang sering dikaitkan dengan "Lima buku Musa" dan menyusun Torat Yahudi. Buku ini termasuk Kode Musa, serangkaian hukum yang menjadi dasar tingkah laku kaum Yahudi dalam Injil, termasuk dalam "Sepuluh Perintah Keramat" (Ten Commandments). Dari sudut besarnya pengaruh khususnya Torat dan umumnya Ten Commandments, para penulis tak syak lagi dapat digolongkan orang besar yang punya pengaruh langgeng. Tetapi, umumnya sarjana-sarjana Injil bersepakat bahwa Musa bukanlah satu-satunya penulis buku itu. Buku itu tampaknya ditulis oleh beberapa penulis dan sebagian besar isinya tidak ditulis sebelum wafatnya Musa. Ada kemungkinan Musa memainkan beberapa peranan dalam hal penghimpunan adat kebiasaan Yahudi atau bahkan menggariskan hukum-hukum Yahudi, tetapi tak ada bukti pasti sejauh dan sebesar apa peranan yang dilakukannya.

Kemudian, banyak orang menganggap Musa sebagai pendiri monoteisme Yahudi. Rasanya tidak ada alasan kuat yang bisa menunjang anggapan itu. Satu-satunya sumber informasi kita mengenai ihwal Musa adalah Perjanjian Lama, dan Perjanjian Lama jelas-jelas dan tak meragukan berkaitan dengan Ibrahim selaku pendiri monoteisme. Meskipun begitu, memang benar juga monoteisme Yahudi tak bisa tidak sirna tanpa Musa dan tak perlu dipermasalahkan lagi Musa memang pegang peranan yang menentukan dalam hal memelihara dan menyebarkan. Dalam hal ini, tentu saja, terletak arti penting peranannya yang terbesar sesudah Agama Nasrani dan Islam, dua agama terbesar di dunia yang keduanya bersumber pada monotheisme. Gagasan adanya Tuhan Yang Esa, yang dengan sepenuh hati dipercayai Musa, yang akhirnya menyebar ke sebagian besar dunia


Penemuan Jasad Firaun
Prediksi dalam Al Quran bahwa jasad Firaun yang mengejar Nabi Musa akan ditemukan untuk di jadikan pengingat bagi kita semua akhirnya terbukti melalui penemuan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817 di makam mumi firaun mesir yang tertimbun tanah.

jasad Firaun Ramses II
Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada informasi bahwa mayat Ramses II (firaun N.Musa) sebenarnya terselamatkan (karena di Injil & Taurat pun tidak disebutkan). Namun Al-Quran bisa menyebutkannya bahwa suatu ketika mayat firaun akan menjadi pelajaran untuk kita semua karena memang itu adalah firman Allah swt, bukan buat buatan Nabi Muhammad SAW.

Saat ini jasad Firaun berada di musium Tahrir, di tengah kota Cairo.

Penemuan Kereta Firaun di laut merah
Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah.

Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam,dimana menurut sejarah, kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.

Seperti apa sih Firaun ramses II?
Selama hidup dia tidak pernah sakit, memiliki 7000 jendral (itu baru jendral nya loh), super kaya dan berpengaruh. Saat jayanya itu Nabi Musa datang untuk mengajak Firaun mengakui Tiada Tuhan selain Allah.. tapi dasar ngeyelan, dia ga mau. Menurut hadits, saat mau menyebrang laut merah, Nabi Musa membelah laut merah menjadi beberapa bagian ( jadi bukan satu), dan berdasarkan perhitungan logika oleh Ron Wyatt, membutuhkan waktu 4 jam untuk melalui nya.

Detik detik terakhir sebelum Firaun meninggal, dia sebenarnya mau mengakui bahwa Allah lah Tuhannya (loh yo opo baru sadar), tapi berhubung mulutnya kemasukan pasir banyak, sehingga ia meninggal dalam kelompok golongan merugi.

Pesan
pesannya Pasti banyak, tapi untuk diri kita sendiri, tidak peduli kita seorang berpengaruh, kaya, punya jabatan atau tidak sama sekali, kalau kita masuk dalam golongan merugi, siksa alam kubur menanti juga untuk kita. Marilah mengkondisikan diri hari ini dalam kelompok orang orang yang beruntung.

Keterangan Peta
Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter.

Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat.Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter.

menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam.

Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan ( gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter.Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan,setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!!sungguh luar biasa,Allah Maha Besar.
sumber :
www.wyattmuseum.com 


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi  Harun as dan Fir'aun

Kisah Teladan Dari Nabi Harun as. Di dalam Al-Quran, nama Harun as, disebutkan sebanyak 20 kali
Harun bin Imran bin Qahats bin Azar bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim. Beliau adalah kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke jalan yang benar.

Firman Allah: "Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi."

Harun dilahirkan empat tahun sebelum Musa. Beliau yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran: "Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, sesungguhnya aku kawatir mereka akan berdusta."

Nabi Harun hidup selama 123 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka sukar dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.

Selepas Harun dan Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya' bin Nun. Namun, selepas Yusya' mati, lama-kelamaan mereka meninggalkan syariat yang terkandung dalam Taurat, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.

Pengutusan Nabi Harun

Riwayat Nabi Harun tidak terpisahkan dengan Nabi Musa, dan dakwahnya dilakukan bersama dengan Musa, karena tugas Nabi Harun untuk membantu Nabi Musa dalam berdakwah.

Pada masa Nabi Yusuf, sekelompok bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah bermigrasi dari negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir'aun yang menyembah patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman, petumbuhan bani Israil pun berkembang pesat.

Para fir'aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama kehidupan masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan siksaan yang pedih. Hal ini terekam dalam firman Allah,"(ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. Mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).

Ditengah kesulitan yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran Musa. Sang ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman Allah, "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).

Janji Allah untuk untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan istrinya mencari seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan menyuruhnya agar menyusui sang bayi.

Musa dibesarkan di lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun dan pemuka-pemuka agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan hikmah. Pada suatu hari, ada orang Mesir yang mengejek dan memaksa seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan untuknya. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolongnya dan memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.

Pada hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir yang lain. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada Nabi Musa. Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"

Mendengar cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan mencari Musa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.

Di Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan tanggung jawab Musa yang sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan salah satu putri beliau. Musa kemudian ingin kembali ke mesir setelah beberapa lama tinggal di Madyan.

Ketika sampai di Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah hendak memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu, malam terasa dingin dan Musa melihat cahaya api dari kejauhan. Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).

Hal itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah. Permintaan Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun sebagai pendampingnya.

Allah memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut saat memperingatkan Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan untuk mengatakan kepada Fir'aun, "Kami adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk."

Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1" Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir'aun lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan ular-ular mereka atas pertolongan Allah.

Melihat mukjizat itu, para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat Allah yang dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan berbagai ancaman Fir'aun. Mereka semua berkata seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).

Fir'aun lalu berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa bani Israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan bersabar. Dia kemudian berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang pedih kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS. Al-A'raf [7]: 133).

Ketika Fir'aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang menimpa mereka, dia pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah untuk menghentikan siksaan itu. Fir'aun kemudian berjanji tidak akan lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.

Sementara itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar dia membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun membawa kaumnya dan berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai. Fir'aun beserta bala tentaranya mengejar mereka. Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun beserta seluruh tentaranya.

Nabi Musa dan Nabi Harun serta bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah melihat banyak perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir), mereka mengajukan berbagai permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah menerima Taurat. Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.

Nabi Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan sebuah pusat pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota Ariha (Jericho), tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub dalam al-Qur'an, "Mereka berkata, 'wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan berperanglah kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS. Al-Ma'idah [5]: 24).

Di saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah membalasnya dengan adzab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40 tahun. Beberapa tahun setelah itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru merasakan buruk dan bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa. Karena itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota Ariha dan tinggal di sana.
Kisah Nabi Harun dalam Al-Qur'an

Di dalam Al-Quran, nama Harun as, disebutkan sebanyak 20 kali, antara lain seperti berikut ini.

Pada Surat Al-A'raaf (Al-A'raf) [7]: ayat 142, Firman Allah SWT :

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".

Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 25-36, Firman Allah SWT :

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami". Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa."

Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 42-50, Firman Allah SWT :

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Berkata Firaun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa ? Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.

Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 59-73, Firman Allah SWT :

Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik". Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?" Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa". Berkata Firaun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".

Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 85-89, Firman Allah SWT :

Allah berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?". Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa". Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?

Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 90-94, Firman Allah SWT :

Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu. itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku". Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami". Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku".

Referensi
Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.
  

Nabi Syuaib
Kisah Nabi Syuaib: Nabi Syuaib menyebarkan ajaran Islam didaerah Madyan, namun masyarakat Madyan menolak ajaran tersebut hingga akhirnya Allah SWT menurunkan Azab berupa Petir dan Kilat yang menghanguskan mereka. 

Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Zulkifli as Memenangkan Sayembara jadi Raja

Kisah Teladan dari seorang nabi dan rosul Pilihan.
Seseorang yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk menjadi nabi dan rasul adalah hamba yang terbaik, sabar dan saleh. Tersebutlah nama Nabi Zulkifli ‘alaihis salam di antaranya. Ayah Nabi Zulkifli bernama Nabi Ayyub ‘alaihis salam. Ibunya bernama Rahmah. Dengan demikian, Nabi Zulkifli masih terhitung cucu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Sebetulnya nama asli Nabi Zulkifli ialah Basyar. Namun karena ia selalu mampu memegang amanat dan janji, maka dijuluki Zulkifli. Secara sederhana, Zulkifli berarti orang yang sanggup.


Sejak kecil hingga dewasa, Nabi Zulkifli belum pernah berbohong kepada siapapun. Semua janji yang diucapkannya senantiasa ditepati, sehingga teman-teman dan orang-orang sangat senang kepadanya. Selain itu, ia cepat dikenal masyarakat lantaran semua tingkah lakunya mencerminkan kebaikan dan kebenaran. Sikap dan pendiriannya tidak mudah goyah. Emosinya benar-benar terkontrol secara baik. Saat ditimpa cobaan dan mendapat masalah, ia pun menerimanya secara sabar, tanpa mau mengeluh atau cerita ke orang lain. Ia lebih suka curhat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nabi Zulkifli dibesarkan di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Raja tidak suka mementingkan dirinya. Semua pikiran, tenaga dan harta kekayaannya ditumpahkan demi wilayah dan bangsa yang dicintainya. Wajar bila seluruh rakyatnya hidup makmur dalam suasana kedamaian. Sayangnya raja itu sudah sangat tua dan tidak memiliki keturunan sama sekali. Sang raja sangat bingung dan gelisah mengenai penggantinya kelak, termasuk nasib negara dan warganya.

Nabi Zulkifli as Memenangkan Sayembara

Berhari-hari sang raja memikirkan persoalan tersebut. Ia pun meminta pertimbangan dan berdiskusi dengan para penasehat istana. Akhirnya ditemukan jalan keluar terbaik, yakni mengadakan sayembara terbuka. Dalam tempo cepat pengumuman sayembara sudah tersebar ke seluruh daerah kekuasaannya. Di antara materi sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan kepada seluruh rakyatnya agar bisa memimpin negaranya. Adapun caranya, rakyat diminta hadir di halaman istana yang luas pada hari dan waktu yang telah ditentukan.

Saat yang ditunggu tiba. Sejak pagi hari rakyat berbondong-bondong datang memenuhi alun-alun istana untuk mengikuti sayembara. Nabi Zulkifli as ada di antara kerumunan massa. Mereka harap-harap cemas menanti kemunculan raja di panggung utama. Beberapa dari mereka ada yang percaya diri dan yakin akan bisa duduk di atas singgasana menggantikan raja. Setelah para pengawal istana berusaha menenangkan rakyat, raja baru menampakkan diri dengan baju kebesarannya. Spontan terdengar gemuruh tepuk tangan menandai rasa hormat dan cintanya terhadap raja.

Raja berdiri di mimbar. Ia memandangi lautan manusia yang telah menyemut dan menanti pernyataannya. Rakyat terdiam, suasana hening.  inilah kata kata sang Raja :
“Wahai seluruh rakyat yang aku cintai, seperti diketahui, kini aku sudah lanjut usia. Aku pun tidak mempunyai keturunan yang bisa meneruskan kejayaan kerajaan ini. Sementara aku tidak akan lama lagi berada di antara kalian. Sebagaimana yang berlaku selama ini, titah raja selalu dituruti dan tingkah lakunya diikuti rakyatnya. Maka dari itu, aku akan mengambil salah satu dari kalian yang terbaik. Sebagai persyaratan utama, orang yang akan menempati posisiku adalah orang yang pada siang hari melakukan puasa dan malam hari mengerjakan ibadah.” 
Demikian isi pidato raja dengan nada bicara yang tegas dan berwibawa.

Seusai memberikan penjelasan, raja mempersilakan rakyatnya yang merasa sanggup dengan persyaratannya agar mengangkat tangannya. Namun setelah ditunggu beberapa lama, tidak ada seorang pun yang berani mengacungkan jarinya. Bagi mereka, ketentuan itu jelas sangat berat. Tiba-tiba Nabi Zulkifli mengangkat tangan, melangkah ke hadapan raja, kemudian berkata dengan mantap tapi tetap rendah hati
Kata Nabi Zulkifli:
“Maaf baginda, kiranya hamba sanggup menjalankan puasa pada siang hari dan mengerjakan ibadah pada malam hari.”

Semua yang hadir terkejut, tak terkecuali raja. Raja tidak yakin kepadanya mengingat usia Nabi Zulkifli masih sangat muda. Raja mengamati Nabi Zulkifli secara detail dari ujung rambut hingga ujung kaki. Nabi Zulkifli kembali menegaskan, “Wahai paduka, hamba tidak main-main dengan ucapan hamba. Apa yang paduka minta akan hamba laksanakan.” Raja terdiam sejenak, lantas memutuskan untuk mengabulkan permohonan Nabi Zulkifli. Selang beberapa menit acara sayembara usai. Rakyat membubarkan diri, pulang ke rumah masing-masing.

Nabi Zulkifli Tidak Terlena Kemewahan

Malam harinya sang raja bisa tidur tenang. Ia senang sebab sudah menemukan putra mahkota. Sejak itu Nabi Zulkifli tinggal di dalam istana menemani kegiatan-kegiatan raja. Namun, kemewahan segala fasilitas istana, kilauan permata, hamparan permadani, dan empuknya ranjang tidur tidak membuat Nabi Zulkifli lupa daratan. Ia tetap menjadi diri sendiri, hidup sederhana seperti dulu. Menjelang detik-detik mangkat, raja berpesan kepada Nabi Zulkifli agar tetap menjalankan persyaratan sepeninggalnya. Nabi Zulkifli pun bersumpah akan menjaga amanat tersebut hingga akhir hayatnya.

Kewafatan sang raja menimbulkan duka yang mendalam bagi rakyatnya, apalagi bagi Nabi Zulkifli. Mereka berduyun-duyun mengantarkan raja ke peristirahatan terakhirnya. Negeri itu dirundung masa berkabung beberapa hari. Sesuai kesepakatan, kekosongan kursi raja segera ditempati Nabi Zulkifli yang merangkap sebagai hakim. Rakyat sangat berharap pemimpin baru mereka lebih membawa kebaikan, kemakmuran dan kedamaian. Setelah menjadi raja, Nabi Zulkifli mulai mengatur jadwal berpuasa, beribadah serta melayani rakyatnya sepenuh jiwa dan raganya.

Nabi Zulkifli bekerja hampir tidak mengenal waktu, pagi, siang maupun malam. Seluruh kebutuhan dasar rakyatnya dipenuhi. Urusan-urusan mereka diselesaikannya secara baik dan adil, tanpa menimbulkan gejolak atau memunculkan konflik baru. Ia tidak mau membeda-bedakan orang yang meminta uluran tangannya. Semua diperlakukan sama dan dihadapi dengan sabar. Hasilnya, di bawah kepemimpinannya, rakyat bisa hidup senang, tenteram dan bahagia. Selain itu yang paling penting, sejak menjadi raja, Nabi Zulkifli makin bertambah besar ketakwaannya kepada Allah SWT.

Cobaan Bagi Nabi Zulkifli

Satu malam menjelang Nabi Zulkifli beranjak ke tempat tidur, pintu kamarnya diketuk seorang pembantu istana. Menurut pembantunya, seorang warga datang untuk meminta bantuan Nabi Zulkifli. Nabi Zulkifli kemudian menemuinya dengan sikap ramah. Warga itu segera mengadukan persoalannya sembari menundukkan wajahnya. Ia mengaku baru dirampok di tengah perjalanan. Harta bendanya ludes dirampas orang lain. Nabi Zulkifli mendengarkan penuturannya dengan penuh kesabaran.

Setelah menyimak apa yang disampaikan warga itu, Nabi Zulkifli merasa ada yang ganjil. Sebab, lokasi yang diduga tempat berlangsungnya peristiwa perampokan sesungguhnya kawasan yang aman. Apalagi, di wilayah negerinya selama ini tidak pernah ada tindak kejahatan. Nabi Zulkifli lantas bertanya siapa sebenarnya tamu ini. Warga yang mengaku telah dirampok itu membuka identitas diri bahwa sesungguhnya ia iblis yang menyerupai manusia. Tujuan kedatangannya hanya ingin menguji dan membuktikan kesabaran, kebaikan dan kesalehan Nabi Zulkifli. Tidak sampai lima menit, iblis itu pun cepat-cepat menghilang dari hadapan Nabi Zulkifli.

Lain waktu Nabi Zulkifli mendapat cobaan. Sekelompok orang yang durhaka kepada Allah SWT membuat ulah di dalam negerinya. Nabi Zulkifli memerintahkan pasukan dan rakyatnya supaya memerangi mereka. Namun, mereka tidak mau mengikuti perintahnya. Alasannya, mereka takut mati akibat peperangan itu. Mereka malah meminta jaminan kepada Nabi Zulkifli agar tidak tewas meski ikut berperang. Nabi Zulkifli tidak marah melihat sikap mereka. Ia segera bermunajat kepada Allah SWT. Akhirnya, dalam peperangan itu mereka memperoleh kemenangan dan tidak satu pun dari mereka yang gugur. 


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Ilyas as


Kisah Nabi Ilyas as
Kisah Teladan dari Nabi ILYAS as diutus oleh Allah Swt. untuk mengingatkan kaum Bani Israil yang kufur, yaitu penduduk negeri Baalbek, sebuah darah di Libanon. Mereka menyembah berhala bernama Baal. Ilyas merupakan keturunan keempat Nabi Harun. Ia adalah putra Yasin bin Fanhash bin Aizar bin Harun. Ia berdakwah agar kaumnya mau meninggalkan kebiasaan buruk mereka menyembah berhala. Berkali-kali Nabi Ilyas mengingatkan, namun mereka tidak pernah menghiraukan. Menyadari kaumnya tidak mematuhi seruannya, Nabi Ilyas meminta agar Allah Swt. menurunkan azab-Nya. Maka datanglah bencana kekeringan melanda negeri Baalbek. Kisah Nabi Ilyas ini tidak banyak diceritakan dalam Al Qur'an. Nama Ilyas hanya disebut empat kali, yaitu dalam surah al-An'am ayat 85 serta surah as-Saffat ayat 123, 129 dan 130.

BENCANA KEKERINGAN 
Karena kaum Nabi Ilyas durhaka, Allah Swt. menurunkan azab berupa kemarau panjang selama tiga tahun berturut-turut. Semua tanaman dan hewan mati karena kelaparan. Kaum Nabi Ilyas akhirnya menyadari kesalahan mereka. Mereka bersedia meninggalkan berhala dan berjanji tidak menyembahnya lagi. Karena mereka sadar, Nabi Ilyas memohon kepada Allah Swt. agar menurunkan hujan ke tengah- tengah kaumnya. Namun setelah menikmati kemakmuran hidup, kaum Nabi Ilyas kembali ingkar. Mengetahui kekufuran kaumnya, Nabi Ilyas pun berdoa agar Allah Swt. menarik kembali nikmat yang telah dicurahkan kepada kaumnya dan mereka kembali ditimpa bencana yang lebih dahsyat daripada bencana sebelumnya. 

BERHALA BAAL 
Nabi Ilyas mendapat tugas dari Allah Swt. untuk menyadarkan kaum Bani Israil yang suka menyembah berhala Baal. Ilyas mengingatkan kaumnya, bahwa berhala yang mereka sembah itu bukan tuhan yang sebenarnya. Ia juga menyerukan agar mereka takut kepada Allah Swt. yang menciptakan alam semesta, dan menegaskan bahwa Allah Swt. adalah Tuhan para pendahulu mereka. Namun kaum Bani Israil mendustakan seruan Ilyas tersebut. Kisah Nabi Ilyas yang memperingatkan kaumnya itu terdapat dalam Al-Qur'an surah as-Saffat ayat 124-127.

NABI ILYASA AS
Nabi Ilyas memiliki seorang anak angkat bernama Ilyasa. Ia sering menemani Nabi Ilyas dalam melaksanakan tugasnya berdakwah, terutama ketika Nabi Ilyas sudah menginjak usia tua. Setelah Nabi Ilyas meninggal dunia, Allah Swt. mengutus Ilyasa untuk melanjutkan tugas ayahnya menyampaikan dakwah kepada kaumnya yang angkuh itu. 
BAALBEK 

Baalbek merupakan sebuah kota yang sekarang berada dalam wilayah Libanon. Pada masa Nabi Ilyas, kota ini didiami oleh bangsa Fenisia, yang merupakan bangsa pelaut terkenal. Bangsa ini menyembah berhala Baal. Sampaisekarang masih ada sebuah bangunan altar bernama Heliopolis yang diyakini sebagai tempat penyembahan bangsa Fenisia kepada Dewa Baal. Nama kota Baalbek sendiri diambil dari nama Baal, dewa bangsa Fenisia.  


Cerita Para Nabi & Rosul - Kisah Nabi Ilyasa 

Kisah Teladan Nabi Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Nabi Musa asNabi Harun as serta Nabi Ilyas as. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Jordan. 
Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal. 
Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa.



Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer