Kesultanan Majapahit era wilatikta Jawa Timur


Majapahit Kerajaan Islam
Majapahit Kerajaan Islam
Pendapat dan alasan yang menyebut jika Majapahit Kerajaan Islam tertuang secara rapi dalam pembahasan Viddy AD Daery. Pembahasan yang disusun dalam bentuk novel itu, menyebutkan sedikitnya ada 6 hal yang membuktikan jika Majapahit adalah Kerajaan Islam. Keenam hal tersebut adalah  penemuan koin emas bertuliskan lafadz syahadat dari zaman Majapahit, batu nisan Syaikh Maulana Malik Ibrahim, lambang kerajaan majapahit, Silsilah Raden Wijaya (pendiri Kerajaan Majapahit ), silsilah Patih Gajahmada, dan kabar dari China.

1. Penemuan Koin Emas Pada tahun 1989, di daerah Trowulan ditemukan ratusan keping uang emas bertuliskan lafadz syahadat. Setelah diteliti, koin-koin emas ini diketahui berasal dari abad ke 12, abad di mana kerajaan Majapahit tengah berkuasa dan berjaya. Penemuan koin emas ini tentu sedikit banyak membuktikan jika Majapahit adalah Kerajaan Islam. Hal ini karena tidak mungkin jika uang koin bertuliskan kalimat Tauhid merupakan sebuah alat pembayaran resmi di suatu wilayah kerajaan Hindu. 
2. Batu Nisan Syaikh Maulana Malik Ibrahim Syaikh Maulana Malik Ibrabim yang juga dikenal dengan nama Sunan Gresik dimakamkan di daerah Gresik. Pada batu nisannya yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke 13 itu, terdapat tulisan yang menyatakan jika beliau ialah seorang hakim agama Islam dari kerajaan Majapahit. Tulisan tersebut tentu sedikit banyak juga membuktikan jika Majapahit adalah kerajaan Islam. 
3. Lambang Kerajaan Majapahit Lambang kerajaan Majapahit (Wilwatikta) yang berupa satu sinar matahari dengan 8 tulisan arab di sekelilingnya juga membuktikan jika kerajaan Majapahit merupakan Kerajaan Islam. Jika tak percaya, lihatlah gambar lambang kerajaan Majapahit di samping! 
4. Silsilah Raden Wijaya Raden Wijaya yang merupakan pendiri kerajaan Majapahit diyakini merupakan seorang muslim. Keyakinan ini bersumber pada silsilahnya yang merupakan cucu dari Prabu Guru Dharmasiksa. Prabu Guru Dharmasiksa sendiri berdasarkan beberapa riwayat adalah seorang ulama Islam Pasundan sekaligus Raja kerajaan Sunda.
 5. Silsilah Patih Gajahmada Patih Gajah Mada, Mahapatih kerajaan Majapahit juga diyakini sebagai seorang muslim. Keyakinan ini bersumber pada isi dari suatu babat yang menyebut nama asli patih yang terkenal dengan sumpah Palapanya itu adalah Gaj Ahmada. Selain itu, di batu nisan makamnya yang ada di Mojokerto juga terdapat kalimat ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. 
6. Kabar dari China Kabar dari China menyebut jika pada tahun 1253 M, telah terjadi eksodus besar-besaran muslim dari kawasan Timur Tengah ke kawasan kepulauan Indonesia. Muslim tersebut kemudian diyakini menetap di pulau Jawa dan Sumatera, dan menyebarkan ajaran Islam di seluruh wilayah Indonesia termasuk ke Kerajaan Majapahit. 
http://kisahasalusul.blogspot.com/majapahit-kerajaan-islam-ini-6.html


Kerajaan Majapahit Ternyata Kerajaan Islam Sejak Awalnya ??Islamedia: Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia.
Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini.
Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.
‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Karya Herman Janung Sinutama.
Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.
Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:
1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
[Image: koin.jpg]
4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.
Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. [sejarah-kompasiana]
Disarikan dari buku: Herman Sinung Janutama,  ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Yang Tersembunyi’, LJKP Pangurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta. Edisi Terbatas Muktamar Satu Abad Muhammadiyah Yogyakarta Juli 2010
 https://ahmadsamantho.wordpress.com/kerajaan-majapahit-ternyata-kerajaan-islam-sejak-awalnya/


Majapahit Kesultanan Islam Terbesar di Nusantara

Hasil gambar untuk bendera kesultanan majapahit 
Bendera Kesultanan Majapahit 
Kebenaran empirik, ditentukan oleh adanya fakte fakta. Dalam ilmu pengetahuan, sangat lazim penemuan fakta baru menggantikan fakta fakta yang ada sebelumnya. Sebagai contoh, di bidang biologi reproduksi, dulu masalah reproduksi hanya terkait dengan sel sel gonosom ( karena terjadinya konseptus antara sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sekarang dengan fakta bahwa melalui teknologi cloning,  sel sel autosom (sel sel tubuh bias, bukan sel gamet) dapat menghasilkan individu baru. Fakta ini kemudian menganti konsep reproduksi yang ditulis sebelumnya. Dengam berbagai faktor yang semakin canggih, penemuan bukti-bukti baru sangat dimungkinkan. JIka fakta-fakta yang ditemukan melahirkan argumentasi sahih yang baru, maka integritas ilmiah kita mengharuskan mengakui fakta baru itu. Apa yang terjadi dengan sejarah munculnya Orde Baru misalnya, saat ini sudah mengalami perubahan, hal ini sebagai konsekuensi dari banyak fakta yang terungkap. Sudah barang tentu, bagi kelompok tertentu berusaha menafikan fakta fakta baru itu. 
Majapahit selama ini kita kenal sebagai Kerjaan Hindu terbesar di Nusantara. Namun demikian dari fakta-fakta sejarah yang ada, klaim ini mulai dipertanyakan. Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta sengaja melakukan penelitian untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakta-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka tim ini kemudian menerbitkan hasil penelitiannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Widi Astuti, melalui Group Forum Guru Indonesia mengutip  hasil penelitian Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta sebagai berikut : 
1.Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Sebagaimana kita ketahui, koin merupakan sebuah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Maka sungguhlah mustahil jika dikatakan bahwa sebuah kerajaan Hindu memiliki koin yang bertuliskan kalimat tauhid seperti ini.
2. Pada batu nisan Syaikh Maulana Malik Ibrabim (Sunan Gresik) terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah seorang Qadhi (hakim agama Islam) kerajaan Majapahit. Hal ini menunjukkan bahwa Agama Islam merupakan agama resmi kerajaan tersebut. 3.Lambang kerajaan Majapahit berupa delapan sinar matahari dengan beberapa tulisan arab yakni sifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan Dzat. Mungkinkah sebuah kerajaan Hindu memiliki logo/lambang resmi bertuliskan kata-kata arab seperti in? 4.Pendiri kerajaan Majapahit yakni Raden Wijaya ternyata seorang muslim. Beliau adalah cucu dari Prabu Guru Dharmasiksa, seorang Raja Sunda sekaligus ulama Islam Pasundan yang hidup selayaknya seorang sufi. Sedangkan neneknya merupakan seorang muslimah keturunan penguasa Kerajaan Sriwijaya. Meskipun Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (menggunakan bahasa sansekerta yang lazim digunakan saat itu), tidak lantas menjadikan beliau seorang pemeluk Hindu. Gelar seperti ini (menggunakan bahasa sansekerta) ternyata masih juga digunakan oleh raja-raja muslim jawa zaman sekarang seperti Hamengkubuwono dan Paku Alam di Yogyakarta serta Pakubuwono di Surakarta/Solo. 
4.Patih kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya, Patih Gajah Mada juga seorang muslim. Nama aslinya adalah Gaj Ahmada (terlihat lebih Islami, bukan?). Hanya saja, orang jawa saat itu sulit mengucapkan nama tersebut. Mereka menyebutnya Gajahmada untuk memudahkan pengucapan dan belakangan ditulis terpisah menjadi Gajah Mada (walaupun hal ini salah). Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa Patih Gaj Ahmada. Konon, kekuasaannya sampai ke Malaka (sekarang masuk wilayah Malaysia). Setelah mengundurkan diri dari kerajaan, Patih Gaj Ahmada lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Mada oleh masyarakat sekitar. Pernyataan ini diperkuat dengan bukti fisik yaitu pada nisan makam Gaj Ahmada di Mojokerto terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. 
5.Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Timur tengah pun berada dalam situasi konflik yang tidak menentu. Terjadilah eksodus besar-besaran (pengungsian) kaum muslim dari Timur Tengah (tetutama keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan sebutan alawiyah). Mereka menuju kawasan Nuswantara (atau Nusantara) yang kaya akan sumber daya alamnya. Mereka pun menetap dan melanjutkan keturunan yang sebagian besar menjadi penguasa kerajaan-kerajaan di nusantara, termasuk kerajaan Majapahit. Sudah barang tentu, jika fakta-fakta di atas sahih adanya, Histografi Majahpahit perlu dikoreksi dan lebih dari itu, sejarah Islam di Nusantara juka perlu diteliti kembali mengingat fakta makam muslimah di Jawa Timur yang menurut para ahli sejarah makam itu berasal dari abad ke 7 Masehi. Mengingat sejarah Indonesia akan menjadi materi yang pokok pada kurikulum 2013, maka muatan sejarah itu benar-benar sudah diteliti ulang untuk mendapatkan kebenaran empirik berdasar fakta fakta yang ada. Termassuk mengakomodir hasil penemuan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakartatersebut.
http://www.kompasiana.com/darwonogurukita/majapahit-kesultanan-islam-terbesar-di-nusantara
Hasil gambar untuk lambang kesultanan majapahit ke 1 Hasil gambar untuk lambang kesultanan majapahit ke 1
Lambang Kesultanan Majapahit ke 1 dan ke 2 

Misteri Keislaman Patih Gajah Mada dan Kerajaan 

Majapahit

Sebelum kelahiran negara-bangsa bernama Indonesia, sudah ada sebuah kerajaan di nusantara yang hebat bernama Majapahit. Maka ingatan kita langsung tertuju pada seorang Patih Gajah Mada yang terkenal dengan “Sumpah Palapa”-nya. Ia berjanji tidak akan berhenti ber-lara-lapaatau berpuasa, sebelum bisa mempersatukan seluruh kerajaan-kerajan di Nusantara.
Sejarah yang dihubung-kaitkan dengan sastra merupakan suatu sudut pandang seseorang yang pembuatnya, bahkan sangat sangat tergantung dengan motivasisi pembuat itu sendiri. Hal ini berkaitan pula dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah dan karya sastra tersebut.
Mungkin  ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar disuatu mandala masa lampau. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar wilayah Asia Tenggara sekarang.
Selama ini, upaya pemahaman karya sastra dan  sejarah seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara arif akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Viddy AD Daery sekarang sedang berencana menerbitkan novel PSD Misteri Gajah Mada Islam, dan kalau saya baca draftnya itu, dalam novelnya, sang penulis mencoba mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.
Gajah Mada pada waktu pengangkatannya mengucapkan Sumpah Palapa, yakni ia baru berhenti berpuasa “berlara-lapa” atau justru akan menikmati palapa atau rempah-rempah yang merupakan  kenikmatan duniawi jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Kitab Pararatonmenyatakan, bahwa: “Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.” Meskipun sejumlah orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (Bali) dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Temiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, dan Sampit.
Penelitian LHKP Muhammadiyah Yogyakarta
Banyak pula yang bertanya, apakah memang Gajah Mada beragama Islam? Viddy AD Daery tidak mengulas hal itu dalam Novelnya secara langsung, melainkan menyisipkan dalam beberapa dialog para pelaku utama dalam novel, namun menarik juga untuk merujuk kepada penelitian dan kajian Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit.
Hasil kajian tersebut diterbitkan dengan judul Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan, bahwa;
  1. Telah ditemukan koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah,  Muhammad Rasulullah’.
  2. Batu nisan Syaikh Maulana Malik Ibrabim (Sunan Gresik) terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah seorang Qadhi (hakim agama Islam) kerajaan Majapahit.
  3. Lambang kerajaan Majapahit berupa delapan sinar matahari dengan beberapa tulisan arab yakni Sifat, Asma, Ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, Tauhid dan Dzat.
  4. Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit besar kemungkinan seorang muslim. Beliau adalah cucu dari Prabu Guru Dharmasiksa, seorang Raja Sunda sekaligus ulama Islam Pasundan. Sedangkan neneknya merupakan seorang muslimah keturunan penguasa Kerajaan Sriwijaya.
  5. Patih Gajah Mada sebagai Patih kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa juga seorang muslim. Nama aslinya adalah Gaj Ahmada. Setelah mengundurkan diri dari kerajaan, Patih Gaj Ahmada lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Mada oleh masyarakat sekitar. Pernyataan ini diperkuat dengan bukti fisik yaitu pada nisan makam Gajah Mada di Mojokerto terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’.
  6. Bahwa pada 1253 M, tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Timur Tengah pun berada dalam situasi konflik yang tidak menentu. Terjadilah eksodus besar-besaran (pengungsian) kaum muslim dari Timur Tengah. Mereka menuju kawasan Nuswantara (atau Nusantara) yang kaya akan sumber daya alamnya. Mereka menetap dan melanjutkan keturunan yang sebagian besar nantinya menjadi penguasa kerajaan-kerajaan di nusantara, termasuk kerajaan Majapahit.
Fakta tersebut menjelaskan, bahwa Gajah Mada dan Kerajaan Majaphit besar kemungkinan sudah menganut agama Islam. Bukti koin emas yang merupakan sebuah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan, maka sungguhlah mustahil jika dikatakan bahwa sebuah kerajaan Hindu memiliki koin yang bertuliskan kalimah Tauhid, sebagaimana juga batu nisan yang menandakan bahwa Agama Islam merupakan agama resmi kerajaan tersebut. Tidak pula mungkin, sebuah kerajaan non Muslim menggunakan lambang resmi bertuliskan kata-kata arab dan Al Quran.
Selain itu, meskipun Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (bahasa sansekerta), hal ini tidak lantas menjadikan seseorang itu otomatis pemeluk Hindu. Gelar seperti ini masih digunakan oleh raja-raja Muslim Jawa zaman sekarang seperti Hamengkubuwono dan Paku Alam. Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa Patih Gaj Ahmada, bahkan kekuasaannya sampai ke semenanjung Melayu (Malaka/Malaysia).
Membaca (draft) novel Misteri Gajah Mada Islam karya Viddy, kita seolah-olah terlibat dengan masa lalu pada sebuah kerajaan yang dibingkai dalam warna kemegahan dan kekuatan penyebaran Islam. Viddy AD Daery berhasil membawa pembacanya hanyut dalam dialog, gerakan dan tingkah-laku tokoh dalam novelnya. Sebagai pembaca kita dibawa ke masa lalu yang megah dengan kekuatan agama Islam sungguh-sungguh ditonjolkan. Paling tidak, pembaca akan mempunyai kekuatan diri tentang penyebaran dan ketaatan penganut agama Islam.

Oleh: Ahada Wahyusari, Tanjung Pinang – Kepri
Dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji
http://www.fimadani.com/misteri-keislaman-patih-gajah-mada-dan-kerajaan-majapahit/
Hasil gambar untuk lambang kesultanan majapahit ke 1 Hasil gambar untuk lambang kesultanan majapahit ke 1
Lambang Kesultanan Majapahit ke 3 dan ke 4 
Berikut Nama Sultan-Sultan Majapahit 
  1. Sultan Kartikeyasingha II  (648-649M) Masa Lama 
  2. Sri Sultan Ratu Sima (647-695M) Masa Lama 
  3. Sultan Srindravarman (718M) Masa Lama 
  4. Sri Sultan Gajayana (760M) Masa Lama 
  5. Sri Sultan Airlangga (1016-1019M)1049M Masa Lama 
  6. Sri Sultan Jayabaya (1135-1159M) Masa Lama 
  7. Sri Sultan Rajasa (1222M) Masa Lama 
  8. Sri Sultan Kertanegara (1268-1292M) Masa Lama 
  9. Sri Sultan Rajasanegara (1293-1309M) Raden Sayyid Wijaya Masa Baru 
  10. Sri Ratu Gayatri/ Tribuwanatunggadewi (1328M dan 1375M)Sumpah Amukti Palapa tahun 1329M Masa Baru 
  11. Sri Sultan Hayam Wuruk (1350M dan 1389M) Mahapatih Gajah Mada Masa Baru 
  12.  Majapahit terbagi dua Sri Sultan Wikramawardhana (Bhre ing Daha, kediri) di Majapahit barat dan Sri Sultan Brawijaya/ Pangeran Wirabhumi di Majapahit Timur (bhre ing Tumapel) Masa Baru 
  13. Sri Sultan Wikramawardhana (1406M-1429M) Masa Baru 
  14. Sri Ratu Suhita (1429M-1447M) Masa Baru 
  15. Sri Sultan Kertawijaya (1447-1451M) Masa Baru 
  16. Sri Sultan Sawardana/ Bhre Pamotan (1451M- 1453M) Masa Baru 
  17. Prabu Singha Wikrama Wardhana/ Bhre Pandan Salas (1466-1467M) Masa Baru 
  18. Sri Sultan Girinda Wardhana/ Rana Wijaya (Majapahit Barat 1467M) Sri Sultan Kertabhumi/ Brawijaya 5 (Majapahit Timur 1468M) Masa Baru 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer