Lakon Arjuna Lair

Arjuna Lahir

Syahdan Hyang Siwahbuja, menerima Hyang Narada dan mendengarkan laporannya, bahwasanya gara-gara terjadi, dikarenakan Dyah Maerah permaisuri raja Mandura dan Dyah Kuntinalibrata permaisuri Prabu Pandudewanata dari kerajaan Astina, keduanya mereka mengandung dan sudah masanya bayi lahir, akan tetapi hal tersebut hanya menunggu sabda Hyang Siwahbuja. Kepada Hyang Narada, Hyang Guru bersabda,”Wahai kakanda Hyang Narada, sampaikanlah pesanku kepada Hyang Wisnu dan Sri, bahwasanya kepada mereka saya perintahkan untuk menitis kepada Dyah Maerah dan Dyah Kuntinalibrata. Wisnu, seyogyanya kehalusannya nanti pada Pandawa, yaitu bayi yang
akan terlahir berilah nama raden Arjuna, juga Pamadi, , kewadagannya nantinya pada bayi yang akan terlahir dari Dyah Maerah, berikan nama raden Narayana, juga Kesawa. Sri juga demikian, kehalusannya pada Dyah Wara Subadra, dan kewadagannya pada Dyah Jembawati berikan juga nama Dyah Nawangsasi.”, mundurlah Hyang Narada, dan setelah kepada mereka dijelaskan perintah Hyang Pada Winenang, keduanya dibawa oleh Hyang Narada, turun ke bumi, bukan lagi berujud dewa, akan tetapi dalam bentuk cahaya.
Prabu Basudewa, raja Mandura, mendapatkan wisik dewata, bahwasanya kelak Dewi Maerah permaisuri raja, akan melahirkan bayi “gundangkasih”, satu nantinya berwujud putih dan satu hitam, pula dewa bersabda nantinya yang putih adalah penjelmaannya Hyang Basuki, adapun yang hitam Hyang Wisnu.
http://caritawayang.blogspot.co.id/arjuna-lahir.html

Dalam bentuk Basa Jawi 
Nang wektu lahir, sukma Arjuna sing berwujud cahaya sing metu saka rahim emboke lan munggah menyang kayangan Kawidaren panggon para bidadari. Kabeh bidadari sing ana tiba demen nang sukma Arjuna kesebut sing nduwe jeneng Wiji Mulya. Kegemparan kesebut menimbulkan keneson para dewa sing nuli nempuhe. Cahaya sing remeng remeng kesebut nuli ngowah dadi sesosok manusia tampan sing klamben sederhana.
Arjuna yaiku putra ketelu saka pasangan Dewi Kunti lan Prabu Pandu utawa kerep karan karo ksatria Panengah Pandawa. Kaya sing liyane, Arjuna uga sayekti dudu putra Pandu, ning dheweke yaiku putra saka Dewi Kunti lan Batara Indra. Jero kuripan wong Jawa, Arjuna yaiku perlambang manungsa sing nduwe elmu duwur ning ragu sakjroning tumindak. Lakon iki katon gamblang sawektu dheweke kelangan semangat pas arep ngadhepi nak-sadulur utawa para Kurawa, lan guru-gurune neng nglan Kurusetra. Kalan saka Arjuna yaiku sifat sombonge. Amarga rumangsa tangguh karo bagus, nang wektu enome dheweke dadi sethithik sombong.
Ilange sukma Arjuna saka awak Dewi Kunthi marakake kesedhihan kanggo Prabu Pandu. Dhuwur celathon Semar, Pandu nuli munggah menyang kayangan lan njaluk bali putranya sakwise diwenehi wejangan saka Batara guru.
http://ceritawayangbahasajawa.blogspot.com/

Kelahiran Arjuna 
Bagawan Abyasa, Yamawidura, Kunthi, Madrim, Puntadewa dan Bima sedang di istana. Mereka menanti kehadiran Pandhu. Tak lama kemudian Petruk utusan Pandu datang menyerahkan Kitiran Seta, dan memberi tahu, bahwa raja Pandu sedang mengantar raja Basudewa ke Mandura. 
Kunthi yang sedang hamil tua menerima kitirn seta, dan kemudian lahirlah bayi didalam kandungan. Mereka yang ada di ruangan itu gugup dan bingung, Bima kemudian membawa bayi yang sedang lahir ke Mandura menyusul Pandu. Begawan Abyasa dan Petruk mengawal dari belakang.
Ugrasena menghadap Dewi Mahendra dan Dewi Badraini. Mereka menanti kedatangan raja Basudewa. Kemudian datang raja Basudewa, Pandu dan Arya Prabu. Merela membawa Kidangwulung , seperti yang diminta Dewi Badraini. Kidangwulung diberikan kepada Dewi Badraini, tak lama kemudian lahirlah bayi di dalam kandungannya. Bayi tersebut lahir perempuan dan diberi nama Sumbadra.
Bima datang membawa bayi, Bagawan Abyasa dan Petruk mengikutinya. Bayi diserahkan kepada Pandu. Pandhu menerima, bayi diberi nama Parmadi. Bagawan Abyasa memberi nama Palguna. Bima memberi nama panggilan Jlamprong.
Bayi perempuan sembadra dan bayi laki-laki Parmadi dipangku oleh raja Basudewa. Sumbadra pada paha kiri dan Parmadi pada paha kanan. Basudewa berkata, kedua bayi ditunangkan, kelak supaya hidup sebagai suami isteri dan menurunkan raja besar.
Tiba-tiba datang Suratimantra membawa bayi bernama Kangsa. Suratimantra memberi tahu, bahwa bayi itu anak Dewi Maherah. Bagawan Abyasa menyuruh agar Suratimantra bersama bayi Kangsa menungu di alun-alun. Raja Basudewa menolak penyerahan bayi itu. Raja Basudewa ingat bahwa bayi itu anak dari Dewi Maherah isterinya dengan Gorawangsa.
Maka diutuslah Ugrasena untuk datang di alun-alun, memberi tahu, bahwa raja tidak mau menerima Kangsa sebagai putra raja. Suratimantra marah dan terjadilah perkelahian. Suratimantra tidak mampu melawan, Kangsa membelanya. Semua kalah oleh perlawanan Kangsa. Raja Basudewa terpaksa mau mengakui Kangsa sebagai anak, dan diberi tempat tinggal di Sengkapura. Suratimantra ditugaskan untuk mengasuhnya. Suratimantra memberi nama Kangsadewa.
Perajurit Bombawirayang mengira Suratimantra dan Kangsa mati di Mandura. Mereka berbondong-bondong menyerang negara Mandura. Bima ditugaskan melawan serangan musuh, dan berhasil baik. Musuh telah lenyap.
Setelah negara menjadi aman, mereka sidang di istana. Raja Basudewa cemas dan khawatir bahwa Kangsa yang sakti akan menguasai kerajaan dan mengkhawatirkan kedua putranya yang akan menjadi sasaran ambisi Kangsa. Bagawan Abyasa menyarankan agar dua putra raja disembunyikan ke Widarakandang. Raja setuju, agar kedua putranya yang bernama Kakrasana dan Narayana terhindar dari ancaman pembunuhan Kangsa, mereka berdua dititipkan kepada Nyai Sagopi dan Ki Antagopa di Widarakandhang.
Raja Basudewa mengadakan pesta, menjamu para tamu yang hadir di istana Mandura.
https://wayang.wordpress.com

Konon ada yang beranggapan bahwa yang menitis ada dua dewa Batara Wisnu (Wadagnya) dan Batara Indra (menjadi cahaya) masuk ke rahim Dewi Kunti dan Sukma Batara Wisnu masuk ke rahim Dewi Mahendra istri Prabu Basudewa. 
Sebelumnya sudah tiba tiba rombongan Batara Kanekaputra dan para Bidadari datang, sinar terang masuk ke tubuh Dewi Kunti. 
Sempat diserang Ardawalika namun setelah kelahiran Arjuna, bisa ditumpas dan membalas dendam dalam perang besar Baratayuda.

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer