Kisah Danapati Kembar Tujuh serial lokapala

Adegan pasowanan nagari Maespati, sang Prabu Arjunasasrabahu mendengar kabar bahwa ada berita yang menyatakan Raja Lokapala menghilang, lalu datanglah seorang utusan dari Kerajaan Lokapala bernama Gohmuka, ia menyampaikan bahwa sang Prabu Danapati menghilang di Keraton Lokapala. Segera  sang Prabu Arjunasasrabahu memerintahkan Patih Kartandi untuk mencarinya ke Pertapaan Grastina.
Di Pertapaan Grastina, Resi Gotama mendapat tamu tak di undang bernama Bambang Danaraja dan Bambang Danaseta, lalu mereka menyebutkan maksud kedatangan mereka berdua untuk minta tolong karena sedang dikejar oleh Raja Raksaksa bernama Prabu Yaksadanamurti, sang Resi menyanggupi lalu menyarankan dua pemuda itu bersembunyi di Kendaga Mustika miliknya.
Sementara itu di Keraton Alengka mendapati seorang tamu tak diundang bernama Kaladana dan Kaladani serta Kaladanasraya untuk bermaksud ingin berkerja sama dalam menumpas Prabu Arjunasasrabahu di Maespati, penawaran itu di terima oleh sang Prabu Rahwana lalu mengutus Patih Prahasta untuk menyiapkan pasukan Alengka.
Setelah kepergian Patih Kartandi, datanglah seorang brahmana bernama Resi Ramaparasu membawa seorang pemuda tulen bernama Bambang Dananirasena menghadap sang Prabu Arjunasasrabahu lalu diterima hangat oleh sang Prabu Arjunasarabahu, Sang Prabu menanyakan maksud kedatangan mereka berdua untuk apa sowan ke Maespati, Resi Ramabergawa menjawab pertanyaan sang Prabu bahwa maksud kedatangan berdua minta tolong bahwa pemuda yang dibawanya sedang sakit yang aneh.
Prabu Yaksadanamurti lalu mengamuk di Pretapaan Grastina guna mencari kedua pemuda yang akan dimangsanya tapi sayang kalah dan tunduk oleh sang Resi serta memohon untuk diangkat menjadi muridnya.lalu sang Resi memberikan Kendaga Mustika miliknya kepada sang Raja Raksaksa dari Kerajaan Pagerjajarsewu. sementara datanglah pasukan dari Alengka menyerang Maespati dengan bantuan tiga raksaksa yang tak tahu asal usulnya dari mana alias raksaksa kabur kanginan. dihadapnya pasukan itu oleh Sang Prabu Arjunasasrabahu, lalu sang Prabu tiwikrama menjadi brahala balasrewu untuk merendam pasukan Alengka yang datang tiba tiba.
Pretapaan Grastina mendapati tamu lagi dari Maespati bernama Patih Kartandi dengan sejumlah prajurit menghadap dan menanyakan maksud kedatangan di Grastina untuk mencari Prabu Danapati yang hilang entah kemana, lalu sang Resi menyetujui tujuan wadyabala Maespati itu dengan memanggil muridnya Prabu Yaksadanamurti serta membawa kendaga milik sang Resi, Akhirnya Rombongan wadyabala Maespati itu membawa Prabu Yaksadanamurti serta kendaga sang Resi ke Maespati.
Sementara itu di Maespati terjadi kekacauan, Akhirnya sang Raja Alengka dan pasukanya mundur lari tungganglanggang, lalu sang Prabu memanggil seorang pendeta dari Jabalsastra bernama Begawan Jajaljejersena untuk mengobati Bambang Dananirasena yang mempunyai penyakit aneh, seketika itu sang tiga raksaksa kembar tersebut tunduk dan munta tolong untuk diangkat menjadi abdi sang Prabu Arjunasasrabahu. lalu datanglah rombongan Patih Kertandi membawa Raja Raksaksa dan kendaga milik Resi Gotama. setelah menghadap rombongan wadyabala tersebut lalu keluarlah dua pemuada itu dari Kendaga. hal itu membuat sang Prabu Arjunasasrabahu bingung ada banyak tamu tak diundang di Keraton Maespati. setelah sembuh dari penyakitnya pemuda yang di bawa oleh Resi Ramaparasu minta sayembara barang siapa dari tamu tamu antara dia, dua pemuda dari Grastina, raja Raksaksa dan raksaksa kembar tiga bisa mengalahkan satu sama lain maka dia berhak jadi Abdi Keraton Maespati.
Akhirnya mereka berkelahi satusama lain antara Bambang Dananirasena, Bambang Danaraja, Bambang Danaseta, Prabu Yaksadanamurti, Kaladana, Kaladani, Kaladanasraya akhirnya mereka berubah ujud semuanya menjadi Prabu Danapati kembar tujuh. 
Lalu semakin tambah bingung sang Prabu Arjunasasrabahu mana yang asli Prabu Danaraja, atas saran sang Begawan Jajaljejersena dari pertapaan Jabalsastra, sang Prabu harus menanyakan apa kelebihan Prabu Danapati itu kepada Resi Ramabergawa kepada sang Resi Ramabergawa kelebihan yang di punyai Prabu Danapati adalah senjata gandik mas, lalu sang Prabu mengummumkan bahwa diantara Prabu Danapati kembar tujuh tersebut harus ada yang bisa menunjukkan senjata gandik mas kepada Sang Raja Maespati. 
Akhirnya ada yang mengeluarkan Senjata Gandikmas, Cis Kalaminta, Cupu Retnadumilah, Tombak Bajra, Ajian Angin, Ajian Api, dan Kitab Jitabsara. lalu mereka berubah ujud aslinya masing masing. terungkaplah sosok Prabu Danapati yang asli yaitu yang dibawa oleh Resi Ramabergawa yang lain jelmaan Sang Hyang Batara Guru, Sang Hyang Batara Narada, Batara Indra, Batara Bayu, Batara Brama dan Batara Panyarikan. mereka para dewata memberi maksut isyarat bahwa sang Prabu akan gugur di tangan Resi Ramaparasu yang menjadi tamu di Keraton Maespati. setelah itu para dewata agung kembali kekayangan masing masing. 

Hasil gambar untuk raja sabrangan wayang   Hasil gambar untuk raja sabrangan wayang
Kaladanasraya  Kaladani
Hasil gambar untuk raja sabrangan wayang    Gambar terkait 
Tokoh Kaladana dan Tokoh Bambang Dananirasena,
Gambar terkait   Hasil gambar untuk raja sabrangan wayang 
Tokoh Bambang Danaraja Dan Tokoh Prabu Yaksadanamurti serta 
Hasil gambar untuk bambangan sabrangan wayang
Tokoh Bambang Danaseta

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer