Lakon Aswatama Nglandak

Parikesit Lahir “Aswatama Nglandak”

Hasil gambar untuk lakon aswatama nglandak
Aswatama yang sedang mengendap endap di persembunyian tidak jauh dari perkemahan para keluarga pandawa yang ingin balas dendam dengan kematian Ayahandanya 

Lakon ini termasuk lakon pokok, yang menceritakan tentang peristiwa setelah Suyudana gugur, Aswatama, Resi Krepa, Kartamarma, dan Dewi Banowati berada di Kerajaan Tirtatinalang. Pada suatu hari Dewi Banowati menghilang dan ternyata pergi menggabungkan diri dengan Aijuna. Aswatama.Krepa dan Kartamarma lalu pergi secara sembunyi-sembunyi ke Astina untuk menyelidiki.
Sementara Utari melahirkan putra dan diberi nama Parikesit, dan rencananya kelak akan diangkat menjadi raja di Astina.
Dewi Banowati merawat bayi itu dan membantu Drupadi dan Utari. Karena lelah, Dewi Banowati istirahat di Taman Kadilengleng. Tiba-tiba Aswatama dan pengikutnya menemukan Dewi Banowati dan membunuhnya, karena dianggap berkhianat pada Kurawa.
Aswatama, Kartamarma dan Krepa lalu masuk istana secara diam-diam dan menemukan Parikesit, mereka berpikir kelak bayi ini menjadi pewaris takhta Astina. Aswatama hendak membunuhnya tetapi sang Bayi menjerit dan kakinya menendang-nendang. Panah pusaka Pasopati, yang diletakkan Arjuna di pembaringannya tertendang, mental mengenai dada Aswatama dan tewas seketika, Kartamarma dan Krepa bersembunyi di taman tetapi kepergok dan ditangkap Bima lalu dibanting ke tanah, tewas seketika. Jiwa mereka berubah menjadi brengkutis (kewangwung, serangga pemakan kotoran).
Arjuna sangat sedih atas kematian Dewi Banowati, maka Kresna berusaha menghiburnya dan ditawari putri yang amat mirip dengan Banowati yaitu Dewi Citrahoyi, istri Prabu Arjunapati dari Kerajaan Sriwedari.
Arjunapati bersedia menyerahkan istrinya kepada Arjuna, tetapi harus melangkahi mayatnya lebih dahulu. Akhirnya Arjunapati terbunuh oleh Kresna, sehingga Dewi Cintrahoyi dapat dipersunting Aijuna.
https://ceritawayangkulit.wordpress.com/parikesit-lahir-aswatama-nglandak/
Hasil gambar untuk lakon aswatama nglandak
Perang Baratayudha telah usai, Resiwara Bisma telah moksha ke alam kadewatan sesuai dengan waktu yang diinginkannya, setelah kematian Prabu Suyudana sebagai penutup Perang Baratayudha.
Resiwara Bisma dalam perjalanannya menuju surga bertemu dengan Dewi Amba, kekasih pujaan didunia. Ia kelihatan bahagia. Hal itu tidak akan terjadi kalau ia masih hidup. Karena didunia ia seorang Brahmacari.
Kurawa pun sudah habis, semua sudah gugur di medan perang Kurusetra. Demikian pula Pandawa juga telah kehilangan banyak sanak saudaranya.
Dewi Drupadi, juga mengalami hal yang serupa, ia telah kehilangan ayahnya, Prabu Drupada. Keluarga Wirata, telah kehilangan Prabu Matswapati, Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka dalam Perang  Baratayudha.Terlebih lagi Pandawa disamping telah kehilangan sanak saudaranya, juga kehilangan saudara saudaranya Para Kurawa, Eyangya, Gurunya, sahabat serta kerabatnya. Namun yang menjadikan Keluarga Pandawa mempunyai semangat hidup  mereka masih memiliki Ibu Kunti dan Eyang Abiyasa,
Dengan kemenangan Pandawa, maka Pandawa beserta seluruh keluarga tang tersisa memasuki Istana Astina. Kedatangan Para Pandawa disambut oleh  Dewi Kunti. Dewi Kunti terharu, karena betapa mahalnya untuk sebuah kemerdekaan Indraprasta, terlalu banyak yang menjadi korbannya. Dewi Kunti juga mengucapkan terima kasihnya pada Kresna yang telah mendampingi Para Pandawa selama Perang Baratayudha.Kedatangan Pandawa telah diketahui oleh Uwa Prabu Drestarastra dan Uwa Dewi Gendari. Para Pandawa dijemput oleh Paman Yama Widura yang merangkulnya penuh keharuan. Dalam perang Baratayudha, Paman Yama Widura kehilangan satu orang puteranya, Sang Yuyutsu, yang telah gugur di medan pertempuran Barata Yudha dipihak Pandawa.
Ketika meeka sedang berbincang bincang, datanglah  Sanjaya, anak Paman Yama Widura pertama, yang disuruh Uwa nya Prabu Drestarastra, agar  Pandawa keistana Kasepuhan, karena Prabu Drestarastra telah menunggu kedatangan para Pandawa.
Sementara itu Prabu Sri Batara Kresna merasakan fiirasat yang buruk.Prabu Kresna membisikkan agar para Pandawa berhati hati dan waspada dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada, karena ini mungkin perang belum selesai. Pandawa memakluminya. mereka segera menemui Uwa Prabu Drestarastra.
Prabu Drestarastra sedang duduk serimbit dengan Dewi Gendari. Prabu Drestarastra memeluk satu persatu para Pandawa.Walaupun ia memeluk para Pandawa, namun sebenarnyan hatinya  merindukan anak anak kandungnya sendiri , yaitu  Para Kurawa yang telah tiada. Sekarang giliran Werkudara yang hendak dipeluk Prabu Drestarastra. Werkudara segera  mendekati Uwa nya. Namun Prabu Kresna menarik tangan Werkudara, sambil berbisik, tidak perlu mendekati. Biar saja uwa nya yang datang menjemput. Prabu Drestarastra menangisi kematian putera puteranya para Kurawa, karena tidak satupun yang disisakan hidup, oleh Para Pandawa. Sebenarnya Pandawa bisa saja menyisakan Suyudana untuk hidup. Tetapi semuanya sudah terjadi.  Prabu Drestarastra akhirnya berdiri mendekati Wekudara. Sementara itu Werkudara berdiri dekat sebuah patung raksasa  sebesar Werkudara.Werkudara menghindar ketika uwa nya mengulurkan kedua tangannya untuk memeluknya. Tetapi yang tersentuh adalah Patung raksasa yang menghalangi Werkudara dan patung pun menjadi hancur lebur.dari kedua tangan uwa nya masih mengeluarkan api yang  menyala nyala.
Semua terjadi karena uwa nya telah menyalurkan aji Kumbalageni yang sebenarnya ditujukan untuk membunuh Werkudara. Keadaan menjadi hening tidak satupun orang berkata. Prabu Drestarastra menyesal telah membunuh Werkudara. Ia mohon maaf kepada Dewata karena ia tak mampu menahan nafsu balas dendam pada Pandawa khususnya Werkudara yang telah membunuh Suyudana anaknya yang paling dicintainya. Andaikata ia mampu, Werkudara akan dihidupkannya. Ia menyesal tak bisa menjaga amanat Pandu adiknya, untuk menjaga keselamatan Pandawa.Namun Dewi Gendari berkata lain, ia menyesal melihat kegagalan Prabu Drestarastra untuk membunuh Werkudara.
Dewi Gandari bersupata, bahwa Kresna juga akan mengalami penderitaan Bangsa Kuru, karena Kresna adalah yang membunuh seluruh para Kurawa, walaupun tidak dengan tangannya sendiri Maka bangsa Yadawa, juga akan mengalami hal yang sama, Bangsa Yadawa akan mengalami perpecahan, hingga terjadi pertumpahan darah antar bangsa Yadawa sendiri, yang pada akhirnya bangsa Yadawa tertumpas habis dengan sendirinya.. .
Prabu Kresna terperanjat mendengar supata Dewi Gendari. Keadaan menjadi hening, tidak satu pun orang bersuara. Prabu Drestarastra merasa bahagia ketika mengetahui  Werkudara masih hidup. Werkudara kemudian merangkul Prabu Drestarastra, Prabu Destarastra mengharap diantara yang masih hidup jangan ada pertengkaran lagi, jangan ada pembunuhan lagi. Prabu Batara Kresna mohon maaf kepada Prabu Drestarastra dan Ibu Gendari serta siapa saja yang dendam pada Prabu Kresna dan juga atas nama Pandawa, yang didalam perang Bartayudha juga memakan korban banyak  para putera Pandawa,  termasuk juga kehilangan saudara saudara saudara para Kurawa.  maupun Kurawa. Prabu Drestarastra akhirnya merelakan kepergian seluruh para putreranya, yaitu Para Kurawa.
Para Pandawa kemudian mohon pamit untuk memasuki pakuwon Pandawa. Disanalah para Pandawa beristirahat, Sementara itu Dewi Utari telah melahirkan sorang anak yang tampan. Arjuna memberi nama Parikesit.Setelah kelahiran Parikesit, Prabu Sri Batara Kresna berpesan agar Para Pandawa tidak boleh lengah, tetap waspada, dan jagalah bayi Parikesit dari segala yang mengancam. Prabu Kresna berpesan agar jangan sampai bayi ditegakan tidak dijaga, dan dibawah kaki Parikesit, ditaruh senjata pusaka Pulanggeni yang sudah dilepas dari warangkanya..Setelah banyak berpesan Prabu Sri Batara Kresna berpamitan kembali ke Dwarawati. Karena Dwarawati dalam keadaan darurat.Sampai di tengah  malam Pandawa masih kuat untuk berjaga menunggui bayi Parikesit yang tidur di tempat nya.
Sementara itu Aswatama yang sudah lama menghilang dari medan perang Kurusetra, yang sejak pengangkatan Prabu Salya menjadi senapati, dimana Aswatama memprotes pengangkatan itu, karena sudah jelas kelihatan curangnya Prabu Salya yang menyelamatkan kermatian Arjuna dari Karna,
Kini Aswatama telah muncul kembali.. Kali ini ia telah menghimpun kekuatan baru, yaitu bergabung dengan Resi Krepa dan Kertawarma. Kertamarma adalah  adik Prabu Suyudana yang satu satunya masih hidup.  Para Pandawa dan bahkan Prabu Drestarastra tidak menyangka, ternyata masih ada sisa Kurawa yang masih hidup.
Mereka berencana mau memberontak ke Astina, untuk merebut kembali Astinapura  ketangan Kurawa, Tetapi mereka tak ada keberanian. Pertapaan Sokalima walaupun luasnya sama dengan kerajaan Pancala, namun tidak memiliki perajurit. Mereka memutuskan akan memasuki Istana Astina secara diam diam, pada malam hari dan akan membunuh orang orang Pandawa sebanyak banyaknya.
Sebenarnya Aswatama sudah membuat terowongan di taman Kadilengen, dan sudah tembus ke Goa. Sekarang Aswatama dengan bekal sebuah oncor sebagai penerang jalan,dan ditemani Kertawarma dan Resi Krepa memasuki. Namun ditengah jalan, mereka terkejut karena ada sebagian tanah yang gugur sehingga menutup jalan masuk ke goa. Aswatama terpuruk, terlebih lebih ketika api oncor padam, tidak tahu harus bagaimana. Tiba tiba saja ada cahaya yang menerangi Goa. Ternyata Dewi Wilutama datang menolong.
Dewi Wilutama adalah ibu Aswatama. Dewi Wilutama  menerangi goa dengan sinar dari kedua telapak tangannya.  Pintu  goa yang telah dilalui juga roboh dan menutupi pintu goa. Sehingga walaupun mereka pulang juga tidak bisa keluar. Mereka terjebak didalam goa, pulang tidak bisa, terus juga tidak bisa.
Dewi Wilutama menanyakan,apakah mereka mau mmembatalkan niatnya sehingga mau kembali ke jalan semula, atau mau meneruskan kehendaknya., Aswatama ingin meneruskan perjalanannya ke Astina. Dewi Wilutama tidak mau membantu keinginan dan tidak mau ikut bertanggung jawab atas perbuatan Aswatama yang akan dilakukan. Dewi Wilutama membuka jalan ke pintu depan  Goa. Sehingga apabila mereka berniat mau pulang kembali, bisa lewat  kepintu goa semula. dan akan keluar dengan mudah. Namun
Dewi Wilutama tidak tega pada Aswatama,karena Aswatama sudah tidak bisa dihentikan niatnya. akhirnya Dewi Wilutama memberikan senjata untuk menyingkirkan tanah tanah yang menghalangi perjalananannya. Ibunda Dewi Wilutama tidak ikut bertanggung jawab apa yang hendak dilakukan oleh Aswatama, dan disarankankan anaknya pulang saja kembali ke Sokalima.
Resi Krepa ganti membujuk Aswatama agar pulang saja kembali ke Sokalima. Akhirnya Resi Krepa meninggalkan mereka semua, kembali ke pertapaannya.  Dewi Wilutama  sebelum meninggalkan Aswatama meninggalkan  pusaka cahaya, yang akan menerangi goa, sampai Aswatama keluar dati goa, dan sampai ditaman Kadilengen, maka kembalilah Dewi Wilutama kembali kekahyangan..
Dalam waktu singkat Aswatama beserta Kertawarma telah memasuki Istana Astinapura. Kertawarma tidak mengikuti kepergian Aswatama yang memasuki Istana Astinapura. Kertawarma menunggu diluar istana. Ia bersembunyi di luar Istana.
Aswatama membaca mantera agar orang orang yang ada didalam Istana Astina tertidur.Sementara itu seluruh penghuni Istana telah tertidur semua. Memasuki kamar pertama, terlihat Pancawala dan Drestajumna sedang tidur dengan nyenyaknya. Tanpa pikir panjang lebar, ditebasnya calon Raja Astina baru, Pancawala dan Pembunuh ayahnya, Drestajumna sehingga terpelantinglah kedua kepalanya.
Dendam masih membara ia membuka kamar yang kedua, terlihat Srikandi tidur tergeletak tidak berdaya, ia kelihatan lemah gemulai seperti wanita wanita biasa  lainnya, walaupun dalam perang Baratayudha ia kelihatan gagah perkasa bagaikan seorang pria jantan dalam menghadapi musuh musuhnya. Ia akan segera membunuhnya, tetapi dirasanya percuma saja karena tidak merasakan sakitnya kalau dibunuh, Srikandi tidak akan merasakan kematiannya. Dengan cepat penuh dendam Aswatama menjambak rambut Srikandi. Srikandi terbangun, dan terkejut ada Aswatama masuk kamar dan dirinya sudah di pegang oleh Aswatama. Ia berusaha melawan tetapi tidak berdaya. Aswatama menjambak Srikandi dan membentur-benturkan kepala Srikandi ke dinding kamar, hingga tewas.
Dendam masih membara, ia melihat Dewi Sembadra sedang tertidur pulas,langsung dibunuh sebagai pembayar utang Arjuna, demikian pula Niken Larasati dan Sulastri terbunuh.
Dilihatnya pula Dewi Banowati istri Prabu Suyudana, dengan pandangan sinisnya, menganggap Banowati,  adalah  seorang wanita murahan, dengan mudahnya selingkuh drngan Arjuna. Tanpa ampun lagi Banowati dibunuhnya.

Surem-surem diwangkara kingkin,
lir mangaswa kang layon,
dennya ilang memanise,
wadanira layu,
kumel kucem rahnya meratani,
marang saliranipun,
melas dening ludira kawangwang)
nggana bang sumirat, O —
Suram cahya surya bersedih
seperti menghidu lelayu
oleh hilang kemanisannya
kumal pucat wajahnya layu
darah merata membiru
di sekujur tubuh itu
angkasa berduka, lihatlah
langit semburat merah

Aswatama tidak mengetahui posisi dimana Parikesit tidur karena pengaruh senjata Pulanggeni, dan pasti pula ada didalam lindungan Dewata. Aswatama melihat pula Dewi Drupadi, namun ketika akan membunuhnya terdengar, seperti ada suara tangisan bayi, Aswatama terkejut. Ia mengalihkan niatnya untuk membunuh Drupadi,  dan ia melihat dengan mata batinnya suatu tempat yang penuh kabut.  Aswatama melihat bayi itu. Aswatama memandang benci kepada Parikesit, karena Pancawala sudah terbunuh, maka bayi ini adalah pewaris tahta Astina pura. Segera Aswatama berusaha menikam bayi itu. Tetapi kekuasaan dewa yang menentukan lain. tiba tiba saja keris Pulanggeni yang terletak dibawah kaki jabang Parikesit,tertendang sang bayi, dan keris Pulanggeni terpental dan menembus dada Aswatama,  Aswatama tewas.
Sementara ada keributan dan suara tangisan mereka yang terhindar dari pembunuhan, seperti Dewi Untari dan dewi Drupadi. Menjadikan Werkudara dan Arjuna terbangun dari tidurnya. Mereka langsung keluar dari Keputren. Sementara itu, Kertawarma bersiap memukul Werkudara, andaikata melewati persembunyiannya. Werkudara akhirnya melewati persembunyian Kertawarma. Melihat Werkudara berjalan melewati persembunyiannya, Kertawarma segera memukul Werkudara dengan gadanya dengan keras, namun Wekudara dapat menangkisnya.
Terjadilah perkelahian, antara Werkudara dan Kertamarma.Kepala Kertawarma pecah terkena pukulan Gada Rujakpala, Kertamarma pun tewas Pandawa pagi ini dirundung duka. Semua istri Arjuna yang berada di Istana terbunuh semua, juga Dewi Drupadi kehilangan puteranya Pancawala, Srikandi dan Drestajumna. Arjuna semakin tersayat hatinya, melihat jasad DewI Banowati yang wajahnya dirusak oleh Aswatama..
Seluruh keluarga Pandawa berduka. Prabu Kresna kecewa tidak bisa ikut menjaga ketentraman Istana Astina. Prabu Kresna sendiri masih menghadapi  pergolakan keluarga Yadawa. Prabu Kresna minta agar Puntadewa segera menyiapkan pemerintahan Astina. Untuk itu dibutuhkan pengangkatan seorang raja. Kemudian mereka merencanakan pelantikan seorang raja. Setelah mereka berembug maka ditunjuklah Parikesit menjadi Raja Astina. Mengingat Parikesit masih bayi, maka Puntadewa diminta untuk menjadi wali. Maka diangkatlah Prabu Puntadewa mewakili Parikesit. Dengan gelar Prabu Kalimataya. Uwa Drestarastra merestui pengangkatan Puntadewa menjadi Ratu Wali. Prabu Kalimataya dalam pemerintahannya dibantu oleh Sadewa, Sadewa ditunjuk menjadi patih Kerajaan Astinapura.
sedangkan Nakula menjadi raja di Mandaraka menggantikan uwanya, Prabu Salya. Prabu Salya lebih mencintai kedua anak Dewi Madrim adiknya. Lagi pula seluruh anaknya tewas dalam perang Baratayudha.Sedangkan Saewa menjadi patih di Astinapura, mendampingi Prabu Parikesit.
Cerita Aswatama nglandak,atau Aswatama Nggangsir atau dikenal juga dengan Parikesit LahirN glandak, artinya berperilaku seperti landak, jadi maksudnya Aswaqtama, Kartamarma dan Resi Krepa bermaksud  ke Astinapura, untuk membunuh para Pandawa dan keluarganya,  dengan cara  membuat nggangsir dari bawah tanah menuju Asrinapura .
http://wayangparikesitlair.blogspot.co.id/
Gambar terkait
Balas Dendam Pecinta Kisruh (Haswatama Nglandak)
Perang panjang Barathayuda antara fans ISL dan para pecinta statuta kisruhmania telah usai dengan kemenangan di pihak ISL. Bagaimanapun perang panjang ini telah membawa korban dan tragedi tak terperi. Klub2 kekurangan dana, pemain tertunggak gaji, mengemis, makan nasi bungkus, sponsor sepi, tragedi 10-0, rangking FIFA meluncur se nyungsep2nya, tak lolos babak penyisihan AFF 2012 dan hiruk pikuk keributan disana-sini. Di sisa upaya terakhirnya mereka berusaha sekuat tenaga menggagalkan perdamaian, menciptakan kisruh disegala lini agar KLB gagal dan berakibat Sanksi. Tak peduli pemalsuan tanda tangan Pak DA juga dilakukan serta indikasi membuat rusuh di KLB yang membuat Roy suryo meminta bantuan Intelijen..ini memang masalah negara untuk menghindarkan diri dari sanksi FIFA..DEMI MERAH PUTIH!!bukan masalah mereka yang mengaku bersih sembari memalsukan tandatangan ketum. Mereka tidak sadar hak2 voter telah dirampas caretaker, dan mengklaim rampasan tersebut sebagai haknya sesuai statuta*Tegakkan Pancasila* Hal ini juga terjadi Di kanal bola, pejuang2 IPL musnah.. Edward blank terjun ke sungai jagir, mafrukhin melarikan diri ke hutan, askar yang setia membawa pedang mushashi untuk membabat ISL akhirnya juga harakiri dengan pedangnya. Tetapi masih ada sisa-sisa pasukan kisruh yang terus mengacau kesana kemari menimbulkan keributan dan serangan-serangan sporadis lalu menghilang ada soekamto, bato, warkonah dan benjo yang sesekali muncul..ada juga yang membabi buta menyerang mulai dari SK BTN, konggres, Timnas, Bisnis bakri yang keluar dari masalah bola, pokoknya setiap celah sebisa mungkin dibikin ribut.. dibawah komando detektif kita SJ, palimo, mbah perkutut cs. padahal kita tahu PSSI diwakili DA dan KPSI diwakili LNM telah berdamai bergandeng tangan dengan pemerintah dan masyarakat yang sudah lelah berkonflik..lalu apa masalahnya dengan ribut mania ini??mereka mewakili siapa? Meneketehek!! Dalam kisah Baratayudha, episode ini dikenal dengan cerita HASWATAMA NGLANDAK Alkisah sesaat setelah berakhirnya baratayudha dimana ksatria2 kurawa telah dikalahkan, Pandawa segera mengambil alih Astina pura, sisa2 pasukan kurawa tercerai berai, lari salangtunjang meninggalkan kerajaan Astina pura. Sesampai dihutan mereka bertemu dengan 3 orang kesatria kurawa yang tersisa yaitu: bambang Haswotomo (anak Drona), Kartomarmo (adik duryudana) serta mbah tua resi Krepa yang setia dengan perkututnya. Mulailah mereka menyusun rencana balas dendam yaitu melenyapkan putra mahkota Parikesit yang akan menjadi raja di Astina. Lalu Haswotomo membuat rencana yaitu meniru landak membikin terowongan bawah tanah menuju istana Hastino untuk membunuh parikesit yang masih bayi dan membunuh Kesatria pandawa sebanyak-banyaknya sebagai balas dendam atas kekalahan mereka. 3 orang landak ini sampai juga di istana melalui terowongan yang telah dibuat, mereka masuk ke keputren dan mencari bayi parikesit, satu persatu orang yang ditemui dibunuh, Srikandi, banowati, dewi subodro menemui ajal (hazzem para bidadari cantik kok dibunuh) dan ketika hendak membunuh dewi drupadi, haswotomo mendengar tangisan parikesit, segera ia berbalik mendatangi parikesit untuk membunuhnya. Tetapi tiba2 parikesit menendang gagang keris pulanggeni yang diletakkan di bawah kakinya dan menancap di dada aswotomo. Terjadilah keributan dan kegaduhan.. WerkudoroDupri dan ArjunaFlea yang sedang tidur di kesatrian segera keluar melihat apa yang terjadi, lalu dengan gagah berani keduanya bertindak menghabisi kartomarmo dan aswatama. Resi krepa yang melihat kedua temannya terbunuh segera terbirit-birit melarikan diri kehutan bersama perkutut
http://www.kompasiana.com/jupe/balas-dendam-pecinta-kisruh-haswatama-nglandak.html
Hasil gambar untuk lakon aswatama nglandak

Aswatama Nglandak

Gambar terkait
Perang Baratayudha telah usai, Resiwara Bisma telah moksha ke alam kadewatan sesuai dengan waktu yang diinginkannya, setelah kematian Prabu Suyudana sebagai penutup Perang Baratayudha.Resiwara Bisma dalam perjalanannya menuju surga bertemu dengan Dewi Amba, kekasih pujaan didunia. Ia kelihatan bahagia. Hal itu tidak akan terjadi kalau ia masih hidup. Karena didunia ia seorang Brahmacari.
Kurawa pun sudah habis, semua sudah gugur di medan perang Kurusetra. Demikian pula Pandawa juga telah kehilangan banyak sanak saudaranya.
Dewi Drupadi, juga mengalami hal yang serupa, ia telah kehilangan ayahnya, Prabu Drupada. Keluarga Wirata, telah kehilangan Prabu Matswapati, Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka dalam Perang  Baratayudha. Terlebih lagi Pandawa disamping telah kehilangan sanak saudaranya, juga kehilangan saudara saudaranya Para Kurawa, Eyangya, Gurunya, sahabat serta kerabatnya. Namun yang menjadikan Keluarga Pandawa mempunyai semangat hidup  mereka masih memiliki Ibu Kunti dan Eyang Abiyasa,
Dengan kemenangan Pandawa, maka Pandawa beserta seluruh keluarga tang tersisa memasuki Istana Astina. Kedatangan Para Pandawa disambut oleh  Dewi Kunti. Dewi Kunti terharu, karena betapa mahalnya untuk sebuah kemerdekaan Indraprasta, terlalu banyak yang menjadi korbannya. Dewi Kunti juga mengucapkan terima kasihnya pada Kresna yang telah mendampingi Para Pandawa selama Perang Baratayudha.Kedatangan Pandawa telah diketahui oleh Uwa Prabu Drestarastra dan Uwa Dewi Gendari. Para Pandawa dijemput oleh Paman Yama Widura yang merangkulnya penuh keharuan. Dalam perang Baratayudha, Paman Yama Widura kehilangan satu orang puteranya, Sang Yuyutsu, yang telah gugur di medan pertempuran Barata Yudha dipihak Pandawa.
Ketika mereka sedang berbincang bincang, datanglah  Sanjaya, anak Paman Yama Widura pertama, yang disuruh Uwa nya Prabu Drestarastra, agar  Pandawa keistana Kasepuhan, karena Prabu Drestarastra telah menunggu kedatangan para Pandawa.
Sementara itu Prabu Sri Batara Kresna merasakan fiirasat yang buruk.Prabu Kresna membisikkan agar para Pandawa berhati hati dan waspada dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada, karena ini mungkin perang belum selesai. Pandawa memakluminya. mereka segera menemui Uwa Prabu Drestarastra.
Prabu Drestarastra sedang duduk serimbit dengan Dewi Gendari. Prabu Drestarastra memeluk satu persatu para Pandawa.Walaupun ia memeluk para Pandawa, namun sebenarnyan hatinya  merindukan anak anak kandungnya sendiri , yaitu  Para Kurawa yang telah tiada. Sekarang giliran Werkudara yang hendak dipeluk Prabu Drestarastra. Werkudara segera  mendekati Uwa nya. Namun Prabu Kresna menarik tangan Werkudara, sambil berbisik, tidak perlu mendekati. Biar saja uwa nya yang datang menjemput. Prabu Drestarastra menangisi kematian putera puteranya para Kurawa, karena tidak satupun yang disisakan hidup, oleh Para Pandawa. Sebenarnya Pandawa bisa saja menyisakan Suyudana untuk hidup. Tetapi semuanya sudah terjadi.  Prabu Drestarastra akhirnya berdiri mendekati Wekudara. Sementara itu Werkudara berdiri dekat sebuah patung raksasa  sebesar Werkudara.Werkudara menghindar ketika uwa nya mengulurkan kedua tangannya untuk memeluknya. Tetapi yang tersentuh adalah Patung raksasa yang menghalangi Werkudara dan patung pun menjadi hancur lebur.dari kedua tangan uwa nya masih mengeluarkan api yang  menyala nyala.
Semua terjadi karena uwa nya telah menyalurkan aji Kumbalageni yang sebenarnya ditujukan untuk membunuh Werkudara. Keadaan menjadi hening tidak satupun orang berkata. Prabu Drestarastra menyesal telah membunuh Werkudara. Ia mohon maaf kepada Dewata karena ia tak mampu menahan nafsu balas dendam pada Pandawa khususnya Werkudara yang telah membunuh Suyudana anaknya yang paling dicintainya. Andaikata ia mampu, Werkudara akan dihidupkannya. Ia menyesal tak bisa menjaga amanat Pandu adiknya, untuk menjaga keselamatan Pandawa.Namun Dewi Gendari berkata lain, ia menyesal melihat kegagalan Prabu Drestarastra untuk membunuh Werkudara.
Dewi Gandari bersupata, bahwa Kresna juga akan mengalami penderitaan Bangsa Kuru, karena Kresna adalah yang membunuh seluruh para Kurawa, walaupun tidak dengan tangannya sendiri Maka bangsa Yadawa, juga akan mengalami hal yang sama, Bangsa Yadawa akan mengalami perpecahan, hingga terjadi pertumpahan darah antar bangsa Yadawa sendiri, yang pada akhirnya bangsa Yadawa tertumpas habis dengan sendirinya.. .
Prabu Kresna terperanjat mendengar supata Dewi Gendari. Keadaan menjadi hening, tidak satu pun orang bersuara. Prabu Drestarastra merasa bahagia ketika mengetahui  Werkudara masih hidup. Werkudara kemudian merangkul Prabu Drestarastra, Prabu Destarastra mengharap diantara yang masih hidup jangan ada pertengkaran lagi, jangan ada pembunuhan lagi. Prabu Batara Kresna mohon maaf kepada Prabu Drestarastra dan Ibu Gendari serta siapa saja yang dendam pada Prabu Kresna dan juga atas nama Pandawa, yang didalam perang Bartayudha juga memakan korban banyak  para putera Pandawa,  termasuk juga kehilangan saudara saudara saudara para Kurawa.  maupun Kurawa. Prabu Drestarastra akhirnya merelakan kepergian seluruh para putreranya, yaitu Para Kurawa.
Para Pandawa kemudian mohon pamit untuk memasuki pakuwon Pandawa. Disanalah para Pandawa beristirahat, Sementara itu Dewi Utari telah melahirkan sorang anak yang tampan. Arjuna memberi nama Parikesit.Setelah kelahiran Parikesit, Prabu Sri Batara Kresna berpesan agar Para Pandawa tidak boleh lengah, tetap waspada, dan jagalah bayi Parikesit dari segala yang mengancam. Prabu Kresna berpesan agar jangan sampai bayi ditegakan tidak dijaga, dan dibawah kaki Parikesit, ditaruh senjata pusaka Pulanggeni yang sudah dilepas dari warangkanya..Setelah banyak berpesan Prabu Sri Batara Kresna berpamitan kembali ke Dwarawati. Karena Dwarawati dalam keadaan darurat.Sampai di tengah  malam Pandawa masih kuat untuk berjaga menunggui bayi Parikesit yang tidur di tempat nya.
Sementara itu Aswatama yang sudah lama menghilang dari medan perang Kurusetra, yang sejak pengangkatan Prabu Salya menjadi senapati, dimana Aswatama memprotes pengangkatan itu, karena sudah jelas kelihatan curangnya Prabu Salya yang menyelamatkan kermatian Arjuna dari Karna,
Kini Aswatama telah muncul kembali.. Kali ini ia telah menghimpun kekuatan baru, yaitu bergabung dengan Resi Krepa dan Kertawarma. Kertamarma adalah  adik Prabu Suyudana yang satu satunya masih hidup.  Para Pandawa dan bahkan Prabu Drestarastra tidak menyangka, ternyata masih ada sisa Kurawa yang masih hidup.
Mereka berencana mau memberontak ke Astina, untuk merebut kembali Astinapura  ketangan Kurawa, Tetapi mereka tak ada keberanian. Pertapaan Sokalima walaupun luasnya sama dengan kerajaan Pancala, namun tidak memiliki perajurit. Mereka memutuskan akan memasuki Istana Astina secara diam diam, pada malam hari dan akan membunuh orang orang Pandawa sebanyak banyaknya.
Sebenarnya Aswatama sudah membuat terowongan di taman Kadilengen, dan sudah tembus ke Goa. Sekarang Aswatama dengan bekal sebuah oncor sebagai penerang jalan,dan ditemani Kertawarma dan Resi Krepa memasuki. Namun ditengah jalan, mereka terkejut karena ada sebagian tanah yang gugur sehingga menutup jalan masuk ke goa. Aswatama terpuruk, terlebih lebih ketika api oncor padam, tidak tahu harus bagaimana. Tiba tiba saja ada cahaya yang menerangi Goa. Ternyata Dewi Wilutama datang menolong.
Dewi Wilutama adalah ibu Aswatama. Dewi Wilutama  menerangi goa dengan sinar dari kedua telapak tangannya.  Pintu  goa yang telah dilalui juga roboh dan menutupi pintu goa. Sehingga walaupun mereka pulang juga tidak bisa keluar. Mereka terjebak didalam goa, pulang tidak bisa, terus juga tidak bisa.
Dewi Wilutama menanyakan,apakah mereka mau mmembatalkan niatnya sehingga mau kembali ke jalan semula, atau mau meneruskan kehendaknya., Aswatama ingin meneruskan perjalanannya ke Astina. Dewi Wilutama tidak mau membantu keinginan dan tidak mau ikut bertanggung jawab atas perbuatan Aswatama yang akan dilakukan. Dewi Wilutama membuka jalan ke pintu depan  Goa. Sehingga apabila mereka berniat mau pulang kembali, bisa lewat  kepintu goa semula. dan akan keluar dengan mudah. Namun
Dewi Wilutama tidak tega pada Aswatama, karena Aswatama sudah tidak bisa dihentikan niatnya. akhirnya Dewi Wilutama memberikan senjata untuk menyingkirkan tanah tanah yang menghalangi perjalananannya. Ibunda Dewi Wilutama tidak ikut bertanggung jawab apa yang hendak dilakukan oleh Aswatama, dan disarankankan anaknya pulang saja kembali ke Sokalima.
Resi Krepa ganti membujuk Aswatama agar pulang saja kembali ke Sokalima. Akhirnya Resi Krepa meninggalkan mereka semua, kembali ke pertapaannya.  Dewi Wilutama  sebelum meninggalkan Aswatama meninggalkan  pusaka cahaya, yang akan menerangi goa, sampai Aswatama keluar dati goa, dan sampai ditaman Kadilengen, maka kembalilah Dewi Wilutama kembali kekahyangan..
Dalam waktu singkat Aswatama beserta Kertawarma telah memasuki Istana Astinapura. Kertawarma tidak mengikuti kepergian Aswatama yang memasuki Istana Astinapura. Kertawarma menunggu diluar istana. Ia bersembunyi di luar Istana.
Aswatama membaca mantera agar orang orang yang ada didalam Istana Astina tertidur.Sementara itu seluruh penghuni Istana telah tertidur semua. Memasuki kamar pertama, terlihat Pancawala dan Drestajumna sedang tidur dengan nyenyaknya. Tanpa pikir panjang lebar, ditebasnya calon Raja Astina baru, Pancawala dan Pembunuh ayahnya, Drestajumna sehingga terpelantinglah kedua kepalanya.
Dendam masih membara ia membuka kamar yang kedua, terlihat Srikandi tidur tergeletak tidak berdaya, ia kelihatan lemah gemulai seperti wanita wanita biasa  lainnya, walaupun dalam perang Baratayudha ia kelihatan gagah perkasa bagaikan seorang pria jantan dalam menghadapi musuh musuhnya. Ia akan segera membunuhnya, tetapi dirasanya percuma saja karena tidak merasakan sakitnya kalau dibunuh, Srikandi tidak akan merasakan kematiannya. Dengan cepat penuh dendam Aswatama menjambak rambut Srikandi. Srikandi terbangun, dan terkejut ada Aswatama masuk kamar dan dirinya sudah di pegang oleh Aswatama. Ia berusaha melawan tetapi tidak berdaya. Aswatama menjambak Srikandi dan membentur-benturkan kepala Srikandi ke dinding kamar, hingga tewas.
Dendam masih membara, ia melihat Dewi Sembadra sedang tertidur pulas,langsung dibunuh sebagai pembayar utang Arjuna, demikian pula Niken Larasati dan Sulastri terbunuh.
Dilihatnya pula Dewi Banowati istri Prabu Suyudana, dengan pandangan sinisnya, menganggap Banowati,  adalah  seorang wanita murahan, dengan mudahnya selingkuh drngan Arjuna. Tanpa ampun lagi Banowati dibunuhnya.
Aswatama tidak mengetahui posisi dimana Parikesit tidur karena pengaruh senjata Pulanggeni, dan pasti pula ada didalam lindungan Dewata. Aswatama melihat pula Dewi Drupadi, namun ketika akan membunuhnya terdengar, seperti ada suara tangisan bayi, Aswatama terkejut. Ia mengalihkan niatnya untuk membunuh Drupadi,  dan ia melihat dengan mata batinnya suatu tempat yang penuh kabut.  Aswatama melihat bayi itu. Aswatama memandang benci kepada Parikesit, karena Pancawala sudah terbunuh, maka bayi ini adalah pewaris tahta Astina pura. Segera Aswatama berusaha menikam bayi itu. Tetapi kekuasaan dewa yang menentukan lain. tiba tiba saja keris Pulanggeni yang terletak dibawah kaki jabang Parikesit,tertendang sang bayi, dan keris Pulanggeni terpental dan menembus dada Aswatama,  Aswatama tewas.
Surem-surem diwangkara kingkin,
lir mangaswa kang layon,
dennya ilang memanise,
wadanira layu,
kumel kucem rahnya meratani,
marang saliranipun,
melas dening ludira kawangwang)
nggana bang sumirat, O —
Suram cahya surya bersedih
seperti menghidu lelayu
oleh hilang kemanisannya
kumal pucat wajahnya layu
darah merata membiru
di sekujur tubuh itu
angkasa berduka, lihatlah
langit semburat merah
Sementara ada keributan dan suara tangisan mereka yang terhindar dari pembunuhan, seperti Dewi Untari dan dewi Drupadi. Menjadikan Werkudara dan Arjuna terbangun dari tidurnya. Mereka langsung keluar dari Keputren. Sementara itu, Kertawarma bersiap memukul Werkudara, andaikata melewati persembunyiannya. Werkudara akhirnya melewati persembunyian Kertawarma. Melihat Werkudara berjalan melewati persembunyiannya, Kertawarma segera memukul Werkudara dengan gadanya dengan keras, namun Wekudara dapat menangkisnya.
Terjadilah perkelahian, antara Werkudara dan Kertamarma.Kepala Kertawarma pecah terkena pukulan Gada Rujakpala, Kertamarma pun tewas Pandawa pagi ini dirundung duka. Semua istri Arjuna yang berada di Istana terbunuh semua, juga Dewi Drupadi kehilangan puteranya Pancawala, Srikandi dan Drestajumna. Arjuna semakin tersayat hatinya, melihat jasad DewI Banowati yang wajahnya dirusak oleh Aswatama..
Seluruh keluarga Pandawa berduka. Prabu Kresna kecewa tidak bisa ikut menjaga ketentraman Istana Astina. Prabu Kresna sendiri masih menghadapi  pergolakan keluarga Yadawa. Prabu Kresna minta agar Puntadewa segera menyiapkan pemerintahan Astina. Untuk itu dibutuhkan pengangkatan seorang raja. Kemudian mereka merencanakan pelantikan seorang raja. Setelah mereka berembug maka ditunjuklah Parikesit menjadi Raja Astina. Mengingat Parikesit masih bayi, maka Puntadewa diminta untuk menjadi wali. Maka diangkatlah Prabu Puntadewa mewakili Parikesit. Dengan gelar Prabu Kalimataya. Uwa Drestarastra merestui pengangkatan Puntadewa menjadi Ratu Wali. Prabu Kalimataya dalam pemerintahannya dibantu oleh Sadewa, Sadewa ditunjuk menjadi patih Kerajaan Astinapura.
sedangkan Nakula menjadi raja di Mandaraka menggantikan uwanya, Prabu Salya. Prabu Salya lebih mencintai kedua anak Dewi Madrim adiknya. Lagi pula seluruh anaknya tewas dalam perang Baratayudha.Sedangkan Saewa menjadi patih di Astinapura, mendampingi Prabu Parikesit.
Cerita Aswatama nglandak,atau Aswatama Nggangsir atau dikenal juga dengan Parikesit Lahir. Nglandak artinya berperilaku seperti landak, jadi maksudnya Aswatama, Kartamarma dan Resi Krepa bermaksud  ke Astinapura, untuk membunuh para Pandawa dan keluarganya,  dengan cara  membuat nggangsir dari bawah tanah menuju Asrinapura .
http://caritawayang.blogspot.co.id/aswatama-nglandak.html
Hasil gambar untuk aswatama nglandak Hasil gambar untuk aswatama nglandak 
Kematian Aswatama menurut versi lain dan versi Mahabarata kitab 
Sementara versi lainnya. yaitu yang bersumber Kitab Mahabarata, menyebutkan, setelah berhasil membunuh Dewi Subadra. dan Dewi Srikandi, Aswatama dan Kartamarma lalu melarikan diri ke hutan. Beberapa waktu kemudian, ketika mendengar berita bahwa Dewi Banowati kawin dengan Arjuna, Aswatama menyusup ke Keraton Astina. la membunuh Banowati yang dianggapnya berkhianat. la juga mencoba membakar Keraton Astina, baru setelah itu melarikan diri ke hutan. Dengan penuh kemarahan Bima dan Arjuna segera mengejar Aswatama. Bima memporakporandakan hutan itu, sehingga Aswatama terpaksa keluar dari persembunyiannya. Sementara itu, Arjuna yang sejak dulu membenci anak Drona itu telah menghadangnya. Aswatama akhimya mati oleh panah Arjuna.
Menurut Sauptika Parwa, kematian Aswatama lain lagi. Dikatakan bahwa sehari sesudah Baratayuda selesai, Aswatama memasuki kemah (pasanggrahan) Pancala (dalam pewayangan disebut Cempalaradya). Drestajumena yang sedang tidur dibunuhnya sebagai pelampiasan dendamnya. Setelah itu Aswatama melarikan diri ke hutan clan bersembunyi selama beberapa waktu. Sesudah keadaan dianggapnya aman, ia pergi ke Pertapaan Sata Arga untuk minta perlindungan pada Maharesi Wyasa (Begawan Abiyasa). Arjuna berhasil menemukan persembunyian Aswatama di tempat kakeknya itu. Namun sewaktu Arjuna hendak membunuhnya, Resi Wyasa dan Prabu Kresna menghalang-halanginya. Atas saran Resi Wyasa, Aswatama menyerahkan semua senjata pusaka yang dimilikinya, dan kemudian mengundurkan diri dari dunia ramai untuk hidup sebagai pertapa.
Versi yang lain lagi menyebutkan, waktu Arjuna berhadapan dengan Aswatama, anak Resi Drona itu mencoba melawan dengan menggunakan panah pusaka Cundamanik yang diwarisinya dari Begawan Drona. Tetapi Arjuna segera pula melepaskan anak panah pusaka miliknya: Pasopati. Kedua pusaka yang berasal dari kahyangan itu beradu dan menimbulkan goncangan alam, serta membuat para dewa di kahyangan geger. Batara Guru segera mengutus Batara Narada untuk mengatasi pertempuran kedua panah sakti itu. Batara Narada yang melerai pertempuran itu kemudian memutuskan, panah Cundamanik harus disita dan diberikan kepada Arjuna. Sedangkan Arjuna harus membiarkan Astawatama pergi, karena menurut suratan para dewa, anak Drona itu belum waktunya mati. Kesempatan itu digunakan Aswatama lalu pergi ke hutan dan hidup sebagai pertapa.
Di antara sifat-sifat buruk yang dimiliki Aswatama, terselip juga sifat baiknya.Dalam lakon Palguna-Palgunadi Aswatama berhasil menyelamatkan Dewi Anggraini dengan mencegah Arjuna yang hendak berbuat nista terhadap istri Prabu Palgunadi itu. Sejak saat itulah penilaian baik Aswatama terhadap Arjuna hilang. Dan, sejak saat itu pula Arjuna membenci Aswatama. Bagi Aswatama, kebenciannya terhadap Arjuna sudah dimulai sejak remaja. Waktu Begawan Drona menjadi mahaguru di Astina, Aswatama juga ikut serta diajar berbagai macam kemahiran. Mula-mula Drona memberikan perhatian besar pada anaknya ini. Namun kemudian, Arjuna ternyata lebih mahir dan cepat menerima ilmu yang diajarkan, sehingga kasih sayang Drona beralih ke ksatria ini. Hal itu menyebabkan Aswatama cemburu dan mulai membenci Arjuna.Mengenai penyusupan Aswatama ke perkemahan Pandawa dan membunuh beberapa orang yang sedang tidur, penggemar wayang mempunyai dua penilaian yang berbeda. Ada yang menganggap perbuatan Aswatama itu licik, tidak ksatria, dan pantas dikutuk. Sebagian yang lain berpendapat bawa perbuatan Aswatama itu, walaupun keji dan meninggalkan sifat ksatria, tetapi sah dalam peperangan. Perbuatan itu mirip dengan perang gerilya.
Dalam pewayangan Aswatama tinggal di Kasatrian Tirtatinalang. Ia memiliki beberapa nama alias, di antaranya, Dronaputra, Dronasuta, karena ia anak Drona. Ia juga disebut Dwijasuta, Dwijatanaya, Wipratanaya, atau Guruputra, karena ia anak seorang mahaguru. Dalam Kitab Mahabarata, nama Aswatama dituliskan Acwakktaman. Nama itu artinya adalah 'kuda dengan banyak kepandaian'. Dalam kitab itu, Aswatama juga dilukiskan sebagai tokoh ahli weda, yaitu aturan pergaulan dan etika agama.Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, selain digambarkan sebagai manusia biasa, ada seniman wayang yang menggambarkan Aswatama dengan kaki kuda. Hal ini diilhami riwayat kelahiran Aswatama dari ibu seekor kuda betina penjelmaan Dewi Wilutama.
Hasil gambar untuk aswatama nglandak  Hasil gambar untuk aswatama nglandak
ASWATAMA, BAMBANG, sering disebut tanpa nama awal Bambang, adalah anak Begawan Drona. Kadang kala ia juga disebut Haswasutautama. Dalam pewayangan ada dua versi mengenai siapa ibunya. Versi pertama menyebutkan ibu Aswatama adalah Dewi Wilutama, sedangkan versi kedua adalah Dewi Krepi — adik Resi Krepa. Dalang yang menganggap Aswatama anak Dewi Wilutama menyebut anak Drona itu berkaki kuda, sedang suara tawanya menyerupai ringkikan kuda. Walaupun ayahnya adalah seorang guru besar dalam ilmu ketrampilan keprajuritan dan siasat perang, Aswatama bukan seorang yang terlalu menonjol kesaktiannya dalam pewayangan. Ia bahkan cenderung dilukiskan sebagai tokoh yang banyak akal, tetapi kurang berjiwa ksatria, dan lebih suka memukul dari belakang. Ia pun digambarkan sebagai tokoh yang karena dendam, bersedia menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.
Aswatama termasuk tokoh Kurawa yang lolos dari kematian pada perang besar antara keluarga Pandawa dan Kurawa yang disebut Baratayuda. Tiga hari menjelang usainya Baratayuda anak Begawan Drona itu terlibat pertengkaran dengan Prabu Salya di hadapan Prabu Anom Duryudana. Karena merasa sungkan pada mertuanya, Duryudana memihak Prabu Salya sehingga Aswatama sakit hari dan pergi meninggalkan medan perang. Pangkal perselisihan Aswatama dengan Prabu Salya adalah karena menurut pendapat Aswatama kekalahan Kurawa disebabkan karena kelicikan Prabu Kresna sebagai ahli siasat di pihak Pandawa. Lagi pula, Aswatama berterus terang menilai beberapa senapati Kurawa, misalnya Prabu Salya, Resi Bisma, dan Adipati Karna tidak berperang secara sungguh-sungguh. Penilaian Aswatama itu membuat Prabu Salya berang. Raja Mandaraka itu mendamprat Aswatama di dalam persidangan.Terbunuhnya Begawan Drona, ayahnya, juga membuat Aswatama dendam. Karena itu, begitu perang usai, ia mengajak Kartamarma dan Resi Krepa untuk menyelundup masuk ke perkemahan para Pandawa di tepi Padang Kurusetra. Tujuannya jelas, membalas dendam dengan cara licik, karena merasa tidak mampu bilamana terang-terangan. Waktu itu para Pandawa belum masuk ke Istana Astina, masih berada di perkemahan. Aswatama berniat hendak membunuh para Pandawa yang ketika itu, menurut perhitungannya sedang lengah. Resi Krepa menolak ajakan ini. Sesuai dengan rencana, suatu malam Aswatama berhasil menyusup ke perkemahan para Pandawa. Mula-mula ia masuk ke kemah keputren, yakni ruangan untuk para istri Pandawa. Di tempat ini Aswatama berhasil membunuh Dewi Srikandi dan Banowati. Kemudian ia pindah ke kemah lain dan melampiaskan dendamnya dengan membunuh Drestajumena, dan Pancawala (putra Dewi Drupadi dan Puntadewa). Waktu Aswatama akan membunuh Parikesit yang waktu itu masih bayi, anak Abimanyu itu tiba-tiba terbangun, menangis dan kakinya menendang-nendang. Pasopati, anak panah pusaka Arjuna yang ditaruh di ranjang bayi, tertendang dan mental, kebetulan mengenai leher Aswatama. Anak Drona itu pun tewas seketika. 

http://blvckshadow.blogspot.co.id/aswatama-bambang.html

Hasil gambar untuk aswatama solo   Hasil gambar untuk aswatama solo 
Tokoh Pandita Durna yang Gugur dalam perang Baratayudha dibunuh oleh senopati Pandawa yaitu Raden Drestajumna yang waktu itu di masuki roh Bambang Ekalaya yang balas dendam karena jari yang untuk memanah dipaksa dipotong untuk Raden Arjuna & Tokoh Bambang Aswatama anak kandung yang dianggap sudah mati oleh ayahnya sendiri. 

Hasil gambar untuk aswatama solo  Hasil gambar untuk kartamarma wayang
Tokoh Resi Kerpa guru sekaligus paman Bambang Aswatama dan Tokoh kurawa yang masih hidup bernama Bambang Kartamarma 
 Hasil gambar untuk aswatama solo   Hasil gambar untuk aswatama solo 
Tokoh Resi Kerpa waktu Mudanya bersama Tokoh Bambang Kumbayana, Resi Durna ketika waktu Mudanya saling membantu ketika mereka bertemu sampai tua 
Hasil gambar untuk aswatama solo
Tokoh Kartamarma dan Aswatama berambut gimbal dengan Resi Krepa 
Hasil gambar untuk kartamarma wayang gimbal   Hasil gambar untuk kartamarma wayang rambut gimbal solo 
Tokoh Kartamarma berambut Gimbal 


Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer