Organisasi Pemuda Muslimin Indonesia

Situs Resmi: http://pemudamuslimin-indonesia.or.id/
HISTORY
PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA

1928 – 2014

“Buku History ini dipersembahkan untuk Generasi Penerus Pemuda Muslimin Indonesia dan kaum Syarikat Islam Indonesia serta untuk Anak Bangsa Pemuda-pemuda penerus cita-cita Founding Father, dengan harapan semoga kita dapat menjadi sumber motivasi, kepeloporan, kepemimpinan dan keteladanan bagi kaum Pemuda sebagai anak Bangsa untuk terus mewujudkan Indonesia sebagai Bangsa dan Negara yang Merdeka, dan terus Proaktif mengisi, membangun masyarakat, menyelamatkan bangsa serta menjaga keutuhan NKRI tercinta. Aamiin… Insya Allah jejak rekam dan fakta sejarah ini ada manfaatnya, maka seluruh Kebaikannya diperuntukkan bagi seluruh Mujahid Syarikat Islam Indonesia khususnya Organisasi Sayap “Pemuda Muslimin Indonesia’ namun apabila buku ini ada kekurangnya, biarlah segala Cacat / kekuranganya menjadi milik kami ”

FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI
Perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam gelenggang sejarah masyarakat adanya pengaruh yang datang dari luar dan dalam negeri sendiri. Data–data sejarah membuktikan betapa pengaruh dari luar itu ikut menjadi dasar dan memberi arah terhadap perubahan-perubahan itu disamping masyarakat itu sendiri tanggap terhadap keadaan dan aktif menjadi pengendali keadaan, dilihat dari sudut keagaamaan dapat dibaca adanya perubahan dari masyarakat Hindu menjadi masyarakat Islam. Dilihat dari sistim kenegaraanya, perubahan masyarakat itu terjadi dari masyarakat Feodal menjadi masyarakat Kolonial, dan dari masyarkat colonial menjadi suatu bangsa yang merdeka. Kebangkitan Islam di Indonesia termasuk rangkian perubahan perubahan yang terjadi di Nusantara ini, karena ia tidak terlepas dari karangka teori tersebut, kebangunan Islam di Indonesia bukan saja dibidang penyebaran agama Islam tetapi dapat pula diartikan sebagai tumbuhnya kesadaran Umat Islam Indonesia untuk melakukan perjuangan melawan kolonialisme dan dapat pula diartikan sebagai lahirnya organisasi-organisasi Islam Indonesia pada awal abad ke XX (Dua puluh).

CIRI-CIRI MASYARAKAT KOLONIAL
Hakekat masyarakat kolonial ialah masyarakat yang serba exsploitatif (dalam lapangan ekonomi) dan serba deskriminatif (dalam lapangan sosial) yang dilakukan oleh pihak penjajah melalui dominasi politik. Disamping dominasi politik sebagai faktor penentu, penjajah menggunakan pula faktor pembantu untuk memperkuat kedudukanya sebagai penjajah, ialah faktor proses Nasranisasi Keagamaan dan faktor Asosiasi (Pemberatan) terhadap bangsa yang dijajah dengan membiarkan adapt istiadat kuno yang menguntungkan pihak penjajah belanda. Sistim Kolonialisme inilah yang telah berabad-abad lamanya dipentaskan oleh Bangsa barat (Belanda) terhadap penguhi Negara ini, bangsa Indonesia.

DOMINASI EKONOMI
Eksploitasi Ekonomi yang dilakukan oleh pihak penjajah terhadap Indonesia dilakukan sejak Verenigde Oos Indische Compagnie (VOC) yang didirikan tahun 1602 dengan sistim Monopoli dan Proteksi guna mengisi kas perbendaharaan negeri Belanda. Sistem Eksploitasi Ekonomi ini merupakan sistem yang pasti dan konsekuwen dengan diundangkannya Cultuurstelseel (Tanam paksa) pada tahun 1830-1870 yaitu sistem perbudakan yang teratur, kejam rakus tamak dan merupakan bencana turun menurun bagi perkembangan mentaliteit dan ekonomi bangsa Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 1870 Pemerintah Kolonial Belanda memasuki politik Pintu terbuka yang memberi kesempatan kepada pengusaha-pengusaha swasta ini menunjukan tanda-tanda menekan dibandingkan dengan perusahaan kolonial. Akibatnya dari politik pintu terbuka ini, ialah adanya persaingan bebas antara pengusaha yang hanya mengejar keuntungan material belaka tanpa memperdulikan Aspek Kemanusiaan.
Bagi pihak Kolonial, politik pintu terbuka ini justru lebih menguntungkan bagi pemasukan Kas Negeri Belanda, terbukti di saat penerapan tanam paksa, Indonesia menghasilkan 637 Juta rupiah, sedangkan dalam periode pintu terbuka mencapai 832 Juta rupiah, dan demi efektifnya sistim eksploitasi Ekonomi ini, pemerintah Kolonial memperalat bangsa timur asing terutama Cina untuk menjadi kelas pemasaran menengah yang banyak mempengaruhi pemasaran dan harga pada tingkat terakhir yang diduduki oleh penduduk pribumi.
Sedangkan perusahaan-perusahaan besar dan pemasaran tingkat tinggi dikuasai oleh bangsa Belanda dan Eropa lainya. Merekalah yang menyalurkan barang-barang dagangannya melalui kelas pemasaran tingkat tinggi menengah yang sebagian besar diduduki bangsa Cina DOMINASI POLITIK Pemerintah kolonial juga menciptakan dominasi politik dan mengadakan pengawasan yang ketat terhadap aparatur pemerintah. Mereka memisahkan staf administrasi kerajaan dari penguasaan raja dan mengubahnya menjadi dinas sipil yang berseragam dan diangkat. Dengan demikian pemerintah kolonial membentuk apa yang dinamakan Pemerintah tidak langsung, yaitu mereka memerintah masa rakyat dengan perantaran sejumlah kecil kelas birokrat pribumi, kepatuhan rakyat kepada atasannya merupakan alat yang efektif bagi pelaksanaan ide kolonial yang ber-intikan eksploitasi itu. Adat istiadat dan lembaga-lembaga tradisional diperkuatnya sebagai saluran untuk jalannya ide tersebut, rakyat pribumi besar kecil, laki-laki perempuan, tua muda, semua digiring untuk tanam paksa dibawa pengawasan- pengawasan pribumi yang memperlakukan bangsanya sendiri dengan penuh kekejaman. Sebagai bukti kekejaman itu adalah Surat Bupati Limbangan (Garut) kepada Cutak (Wedana) dalam lingkungan kabupaten tertanggal 7 Januari 1848.
“Penghoeloe-Penghoeloe cutak bersama dengan lebai-lebai di desa harus setiap harinya berkeliling disawah-sawah desa, kalau ada orang yang belum mengerjakan sawahnya, maka yang memiliki harus mengangkat tangannya diantara dua papan kayu selama satu hari di sawah itu”.
Dalam periode ini penguasa-penguasa pribumi berperan untuk melakukan pemaksaan dan pemerasan terhadap penduduk pribumi, pemaksaan untuk bekerja kasar dan berat serta pemerasan upah.

POLITIK ADU DOMBA
Untuk memperpanjang masa kekuasaannya di Indonesia, pemerintah mempraktekkan politik adu dompba dan memecah-belah persatuan bangsa Indonesia (divide et empera). Tidak sedikit perlawanan terhadap pemerintah kolonial yang dilakukannya oleh bangsa Indonesia pada akhirnya dapat dipadamkan karena adanya penduduk pribumi yang mengabdi kepada kepentingan pemerintah kolonial, dan bahkan tidak sedikit terjadi pertarungan antar bangsa sendiri sebagai akibat dari kelicikan politik adu domba.

DISKRIMINASI BERDASARKAN WARNA KULIT
Pemerintah kolonial menciptakan pula diskriminasi berdasarkan warna kulit, yaitu perbedaan antara kulit putih bangsa barat dan kulit sawo bangsa Indonesia. Ikut memberi adil yang tidak kecil dalam praktek diskriminasi ini ialah susunan masyarakat sendiri yang feodalistis sifatnya. Diskriminasi ini meliputi semua aspek kehidupan, termasuk politik ekonomi, Hukum pendidikan serta jabatan dalam pemerintahan. Diskriminasi dibidang pendidikan Diskriminasi dibidang pendidikan juga oleh pemerintah kolonial.Penduduk pribumi tetap dalam kebodohan sehingga dapat diperas tenaganya turun temurun untuk bekerja keras secara paksa dengan upah yang murah. Baru pada tahun 1901 ada perbaikan sedikit dibidang pendidikan yang disebut Politik Etik yaitu memberikan kesempatan kepada penduduk pribumi untuk mengecap pendidikan walaupun masih tetap diberlakukan system diskriminasi dimana fasilitas-fasilitas pendidikan lebih menguntungkan golongan bangsa barat (bangsa Belanda khususnya) dan sebagaian kecil kelompok elite pribumi. Masuk sekolah model rendah barat dilakukan secara selektif berdasarkan jabatan, keturunan, kekayaan atau pendidikan orang tuanya. Kalau pegawai pemerintah paling sedikit harus menjabat Wedana (camat) maka untuk mencegah timbulnya kaum Intelgensia bangsa Indonesia yang bisa meledakkan dinamit anti Kolonialisme.

Kelas-kelas dalam masyarakat

Dari uraian tersebut diatas maka dapatlah kita memaklumi bahwa sebagai akibat daripada pemecah-pemecah dalam masyarakat, maka terdapatlah stratifikasi sosial dalam masyarakat menjadi :
Tingkat atas sebagai the rulling caste yang mendominer kekuasaan politik dan ekonomi yang diduduki oleh bangsa barat khususnya Belanda.
Tingkat menengah sebagai alat pemerintah kolonial, dalam lapangan politik tingkat ini diduduki penguasa-penguasa pribumi dan dalam lapangan ekonomi diduduki oleh bangsa timur asing, khususnya Cina
Tingkat paling rendah, yaitu penduduk pribumi sebagai rakyat biasa yang ditindas dan diperas baik kekayaan maupun tenaganya.

KEADAAN PARA PEMELUK AGAMA
Dalam masyarakat Indonesia pada saat bercokolnya Kolonial Belanda terdapat sebagai pemeluk agama; Islam, Nasrani, dan agama pra Islam yang masih tersisa. Hal ini terjadi karena proses islaminasi belum selesai akibat datangnya penjajah barat dengan aktifitas keagamaannya (Nasranisasi/kristenisasi) Datangnya penjajah barat merubah agama di Indonesia ini, sebab mereka datang tidak sekedar untuk menjajah bangsa Indonesia, tetapi melakukan proses nasranisasi pertama-tama datangnya bangsa Portugis melakukan nasranisasi secara teratur di Maluku dengan mengirimkan pendeta-pendeta guru-guru agama ke daerah-daerah. Selanjutnya kerja keagamaan ini lebih disempurnakan secara rapih dan terencana oleh Kolonial Belanda sebagai Ratu Belanda telah mengemukakan dalam pidatonya yang terkenal tahun 1901: “sebagai Negara Kristen, Pemerintah Belanda berkewajiban mengatur lebih baik kedudukan hukum rakyat Kristen yang berada dalam kepuluan Hindia Belanda (Indonesia), memperkuat zeding Kristen, meneruskan kebijaksanaan pemerintah yang ber-azaskan islam. Sedangkan yang kedua adalah singkritisme yang lebih dekat dengan alam pikiran pra islam dan kelompok intelgensia yang dipengaruhi alam pikiran barat”.

Program Pola Keagamaan

Program keagamaan dalam pemerintah Kolonial Belanda pelaksanaannya mempunyai 2 (dua) pola yaitu :
Pola Indenburg yang menghendaki pembebasan kaum muslimin dari agamanya sekaligus memasukan agama nasrani terhadap mereka.
Pola C.Snock Hurgronje yang menganjurkan agar rakyat diperkuat dengan menganut kebudayaan barat dengan demikian mereka lambat menjauhi agamanya.
Dua pola ini menjadi kenyataan bagi bangsa Indonesia dimana Agama Nasrani berakar di Sulawesi Utara (Minahasa), Maluku, Timur, Tapanuli, dan daerah lainnya, sebagai realisasi dari Pola Inderburg sedangkan realisasi dari pola Snouck ialah hadirnya kaum intelgensia pemuja kebudayaan barat dan bersikap acuh tak acuh terhadap islam.

PERJUANGAN MELAWAN KOLONIALISME
Kehadiran penjajah Barat bagi bangsa Indonesia dikepuluan nusantara ini dikarenakan raja-raja yang berkuasa pada saat itu memperlakukan bangsa barat sebagaimana memperlakukan bangsa timur asing yang murni pedagang, (India, Cina dan Arab). Bagi raja- raja tersebut pedagang adalah pedagang sama sekali tidak dirasakan sebagai suatu kekuatan yang hendak merongrong dasar legitimasi mereka. Disamping itu, bangsa barat mendapatkan kepuluan nusantara ini bukanlah suatu kerajaan yang utuh dan besar, melainkan merupakan kesatuan-kesatuan politik dalam bentuk persekutuan, permusuhan dan hubungan pertua-nan.
Bangsa Indonesia sendiri sebenarnya tidak puas dengan keadaan dan sistem kolonialisme ini. Mereka sering mengadakan pemberontakan baik terhadap penjajah itu sendiri maupun terhadap pribumi lainya yang mengabadikan dirinya kepada kepentingan Pemerintah Kolonial. Secara beruntun tahun demi tahun perjuangan senjata berkobar dimana-mana diseluruh pelosok tanah air. Peperangan Makasar (1633-1669), peperangan Palembang (1818-1821), peperangan Banjar (1854-1864), peperangan Diponegoro (1825-1830), peperangan Paderi (1821-1832) dan peperangan Aceh (1875-1903). Mereka berjuang bukan saja semangat tanah air, tetapi juga rasa bertanggung jawab keagamaan. Perpaduan antara sentiment keagamaan dan semangat tanah air dapat meledakkan semangat juang yang telah diberikan oleh bangsa Indonesia itu tidak sebanding kekuatannya dengan tantangan yang dihadapi disamping ada kekuatan bangsa sendiri yang bersekutu dengan kolonial untuk menumpas perjuangannya bangsa sendiri. Akhirnya terjadilah apatisme dikalangan bangsa sendiri, dan bersikap menyerah kepada keadaan, teori Ibnu Khaldun mengatakan : “Golongan umat yang hidup dalam perbudakan dan tunduk kepada bangsa lain sukar sekali akan mendapat mendirikan kerajaan”.

KEBANGUNAN ISLAM DAN PERANAH HAJI
Awal abad keduapuluh merupakan abad kebangunan bagi dunia Timur. Jepang memperoleh kemenangannya atas Rusia pada tahun 1905, tampilnya gerakan Turki Muda dicelah-celah reruntuhan Turki Usmani pada tahun 1911 terciptalah Republik Tiongkok dibawah pimpinan Sun Yat Send dan demikianlah pula di India dan Philipina Pengaruh turki terhadap Indonesia memang ada sejak sediakala karena hubungan keagamaan yang intim diantara kedua bangsa ini, Republik Tiongkok, Gerakan Nasional India dan Gerakan Nasional Philipina kesemuanya mempengaruhi semangat perjuangan Indonesia.
Kejadian-kejadian internasional ini mempunyai pengaruh faktor-faktor intern sendiri yaitu ketidakpuasan mereka terhadap penjajah barat. Abad duapuluh yang mendatangkan pikiran ilmiah dan pikiran sekuler ke Asia juga membawa kebangkitan agama di Indonesia ada dua buah kelahiran lahiriah yang paling kentara daripada kebangkitan islam di Indonesia yakni:

Bertambahnya kembali sekolah-sekolah Islam
Meningkatnya jumlah jamaah haji yang menunaikan rukun kelima ke Mekah.
Orang-orang belanda dalam pemerintah kolonial atau yang bekerja dalam zending dan misi mencapat adanya usaha da’wah Islamiah yang semakin bertambah dan membikin mereka agak cemas. Sedangkan jumlah jama’ah haji sebanyak 58.855 orang ini ber-arti saham Indonesia dalam jumlah jamaah haji tersebut 50% dari jumlah totalnya. Ini berarti juga bukan saja ketaatan kesalehan orang-orang Indonesia, dalam beragama, tetapi juga dibidang pendidikan telah bertambah pula, para haji itu berkenalan dengan gagasan-gagasan baru selama berada ditanah suci. Mereka bertemu bertukar pikiran dengan jamaah haji lainnya. Bukan saja pengetahuan juga mereka berkenalan dengan gagasan-gagasan yang diperkembangkan dari mesir. Gagasan ini merupakan prinsip-prinsip pedoman kehidupan mereka seterusnya tentang:

Kepercayaan kepada kemerdekaan
Kepercayaan kepada Persamaan
Kepercayaan kepada Persaudaraan
Diantara haji-haji yang kembali terdapat dorongan hendak menyebarkan pikiran-pikiran dan gagasan baru itu. Dapat dibayangkan betapa semuanya itu dikuatirkan oleh kekuasaan colonial belanda sebab itu pada hakekatnya ditaburkan benih-benih pergerakan rakyat menentang penjajah Belanda, berupa organisasi modern Disitu diletakkan landasan bagi pergerakan Nasionalisme Indonesia yang beroleh bentuk kongkrit dalam Syariat Islam. Kesadaran tersebut semula muncul dengan semangat cinta Tanah Air dan rasa tanggung jawab keagamaan (Islam).
Kebangkitan islam di Indonesia pada awal abad ke dua puluh merupakan kelanjutan dari perjuangan melawan kolonialisme dan dijiwai dengan semangat kebangsaan dan keagamaan . kebangkitan islam dalam periode ini mempunyai dimensi baru; bersifat nasional, berorganisasi secara modern dan membawa ide pembaharuan pemikiran tentang ajaran-ajaran dan praktek-praktek ke islaman.

LAHIRNYA SAREKAT DAGANG ISLAM (SDI)
Kebangkitan islam dan peranan haji pada awal abad ke 20 (dua puluh) telah memberi dorongan kepada terwujudnya suatu pergerakan Nasionalis Relegius yang bangkit menentang penjajahan Belanda. Perintis dan Pembangunan dari perhimpunan ini adalah “Hadji Samanhoedi”, seorang saudagar batik dari Lawijan (dalam kota Solo). Hadji Samanhoedi sangat terkenal dalam sejarah pergerakan Indonesia kala itu. H. Samanhoedi lahir didesa Sondokoro (Karanganyar, Solo), beliau asli solo karena kedua orang tua dan mertua nya asli desa Lawijan, maka tidaklah heran H. Samanhoedi termasuk dari golongan orang yang kaya dan mampu waktu itu. Dimasa mudanya (1902), Hadji. Samanhoedi terkenal dengan nama Wirjowikoro, pada tahun 1904 meninggalkan tanah air menuju Tanah suci untuk menunaikan ibadah rukun islam yang kelima. Sekembalinya dari Mekkah beliau terkenal dengan nama H. Samanhoedi. Pada awal tahun 1905 H. Samanhudi pergi ke Bandung dan tinggal beberapa lama disana. Di Bandung beliau bertemu dengan R.M. Tirtoadisoerjo, yang telah berhasil mencambuk H. Samanhudi untuk bergerak. Mulai dari sinilah cikal bakal berdirinya SYARIKAT DAGANG ISLAM INDONESIA (SDI), kala itu beliau terus bergerak untuk menghimpun, mengumpulkan kawan-kawan saudagar pengusaha batik untuk berjuang menentang Kolonial. Atas usaha R.M. Tirtoadisoerjo dalam mempengaruhi H. Samanhoedi pada tahun 1905 berdirilah dikalangan orang-orang islam disolo Syarikat Dagang Islam dibawah kepemimpian yang lebih berkembang melalui Hadji SAMANHOEDI, sehingga menjalar kemudian di Bogor dengan nama “Syarikat Dagang Islamijah” bersamaan pula bangunnya Republik Tiongkok oleh Dr Sun Yat Sen, timbullah persaingan dagang yang hebat diantara bangsa Indonesia dengan bangsa Cina Akhirnya berdirilah satu perkumpulan Darmo Hatmoko sebagai pembantu SDI dalam perjuangan Ekonomi Tujuan SDI adalah memperkuat kedudukan suatu industrialisasi orang-orang Indonesia (pribumi), anggota-anggota kebanyakan haji-haji yang bergerak dilapangan usaha dan industri pembatikan dan dagang batik, dibahwa pimpinan Haji Samanhudi dan dengan bantuan moril serta keuangan para haji setempat maka SDI merentangkan sayapnya sampai ke Jawa Timur. Pada waktu itu jumlah anggota SDI tercatat diperkirakan 9.000 orang, suatu jumlah yang tidak sedikit buat ukuran pada waktu itu. Keadaan ekonomi pada umumnya pada waktu itu sedang merosot betul. Industrial Batik mengalami kesukaran keuangan yang luar biasa, panen sawah hasilnya sangat berkurang sehingga para petani makin tenggelam dalam hutang kepada tukang rentenir rumah gadai yang dikontrol oleh bangsa cina (pendatang). Panen tahun 1910, 1911 dan 1912 sangat kurang sehingga Indonesia terpaksa import dari ranggon dan Saigon. Di samping itu rasanya tidak puas terdapat pula dikalangan petani tebu untuk Onderneming Belanda. Sistem sewa tanah menggencet petani-petani, mereka menghendaki kredit-kredit atau pinjaman yang lebih banyak, mereka meminta pula diberikan lebih banyak waktu untuk menjalankan ibadah agama, gambaran diatas menunjukan bahwa rakyat Indonesia apakah ia haji yang berusaha dilapangan batik, ataukah petani yang bekerja diperkebunan gula Belanda atau petani pekerja sawah, semuanya sedang tergencet.

Kongres SIAP mengajukan pula mendirikan Pemuda Muslimin Indonesia

Dalam Kongres Pertamanya Pandu SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvinderij) yakni pada tahun 1922, sejak itulah para pelajar Indonesia yang menggabung dalam perkumpulan pelajar menaruh perhatiannya kepada kepanduan salah satunya Pandu SIAP.
Didalam kongres SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvinderij) ke II yang merupakan cikal bakal dari Organisasi Kepanduan di tanah air (Pramuka) tahun 1929 dengan pertimbangan perlu wadah bagi kawan-kawan di kepanduan yang berniat berserikat / aktif dibawah bendera Pemuda, sebab sudah tidak layak lagi berada didalam kelangan kepanduan dan agar bertambah luas pengertian dan pelajarannya didalam dunia kepemudaan maka saat itulah pemuda Muslimin Indonesia dengan anjuran dan pengajuan PB. SIAP berdiri selangkah demi langkah setahap demi tahap, walaupun tentang keputusan organisasi Pemuda Muslimin Indonesia, sebenarnya jauh sebelum itu telah pernah diputuskan dalam kongres SIAP biasanya selalu bersamaan dengan kongres Partai Syarikat Islam Indonesia PSII (sekarang; Syarikat Islam Indonesia), jadi ini berarti Kongres SIAP ke I diadakan pada tanggal 26-27 Januari 1922 di Mataram dan menjadi cikal bakal pendirian Pemuda Muslim yang akhirnya dicetuskan serta di Deklarasikannya Pemuda Muslimin Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 25 November 1928 atau lahir dan berdiri tepat sebulan setelah Ikrar Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928.

Orang-orang yang berjasa dalam Awal pembentukan dan pengembangan Organisasi

Perlu dicatat orang-orang yang berjasa pada awal pembentukan dan pengembangan Pemuda Muslimin Indonesia (Baca; PEMUDA MUSLIM)
H. Agoes Salim
Muhammad Sardjan
Soemadi
S.M Kartosoewirjo
Syamsuridjal
A.M Sangadji
Abdoel Gani
Reorganisasi dalam Dunia PSII dan Efektifnya buat Pemuda Muslimin Pada bulan januari tahun 1930 di Yogyakarta, pada saat itu HOS Tjokroaminoto berhalangan hadir karena dikabarkan sakit dan Kongres diwakili oleh Haji Agoes Salim diadakanlah suatu reorganisasi susunan baru dalam dunia PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia), yaitu dengan menempatkan tenaga-tenaga muda dalam suatu Pimpinan yang dinamakan LAJNAH TANFIDZIYAH (LT) dan Dewan Partai (DP). Dari susunan itu terbagi pula atas beberapa Departemen diantara Departemen Gerakan Pemuda PSII, Ketua Departemen Gerakan Pemuda saat itu adalah Syamsuridzal, tapi rupanya sudah menjadi takdirnya, bahwa Pergerakan Pemuda PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia) pada waktu itu menemui nasib malang karena kurangnya pemeliharaan dalam manajemen organisasi, karena disebabkan kurangnya waktu yang ada pada Syamsuridzal. Walaupun dibeberapa daerah Pemuda Muslimin Indonesia sudah mulai berkembang, namun disebabkan ketiadaan Kepemimpinan dari Departemen Pergerakan Pemuda PSII, maka perkembangan itu tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya, dan keadaan itu berjalan sampai tahun 1931. Namun pada tahun 1931 inilah dapat kita sebut sebagai Embrio Pemuda Muslim

Zaman Kebangkitan Pemuda Muslim Indonesia
Pada tanggal 4 Desember 1932 segenap barisan Pemuda Muslimin Indonesia dan SIAP mengadakan Algemeene Aktie (Aksi serentak) keseluruhan Indonesia untuk menolak segala rintangan dan memberikan keterangan serta penerangan kepada umum tentang Asas maksud dan sifat pergerakan PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia) baik pemuda Muslimin Indonesia maupun SIAP

Confrence Pertama Pemuda Muslimin Indonesia Setelah dicetuskannya serta di Deklarasikannya Pemuda Muslimin Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 25 November 1928, maka Pada tanggal 29 Agustus s/d 2 Juni 1932 di Yogyakarta diadakanlah Confrence pertama dari seluruh Cabang-Cabang Pemuda Muslimin Indonesia Hadir cabang-cabang Yogyakarta, Garut, Banjarnegara, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Cilacap, Kebayoran Solo, Batang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Tanggulan, Pare-pare, Majalaya. Pada Kongres inilah dibentuk Pimpinan Besar (PB) Pemuda Muslimin Indonesia di Ketuai oleh Bapak Mohammad Sarjan disamping itu diputuskan pula penerbitan majalah dengan nama “SENJATA PEMUDA”. KONGRES Ke I Tahun 1934 Pada tanggal 17 s/d 27 Maret 1934 dilangsungkan Kongres Pemuda Muslimin Indonesia yang pertama bersama-sama dengan jambore yang pertama dari SIAP bertempat dikota Surakarta diputuskan dalam kongres Pemuda Muslimin Indonesia tersebut: 
1. Pembentukan Keputrian (Corp Puteri/COPMI) dalam Kongres Pemuda Muslimin 
2. Algeemene Reglement Van Orde Pemuda PSII (Sekarang;Syarikat Islam Indonesia) 
3. Mengesahkan tafsir asas PD/PRT pemuda Muslimin Indonesia Perlu dicatat bahwa pimpinan pertama dari Corp Puteri Muslimin Indonesia (COPMI) adalah Ibu Yanti Aruji Kartawinata. Pada tanggal 27-31 Oktober 1935 diadakan kongres pemuda Muslimin Indonesia yang ke II dan Jambore SIAP yang ke II bertempat di Yogyakarta. Kongres ke III Tahun 1936 Pada tanggal 31 Oktober s/d 8 Nopember 1936 bertempat di Cirebon diadakan kongres ke III Pemuda Muslimin dan Jambore SIAP ke III, Didalam kongres ini telah diputuskan:
 1. Algemeen National Juged Kongres
 2. Praedvies tentang Sport 
3. Kursus Kader (Memberi Medali Emas Bulan Bintang kepada Aruji kartawinata dan 
4. Memilih “Harsono Tjokrominoto” menjadi Ketua PB Pemuda Muslimin Indonesia
13. History ∣ Pemuda Muslimin Indonesia 1928 – 2014 Page 13 Kongres Ke IV Tahun 1937 Pada tanggal 12/17 Juli 1937 bertempat di Bandung di adakan Kongres ke IV Pemuda Muslim Indonesia dan Jambore SIAP ke IV, keputusan kongres ini terlihat bahwa pemuda Muslimin bertambah dewasa didalam mengambil keputusan antara lain :
 1. Mengesahkan Prae-advies “Pemuda dan Ekonomi” 
2. Menetapkan berlakunya Ressort Conferenties dan Provencial Kongres dalam tahun 1937 -1938 untuk seluruh Indonesia 
3. Memberhentikan M. Ngali Atmodiwiryo bekas Anggota PB Pemuda Muslimin Periode Muhammad Sarjan 
4. Memajukan Mosi agar anggota PB. Pemuda Muslim tidak rangkap Jabatan dalam LT PSII 
5. Menyetujui dan suara bulat keterangan mengenai National Joung Kongres dengan terlebih dahulu mengadakan penelitian-penelitian sebelumnya pelaksanaan 
6. Rencana daftar usaha untuk pemuda muslim bagian Putri
 7. Rencana Pemberantasan Buta Huruf (latin dan arab) 
8. Mengesahkan rencana Sport (pencak silat) Indonesia yang pelaksanaanya dilakukan setahap demi setahap MENUJU KONGRES PEMUDA Sehabis kongres Pemuda Muslimin ke IV di Bandung, nampak sekali bertambah langkah-langkah Pemuda Muslim. Bukan saja untuk kekuatan internal Organisasi, tetapi juga segenap pikiran dan tenaga dicurahkan kepada cita-cita terbentuknya “NATIONAL YOUNG CONGRES” atau KONGRES NATIONAL PEMUDA, agar segenap Pergerakan pemuda Indonesia dapat mewujudkan adanya tali ikatan yang kuat, yang erat dan kukuh diantara sesama pergerakan Pemuda Indonesia, untuk mencapai adanya Kongres Pemuda tadi, maka Kongres Ke-IV di bandung memutuskan agar semua cabang Pemuda Muslimin Indonesia diusahakan berdirinya PERIKATAN PEMUDA atau disingkat PERDA. Dan dengan adanya usaha-usaha PERDA ini, maka mau tidak mau suasana Pergerakan Pemuda Indonesia sudah mulai mengarah kesitu. KONGRES KE-V TAHUN 1938 Bertempat di Surabaya pada tanggal 19 s/d 26 Juli 1938 diadakanlah kongres Pemuda Muslimin ke V dan Jambore SIAP ke-V keputusan antara lain adalah sebagai berikut : 
1. Disetujuinya “usaha pendidikan ekonomi” untuk di PLAN setahun (rencana dalam setahun) 
2. Barisan Pemuda Muslimin Indonesia mengadakan pengumpulan “YOUNG FONDS” (Dana Pemuda ) dari setiap cabang-cabang 
3. Usaha pemberantasan Buta Huruf diperlebar lapangannya yaitu diwajibkan setiap pemuda PSII memberikan pelajaran kepada tetangganya, agar supaya dapat membaca dan menulis 
4. Menetapkan ketua PB. Pemuda Muslim Indonesia, yaitu “Bapak Soemadi” dan Bapak Harsono Tjokroaminoto ditetapkan sebagai ketua Departemen Pergerakan Pemuda PSII. 
5. Menetapkan Plan setahun tentang ilmu pengetahuan bagi pemuda Muslim sebagai alat persiapan dunia pemuda untuk cakap dan cukup dikelak kemudian harinya- mengemudikan bahtera pergerakannya. KONGRES PEMUDA INDONESIA Dari tahun 1932 sampai dengan 1936 Pemuda Muslim mengalami masa Kejayaannya di sebabkan selalu adanya konsolidasi organisasi yang terus menerus. Aktifitas pemuda sangat berkembang sehingga kegairahan berorganisasi terutama dibidang olah raga, kursus- kursus kader, Debating Club, didorong oleh semangat pergerakan kebangsaan waktu itu, setiap Pemuda merasa suatu keharusan bergerak dalam salah satu organisasi. Pemuda yang tidak dalam pergaulan. Itulah sebabnya maka setiap pemuda Islam saling berlomba untuk pergerakan organisasinya dan aktifitasnya masing-masing. Suatu kebanggaan pula bagi seorang pemuda apabila ia ditangkap, diadili atau dipenjarakan karena melawan pemerintah kolonial Belanda, perkembangan pemuda muslimin yang pesat ini sudah tentu diselingi pula oleh hambatan-hambatan dalam organisasi, perpecahan yang terjadi didalam tubuh Partai Syarikat Islam Indonesia (baca;PSII) membawa pula pengaruh yang tidak sedikit kedalam tubuh pemuda Muslimin Indonesia, namun Ide nasional yang pernah dicetuskan didalam kongres ke-VI Pemuda Muslimin Indonesia mempelopori terbentuknya kongres Pemuda Indonesia, tetap dijalankan dengan sekuat daya dan Tenaga.
Pada tahun 1936 terwujudlah Kongres Pemuda Indonesia di Solo yang dihadiri oleh Pemuda Muslimin Indonesia, Indonesia Muda, Persatuan Pemuda Taman Siswa, Jong Islamiten Bond, Syarikat Pekerja Pemuda Indonesia dan Pemuda Muhammadiyah, terpilih sebagai Pimpinan Harian Kongres Pemuda Indonesia Pada saat itu ialah: Ketua : Sujono Hadinoto Wakil Ketua : Harsono Tjokrominoto Sekretaris : M. Gani Wakil Sekretaris : Moh. Sin Bendahara : Nona Hariharti, Sukanti Tintja dan Koesman Pembantu : Soemadhi, Dayat dan Noeh MASA UZUR Masuknya tentara Jepang ke Indonesia membawa pengaruh buruk bagi pergerakan- pergarakan Kebangsaan di Indonesia termasuk PSII dan Pemuda Muslimin Indonesia Namun dikarenakan didalam AD/ART Partai Syarikat Islam Indonesia (Baca;PSII) dinyatakan partai ini tidak bisa bubar, maka oleh karena itu Pimpinan PSII mengeluarkan keputusan No. 12 tahun 1942; PSII dinyatakan uzur dan menghentikan gerak usahanya termasuk dalamnya segenap Ormas PSII (Sekarang; Syarikat Islam Indonesia) salah satunya pemuda muslim. Dalam pada itu kepada para anggota PSII secara individual diberikan kesempatan untuk beramal saleh dalam lapangan yang dipilihnya. PSII DARI TAHUN 1929 SAMPAI 1942 Usaha kaum PSII; Syarikat Islam Indonesia untuk menanamkan rasa kebangsaan dan cita-cita untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dihati rakyat telah mulai terwujud dimana nampak antara lain terwujudnya sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 Sejalan dengan semangat itu, maka dala NATICO ke-XIV yang berlangsung di kota Jakarta tahun 1928, kaum Syariat Islam Indonesia merubah nama Organisasinya yang semula Partai Syarikat Islam Indonesia, dan hal ini adalah juga berkat dorongan dari tenaga- tenaga muda antara lain Dr. Seokiman Wrijasandjojo. Dalam Natico ke XV yang berlangsung dari tanggal 24 sampai 27 Januari 1930 dikota Jogjakarta telah diputuskan antara lain :
1. Merubah Struktur Organisasinya menjadi LAJNAH TANFIDZIAH (Eksekutif) dan Dewan Partai (Legislatif) baik dipusat maupun cabang dengan nama LAJNAH AFDELING dan DEWAN CABANG. Terpilih didalam kongres ini sebagai DP : HOS Tjokrominoto, H. Agus Salim dan Suryopranoto sedangkan untuk LT. AM.Sangaji dan Dr. Soekiman 
2. Mengadakan rapat-rapat umum dalam bentuk Algemeene Actie dibeberapa tempat untuk menuntut hapusnya kerja paksa (rodi), menjelaskan tentang sikap PSII yang non-Coorperation terhadap Pemerintah Kolonial Belanda, menjelaskan bermcam- macam tuntutan kepada Pemerintah Kolonial Belanda, menjelaskan isi perjanjian kawin yang dipakai oleh kaum Syarikat Islam Indonesia. Dalam Natico ke XV di Surabaya bersamaan dengan kongres AL ISLAM yang terutama sekali membahas dan membitcarakan propaganda dan pertahanan islam. Dalam hal ini pula berdiri komite Al Islam untuk membitcarakan nasib Umat Islam di Tripoli bargah dll Komite ini diketuai oleh A.M. Sangadji dan menerbtikan organ “Al-Jihad” untuk membela kepentingan islam. Komite al islam ini adalah atas prakarsa PSII dan dipimpin oleh PSII serta beranggotakan 48 organisasi islam. Pembentukannya pada tangga; 27 sampai 28 Juni 1931 Dalam tahun 1932 berlangsung beberapa Kongres Wilayah PSII, dan didalam tahun itu pula ditubuh PSII terjadi perpecahan antara Hos Tjokrominoto dan H. Agus Salim yang menekankan kepada asas agama, dengan Dr Soekiman dan Suryopranoto yang menekankan lebih tegas kepada asas kebangsaan. Dr. Soekiman dan kawan-kawan dipecat dari PSII tapi kamudian Dr. Soekiman mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Islam Indonesia disingkat PARII. Pada tahun 1937 partai ini kembali kedalam tubuh PSII. NATICO ke XVII berlangsung tanggal 5 s/d 12 Maret 1932 di Jakarta antara lain mengambil keputusan : 
1. Mempertegas sikap PSII yang Non Coorperation terhadap Pemerintah Kolonial Belanda, dan 
2. Menugaskan kepada Hos Tjokroaminoto untuk menyusun Regelement Umum Umat Islam NATICO ke XVIII berlangsung tanggal 20 s/d 26 mei 1934 di banjarnegara dengan mengambil keputusan : 
1. Menerima dan menegaskan Reglement Umat Umat Islam, dan 
2. Menetapkan disiplin Partai terhadap Organisasi-organisasi lain
Perlu dicatat disini, bahwa kongres inilah yang terakhir kalinya dihadiri oleh Hos Cokrominoto, sebab beliau dalam tahun ini wafat, yaitu pada tanggal 17 Desember 1934 berketepatan dengan 10 Ramadhan 1353 H. Pimpinan PSII kemudian diserahkan kepada H. Agus Salim yang kemudian menganjurkan sikap cooperation terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda NATICO KE XIX berlangsung dimalang tanggal 30 Juli s/d 4 Agustus 1935. Dalam kongres ini terjadi pertentangan dan perdebatan yang sengit antara golongan yang Non (yang dipelopori oleh Abikusno, Tjokrosujoso) dengan golongan yang CO (yang dipelopori ole H. Agus Salim) Kongres menunda pembicaraan antara Non dengan CO sampai kongres berikutnya. NATICO KE XX berlangsung di Jakarta tanggal 8 s/d 12 Juli 1936 dengan mengambil keputusan: sikap politik Hijrah terhadap pemerintah Kolonial Belanda. H. Agus Salim dan kawan-kawan kemudian memisahkan diri dari PSII dan mendirikan BARISAN PENYEDAR PSII NATICO KE XXI atau MT ke XXI berlangsung di Bandung tanggal 19 s/d 23 Juli 1937.dapat dicatat disini, bahwa dalam tahun ini PSII dengan maklumatnya menghimbau dan menganjurkan adanya satu Front Islam untuk menghadapi Rencana Hukum tentang pendaftaran perkawinan di Kantor Burgelijke Staat (Catatan Sipil), didalam kongres ini juga diputuskan PSII mulai mengembangkan diri dalam segala lapangan (Plan Expansi) NATICO KE XXII di Surabaya diadakan tanggal 30 Juli -7 Agustus 1938. Dalam kongres ini diputuskan menentukan sikap Hijrah yakni suatu sikap yang positif disamping menghindarkan diri dari Stelsel Penjajahan, dengan tidak memasuki Dewan-Dewan perwakilan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda, membangun tenaga dan kesanggupan umat sendiri dalam menyelenggarakan haq menguasai diri sendiri (Indonesia Merdeka). Disamping itu Kongres juga memutuskan untuk mengadakan Angket dikalangan rakyat berhubungan dengan banyaknya keluhan tentang penghidupan rakyat PSII juga mempelopori berdirinya badan Federasi Islam MIAI (majelis Islam All Indonesia) Dalam tahun 1939 diadakan kongres Gabungan partai-partai politik Indonesia (GAPI) dimana PSII ikut serta mendirikannya kongres ini mengambil keputusannya yang terkenal (Indonesia Departemen) Dalam tahun ini juga, karena adanya perbedaan pendapat antara Abikusno Tjokrosujono dan Wondoamiseno dengan kartosuwirjo dan Kamran, maka diadakan disiplin yang bertanggung jawab melaksanakan plan ekonomi yang sesuai dengan Program Azas PSII dengan mendirikan Khazanatul Amwal disemua cabang PSII serta mendirikan Bank Mashrif
Kongres PSII ke 26 di Garut diadakan pada tanggal 9-11 April 1941 dengan keputusan-keputusan antara lain : memberikan kuasa penuh kepada LT PSII untuk bertindak penuh sewaktu-waktu oleh karena keruncingan Perang Dunia telah memuncak Tanggal 25 Maret 1942 dikarenakan GAPI telah menyimpang dari tujuannya semula dengan menyatakan kerja sama kepada pemerintah Hindia Belanda Apabila pecah perang, maka PSII sesuai dengan sikap Hijarahnya terhadap pemerintah belandam meninggalkan (keluar) dari GAPI sebagai suatu sikap yang prinsip Tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Belanda runtuh dan jepang menduduki Indonesia. Jepang membubarkan segenap partai Politik di Indonesia dan melarang segala macam aktifitasnya berdasarkan pasal 14 Anggaran Dasar (AD) PSII maka pada bulan April 1942 DPP PSII mengeluarkan instruksi yang menyatakan PSII dalam keadaan UZUR. Kepada anggota-annggotanya dipersilahkan terus untuk berbuat amal shaleh dalam lapangan yang sesuai pilihannya masing-masing. TAHUN 1942 SAMPAI AKHIR 1945 ADALAH MERUPAKAN MASA UDZUR : PSII AKTIF KEMBALI DI TAHUN 1946 PSII di Jakarta, Sulawesi dan Sumatera Barat aktif kembali dan bergerak menurut situasi dan kondisi setempat dan pada tahun 1948 PSII secara keseluruhan diseluruh Indonesia dinyatakan bergerak kembali dengan mencabut Maklumat No. 12 bulan April 1942 tersebut. Perlu dicatat, bahwa PSII tidak pernah masuk menjadi anggota istimewa dari Masyumi dan tidak pernah bergabung atau meleburkan diri dalam Masyumi. Berhubung dengan adanya perundingan Indonesia Belanda (Hatta Stiker) pucuk pimpinan PSII mengeluarkan statemen dalam mana antara lain menyatakan “Khianatlah barang siapa yang mengurangi kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945” Dalam Kongres PSII ke XXVII yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 25 Desember s/d awal Januari 1950 telah mengambil keputusan antara lain : 
1. Mencabut politik Hijrah PSII yang ditetapkan MT ke XXII tanggal 8-12 Juli 1935 dan menggantikannya dengan politik perlamenterisme. 
2. Melanjutkan perjuangan partai sesuai dengan semangat dan Jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945
KONGRES PSII KE-XXVIII berlangsung di Surakarta tanggal 29 April s/d 6 Mei 1951 dengan keputusan antara lain : 
1. Mendirikan koperasi-koperasi di seluruh cabang PSII 
2. Memperjuangakn adanya Over All Country Planing bagi pembangunan Negara Indonesia KONGRES PSII KE-XXIX diadakan di Jakarta pada tanggal 20-27 Maret 1953 dengan keputusan-keputusan antara lain : 
1. Mengaktifkan segala usaha partai; GERTASI GOBSI, GERWAPSI, PEMUDA MUSLIM (Pemuda Muslimin Indonesia) dan SIAP 
2. Membentuk Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Cokroaminoto (Dibawah Majelis Pendidikan Syarikat Islam Indonesia/MPSI) PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA BANGKIT KEMBALI Berdasarkan keputusan Kongres PSII Ke-XXIX, maka berkat kesadaran dari bekas pimpinan yang lama, Pemuda Muslimin di Aktifkan kembali di Solo, sebagai ketua PB Pemuda Muslimin Indonesia yang baru, ditetapkan saudara Imam Santoso, bangkitnya pemuda muslimin Indonesia ini belum merata sampai seluruh Indonesia, baru di Pulau jawa saja, kemudian bulan Oktober pada tahun 1953 ditetapkan kembali ketua PB Pemuda Muslimin Indonesia sdr. Usman Ali Harun. Pada tahun 1954 Konferensi DPP melalui Departemen Pergerakan Pemuda PSII (di ikuti PB Pemuda Muslimin Indonesia) yang dilangsungkan di Cirebon pada tanggal 30 Juli 1954 antara lain telah merumuskan Tafsir Program Asas dan Program Tanzim PSII terdiri- dari 10 nomor, yang dapat dihafalkan sebagaimana undang-undang pandu, kemudian dalam pergaulah sehari-hari nomor demi nomor tersebut dibahas seperlunya. Urutannya sebagaimana dibawah ini:
 1. Tujuan PSII ialah: menjalankan Islam dengan seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya. 
2. Kitab suci Al-Quran ialah Kitabullah yang penghabisan. 
3. Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah itulah Program asas PSII 
4. Persatuan Ummat Islam harus berpegang teguh kepada asas PSII 
5. Semua bentuk penindasan pasti akan kalah. 
6. Pemerintah Demokrasi ialah alat kemauan kepentingan rakyat seluruhnya. 
7. Termasuk wajib PSII ialah memerangi Kapitalisme 
8. Tidak ada perbedaan derajat yang berarti pula perbedaan hak asasinya. 
9. Kemerdekaan sejati meniadakan perhambaan macam apapun juga. 
10. Sandaran gerak perlawanan PSII ialah: Tauhid, Ilmu dan Politik.
Perumusan tersebut ditandatangani oleh: 
a). Sdr. Sudibyo, Ketua Majlis Departemen Pergerakan Pemuda PSII. 
b). Sdr. Imam Suparjan, Kwartier Besar Umum SIAP dan 
c). Sdr. Usman Ali Harun. Ketua Umum PB. Pemuda Muslimin Indonesia. Pada tahun 1957 di adakan KONGRES NASIONAL KE-1 (Waktu Republik Indonesia ) atau pada Majelis Syuro Kongres Pemuda Muslimin ke VII dari hasil keseluruhan KONGRES PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA tersebut, terpilih PB Pemuda Muslimin Indonesia Terpilih PB. Pemuda Muslim Indonesia : 
Ketua : Sdr Usman Ali Harun (Almarhum) 
Ketua I : Sdr. Iman Santoso (Almarhum) 
Ketua II : Sdr. Syech Marhaban (Almarhum) 
Kekurangan ketrampilan para pemimpin menyesuaikan diri dengan alam kemerdekaan yang jauh berbeda dengan situasi perjuangan- dalam zaman penjajahan, maka Pemuda Muslimin Indonesia tidak dapat memperlihatkan kemajuan yang nyata. KONGRES PSII KEXXX Kongres ini diadakan Tanggal 3-10 April 1955 di kota Solo, banyak arahan ke pada Pemilihan umum. Didalam kongres ini juga diputuskan: pemberian maaf kepada Sdr. ABI KUSNO TJOKROSUYONO Cs, yang telah melakukan pelanggaran di siplin Partai. Dalam periode ini Pemuda Muslimin Indonesia belum juga menampakkan kelincahannya., KONGRES LUAR BIASA PSII MTLB PSII diadakan di Surabaya tanggal 29 Juli 3 Agustus 1956 antara lain memutuskan : dikarenakan Sdr. menolak keputusan MTLB PSII maka MTLB PSII manolak usul Abikusno Tjokrosujoso untuk menjadi formatur tunggal pembentukan DPP PSII : 
Ketua DP. H. Anwar Tjorkoaminoto dan Ketua LT Arudji kartiwinata, Perlu dicatat akibat penolakan dari MTLB PSII terhadap usul Sdr. Abikusno Tjokrosujono, kemudian Abikusno Tjokrosujono mendirikan “PSII ABIKUSNO” PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA DALAM MASA TRANSISI Kongres ke VIII yang harapan menjadi masa Take Off Pemuda Muslimin Indonesia ternyata memberikan harapan hampa, pemuda muslimin tidak mampu mengembalikan kegairahan berorganisasi. Majelis Syuro (Kongres nasional), kongres wilayah dan konferensi cabang takpernah diadakan dan tidak kunjung ke wilayah dan cabang, dan demikian juga sebaliknya. Pembinaan kader tidak ada sama sekali. Pada tahun 1959 oleh DPP PSII (Sekarang; Syarikat Islam Indonesia) diadakan pergantian PB Pemuda Muslimin Indonesia, ketua umum PB Pemuda Muslim ditetapkan Syech Marhaban. Pergantian kepengurusan PB. Pemuda muslimin Indonesia juga nampaknya tidak memberikan pengaruh untuk bergeraknya Pemuda Muslimin Indonesia sebagaimana yang harapan. MAJLIS TAHKIM (Kongres) PSII KE XXXI Bertempat di bandung diadakan kongres PSII XXXI pada tanggal 20-28 Mei 1962 dengan mengambil beberapa keputusan antara lain : 
1. Menetapkan H. Anwar Tjorkominoto dan Aruji Kartawinata sebagai Mandataris partai. 
2. Mempertahankan dan tetap memperjuangkan dijalannya politik bebas aktif dan konsekuwen 
3. Menciptakan persahabatan dengan bangsa-bangsa terutama bangsa –bangsa di Asia, Afrika dan Amerika latin Perlu dicatat bahwa pada tanggal 5-10 September tahun 1964 PSII mengadakan konferensi besar yang pertama di Bandung. 
Konferensi Besar Pertama yang dihadiri, oleh seluruh wilayah, telah mengambil beberapa keputusan yang sangat penting, antara lain ialah sebagai berikut: 
1. Bahwa Reshuffeling Kabinet yang telah diumumkan baru-baru ini dan telah dilantik tanggal 2 September. 1964 masih belum mencerminkan komposisi yang wajar. PSII berpendapat perlu dibentuk suatu kabinet dimana seluruh partai-partai yang disyahkan diikutsertakan didalamnya untuk menjamin adanya sosial kontrol dari masyarakat. 
2. Mendukung sepenuhnya dan menyediakan seluruh tenaga dan pikiran untuk melaksanakan serta menyelamatkan TAVIP 
3. Pemimpin Front Nasional haruslah mencerminkan unsur kekuatan yang nyata dalam masyarakat dan tidak dijadikan- monopoli dari sesuatu golongan atau beberapa golongan. 4. Menyarankan kepada Presiden atau pemimpin besar Revolusi, Bung Karno, untuk mempertimbangkan dilangsungkannya pemilihan umum dalam waktu yang agak singkat. 
5. Dalam menyusun peraturan pelaksanaan DEKON hendaknya diperhatikan dengan sungguh-sungguh ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam DEKON tersebut. .'”
6. Aparat Panca Tunggal didaerah-daerah hendaknya diberi suatu landasan hukum dan pedoman kerja untuk menghindarkan dualisme dalam pelaksanaan tugas pemerintah daerah. 
7. Menganjurkan kepada Pemerintah agar mencantumkan kata-kata Ketuhanan Yang Maha Esa pada setiap lembaran atau mata uang Republik Indonesia dan dengan gambar Kepala Negara. 
8. Mengutuk dengan kutukan sekeras-kerasnya perbuatan jahat tidak berperikemanusiaan yang dilakukan oleh imperialisme Amerika Serikat di Vietnam Selatan dengan menyebarkan racun kimia yang memusnahkan. 
9. Menuntut kepada pemerintah Amerik Serikat untuk segera menghentikan segala kegiatan permusuhan dan persiapan perang di Asia Tenggara khususnya, Afrika Asia dan Amerika Latin umumnya. 
10. Mengharapkan kebijaksanaan Presiden Sukarno agar menunjuk seseorang sebagai Sekretaris Jendral Organizing Commite/Ketua OC dari KIAA serta memperbaharui kembali komposisi dan personalia Panitia Nasional KIAA demi terpeliharanya kekuatan nasional dalam rangka pelaksanaan tujuan revolusi, sehingga KIAA dapat diselenggarakan tepat pada waktunya. Partai Syarikat Islam indonesia senantiasa siap dan menyediakan tenaga sebagai pelaksana konferensi tersebut. PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA MULAI MENAMPAKAN KEMAJUAN Dengan diadakannya Resulfe dalam tubuh PSII maka PB Pemuda Muslimin Indonesia mengalami perubahan kepengurusannya. Maka oleh DPP PSII menetetapkan kepengurusan PB. Pemuda Muslimin Indonesia sebagai berikut : 
Ketua : DRS. Osman Husin 
Ketua I : Achmad Sayuti 
Ketua II : Sulaeman Hasan SekJen : Suharsono 
Sekretaris I : Darimi Yusuf 
Sekretaris II : Muh. Islam 
Bendahara : Astuti Harsono Tjokroaminoto 
Setelah diadakan hubungan Administrasi dengan wilayah dan cabang Pemuda Muslimin Indonesia diseluruh Indonesia dan Daftar Cabang serta Wilayah. Disusun kembali maka disaat-saat terumbang-ambing ini dapat diakhiri dengan diadakannya Kongres Pemuda Muslimin Indonesia ke IX bersama-sama dengan Majelis Tahkim PSII ke XXXII (baca; Syarikat Islam Indonesia), perlu dicatat disini, pada saat itu dominasi
PKI sangatlah kencang, dan bahwa didalam kegiatan menumpas G.30 S/PKI Pemuda Muslim Indonesia baik di pusat maupun di daerah-daerah semuanya secara serentak dan saling bahu membahu dengan segenap lapisan masyarakat serta ABRI mengadakan penumpasan G.30 S/PKI baik dalam kesatuan Aksi Pemuda, Pelajar, Mahasiswa maupun dalam Front Pancasila dan juga Front-front Pemuda. Di dalam front Pemuda Muslimin terpilih salah seroang pengurus pusatnya, kemudian dalam Federasi Organisasi-organisasi pemuda islam (PORBISI) Pemuda Muslimin Indonesia terpilih sebagai sekretaris pusat yaitu Sdr. Syarifuddin Sapari. Didalam Generasi Muda Islam (GEMUSI) Sdr. Osman Husin terpilih sebagai Ketua. PSII Goncang Lagi Sebelum PSII mengalami kegoncangan yang ditimbulkan oleh orang-orang dari dalam sendiri. Syech Marhaban mencoba mengambil alih kepemimpinan Aruji Kartawinata pada pertengahan tahun 1966. Peristiwa ini membawa pengaruh yang tidak sedikit kedalam tubuh Pemuda Muslim. Drs. Yunus Rachman dan Zainal Walad mendirikan PB. Pemuda Muslimin Indonesia tandingan. Tetapi akhirnya Syech Marhaban Cs, harus mengalami pemecatan dari keanggotaan PSII karena melanggar disiplin Partai MAJLIS TAHKIM PSII XXXII dan Majelis Syuro Pemuda Muslimin Indonesia IX Sebagaimana awalnya kelahirannya Pemuda Muslim Indonesia selalu mengadakan Kongres bersama Pergerakan Pemuda (PSII), maka pada tahun 1966 bertempat di Bandung bersamaan dari tanggal 20 Agustus sampai dengan 26 Agustus 1966 diadakan Majelis Tahkim PSII ke XXXII dan Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslim ke IX serta hasil Keputusan MT.PSII ke XXXII (Baca; Syarikat Islam Indonesia) antara lain adalah : 1. Mengharapkan agar Pimpinan MPRS segera mengambil tindakan tegas dalam rangka mengatasi situasi sebagai akibat Pidato 17 Agustus 1966 Presiden Soekarno. 
2. Mengharapkan Super Semar segera mengambil tindakan yang tegas dalam rangka mengatasi situasi yang gawat sebagai akibat Pidato Presiden Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1966
Sedangkan salah satu keputusan dalam Majelis Syuro IX Pemuda Muslimin Indonesia mengambil keputusan-keputusan tentang kepengurusan Pimpinan Besar (PB) Pemuda Muslimin Indonesia sebagai berikut : 
Ketua : Drs. Syarifudin Harahap 
Ketua I : Drs. Ali Hamzah Sanusi 
Ketua II : M. Thaih Tahir. Ba 
Sekjen : Moch Islam 
Wakil Sekjen : A. Rachman Syamsudin 
Bendahara : Astuti Harsono Tjokroaminoto 
Kemudian pengurus harian ini dibentuk Departemen-departemen untuk melengkapi kepengurusan PB. Pemuda Muslimin Indonesia, perlu dicatat pula aktivitas PB. Pemuda Muslimin Indonesia periode kala itu dikatakan hampir selalu memadai dari diadakan, mengadakan Her- registrasi pembentukan Corps Putri Muslimin, mengadakan training kader Pembinaan Administrasi dan Organisasi dan mengadakan Milad Pemuda Muslim secara besar-besaran. Pada tanggal 15 Februari 1967, Pemuda Muslimin Indonesia mengadakan Coaching Instruktur Kader Pemuda Muslimin Seluruh Indonesia, pada Coaching ini di ikuti oleh 60 peserta dari 21 PW setingkat Provinsi. Di hadiri dan dibuka acara coaching ini oleh Ketua Presedium Kabinet Ampera (Jenderal TNI Soeharto), pada pembukaan tersebut Soeharto mambacakan pidatonya didepan peserta coaching. Dan berpesan kepada peserta Coaching Pemuda Muslimin Indonesia. “Adik-adiku seperti kita ketahui sekarang kondisi politik negara kita dewasa ini, mengalami kemerosotan baik Politik, Sosial, maupun ekonomi. Untuk itu marilah kita bersama mendidik peserta sekarang ini agar nantinya dapat memegang perananan yang penting dalam mensukseskan tujuan dan I’tikad yang baik dari pemerintah ini’. Sekitar Tahun 1968 diadakan Konferensi Besar ke-II di jakarta, Pada Konferensi Besar (baca; Konbes) semakin terlihat perkembangan pesat Pemuda Muslimin Indonesia diseluruh Indonesia, hampir Semua Wilayah (PW) dan Cabang (PC) hadir mengikuti Konbes ini yang di selenggarakan dijakarta.
Pada Konbes ke-II ini Pula Presiden RI (Soeharto) kala itu membuka serta membacakan sambutan nya didepan peserta Konbes ke-II. Disini Presiden Soeharto dalam penutupan akhir pidatonya menjelaskan, “Agar Konferensi ini dapat menghasilkan keputusan-keputusan Praktis, sederhana, mudah dilaksanakan dan bermanfaat. (Pidato tertanggal 16 Agustus 1968, di jakarta). Disamping itu dalam periode inilah Pemuda Muslimin Indonesia ikut secara Aktif mempelopori /mencetuskan ide dan mendukung Deklarasi Pemuda, dalam pembentuk KNPI, duduk dalam kepengurusan KNPI tingkat pusat antara lain Drs. Syarifudin Harahap dan Sdr Drs. Ramly Nurhapy. Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia X tahun 1969 Pada Tanggal 27 – 1 Oktober 1969 bertempat di Jakarta diadakan kembali Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Ke X Didalam Sidang Paripurna ialah kemudian dicapai kata sepakat agar pemuda Muslimin Indonesia tetap dengan mengikuti Program dan azas Tandhim PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia) dan menetapkan Azas nya yakni “Dienul Islam” serta bertujuan menjalankan Syariat Islam dengan sepenuh- penuhnya dan seluas-luasnya sebagai dasar gerak perjuangannya Pemuda Muslim serta menetapkan saudara A. Rahman Syamsudin sebagai ketua umum Pimpinan Besar Pemuda Muslimin Indonesia. Salah satu keputusan Majelis Syuro X yang sangat berharga pada saat itu adalah ketika gagasan pimpinan cabang (PC) Pemuda Muslimin Indonesia Kabupaten Sukabumi, untuk segera mencetak dan memperbanyak Peraturan dasar dan Peraturan rumah tangga (PD/PRT), usaha ini merupakan perwujudan adanya rasa tanggung Jawab untuk melestarikan Pemuda Muslimin Indonesia yang dilahirkan pada tanggal 25 November 1928 di Yogyakarta. Kongres PSII ke XXXIII Bertempat di Majalaya pada tanggal 26-30 Juli 1972 di adakanlah kongres PSII dengan mengambil keputusan-keputusan antara lain : 
1. Mengeluarkan Pernyataan Politik mendukung perjuangan Kemerdekaan Bangsa Palestina. 
2. Mengeluarkan Deklarasi Politik tentang sikap PSII terhadap Suversive dan infeltrasi dalam segala bentuk dari sisa-sisa G30.S/PKI demi keselamatan Negara yang diProklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
3. Menetapkan Ketua Dewan Pusat Bustaman SH, sedangkan Ketua Lajnah Tanfidziyah ialah H.M.CH.Ibrahim Pada paska hasil kongres ke XXXIII ini penuh keprihatinan Kaum PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia) yang telah menetapkan hasil pemilihan suara dari utusan/wufud secara permusyawaratan dan perwakilan yang Syah yaitu : Presiden Dewan Pusat Bustamam SH dan Presiden Lajnah Tanfidziyah H.M.CH. Ibrahim, telah di Kup dan di Bajak (usaha pengambil alihan) dan di fitnah oleh orang-orang yang haus kekuasaan pada kegiatan kepemimpinan hasil Majelis Tahkim PSII XXXIII di majalaya Juli 1972. Para pembajak PSII yang tidak terpilih dalam Majlis Tahkim (MT) merasa dirinya menang karena mereka berhasil menduduki kursi-kursi MPR/DPR dengan merecall teman- temannya sendiri. Dan menepuk dada bahwa mereka bisa berfungsi dalam lembaga-lembaga itu, namun mereka tidak menghitung bahwa satu-satunya modal aqidah telah mereka jual kepada kursi-kursi itu, dan lambat laun asas PSII mereka ganti dengan keinginan yang memberikan kursi itu, karena kata mereka harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Astagfirullah …Islam harus ditukar dengan kursi. Selamat tinggal kepada mereka-mereka yang begitu getol, begitu rajin membaca ayat-ayat AI-Quran, Seribu, balikan sejuta ayat kursi perhari dia baca menjelang pemilu yang lima tahun sekali, dalam rangka mendapatkan,yang dia ingat-ingat cuma kursinya saja, takut dicopot, takut direcall. ayatnya mereka lupakan. Mereka bajak kantor PSII di Jalan Matraman Nomor 2 Jakarta. mereka fltnah kawan-kawan seperjuangan, mereka sebarkan fitnah bahwa Pimpinan PSII Hasil Majlis Tahkim anti Fusi, anti penyederhanaan Partai, dan anti Persatuan, mereka buat cabang-cabang tandingan dan wilayah-wilayah tandingan, lalu mereka mengangkat sendiri jadi ketua …. demi kursi … oh,..kursi…padahal dirumah mereka punya kursi. Singkat kata Mulai saat itu lah keterpurukan PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia) beserta seluruh organisasi sayap nya termasuk Pemuda Muslimin Indonesia mengalaminya masa- masa keprihatinan, namun bagi mereka yang tetap memegang teguh tali perjuangan selalu terus bersama berjuang dalam masa-masa keprihatinan politik yang panjang. Sampai situasi ini pun berdampak kepada Pemuda Muslimin Indonesia yang menjadi salah satu underbow dari PSII (baca; Syarikat Islam Indonesia).
Pada Majelis Syuro (Kongres Nasional) X Tahun 1969 inilah setelah beberapa kali Pemuda Muslimin Indonesia mengadakan Majlis Syuro (Kongres Nasional) pada tahun 1969 menjadi kongres yang pertama dan yang terakhir di era Orde Baru (baca; Orba) berkuasa. Di era Orba ini kebebasan berkumpul dan berpendapat sangatlah dibatasi, terkekang, terlebih bagi organisasi yang tidak koorperatif dan dianggap tidak mengakomodir kepentingan-kepentingan rezim Orba yang berkuasa pada saat itu. Kondisi yang sama tersebut dialami oleh Pemuda Muslimin Indonesia diseluruh nusantara begitu pula dengan Organisasi induknya yaitu PSII yang telah dipecah belah oleh rezim berkuasa di era itu, pada tahun 1972 ditandai dengan tragedi coup d’etat/Kudeta hasil Majelis Tahkim (MT) PSII XXXIII di Majalaya, Bandung, dan peristiwa fusi politik tahun 1973. Nasib serupa dialami oleh seluruh sayap Organisasi termasuk Pemuda Muslimin Indonesia yang menjadi tulang punggung organisasi induknya PSII ketika itu (Sekarang; Syarikat Islam Indonesia). Pada Tahun 1979 Kurang lebih 3000 kaum Syarikat Islam Indonesia dan warga kaum SI Pemuda Muslimin yang datang dari berbagai cabang, anak cabang, ranting dan jama’ah dari DKI Jakarta dan Jawa Barat pada tanggal 23 Nopember 1979 telah memadati Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Pusat yang terletak di Jl. Tanah Abang 1 Jakarta untuk bersama-sama memperingati Milad Syarikat Islam Indonesia ke 74 dan Milad Pemuda Muslimin Indonesia ke 51 serta menyongsong abad 15 Hijryah untuk tahun ini pelaksanaannya dilaksanakan oleh PW Pemuda Muslim DKI Jakarta dengan dibantu oleh sebuah panitia pelaksana, yang diketuai oleh saudara Abuthallib Murany, BA dan saudara Aksan Tholib, BA dengan sekretaris saudara Rusydi dan bendahara saudara Sardi Sarif. Ketua umum PB Pemuda Muslim (A. Rahman Syamsudin) dalam pidato menyambut Milad Pemuda Muslim ke 51 telah menguraikan arti kehadiran organisasi pemuda muslim yang didirikan hanya satu bulan sesudah sumpah pemuda. Dalam pidatonya setebal 8 halaman ketua umum PB Pemuda Muslim juga menilai bahwa secara politik dewasa ini umat Islam mengalami kemunduran dibandingkan dengan masa-masa yang lalu. Untuk itu ketua umum PB menghimbau agar persatuan dan kesatuan umat Islam bisa segera diwujudkan. Ketua umum PB Pemuda Muslim (A. Rahman Syamsudin) pada akhir pidatonya menetapkan 6 tugas pokok Pemuda Muslim yang harus segera diwujudkan yaitu antara lain: 
1. Ukhuwah Islamiyah, 
2. Kesatuan pola perjuangan, 
3. Terciptanya harmonisasi, 
4. Pengamalan dasar musyawarah, 
5. Toleransi dan tetap berpegang kepada tali Alloh SWT,
6. Konsekwen menegakkan kalimah Tauhid. 
Sementara itu Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT). H. MCH.Ibrahim selain menyampaikan ucapan terimakasih kepada ketrampilan Pemuda Muslim dalam melaksanakan programnya, juga mengingatkan segenap kaum Syarikat Islam Indonesia agar tidak mudah terbawa arus kehidupan masa kini, yang kelihatannya memukau dan menawan, tapi sebenarnya bisa menyesatkan, baik itu bidang politik, hukum, demokrasi, ekonomi dan lain sebagainya. Sebagai ummat yang beriman menurut Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) kita wajib bersyukur bahwa selama 14 abad ini umat Islam masih bisa terus melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Untuk menyongsong abad 15.H ini supaya jadi abad kebangkitan Islam, presiden LT menekankan perlunya kita terus meneguhkan Aqidah dan meningkatkan Amaliyah disegala bidang kehidupan (kutipan Pidato Milad Syarikat Islam Indonesia ke 74). Wakil gubernur DKI Jakarta Bapak Brigjen Haki Chourmain dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat Pemerintah Daerah DKI Jakarta kepada segenap anggota Syarikat Islam Indonesia dan Pemuda Muslim atas ulang tahunnya yang ke 74 dan 51, wakil Gubernur DKI menyatakan bahwa kita sebagai hamba Alloh SWT merasa berbahagia dilahirkan sebagai bangsa Indonesia. Di negara kita umat beragama mendapat tempat yang baik untuk menjalankan ibadahnya dan ini semua berkat perjuangan para mujahid pahlawan bangsa dimana tidak sedikit andil para pemimpin Syarikat Islam Indonesia dalam mengisi, menegakkan kemerdekaan dan tanah air Indonesia. Sebelumnya memberikan sambutan pula ketua Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muslim DKI Jakarta saudara P. Sarwoto (ia juga sebagai pimpinan redaksi surat kabar Inti Jaya) dan dari DPW. SI Indonesia Jakarta saudara H. Rubini Tisnasenjaya dan do’a oleh saudara Drs. Khaeril Akbar sekretaris PW SI DKI Jakarta. Resepsi ini dimeriahkan pula dengan pementasan drama satu babak “Umar Masuk Islam” oleh PC Jakarta Pusat, calung oleh Laksmi Jakarta utara dan qasidah dari Pimpinan Cabang (PC) Jakarta selatan. Untuk memeriahkan Milad Syarikat Islam Indonesia ke 74 dan Pemuda Muslim ke 51 juga telah diadakan pertandingan olah raga antar cabang, santunan fakir miskin, santunan anak yatim, Khitan Masal, donor darah dan lain-lainnya. Resepsi ini berakhir pada jam 00.30 dini hari. Setelah Majelis Syuro X Pemuda muslimin Indonesia Kepemimpinan Ketua Umum Pimpinan Besar (PB) Pemuda Muslimin Indonesia beberapa kali mengalami pergantian-pergantian, sebagaimana kita ketahui antara lain; sebelum diselenggarakan Majelis Syuro XI (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia Sdr. “A. Rahman Syamsudin” terpilih sebagai ketua umum PB Pemuda Muslimin Indonesia pada Majelis Syuro IX tahun 1969 dan dimasa jihad kepemimpinannyanya beliau wafat, setelah itu di gantikan oleh Pelaksana tugas (Plt) PB Pemuda Muslimin “Drs. H. Zen Munadjat M” yang saat itu menjabat Sekretaris Jenderal.
Selama periode menjabat Plt beliaupun wafat pada tahun 2003 dan digantikan oleh Pelaksana tugas (Plt) PB Pemuda Muslimin oleh sdr “Ahmad Sudjai” yang saat itu menjabat Wakil ketua II tak lama berselang beliau di tarik dari jabatan Pelaksana tugas (Plt) PB Pemuda Muslimin Indonesia yang didudukan pada posisi kepengurusan LT Syarikat Islam Indonesia lalu digantikan Pelaksana tugas (Plt) PB Pemuda Muslimin Indonesia oleh sdr. Drs. Inting Chomsin yang saat itu menjabat sebagai wakil Sekretaris Jenderal. Pada masa kepengurusan Plt sdr. Drs. Inting Chomsin pernah diadakan kegiatan Dialog Muharram 1427 H 3 Februari 2006 yang diberi tema “Menuju Persatuan generasi Muda Kaum Syarikat Islam Indonesia” di gedung Aula Kemenpora. Hadir pada Dialog tersebut dari unsur Pemuda Muslimin Indonesia, Serikat Pelajar Muslimin Indonesia (SEPMI), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI). Serta di hadiri Oleh Jajaran Dewan Pusat dan Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia. Pada kesempatan ini hadir Bapak Adiyaksa Daud Menteri Pemuda dan Olahraga RI, dan menyampaikan sambutan kepada para peserta dialog Muharram ini. Dua tahun kemudian sekitar tahun 2008 beliau (Drs. Inting Chomsin) wafat berpulang ke rahmatullah, sehingga tampuk pimpinan digantikan oleh Pelaksana tugas (Plt) PB Pemuda Muslimin saat itu oleh Ketua III (Abdul Kodim) bersama pengurus harian PB lainnya antara lain saat itu Sekjen (Ir Hendi Supriadi), Departemen Humas (Zainuddin Syam, S.pd) yang kemudian dimasa kepengurusan pelaksana tugas (Plt) saudara Abdul Kodim para pengurus berusaha untuk menyelenggarakan Majlis Syuro (Kongres Nasional) XI dan menetapkan keputusan untuk membentuk kepanitiaan dan menunjuk sdr Ir. Hendi Supriadi sebagai Ketua panitia Majelis Syuro XI 2009 dan Zaenuddin Syam, S.Pd ditunjuk sebagai sekretaris Panitia, yang kemudian menghantarkannya kepada Majelis Syuro (Kongres Nasional) ke XI pada bulan Agustus tahun 2009. Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia XI Tahun 2009 Tepat Pada Tanggal 15 – 16 Agustus 2009 bertempat di asrama atlet cengkareng, jakarta Barat diselenggarakanlah Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia XI. Sejak era reformasi yang ditandai dengan jatuhnya rezim orde baru 1998, Organisasi Pemuda Muslimin Indonesia mulai menata kelola kembali organisasi dan mulai menghimpun kembali semua kader-kader yang tersebar diseluruh Nusantara untuk menjalankan revitalisasi organisasi, konsolidasi, eksistensi dan regenerasi kepemimpinan dalam organisasi. Untuk bangkit dari keterpurukan yang diakibatkan oleh rezim represif berkuasa, sehingga pada tahun 2009 inilah Organisasi Pemuda Muslimin Indonesia dapat
kembali berkongres setelah 40 tahun tidak terjadi refreshing, kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh organisasi. Walaupun disaat yang bersamaan terdapat pula pihak yang mengatas namakan Pemuda Muslimin Indonesia memanfaatkan kedekatan dengan rezim berkuasa (baca; Orde Baru) pada saat itu, namun keteguhan hati dan keistiqomahan para kader pemuda Muslim yang setia pada Bai’at anggota telah dapat mengantarkan tongkat estafeta kepemimpinan pada generasi Pemuda Muslim saat ini. Pemuda Muslimin Indonesia senantiasa sadar akan amanah, tugas, tanggung jawab, untuk Islam, Tanah Air dan Bangsa, memiliki tekad akan terus berperan aktif berdarma bakti melalui organisasi pergerakan Pemuda Muslim ini sebagai wujud pengabdian hanya kepada Allah SWT, dan baktinya pada Ibu Pertiwi Tercinta. Kepengurusan PB Pemuda Muslimin Indonesia masa Jihad 2009-2012, hasil keputusan Majelis Syuro Luar Biasa XI, melalui Dewan Pusat (DP) dan Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia (Organisasi induk) telah menetapkan, memutuskan dan mengamanatkan Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia terpilih kepada Saudara Ir. M. Muhtadin Sabili dengan sekretaris Jenderal sdr. Ir. Hendi Supriadi. Pada masa periode ini pun masih sangat banyak kendala dan rintangan yang dihadapi oleh segenap pengurus Pimpinan Besar (PB) Pemuda Muslimin Indonesia dalam menjalani revitalisasi organisasi, konsolidasi, eksistensi dan regenerasi kepemimpinan dalam organisasi yang besar ini. Pelan namun pasti PB Pemuda Muslimin Indonesia setelah merampungkan susunan pengurus harian dan beberapa pengurus Departemen, setelah pengurus harian di Lantik oleh Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia (H. Mufti ketika itu) beberapa bulan kemudian PB Pemuda Muslimin Indonesia mengadakan kegiatan Pengkaderan dengan nama Diklat Gabungan Ormas Kepemudaan Syarikat Islam Indonesia pada tanggal 9- s/d 11 Juli 2010 bertempat di Auditorium Ratu Siti Yayasan Pendidikan Al-Chasanah Jakarta. Di hadiri oleh 75 peserta pada Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ini, diantaranya oleh Pemuda Muslimin PC Jakarta Barat, PC Jakarta Timur, PC Sukabumi, PC Kab Bogor, PC Kota Bandung, PC Kab Cianjur, PC Kab Garut, PC Kab Tasikmalaya, PC Banjarnegara, DPP Serikat Pelajar Muslimin Indonesia (SEPMI), DPP Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia
(SEMMI), DPP dan Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia. Dengan pemateri yang hadir pada saat itu; Drs. H. Muhammad Mufti, Mukhotim El-Moekry, DR. Asep Hidayat, Drs Sudana Muharja, H. M. Wasal Falah, SH. Konferensi Besar (KONBES) Pemuda Muslimin Indonesia Lembang, Bandung Barat 17- 19 Mei-2012 Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan Konbes ini: a. Melaksanakan amanah Majelis Syuro XI Luar Biasa tahun 2009 serta komitmen dalam melaksanakan Peraturan dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) Pemuda Muslimin Indonesia. b. Mengokohkan Silaturahim dan konsolidasi antar seluruh jajaran Pengurus Pemuda muslimin Indonesia. c. Menguatkan sendi dasar Organisasi yaitu Musyawarah, disiplin, kritik-self kritik, gotong royong dan Ikhlas. d. Menetapkan Program Kerja untuk melaksanakan amanah dan keputusan-keputusan Majelis Syuro (kongres Nasional) Pemuda Muslim XI yang belum terlaksana. e. Tawashaw bilhaq wa Tawashaw bish-shabr. Dengan tema Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia XI tahun 2009, Yakni “Kokohkan Silaturahim, Bangkitkan eksistensi dan kembangkan potensi Pemuda Muslim menuju Jati Diri Pemuda yang Mandiri” berangkat dari tema diatas, Pimpinan Besar (PB) Pemuda Muslimin berupaya melaksanakan agenda-agenda konsolidasi, kaderisasi dan eksistensi organisasi dalam mewujudkan cita-cita Organisasi serta berusaha menampilkan Pemuda-pemuda Islam yang berwatak, terlatih dan teruji sebagai kekuatan Spiritual yang inklusif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka mencetak, mengembangkan Pemuda-pemuda Indonesia yang Berkarakter, Berakhlaq mulia, Mumpuni, Cerdas, Enerjik, Berwibawa dan Ksatria, atau sesuai dengan sandaran gerak perjuangan “Sebersih-bersih Tauhid, Setinggi-tinggi Ilmu, dan Sepandai-pandai Siyasah”. Sesuai dengan amanat Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT), PB Pemuda Muslimin Indonesia harus dapat menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) yang berada dalam diantara dua Majelis Syuro (Kongres Nasional) atau selambat-lambatnya 2 tahun setelah Majelis Syuro (Kongres Nasional), PB Pemuda Muslimin Indonesia berkewajiban menyampaikan progrees report tentang pelaksanaan keputusan-keputusan
Majelis Syuro termasuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Departemen-departemen yang ada. Selanjutnya diberikan pula kesempatan kepada Pimpinan Wilayah (PW) dan Pimpinan- pimpinan Cabang (PC) yang hadir untuk menyampaikan laporan masing-masing wilayah. Hadir pada saat Konferensi Besar (KonBes) pada saat itu tujuh Wilayah antara lain utusan dari PW Jawa Barat, PW Papua Barat, PW Sulawesi Selatan, PW Jawa Tengah, PW Kepulauan Riau, PW DKI, dan PW Jawa Timur. Setelah itu, PB Pemuda Muslimin menyampaikan usul saran dan instruksi-instruksi serta pedoman pelaksanaan keputusan- keputusan Majelis Syuro XI. Hadir dalam acara pembukaan pada Konbes Presiden LT Syarikat Islam Indonesia (H. Mufti), Presiden DPP Syarikat Islam Indonesia (Drs. H.Soewardi), Ketum PW Jawa Barat Syarikat Islam Indonesia (sdr. Asep Salim Tamim, SH, MH), Ketua Umum SEPMI (sdr. Drs. Ferry Aspari), Ketua Umum SEMMI (sdr. Mukhlis Basuki, SE, ME dan sdr. Abdul Manaf, M.Pd), Ketua Umum Persatuan Tani Syarikat Islam (Baca; Prestasi) sdr. Drs. Mutashim Fakih, MM. dan Menteri Pemuda dan Olah raga yang diwakili oleh Bapak Mandir ahmad Syafii (Kabid Deputi Olah raga dan Pemuda) serta 127 kader dan pengurus hadir di acara Konferensi Besar ini. Pada 27-29 Maret 2013 diadakan Rapat Pimpinan Nasional Terbatas (Rapimnas) dan telah dikeluarkan dan di tetapkan beberapa keputusan antara lain; rencana Majelis Syuro XII ditunjuk berlaku sebagai tuan rumah Pimpinan Wilayah (PW) Sulawesi Selatan yang akan diadakan di Makasar 2013, menetapkan tim perumus Silabus untuk penyempurnaan dalam Pengkaderan (Kaderisasi) berlaku Nasional untuk Pemuda Muslimin Indonesia di seluruh wilayah dan cabang maupun ranting sampai ke tingkat Jama’ah. Majelis Syuro (Kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia XII Tahun 2014 Tanpa terasa telah berjalan lima tahun, yang seyogyanya Majelis Syuro XII ini diadakan pada akhir tahun 2012, setelah di tunda beberapa kali semenjak Rapimnas Pemuda Muslim pada 27-29 Maret 2013 yang berawal akan direncanakan akhir 2013 yang semula akan diselenggarakan di Makassar namun dikarenakan Padatnya kegiatan-kegiatan konsolidasi dan refreshing (pergantian pengurus ditingkat cabang dan wilayah) akhirnya diputuskan untuk Majelis Syuro XII diselenggarakan di Jakarta. Maka tibalah saatnya bertepatan dengan hingar bingar bisingnya Pemilu Pileg dan Pilpres saat itu, tepat Pada
tanggal 14-16 Maret 2014, Pemuda Muslimin Indonesia mengadakan Majelis Syuro (kongres Nasional) Pemuda Muslimin Indonesia ke XII. Sesuai dengan amanat Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Pemuda Muslimin Indonesia, maka harus segera diadakan Majelis Syuro sebagai kelanjutan dari pelaksanaan Konferensi Besar (Konbes) yang telah diadakan pada pertengahan masa jihad 2009-2014. Diputuskan dan ditetapkan pada surat keputusan PB sebagai ketua Panitia Operating Committee (OC) Majelis Syuro XII (sdr. Fikri Abdul Ajiz, SH). Dalam Majelis Syuro (Kongres Nasional) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat pusat, PB Pemuda Muslimin Indonesia akan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan keputusan-keputusan dari Majelis Syuro Luar Biasa XI tahun 2009, yang Selanjutnya merumuskan, menyusun, menyempurnakan program-program untuk periode berikutnya. Dalam Majelis Syuro (Kongres Nasional) XII tahun 2014 kali ini mengusung tema “Merapatkan Barisan Membentuk Kepemimpinan yang Kuat Menuju Kemandirian dan Kemerdekaan Sejati” Di hadiri 17 Pimpinan Wilayah (PW) tingkat Provinsi mulai dari Nangroe Aceh sampai Papua barat dan 47 Pimpinan Cabang (PC) setingkat Kabupaten. Undangan yang hadir DPP Syarikat Islam Indonesia, Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, Kemenpora RI Roy Suryo (diwakili oleh Deputi bidang informasi dan komunikasi; Dr. H. Amung Ma’mun, M.Pd), Ketua Dewan Pimpinan Daerah (bapak DR. H. A.M Fatwa), Narasumber diskusi Panel (“DR. Egi Sudjana, SH, M.Si” dari SIRI dan “Aan Rustiawan” dari DPP Laskar Ampera Arief Rachman Hakim). Dan dihadiri pula oleh beberapa organisasi sayap kepemudaan Syarikat Islam Indonesia baik dari SEPMI, SEMMI, SESMI, PANDU SIAP, dan Khosanatul Amwal serta undangan dari beberapa Organisasi Kepemudaan tingkat pusat. Pada Majelis Syuro (Kongres Nasional) XII, Pemuda Muslimin Indonesia berhasil kembali menetapkan beberapa keputusan melalui sidang-sidang Komisi yang terbagi menjadi tiga komisi yakni; 1. komisi A membahas bidang Garis Besar Program Kerja (GBPK), 2. Komisi B membahas Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) dan 3. Komisi C membahas bidang Rekomendasi-rekomendasi organisasi.
Dalam Majelis Syuro (Kongres Nasional) Ke XII kali ini terpilih kembali Ketua Umum sdr. Ir. Muhammad Muhtadin Sabili, Masa Jihad 2014-2019 Dengan suara bulat dan mutlak. Berikut susunan pengurus lengkap harian PB Pemuda Muslimin Indonesia hasil Musyawarah Majelis Syuro (Kongres Nasional) Ke XII : Ketua Umum : Ir. M. Muhtadin Sabili Ketua I : H. Mukhlis Zamzami Can, Annadwi, MA Ketua II : Muhammad Kasman, SE Ketua III : Fikri Abdul Azis, SH Ketua IV : DR. Ihat Subihat, SH, MH Sekretaris Jenderal : Evick Budianto, SE, Ak Wakil Sekjend I : Arhanuddin, M.Pd.I Wakil Sekjen II : Muhtar, S.Pd Wakil Sekjen III : Imam Tahyudin, S.IP, M.Si Wakil Sekjen IV : Farhana Al Habsy Bendahara Umum : Ir. Tedi Yusaldy Wkl Bendahara I : Ismu Rahardjo, SH, MH Wkl Bendahara II : Idran Nur, S.Ag Penyusun, – Dto – Tim Pencari Fakta Sejarah PEMUDA MUSLIMIN

35. History ∣ Pemuda Muslimin Indonesia 1928 – 2014 Page 35 Mengetahui : 1. DP SYARIKAT ISLAM INDONESIA 2. LT SYARIKAT ISLAM INDONESIA 3. PB PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA DAFTAR PUSTAKA : 1. Hidup dan perjuangan Hos Tjokroaminoto Oleh : Amelz, penerbit bulan Bintang 2. Liku-liku Perjuangan Syarikat Islam Oleh : Drs. KH. Ohan Sudjana, Bc. Hk. 3. Pergerakan Islam Kebangsaan Indonesia Oleh : H. Rosihan Anwar 4. API Sejarah 1& 2 Oleh : Ahmad Mansur Suryanegara 5. Majalah Pemuda Muslimin Indonesia Tahun 1983 Oleh : PB. Pemuda Muslimin Indonesia 6. Islam dan Sosialisme Oleh : HOS Tjokroaminoto 7. Indonesia yang kita kehendaki Oleh : H. MCH. Ibrahim 8. PSII-1905 Oleh : DR. H. Bustamam, SH 9. Buku-buku / catatan
http://pemudamuslimin-indonesia.or.id/pemuda-muslimin/sejarah/

MAKSUD DAN TUJUAN
SEBAGAIMANA YANG TERTUANG DALAM PERATURAN DASAR DAN PERATURAN RUMAH TANGGA; PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA ADALAH ORGANISASI PENDIDIKAN PERJUANGAN DAN MASA PEMUDA YANG BERJUANG DI DALAM DUNIA KEPEMUDAAN DAN DITENGAH MASYARAKAT, YANG MEMPUNYAI TUJUAN HENDAK MENJALANKAN SYARIAT ISLAM DENGAN SEPENUH-PENUHNYA DAN SELUAS-LUASNYA.
DALAM PERJUANGANNYA PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA MENGAKUI, MERUPAKAN BAGIAN TUBUH DARI SYARIKAT ISLAM INDONESIA DENGAN PROGRAM AZAS DAN TANDHIMNYA. SEDANGKAN HUKUM TERTINGGI MENURUT KEYAKINAN PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA IALAH AL-QUR’AN DAN SUNNAH RASULULLAH SAW YANG NYATA.

MAKSUD DAN TUJUAN DIBENTUKNYA ORGANISASI PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA INI, ATAS DASAR KESADARAN AKAN HAK DAN KEWAJIBAN SERTA PERANAN DAN TANGGUNGJAWABNYA KEPADA ISLAM, TANAH AIR DAN BANGSA, BERTEKAD MEMBERIKAN DARMA BAKTINYA DALAM RANGKA PENGABDIAN KEPADA ALLAH SWT. HAL ITU HANYA DAPAT DI CAPAI DENGAN PERJUANGAN DI JALAN-NYA, DALAM BARISAN YANG TERATUR RAPIH, TERHIMPUN DALAM SUATU ORGANISASI.
http://pemudamuslimin-indonesia.or.id/pemuda-muslimin/maksud-dan-tujuan/

Peraturan Dasar bisa anda lihat di sini KLIK


Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer