Kisah Puntadewa kembar

Al Kisah dalam adegan pasowanan negari Astinapura, raja gung binatara Prabu Anom Duryudana dihadap oleh pamanya Patih Sengkuni, bapa guru Pandhita Drona, Rayi Raden Dursasana, Kaka Prabu Baladewa, Rayi Adipati Basukarna, Rayi Adipati Jayadrata, Rayi Raden Durmagati dan sejumlah para kurawa yang lain. Dalam pasowanan tersebut Prabu Duryudana mendapat laporan dari seorang abdi bernama Kiai Togog dan Kiai Bilung, mereka berdua melihat dengan mata kepala sendiri bahwa di hutan terjadi saling cari mencari, yang di cari ialah Puntadewa karena berdua melihat di sejak beberapa hari ini pasca para pandawa diusir dari Astina dan Amarta akibat kalah Judi.
Mendengar kabar dari kedua abdi bergembiralah hati sang Raja Hastinapura itu dan merencanakan penyerangan ke hutan guna menindas para pandawa yang tidak genap lima itu karena kekuatan pandawa berkurang satu secara otomatis keempatnya bisa di perdaya dengan mudah tipu muslihat para kurawa yang licik itu.
Sang Prabu menyuruh paman Patih Sengkuni menyiapkan pasukan secukupnya guna penyerangan ke hutan. Selanjutnya Pandhita Drona mengumpulkan semua kurawa yang ada di Astinapura itu guna membantu paman Patih dalam penyerangan sementara Rayi kedua Adipati menjaga Keraton Astina jika sewaktu waktu salah satu keluarga pandawa menyerang balik ke Astinapura.
Di hutan para putra pandawa kebingungan mencari Puntadewa yang menghilang dalam beberapa hari ini, salah satunya Raden Gatotkaca terbang ke Suralaya, lalu menanyakan apakah paman Puntadewa ada di Suralaya, kedua raksaksa penjaga kori selamantangkep mengelengkan kepala karena beberapa hari ini di Suralaya tidak menerima tamu seorangpun, sedangkan Raden Abimanyu pergi ke Padukuhan Karangkadempel guna menanyakan kepada Kiai Semar tapi Kiai Semar tak tahu dengan mengeluarkan air mata serta termehek mehek mendengar bahwa ndoro Puntadewa menghilang, lalu terdengar Gareng, Petruk dan Bagong mereka juga ikut ikutan menangis hingga termehek mehek. 
Di Pertapaan Pucangselirang sedang bertapa seorang brahmana bernama Resi Puntakusuma ditemui oleh Raden Arjuna dan Raden Bimasena dengan perihal menanyakan saudaranya yang tua mendadak beberapa hari ini menghilang dari pandangan mereka berdua apakah brahmana itu tahu dimana saudara tua mereka berdua, sang Brahmana menjawab aku juga beberapa hari ini kehilangan juga saudaraku tetapi ia adikku sendiri bernama Bambang Puntasrayajati yang konon kata penduduk sekitar pergi ke Kerajaan Tambaksejajar guna mengadu nasib disana karena ingin menjadi orang kaya katanya begitu. lalu kedua pemuda itu pergi ke kreajaan Tambaksejajar.
Sementara Raden Nakula dan Raden Sadewa serta Dewi Drupadi mencari ke Pancala guna menanyakan saudara tua mereka yang hilang entah kemana tetapi sang Prabu Drupada menjawab tidak tahu dan menyarankan mereka tinggal sementara di Pancala guna bersembunyi karena para pasukan kurawa sedang mencari keempat pandawa kehutan itu atas usul sang Maharesi Upayaja yang secara kebetulan dalam tapanya ia diberi tahu bahwa kurawa akan berniat buruk kepada pandawa setelah pandawa kalah main judi di Astinapura.
Di Kerajaan Tambaksejajar terdapat sang Raja tampan bernama Prabu Jayakalimantara menerima kedatangan seorang tamu pemuda bernama Bambang Puntasrayajati yang memohon mencalonkan dirinya menjadi seorang Patih di kerajaan itu, seketika Jayakalimantara menerimanya karena tidak ada sepertinya pemuda sakti di wilayah kerajaan nya yang pantas dijadikan Patihnya. Satu hari kemudian datanglah dua pemuda dari hutan kamiyaka bernama Bambang Wijasena dan Bambang Premadi guna menanyakan bahwa apakah ada seorang pemuda di Keraton ini. Lalu dijawab oleh sang Prabu sendiri memang ada ia melamar menjadi patih di kerajaan ku ini memangnya kenapa, agaknya kedua pemuda ada yang membutuhkannya, lalu jawab Sena ia sang Prabu sekarang dimana?, jawab sang Prabu ia ada di Taman Balesari tidak jauh dari Keraton. Seketika mereka mencarinya ke Taman lalu bertemulah mereka dengan pemuda itu dan diajaknya pulang, pemuda itu mau langsung pemuda berdua membawa seorang pemuda pulang ke pertapaan dengan minta izin serta membatalkan niat seorang pemuda itu untuk menjadi patih. 
Sekembalinya dari Kerajaan Tambaksejajar kedua pemuda itu membawa seorang pemuda menghadap sang Resi, lalu sang Resi dan seorang pemuda itu lalu berubah wujud menjadi Raden Puntadewa kembar, Raden Bimasena dan Raden Arjuna tambah bingung melihat kakaknya sendiri kembar jadi dua lalu masing masing membawa ke Pancala guna minta tolong kepada pertapa Maharesi Upayoja guna bisa membedakan mana yang asli dan yang bukan kakaknya, menurut penerawangan sang Resi keduanya harus bisa mengeluarkan senjata jamus dan berkelahi, namun keduanya bisa mengeluarkan senjata jamus tapi kalau soal berkelahi yang satu pandai berkelahi yang satu tidak pernah berkelahi jadi sudah jelas bahwa Raden Puntadewa yang asli yang tidak pernah berkelahi alias pancakara. Lalu seketika yang gemar berkelahi lalu berubah wujud menjadi senjata jamus, keadaan kembali seperti semula dan para pasukan kurawa dapat diusir para Pandawa.

Hasil gambar untuk puntadewa solo  Hasil gambar untuk puntadewa solo 
Puntadewa jelmaan Jamus dan Puntadewa asli 
Hasil gambar untuk puntadewa solo  Hasil gambar untuk puntadewa solo 
Resi Puntakusuma dan Bambang Puntasrayajati 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer