Lakon Nirbita

Prabu Dike di Manikmataka merasa sudah lanjut usia dan akan menyerahkan pemerintahan kepada cucunya yakni Nirbita. Namun sebelum ia dikukuhkan sebagai raja terlebih dahulu harus minta restu kepada ayahnya Kandihawa di Amarta. Maka Nirbita segera pergi ke Amarta, dan diperjalanan ditemui Narada yang menerangkan bahwa ia diperkenankan sebagai raja di Sabrang, selanjutnya ia meneruskan perjalanannya.
Setibanya di Amarta ia bertemu para Pandawa bersama para putranya yang sedang mempersiapkan perkawinan putri Arjuna denga putra mahkota, Samba dari Dwarawati. Nirbita ternyata bukan tamu yang diterima dengan baik, ia baru saja datang, diusir oleh Abimanyu, Gatotkaca serta Sumitra. Namun putra Pandawa sia-sia tidak berhasil karena Nirbita musuh yang terlalu kuat dan tangguh, demikian juga Bima tidak dapat mengusirnya. Arjuna keluar untuk menghadapi dan atas nasehat Kresna, agar supaya Nirbita dipanah salah satu matanya. 

Arjuna mengindahkan nasehat itu dan segera memanah mata musuhnya. Dengan menggeram Nirbita terluka serta berseru kepada Arjuna bahwa kelak akan membalas dendam lewat perantaraan putranya yakni Niwakatawaca. Selanjutnya Nirbita kembali ke Kerajaan Manimantaka dan memutuskan bertapa untuk menebus dosanya agar mendapatkan kesaktian yang cukup untuk berperang mendatang.
http://caritawayang.blogspot.co.id/nirbita.html


Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer