Kesultanan Bacan Maluku Utara

Kesultanan Bacan

Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau BacanKepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua Barat. Banyak kepala suku di wilayah WaigeoMisool yang terletak di Raja Ampat dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.

Daftar sultan bacan


1660 - 1706  Mahmud As-Salam

1706 -  2 Jan 1715  Sultan Musa Malikuddin
1715 - 17 Feb 1732  Sultan Kie Nasiruddin
1732 - 1741  Sultan Hamza Tarafan Nur
1741 - 1780  Sultan Muhammad Sahadin
1780 - 1788  Sultan Skander Alam
1788 - 1787  Sultan Muhammad Badaruddin  
1797 - 1826  Sultan Kamarullah

1826 - 19 Jul 1861  Sultan Muhammad Hayatuddin Kornabei Syah Putera (b.1795-d.1861) 
14 May 1862 - 27 Feb 1889  Sultan Muhammad Sadik Syah                                   (d.1889)

1889 - 1899  Regency council (three members)
28 Aug 1899 - 24 Apr 1935  Sultan Muhammad Usman Syah
1935 - 1983   Sultan Muhammad Muhsin Syah                                                          (d.1983)
1983 - 21 Sep 2009 Sultan Gahral Aydan Syah                                          (b.1943-d.2009)
19 Nov 2010 -       Sultan Al-Abd-Al-Rahim Gary ibn                                                 (b.1969)
                             Gahral (Gary Ridwan Syah) 

Sultan Bacan (Sultan Muhammad Usman Syah) bersama gubernur Maluku Tn. van Sandick (tahun 1924)

Istana KeSultanan Bacan 

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Bacan

[Bacan]
Bendera Ksl. Bacan 

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN/KESULTANAN BACAN

Sejarah Kabupaten Halmahera Selatan berawal dari sejarah tentang  “Jazirat al-Mulk”yaitu nama kepulauan di ufuk timur bagian utara dari kepulauan Indonesia. Istilah“Jazirat al-Mulk” yang diberikan para saudagar Arab ini mempunyai arti: negeri raja-raja. Selain itu, dikenal juga, istilah“Jazirah tuil Jabal Mulku“ dengan Pulau Halmahera sebagai pulau induk dari di kawasan ini.

Dari kata Muluk dan Mulku inilah yang kemudian menjadi Moluco menurut ucapan dan ortografi orang Portugis, Moluken menurut orang Belanda dan terakhir orang Indonesia sendiri disebut Maluku.
Bacan,arti harfiahnya adalah:(mem-) baca.  Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.
Sultan Ternate yaitu Sultan Musaffar Syah menyatakan bahwa makna dari“ bacan” atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadipengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan
Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik. Bacan dalam beberapa manuskrip sejarah sering juga ditulis sebagai Bachian, Bachanatau Batjan; dan diduga sudah eksis sejak tahun 1322. Kesultanan Bacan berpusat di Pulau Bacan. Wilayah Kesultanan Bacan pada saat jayanya cukup luas, yaitu dari Maluku hingga ke wilayah Papua.Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain berada di bawah administrasi pemerintahan Kesultanan Bacan pada masa jayanya.
Pengaruh bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali oleh Portugis yang kemudian membangun benteng pada tahun1 558. Bernevald Fort adalah benteng Portugis yang masih utuh berdiri di Pulau Bacan sampai sekarang. Pada tahun16 09 benteng ini diambil alih oleh VOC
yang menandai awal penguasaan Hindia Belanda di Pulau Bacan. Pada tahun1 889 sistemmo narki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda.
Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkeh dan  paladi Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera.

Peninggalan Kesultanan Bacan

Masjid Kesultanan Bacan 

Masjid ini berlokasi di desa Amasing-Bacan, masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 masehi diatas lahan seluas 6.020 Meter persegi dengan ukuran bangunan masjid 29,9 x 24 Meter. Arsitektur pembangunan masjid ialah arsitek dari Jerman bernama Cronik Van Hendrik yang pada masa pemerintahan sultan Muhammad Sadek. Tinggi Bangunan masjid dari dasar pondasi sampai ujung kubah ialah 12,850 Meter dan terdapat satu pintu gerbang dengan 17 pintu masuk keruang masjid. Di bagian dalam terdapat 4 buah tiang Kabbah, satu buah mimbar, 1 kamar tempat sholat Sultan disebelah kanan mimbar Utama. Konstruksi bangunan menggunakan baha dasar kayu, batu, Pasir, dan kapur. Pada bagian depan masjid terdapat bangunan balai pertemuan yang dipergunakan oleh para baboto negeri untuk memebahas permasalahan peribadatan dan kemasyarakatan. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1960 masehi masa pemerintahan Sultan Usman Syah, dengan melakukan penggantian atap sirap ke atap seng dan membangun lima buah corong pada dasar kubah untuk menyebarkan kumandang azan. Tahun 2001 masa pemerintahan Sultan Gahral Syah, dilakukan perluasan bangunan mencapai ukuran 12,45 x 24,15 meter. Pengurus masjid ini seluruhnya berjumlah 45 orang dengan dipimpin oleh 1 orang Qodhi dan 4 Imam. Setiap imam masing-masing membawahi 2 Khatib dan Muadzin. 

http://northmelanesian.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-kerajaan-bacan.html

Keraton Sultan Bacan - Wisata Sejarah Halmahera Selatan

Istana Kesultanan Bacan yang baru 
Menyusuri Pelabuhan Labuha di Pulau Bacan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Tidak sekadar menyaksikan kegiatan bongkar muat kapal yang membawa ikan tapi juga bisa merasakan segarnya tiupan angin yang berasal dari Selat Bacan maupun Selat Herberg. Tidak jauh dari pelabuhan tersebut menuju ke arah barat, Anda akan bisa melihat sebuah bangunan beratap hijau yang khas kolonial. Bangunan tersebut merupakan kedaton atau kraton dari Kesultanan yang menjadi bangunan terakhir yang ditinggali oleh Sultan Bacan. Bangunan kraton yang sekarang ini sekilas menyerupai rumah tinggal biasa. Akan tetapi, bila diperhatikan lebih seksama lagi, gaya arsitekturnya masih menunjukkan ciri-ciri arsitektur gaya kolonial kuno pada bagian atap dan jendela-jendela yang ada.

Kedaton atau Kraton Sultan Bacan ini terletak di Jalan Oesman Syah RT.03 RW.07 Kelurahan Amasing Kota, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Lokasi kedaton ini berada sekitar 100 meter dari Masjid Kesultanan Bacan.
Menurut Hikayat Bacan, yang dipublikasikan pada 1923 oleh W. Ph. Coolhaas dalam Tijdschrift van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap (jilid LXIII, penerbitan kedua), disebutkan bahwa pada zaman dahulu kala pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan menyatu dalam satu semenanjung, yang dinamakan Tanah Gapi. Kemudian datanglah seorang saudagar sekaligus pendakwah dari Jazirah Arab yang bernama Jafar Sadek ke Tanah Gapi. Jafar Sadek mempunyai empat orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Ketika anak-anaknya telah menginjak dewasa, Jafar Sadek berdoa kepada Allah SWT agar anak-anaknya kelak dijadikan raja di tempat yang berlainan, dan setelah itu terdengar guntur, kilat, hujan dan angin ribut di malam yang gelap gulita. Akibatnya, Tanah Gapi terpecah menjadi pulau-pulau. Anak lelaki pertama, Buka, kemudian bertolak ke Makian dan menjadi cikal bakalKerajaan Bacan. Anak lelaki kedua, Darajat, bertolak ke Moti dan menjadi cikal bakal Kerajaan Jailolo. Anak lelaki ketiga, Sahajat, pergi ke Tidore dan menjadi cikal bakal Kerajaan Tidore. Anak lelaki keempat, Mashur Malamo, berlayar ke Ternate dan menjadi cikal bakal Kerajaan Ternate, sedangkan keempat anak perempuannya pergi ke Banggai dan bermukim di sana. Kesultanan Bacan merupakan salah satu dari empat Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku) yang ada di Maluku Utara.
Kedudukan awal Kerajaan Bacan bermula di Makian Timur, kemudian dipindahkan ke Kasiruta lantaran ancaman gunung berapi Kie Besi. Kebanyakan rakyat Bacan adalah orang Makian yang ikut dalam evakuasi bersama rajanya. Diperkirakan, Kerajaan Bacan didirikan pada tahun 1322. Tidak jelas bagaimana proses pembentukannya tetapi bisa ditaksir sama dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku, yakni bermula dari pemukiman yang kemudian membesar dan tumbuh menjadi kerajaan.
Raja pertama Bacan, menurut hikayat tersebut adalah Said Muhammad Bakir, atau Said Husin, yang berkuasa di Gunung Makian dengan gelar Maharaja Yang Bertahta Kerajaan Moloku Astana Bacan, Negeri Komala Besi Limau Dolik. Raja pertama ini berkuasa selama 10 tahun, dan meninggal di Makian. Pada 1343, bertahta di Kerajaan Bacan Kolano Sida Hasan. Dengan bekerja sama dengan Tidore, Sida Hasan berhasil merebut kembali Pulau Makian dan beberapa desa di sekitar Pulau Bacan dari tangan Raja Ternate, Tulu Malamo.
Hikayat Bacan juga menyebutkan bahwa Sida Hasan naik tahta menggantikan ayahnya Muhammad Hasan. Pada masa Sida Hasan inilah terjadi evakuasi ke Bacan. Orang-orang Makian yang dievakuasi ke Bacan menempati kawasan Dolik, Talimau dan Imbu-imbu. Raja yang berkuasa setelah itu adalah Zainal Abidin. Sayangnya, hikayat ini tidak menjelaskan kapan Sida Hasan maupun Zainal Abidin berkuasa. Kemungkinan besar keberadaan raja atau raja-raja tertentu sebagai mata rantai yang hilang antara masa Sida Hasan dan Zainal Abidin, karena Sida Hasan dikabarkan bertahta pada 1343, sementara Zainal Abidin pada 1522.
Bacan, dalam bahasa setempat memiliki arti harfiah membaca. Membaca di sini dimaknai dengan memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadi pengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan Bacan kala itu.
Kesultanan Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha memiliki peranan penting sebagai pemasok bahan-bahan pangan untuk seluruh wilayah Maluku Utara. Pada masa kejayaannya dulu, wilayah kekuasaan Kesultanan Bacan tergolong cukup luas, yaitu dari sebagian daerah di Sulawesi bagian utara, Filipina bagian selatan hingga ke wilayah Papua sebelah barat. Tidak hanya itu, Pulau Bacan yang menjadi pusat Kesultanan Bacan memiliki kekayaan hasil alam yang diminati dunia internasional pada waktu itu berupa rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala. Tak heran kalau bangsa Portugis sebelum mengunjungi kawasan Maluku dengan Kepulauan Rempah-Rempah (as Ilhas de Crafo).
Pengaruh bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali dengan kedatangan bangsa Portugis untuk mencari rempah-rempah yang menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi di pasar Eropa kala itu. Bermula dari inilah akhirnya Pulau Bacan secara silih berganti menjadi koloni sejumlah negara dari Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan terakhir Belanda. Perebutan monopoli akan rempah-rempah tersebut, pada tahun 1889 sistem monarki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem ke pemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda. 
http://id.wikipedia.org/wiki/Hikayat_Bacan
http://kekunaan.blogspot.co.id/kedaton-kesultanan-bacan.html


Hasil gambar untuk masjid kerajaan bacan
Masjid Kasultanan Bacan 
Masjid Kesultanan Bacan
Pulau Bacan merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan kepulauan di Maluku Utara, yaitu di sebelah barat daya Pulau Halmahera. Pulau ini memiliki banyak daya tarik bagi pelancong untuk mengunjunginya. Pantai dengan pasir putih dengan lambaian pohon nyiur yang berjajar, terumbu karang berikut aneka macam ikan yang berenang di dalamnya, dan eksotisnya batu Bacan yang begitu tersohor merupakan beberapa spot yang menjadi alasan untuk mengunjunginya. Namun sebenarnya, Pulau Bacan juga mempunyai peninggalan sejarah yang tak kalah menariknya. Selain, benteng Barnaveld, Istana Sultan Bacan, terdapat juga Masjid Kesultanan Bacan.
Masjid Kesultanan Bacan merupakan bagian dari Kedaton Kesultanan Bacan yang digunakan sebagai pusat ibadah dan pusat kebudayaan Islam di Pulau Bacan. Masjid ini terletak di Kelurahan Amasing Kota RT.03 RW.07, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini berada di tengah-tengah pemukiman yang terdapat di Kota Labuha. Kurang lebih 100 m ke arah barat dari Kedaton Sultan Bacan.
Ada beberapa pendapat penanggalan Masehi pendirian Masjid Kesultanan Bacan. Ada yang mengatakan bahwa masjid ini didirikan semasa pemerintahan Sultan Usman Syah pada akhir abad 18 setelah sultan berguru kepada Syekh Sulaiman As Samadani, seorang ulama asal Jawa yang diasingkan ke Ambon. Sedangkan, pada Direktori Masjid Bersejarah (2008) disebutkan bahwa masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 yang diarsiteki oleh Cronik van Hendrik, seorang arsitek dari Jerman, pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Sadek.
Terlepas dari perbedaan itu, masyarakat Labuha meyakini bahwa masjid tersebut telah berumur ratusan tahun. Masjid berdenah persegi ini memiliki atap limasan bersusun dua yang berdiri di atas lahan seluas 6.020 m². Pada kubah limas paling atas terdapat kaligrafi di setiap sisinya. Pada salah satu terasnya, terdapat sebuah bedug bercat hijau yang memiliki diameter 1 m dengan panjang 1,5 m, sedangkan pada bagian belakang masjid terdapat kompleks pemakaman kuno keluarga serta kerabat dari Kesultanan Bacan.
Masjid Kesultanan Bacan ini tidak dikelilingi pagar, akan tetapi dekat masjid dari tiga arah jalan masuk ke lingkungan masjid tersebut terdapat pintu gapura beratap gua susun sebagai gerbang menuju lingkungan masjid tersebut. 
http://kekunaan.blogspot.co.id/masjid-kesultanan-bacan.html

 
Pengaruh bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali oleh Portugis yang kemudian membangun benteng pada tahun1 558. Bernevald Fort adalah benteng Portugis yang masih utuh berdiri di Pulau Bacan sampai sekarang. Pada tahun16 09 benteng ini diambil alih oleh VOC
yang menandai awal penguasaan Hindia Belanda di Pulau Bacan. Pada tahun1 889 sistemmo narki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda.
  Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkeh dan  paladi Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera.
 
Benteng Portugis di Bacan (Bernevald Fort) th 1558 dibangun 
http://adhykoepa1.blogspot.co.id/sejarah-kesultanan-bacan.html


Bacan di masa modern
Apa yang kini sangat populer dan terkenal dengan nama "Bacan"? Kalau kamu teringat pada batu akik yang sekarang sedang tren, jawabannya benar. Batu bacan paling diminati karena harganya yang mahal.


Batu bacan merupakan batu yang sangat khas dari wilayah Bacan dan tidak diketemukan di wilayah lain di bumi ini. Sebenarnya, batu bacan  terdapat di pulau Kasiruta dan bukan pulau Bacan, karena pusat pemerintahan terdapat di Labuha, pulau Bacan maka batu tersebut dinamai batu bacan.

Dulu, batu bacan tidak dihargai semahal seperti sekarang karena dulu tidak ada pembeli lokal dan pembeli dari luar daerah. Pada tahun 1990an batu bacan  berbentuk bongkahan kurang lebih 10 kg dengan jenis super pertama kali dibeli  oleh turis dari Singapura dengan uang ribuan dolar Singapura (yang nilainya ditukar Rupiah  pada masa itu sekitar 7 juta ).
Pembelian batu bacan oleh orang singapura dengan harga yang masa itu cukup tinggi menyebabkan batu bacan mulai dikenal di kalangan penggemar batu mancanegara. Sebenarnya warna batu bacan selain hijau dan biru, ada yang merah dan putih, tetapi sangat sulit didapat. 
Banyak kalangan menyebut batu bacan sebagai batu giok asal Indonesia, oleh sebat itulah dicari kolektor yang umumnya orang Tionghoa.   Batu ini banyak  di ekspor ke China, Korea dan Taiwan. Lucunya, setelah sampai di sana mereka mengklaim dari negara mereka sendiri dengan memberi sertifikat paten. 
Selain karena "giok" yang menjadikannya mahal, perlu perjuangan mendapatkan batu bacan. Ada penambang batu bacan mencari batu bacan bisa mendapatkan 1-2 minggu, ada juga selama berbulan-bulan tidak mendapatkan batu bacan di lokasi. Ada penambang batu bacan yang meninggal  jatuh korban karena  tertimpa batu, tertimpa pohon, dan ada juga yang sakit.
Begitulah perjalanan sejarah. Dari sebuah negeri tempat lahirnya para raja namun kini populer karena komoditas berbeda. Apakah Bacan tetap memiliki tempat-tempat wisata indah  serta bersejarah? Lain kesempatan kita ungkap, ya.
http://www.apakabardunia.com/kisah-unik-bacan-negeri-raja-raja-di.html





Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer