Lakon Begawan Ciptaning/ Mintaraga

Mintaraga, yakni Arjuna pada waktu bertapa mengasingkan diri. Minta berarti memisah, raga berarti badan yang kasar, jadi pada masa itu Arjuna menjernihkan pikirannya, supaya terpisah dari badan yang, kasar. Kehendak Arjuna bertapa itu supaya jaya nanti pada perang Baratayudha.
Pada umumnya, seorang bertapa mendapat godaan dari segala setan, supaya batal tapanya. Dalam cerita ini diriwayatkanlah seorang raja raksasa bernama Prabu Niwatakawaca di Ima-imantaka. Raja ini berkehendak akan meminang seorang bidadari di Suralaya (tempat dewa-dewa) bernama Dewi Supraba, tetapi permintaan itu ditolak oleh Hyang Indra. Karena penolakan ini, Prabu Niwatakawaca sangat murka, ia hendak merusak Kaendran (tempat Betara Indra). Pada masa kejadian ini, Raden Arjuna sedang bertapa di bukit Indrakila dengan bergelar Begawan Mintaraga. Tetapi sebenarnya tapa Arjuna ini menjadikan khawatir Hyang Indra, karena Arjuna akan diminta bantuannya untuk melawan seorang raja raksasa Prabu Niwatakawaca itu, yang akan menempuh Kaendran. Maka Betara Indra menitipkan pada para bidadari untuk menggoda Arjuna, supaya batal dalam tapanya. Tetapi penggoda itu tak dapat membatalkan tapa Arjuna, malah sebaliknya mereka merindukan pada Arjuna
Kesusul pula oleh kedatangan duta Prabu Niwatakawaca kepertapaan itu, berupa seorang raksasa sakti bernama Mamangmurka. Kedatangan raksasa ini berkehendak akan membinasakan Raden Arjuna. Setiba Mamangmurka di pertapaan itu lalu merusak daerah pertapaan. Setelah hal ini diketahui oleh Arjuna, berkatalah Arjuna sebagai menyumpahi pada Mamangmurka, katanya: Tingkah laku raksasa ini sebagai seekor, babi hutan. Seketika itu juga Mamangmurka berganti rupa jadi babi hutan dan diikuti oleh Hyang Indra dengan mengganti rupa seperti seorang pendeta bernama Resi Padya dan berhajat akan membunuh babi. hutan itu. Ia melepaskan anak panahnya mengenai badan babi hutan itu, pun Arjuna mengikuti babi hutan itu dan memanahnya juga mengenai binatang itu.
Karena itu terjadi selisih antara keduanya, masing-masing mengakui, bahwa anak panah yang mengenai babi hutan itu anak panahnya. Tetapi sebenarnya Hyang Indra sangat sukacita akan kejadian itu karena Hyang Endra dapat memberatkan tapi Arjuna dan akan minta bantuan pada Arjuna untuk memusnakan Prabu Niwatakawaca. Kehendak Hyang Indra ini terlaksana, Niwatakawaca dibinasakan oleh Arjuna.
Untuk hadiah pada Arjuna, Arjuna diangkatlah sebagai raja di Kaindran untuk sementara hari lamanya. Menurut perhitungan Dewa sehari di alam manusia itu sama dengan sebulan di Kaindran. Arjuna bergelar prabu Kariti.
http://bonaventurawiwitandyhantoro.blogspot.co.id/begawan-ciptaning.html

[Wayang] Arjuna Wiwaha - Begawan Ciptoning/Mintaraga
1. Gunung Indralika:

Kyai Semar bersama anak-anaknya yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Yang dibicarakan punakawan atas sikap dan tabahnya serta keteguhan jiwa Begawan Ciptoning yang tak lain dan tak bukan adalah si Arjuna, dalam melaksanakan wangsit dari Hyang Agung agar bertapa di Goa Pamintaraga.Tak lama kemudian datanglah Begawan Anoman yang diiringi oleh Gatutkaca. Suasana menjadi riang gembira atas kedatangan Anoman. Setelah bertemu dalam keadaan selamat maka kedatangan Anoman memang disuruh oleh Pandawa untuk mencari Arjuna, maka Semarpun mengatakan bahwa Raden Arjuna sedang bertapa di Goa Pamintaraga dengan alih nama "Begawan Ciptoning".
Anoman dan Gatotkaca merasa gembira dengan keterangan Kyai Semar, maka Anoman secepatnya memberitahu kepada Pandawa, namun sebelum berangkat ditempat itu situasinya berubah menjadi gaduh, karena datangnya patih Mamanggono beserta wadyabala raksasa. Patih dari negara Himahimantaka dan punggawanya mencari saudaranya tua yang bernama patih Mamangmurko yang kesiku oleh dewa berupa babi hutan yang akhirnya pergi dari Jamurdipa, memasuki kawasan gunung Indrakila. Karena silang pendapat dengan Anoman maka terjadilah perang. Perang antara patih Mamanggono belum selesai, ada sambungan cerita, yakni yang ada di Kayangan Suralaya.

2. Kayangan

Batara Indra dihadap 7 bidadari dan memrintahkan para bidadari membuyarkan tapa arjuna karena para Dewa telah kewalahan menghadapi Niwatakaca.
Usaha 7 bidadari gagal total, justru malah para bidadari yang jatuh cinta pada arjuna, bukannya arjuna yang badhar tapanya

3. Kayangan Suralaya:

Bathara Guru sedang miyos siniwoko, dihadapi Bathara Narada dan putra-putra dewa. Yang dibicaraakan Bathara Guru minta laporan atas kehendak Raja Himahimantaka yakni prabu Niwotokawoco, yang ingin mempersunting Bathari Supraba. Bathara Indra melaporkan bahwa Prabu Niwotokawoco mengutus patihnya yang bernama Patih Mamangmurko dan Patih Mamanggono. (Laporan Bathara Indra tadi digelar tersendiri yang kejadiannya sebagai berikut):
Betara Indra beserta dewa lainnya telah bertemu dengan patih mamangmurko dan punggawanya di lereng Gunung Jamurdipa, karena permintaan memboyong Bathari Supraba di tolak oleh Bathara Indra maka terjadilah perang, yang akhirnya Patih Mamangmurko dikutuk oleh dewa menjadi babi hutan Bathara Narada menyarankan walaupun hari ini utusan prabu Niwotokawoco sudah pergi dari gunung Jamurdipa, manun perlu mencari jago guna mengimbangi sekaligus menumpas Prabu Niwotokawoco. Kehendak Bathari Guru untuk mencari jago dilakukan sendiri dan yang dituju yaitu gunung Indrakila, karena Bathari Guru tahu di gua Pamintaraga ada pendeta yang sedang bertapa. Maka Bathara Guru berganti diri menjadi ksatriya dengan nama "Raden Kerotorupo".

4. Gunung Indrakila:

Gareng, Petruk dan Bagong tidak berani mengganggu Semar yang sedang semedi membantu begawan Ciptoning yang juga terus bertapa. Namun juga tidak berani mendekat kepada Anoman dan gatotkaca yang sedang perang dengan Mamanggono dan wadyabala raksasa. Untuk menghibur diri Gareng, Petruk dan Bagong dengan cara tetembangan. Belum puas untuk mengalunkan tembang-tembangnya ditempat punakawan tersebut terpaksa menjadi ajang perang yang terus bergeser ke gua Pamintaraga. Perang terus berlanjut antara Anoman melawan Patih Mamanggono dan antara Gatotkaca melawan wadyabala raksasa.

5. Gua Pamintaraga:

Begawan Ciptaning beberapa bulan lamanya bertapa, namun terpaksa badhar dari semedinya, dikarnakan ada babi hutan yang mengamuk dan semakin mendekati tempat begawan Ciptaning bertapa. Begawan Ciptaning segera mengambil anak panah dan kemudian dilepaskannya tepat mengenai leher babi hutan, bersamaan dengan lepasnya anak panah milik raden Keratarupa yang juga menancap pada leher si babi hutan tersebut, yang tak lain babi hutan tersebut adalah jelmaan dari patih Mamangmurko. Begawan Ciptaning dan Raden Keratarupa berebut kebenaran atas anak panah yang mengenai babi hutan, maka akhirnya terjadi perang. Ciptaning badhar Arjuna, Raden Keratarupa badhar Betara guru sekaligus mengangkat Arjuna sebagai jago dewa, serta Betara Guru memberi pusaka kyai Pasopati, kemudian Arjuna diboyong ke kayangan. Kembali lagi melanjutkan Anoman yang sengaja menghabiskan tenaga patih Mamanggono, yang akhirnya tewas di tangan Anoman. Gatutkaca tidak gentar menghadapi bala raksasa dari Himahimantaka, maka satu demi satu bala raksasa tersebut akhirnya tewas. Tewasnya patih dan bala raksasa, kemudian datanglah kyai Semar mengatakan bahwa Raden Arjuna menjadi jagonya dewa untuk menumpas Prabu Niwotokawoca raja Himahimantaka. Anoman dan Gatutkaca segera pamit kepada para panakawan untuk segera memberitahu kepada para Pandawa. Setelah itu para panakawan bergegas untuk menyusul Arjuna ke Kayangan Suralaya.

6. Kayangan Suralaya

Bathara Guru dihadap oleh para Dewa, dan Raden Arjuna yang akan diwisuda untuk menjadi jago Dewa. Setelah persiapan selesai, Arjuna diwisuda menjadi jago Dewa untuk menumpas murkanya Prabu Niwotokawoco yang menentang kodrat, yakni ingin mempersunting Bathari Supraba. kemudian Arjuna berangkat ke Himohimantoko didampingi Bathari Supraba.
http://forum.detik.com/wayang-arjuna-wiwaha-begawan-ciptoning-mintaraga.html

Begawan Mintaraga, demikian nama Arjuna ketika  melakukan tapa brata di Gunung Indrakila. Arjuna bertapa dengan sepenuh jiwa. Arjuna sudah tidak memperhatikan  raga lagi, seolah olah antara jiwa dan raga telah terpisah dialam yang berbeda. Arjuna juga dikenal dengan nama Begawan Ciptoning, karena Arjuna selalu mengheningkan cipta, rasa  serta karsa secara terus menerus  kepada dewata. 
Melihat keteguhan Arjuna bertapa, Batara Indra mencoba menggodanya. Dikirimnya tujuh bidadari untuk menggoda Arjuna. Adapun bidadari yang diutus menggoda Arjuna yang sedang bertapa adalah Dewi Warsiki, Dewi Irimrin (DewiSurendra) Dewi Tunjungbiru, Dewi Wilutama, Dewi Supraba, Dewi Gagarmayang dan Dewi Lengleng Mulat (Dewi  Lengleng Daanu), Namun Arjuna tidak tergoda.
Kemudian datang lagi bidadari yang menyamar menjadi istri istri Arjuna, seperti Dewi Wara Sembadra, Dewi Wara Srikandi. Niken Larasati, Niken Sulastri, dan tak lupa Abimanyu yang masih kecil. Memang keteguhan  hati Arjuna di dalam bertapa tidak ada satupun yang dapat menyamainya. Batara Indrapun kini percaya kalau keteguhan hati Arjuna tidak tergoyahkan,  Batara Indrapun tidak mengirimkan bidadarinya lagi.
Tidak lama kemudian, datang seekor babi hutan mendengus dan menyerang Arjuna. Berkali kali Arjuna diserudug hewan itu. Arjuna merasa terganggu dengan serangan hewan tersebut. Arjuna segera mengejar hewan itu dan memanahnya. Dua buah anak panah dari arah berlainan mengenai hewan itu secara bersamaan. Ketika Arjuna mendekati buruannya. Tiba tiba datang juga seorang kesatria yang bernama Kiratarupa.Kiratarupa mengakui kalau hewan itu buruannya, terbukti anak panahnya menancap di badan hewan itu. Arjuna pun beralasan demikian. Maka terjadilah perkelahian diantara mereka. Tiba tiba Kiratarupa beralih rupa menjadi Batara Guru, sedangkan hewan buruannya menjadi Batara Narada.
Batara Guru menyampaikan maksud dan tujuannya mendatangi Arjuna, adalah mau  meminta Arjuna  menjadi jago dewa di kahyangan. Karena kahyangan sedang diserang Prabu Newatakawaca dari negara Imanimantaka. Prabu Newatakawaca menyerang ke kahyangan karena keinginannya untuk melamar seorang bidadari yang bernama  Dewi Supraba, tetapi para Dewa menolaknya. Andaikata Arjuna dapat mengalahkan Prabu Newatakawaca, maka akan mendapatkan Dewi Supraba sebagai jatukrama Arjuna, dan juga mendapat kesempatan menjadi Raja Bidadari. Arjuna tidak menyianyiakan kesempatan baik ini. Arjuna menyanggupinya. Batara Guru memberikan pusaka Pasopati kepada Arjuna, untuk menjadi kekuatan dalam melawan Prabu Newatakawaca.
Setelah sampai di kahyangan Arjuna berhadap hadapan dengan Prabu Newatakawaca, perkelahianpun tidak dapat dihindarkan, Prabu Newataakawaca sangat sakti, tidak satupun senjata dapat melukai tubuhnya.Prabu Newatakawaca tidak bisa dikalah kan. Arjuna segera menyingkir terlebih dahulu. Arjuna mendekati Dewi Supraba. Arjuna meminta Dewi Supraba  mencari rahasia kelemahan Prabu Newatakawaca. Dewi Supraba pun mendekati Prabu Newatakawaca. Dewi Supraba pura pura mencintai Prabu Newatakawaca, dan ia bersedia menjadi istri Prabu Newatakawaca. Namun sebelumnya, Dewi Supraba ingin  banyak belajar dari Prabu Newata kawaca. Prabu Newatakawaca senang dengan kesanggupan Dewi Supraba yang ingin menjadi istrinya. Dewi Supraba menanyakan, apakah ada hidangan makanan yang menjadi kesukaan Prabu Newatakawaca dan hidangan makanan apa yang menjadi pantangan Prabu Newatakawaca.  
Tanpa curiga sedikitpun Prabu Newatakawaca,.memberi tahu, bahwa kesaktiannya berada di lak lakan di belakang lidahnya. Oleh karena itu kalau menyajikan hidangan ma kanan, jangan ada bahan yang bisa membuat luka didae rah itu, misalnya tulang ikan ataupun tulang yang lain..
Arjuna mendengar letak kesaktiannya berada di rongga mulutnya. Arjuna berpikir keras. Apa yang harus dilakukan olehnya, agar Prabu Newatakawaca dapat membuka mulutnya lebar lebar. Akhirnya dimintaya Dewi Supraba membantunya. Dewi Supraba mendekati Prabu Newataka waca, dan mengajaknya bercengkerama. Ketika sedang bercengkerama, datanglah Arjuna. Dimintanya Dewi Supraba menjadi istri Arjuna. Mendengar itu, Prabu Newatakawaca terbahak bahak, karena hal yang lucu, kalau Dewi Supraba ikut Arjuna, karena Arjuna tidak memiliki kemampuan apa apa. Kesempatan baik bagi Arjuna, ketika Prabu Newatakawaca tertawa terbahak bahak. Arjuna segera melepaskan panah pasopati pemberian dewa, kearah rongga mulut Prabu Newatakawaca. Pusaka Pasopati tepat mengenai sasaran.  Prabu Newatakawacapun tewas. Sementara melihat rajanya tewas, Patih Mamangmuka dan pasukannya menyerang Arjuna. Dalam peperangan, Patih Mamangmuka tewas. Sekarang Arjuna dikerubut pasukan Imanimantaka, Arjuna  menjadi kewalahan, Arjuna mengeluarkan aji tundung musuh, sehingga pasukan Imanimantaka  terbuncang angin kembali ke Imanimantaka.
Para dewa berterimakasih kepada Arjuna. Sesuai dengan janjinya, maka Batara Guru meminta Arjuna untuk sementara waktu  tinggal di kahyangan, dan. di wiwaha menjadi Raja Kaindran di Kahyangan, dengan bergelar Prabu Karitin. Prabu Karitin merasa bahagia dapat bersanding dengan para bidadari di Kahyangan.
Sesuai dengan beberapa namanya, maka judul lakon ini ada yang menamakan, Begawan Mintaraga atau  Begawan Ciptaning. Sedangkan judul aslinya adalah Arjuna Wiwaha, dikarang / disusun  oleh Empu Kanwa sekitar jaman Raja Jayabaya.
http://bgwnmintaraga.blogspot.co.id/

Kisah Ciptaning, Birahi yang Menumpulkan CiptaBerawal dari keprihatinan seorang Arjuna, sang penengah Pandawa (karena dia memang di urutan ke 3 dari 5 saudara Pandawa) akan terjadinya perang besar Bharata Yudha, dia kemudian berinisiatif melakukan lakukeprihatinannya. Laku yang didorong atas ketidakyakinannya akan kemampuannya memenangkan perang. Laku untuk mencari jati dirinya, memohon yang Kuasa untuk memberi jalan terbaik, sambil memohon pegangan (baca: pusaka) untuk memenangkan perang. Arjuna lantas pergi begitu saja meninggalkan ksatriannya (ksatrian: istana para satria), meninggalkan isteri-isterinya, meninggalkan kemewahannya dan 'mbambung' begitu saja. (background musik: Berkelana, Rhoma Irama). Karena Arjuna yang sedang kita bicarakan ini asli Jawa, maka dia pergi ditemani oleh 4 punakawan itu: Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. (Kalau Arjunanya dari Sunda, temennya pasti cuma 3 : Semar, Cepot dan Dawala). Bener nih, gak becanda, jangan ketawa dulu karena para Punakawan ini besar perannya di akhir cerita. ragmen Ciptaning dan Shiwa sedang bertikai berebut babi hutan di relief Candi Surowono, Pare-Kediri (id.wikipedia.org) Arjuna kemudian memilih untuk menetap di Indrakila sebagai tempatnya untuk bertapa, mesu akal dan pikirnya untuk mencari jawab kegelisahannya itu. Ditempat ini Arjuna kemudian menggunakan nama Mintaraga atau Begawan Ciptaning (Ciptaning = Cipta Hening, Cipta Bening = Cipta yang tak tercampur atau terbebas dari kotornya nafsu duniawi) Seluruh petinggi kahyangan yang disebut Suralaya, sebagaimana biasanya kalau ada manusia yang macam-macam gini, tentu saja geger. Lagian Suralaya sedang di intimidasi raja raksasa bernama Niwatakawaca yang "gak tau diri" minta bidadari Supraba buat dijadikan isterinya. Seisi kahyangan panik luarbiasa karena tidak ada satupun Dewa yang mampu menandingi kesaktian si Niwatakawaca ini.
Diutuslah 7 (baca: tujuh) bidadari yang tentu saja cantik dan semloheh untuk menggoda semadi sang Arjuna. Berbagai cara digunakan para bidadari untuk menggoda (gak usah saya ceritakan di sini, takut dikira postingan "parno"). Tapi Sang Arjuna bergeming saja, alias cuek bebek. (Coba kalo saya, 1 bidadari saja pasti sudah klepek-klepek), malah 7 bidadari itulah yang jatuh cinta kepada Sang Maha Cakep itu. Merasa membangunkan semadi Arjuna jadi masalah penting, akhirnya Batara Guru sendiri yang turun tangan untuk membangunkannya. Dalam bentuk sebagai Batara Shiwa, Arjuna berhasil dibangunkan, melalui perantaraan seekor babi hutan dan perkelahian yang menentukan, siapa pemanah yang membunuh babi itu....... Batara Guru berjanji memenuhi segala permintaan Arjuna, asal Arjuna mampu mengusir musuh yang mengintimidasi kahyangan itu.  Sebagai "down payment" Arjuna diberi pusaka; panah Pasopati. Singkat cerita, Sang Pengganggu berhasil disingkirkan. Sang Niwatakawaca terbunuh melalui kerongkongannya yang ditembus Pasopati, ketika dia sedang terbahak-bahak. Dan Sang Arjuna, sebagai rasa terimakasih seisi kahyangan, dinikahkan dengan 7 bidadari itu (Halaaaaaah, poligami nih, haaai, para feminis! Bukan saya loh yang bikin cerita!). Pesta diadakan 7 hari 7 malam. (waktu kahyangan, katanya identik dengan 7 bulan atau 7 tahun waktu dunia, katanya sih, kata pak dhalang). Arjunawiwaha! Cauda Sebagian pentas wayang dan kakawin aslinya memang menghentikan ceritanya sampai di sini. Tamat. Tapi saya pernah menonton sebuah pementasan yang masih melanjutkan ceritanya dengan kisah lanjutan yang menarik. Para Punakawan yang disuruh menjaga pertapaan Indrakila tentu saja bingung ditinggal Arjuna gak ada berita sampai demikian lama. Bukan masalah uang belanja yah, karena waktu itupun beras kayaknya gak usah beli. Tapi bagaimana dengan tujuan yang dicari dan diupayakan capek-capek ini? Apakah sudah diselesaikan? Perlu waktu sedemikian lamakah? Semar akhirnya gak tahan dan menyusul ke kahyangan. Yang dilihatnya di kahyangan membuatnya naik darah. Dan Arjuna yang sedang beradegan 17+ dengan 7 bidadari itu ditariknya keluar. Arjuna tentu marah besar, apa-apaan pembantu berani kurang ajar ama tuannya? Perkelahian terjadi dan tentu saja Semar sebagai Batara Ismaya sama sekali bukan tandingan Arjuna. Setelah puas menekuk Arjuna, Semarpun bertanya tentang kemajuan niat yang ingin dicapai Arjuna. Sudahkah diselesaikan? "Sudah, saya sudah dapat pusaka, Pasopati namanya" jawab Arjuna. "Yang lain?" cecar Semar. "Belum...." Kata Arjuna malu-malu. "Kapan? Nunggu Pemilu 2014?"  Semar yang masih marah menggelandang Arjuna untuk menghadap Batara Guru menagih janji Dewa untuk memberikan kemenangan kepada Pandawa pada perang Barata Yudha nanti. Arjuna yang masih terkenang pada birahinya yang terputus tadi (manusiawi banget kan?) setengah hati saja mengikuti Semar menghadap para Dewa. Arjuna yang masih "gak mood" itu terbata-bata menyampaikan keinginannya kepada para Dewa. Tentu saja para Dewa menepati janjinya dan memenuhi permintaan Arjuna, sang pahlawan Kahyangan itu. Tapi justru Semar yang tidak puas, dan "plas !" begitu saja meninggalkan pertemuan itu tanpa pamit. Ditinggal pemomongnya yang setia dengan cara seperti itu, tiba-tiba saja Arjuna tersadar. Mengapa Semar yang sebenarnya tidak berkepentingan sampai sedemikian serius, sedang dia cuma main-main? Segera disusulnya Semar dan anak-anaknya yang telah meninggalkan pertapaan Indrakila. Lewat serangkaian adegan melo dan menye-menye karena Arjuna yang termehek-mehek minta maaf, tensi tinggi Semar pelan-pelan menurun. "Wheeeehlaaaa, mbhlegegeg ugeg-ugeg,......apa yang diminta Raden tadi?"  Semar ngglenyem. "Kemenangan para Pandawa dalam perang Bharata Yudha!"  Arjuna njawab yakin dan gak merasa salah. "Hanya para Pandawa? Bagaimana dengan putra-putri Pandawa? Isteri-isteri Pandawa? Raja-raja sekutu para Pandawa?" * Akibat permohonan Arjuna yang ngasal itu, benar-benar hanya para Pandawa berlima yang keluar hidup-hidup dari perang besar Bharata Yudha. Seluruh sekutu, putra-putri dan isteri-isteri para Pandawa tumpas terbunuh seluruhnya. Hanya cucu Arjuna, putra sang Abimanyu dan Dewi Utari, yang bernama Parikesit yang lolos dari tragedi pembantaian perang besar itu. Birahi yang menumpulkan cipta, dan nama Ciptaning yang tidak sepenuhnya berarti bersih dari nafsu. Esensi cerita Kali ini saya gak "keminter"  lagi nulis esensi cerita yang sangat subyektif seperti biasanya. Pesan yang terkandung dalam cerita ini silahkan dikontemplasi sendiri sesuai keadaan. Di WC kek, sambil makan coklat kek. Mangga wae, Monggo mawon, Silahkan saja....... Gak  keminter lagi deh, kapok-lombok!,  sumprit!
http://www.kompasiana.com/jayakardi/kisah-ciptaning-birahi-yang-menumpulkan-cipta.html

Arjuna Wiwaha – Begawan Ciptoning / Mintaraga

1. Gunung Indralika:
Kyai Semar bersama anak-anaknya yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Yang dibicarakan punakawan atas sikap dan tabahnya serta keteguhan jiwa Begawan Ciptoning yang tak lain dan tak bukan adalah si Arjuna, dalam melaksanakan wangsit dari Hyang Agung agar bertapa di Goa Pamintaraga.Tak lama kemudian datanglah Begawan Anoman yang diiringi oleh Gatutkaca. Suasana menjadi riang gembira atas kedatangan Anoman. Setelah bertemu dalam keadaan selamat maka kedatangan Anoman memang disuruh oleh Pandawa untuk mencari Arjuna, maka Semarpun mengatakan bahwa Raden Arjuna sedang bertapa di Goa Pamintaraga dengan alih nama “Begawan Ciptoning”.
Anoman dan Gatotkaca merasa gembira dengan keterangan Kyai Semar, maka Anoman secepatnya memberitahu kepada Pandawa, namun sebelum berangkat ditempat itu situasinya berubah menjadi gaduh, karena datangnya patih Mamanggono beserta wadyabala raksasa. Patih dari negara Himahimantaka dan punggawanya mencari saudaranya tua yang bernama patih Mamangmurko yang kesiku oleh dewa berupa babi hutan yang akhirnya pergi dari Jamurdipa, memasuki kawasan gunung Indrakila. Karena silang pendapat dengan Anoman maka terjadilah perang. Perang antara patih Mamanggono belum selesai, ada sambungan cerita, yakni yang ada di Kayangan Suralaya.
2. Kayangan
Batara Indra dihadap 7 bidadari dan memrintahkan para bidadari membuyarkan tapa arjuna karena para Dewa telah kewalahan menghadapi Niwatakaca.
Usaha 7 bidadari gagal total, justru malah para bidadari yang jatuh cinta pada arjuna, bukannya arjuna yang badhar tapanya
3. Kayangan Suralaya:
Bathara Guru sedang miyos siniwoko, dihadapi Bathara Narada dan putra-putra dewa. Yang dibicaraakan Bathara Guru minta laporan atas kehendak Raja Himahimantaka yakni prabu Niwotokawoco, yang ingin mempersunting Bathari Supraba. Bathara Indra melaporkan bahwa Prabu Niwotokawoco mengutus patihnya yang bernama Patih Mamangmurko dan Patih Mamanggono. (Laporan Bathara Indra tadi digelar tersendiri yang kejadiannya sebagai berikut):
Betara Indra beserta dewa lainnya telah bertemu dengan patih mamangmurko dan punggawanya di lereng Gunung Jamurdipa, karena permintaan memboyong Bathari Supraba di tolak oleh Bathara Indra maka terjadilah perang, yang akhirnya Patih Mamangmurko dikutuk oleh dewa menjadi babi hutan Bathara Narada menyarankan walaupun hari ini utusan prabu Niwotokawoco sudah pergi dari gunung Jamurdipa, manun perlu mencari jago guna mengimbangi sekaligus menumpas Prabu Niwotokawoco. Kehendak Bathari Guru untuk mencari jago dilakukan sendiri dan yang dituju yaitu gunung Indrakila, karena Bathari Guru tahu di gua Pamintaraga ada pendeta yang sedang bertapa. Maka Bathara Guru berganti diri menjadi ksatriya dengan nama “Raden Kerotorupo”.
4. Gunung Indrakila:
Gareng, Petruk dan Bagong tidak berani mengganggu Semar yang sedang semedi membantu begawan Ciptoning yang juga terus bertapa. Namun juga tidak berani mendekat kepada Anoman dan gatotkaca yang sedang perang dengan Mamanggono dan wadyabala raksasa. Untuk menghibur diri Gareng, Petruk dan Bagong dengan cara tetembangan. Belum puas untuk mengalunkan tembang-tembangnya ditempat punakawan tersebut terpaksa menjadi ajang perang yang terus bergeser ke gua Pamintaraga. Perang terus berlanjut antara Anoman melawan Patih Mamanggono dan antara Gatotkaca melawan wadyabala raksasa.
5. Gua Pamintaraga:
Begawan Ciptaning beberapa bulan lamanya bertapa, namun terpaksa badhar dari semedinya, dikarnakan ada babi hutan yang mengamuk dan semakin mendekati tempat begawan Ciptaning bertapa. Begawan Ciptaning segera mengambil anak panah dan kemudian dilepaskannya tepat mengenai leher babi hutan, bersamaan dengan lepasnya anak panah milik raden Keratarupa yang juga menancap pada leher si babi hutan tersebut, yang tak lain babi hutan tersebut adalah jelmaan dari patih Mamangmurko. Begawan Ciptaning dan Raden Keratarupa berebut kebenaran atas anak panah yang mengenai babi hutan, maka akhirnya terjadi perang. Ciptaning badhar Arjuna, Raden Keratarupa badhar Betara guru sekaligus mengangkat Arjuna sebagai jago dewa, serta Betara Guru memberi pusaka kyai Pasopati, kemudian Arjuna diboyong ke kayangan. Kembali lagi melanjutkan Anoman yang sengaja menghabiskan tenaga patih Mamanggono, yang akhirnya tewas di tangan Anoman. Gatutkaca tidak gentar menghadapi bala raksasa dari Himahimantaka, maka satu demi satu bala raksasa tersebut akhirnya tewas. Tewasnya patih dan bala raksasa, kemudian datanglah kyai Semar mengatakan bahwa Raden Arjuna menjadi jagonya dewa untuk menumpas Prabu Niwotokawoca raja Himahimantaka. Anoman dan Gatutkaca segera pamit kepada para panakawan untuk segera memberitahu kepada para Pandawa. Setelah itu para panakawan bergegas untuk menyusul Arjuna ke Kayangan Suralaya.
6. Kayangan Suralaya
Bathara Guru dihadap oleh para Dewa, dan Raden Arjuna yang akan diwisuda untuk menjadi jago Dewa. Setelah persiapan selesai, Arjuna diwisuda menjadi jago Dewa untuk menumpas murkanya Prabu Niwotokawoco yang menentang kodrat, yakni ingin mempersunting Bathari Supraba. kemudian Arjuna berangkat ke Himohimantoko didampingi Bathari Supraba.
7. Kerajaan Himohimantoko
Prabu Niwotokawoco menerima kedatangan Togog dan Bilung yang melaporkan tewasnya Patih Mamangmurko dan Patih Mamanggono. sang Prabu sangat marah mendengar berita tersebut, namun belum sampai jumangkah, Abdi Emban menghadap, untuk menghaturkan bahwa Bathari Supraba berada di Kedaton. Bathari Supraba beberapa lama menanti kondur sang Prabu Niwotokawoco. Setelah yang dinanti-nantikan datang, kemudian Bathari Supraba mengatakan bahwa kedatangannya memang siap untuk dipersunting sang raja.Prabu Niwotokawoco sangat gembira mendengar keterangan dari Bathari Supraba sehingga secara tidak sadar, sang raja memberitahu segala hal yang ingin diketahui oleh Dewi Supraba. Sang raja juga memberi tahu letak kesaktiannya, termasuk Aji Gineng, sampai letak pengapesannya juga diberitahukan kepada Bathari Supraba. pada waktu itu juga, keterangan sang raja didengar oleh Arjuna yang juga berada di kedaton tersebut dengan menggunakan Aji Panglemunan, yang akhirnya terjadilah perang antara Arjuna melawan Prabu Niwatakawaca.
8. Kerajaan Himahimantaka:
Arjuna tidak berdaya melawan kekuatan Prabu Niwatakawaca. Namun pada waktu Arjuna telah dijangkahkan oleh Prabu Niwatakawaca yang sedang tertawa terbahak-bahak, Arjuna melihat sinar yang berada di telak sang raja, yang merupakan sinar dari Aji Gineng. Kemudian dengan gerak yang sangat cepat, Arjuna melepaskan Pasopati tepat mengenai telak Prabu Niwatakawaca, yang membuat sang raja tewas. Para Punggawa yang tidak menerima kematian raja mereka bisa ditumpas oleh Raden Bima yang juga sudah berada di Himahimantaka.
Bathara Indra menjemput sang Arjuna untuk menghadapi Sang Hyang Giripati untuk diwisuda menjadi “Lananging Jagat Lancuring Madyapada”.
9. Kayangan Surualaya.
Batara Indra dihadap para dewa, bidadari dan arjuna. Disini Arjuna diwisudha menjari raja kaendran selama 7 hari (dunia)<< 7 bulan di kayangan dan boleh memilih 40 bidadari sebagai istrinya
https://wayang.wordpress.com/arjuna-wiwaha-begawan-ciptoning-mintaraga/
Gambar terkait  Hasil gambar untuk keratarupa solo
Tokoh Begawan Ciptaning yang bertapa di gua Mintaraga di ganggu oleh Kiratarupa penyamaran Batara Guru waktu memburu babi raksaksa yang mengamuk di luar gua 
Hasil gambar untuk babi wayang solo  Hasil gambar untuk batara indra
Tokoh hewan Babi yang mengamuk di pertapaan dan Tokoh Resi Padya penyamaran Batara Indra yang memberi tahu ada Babi mengamuk di luar gua, dan juga memberi tahu bahwa di kayangannya Kaindran diserang Prabu Kala Niwatakawaca yang ingin memperistri Bathari Supraba 
Hasil gambar untuk dewi supraba solo  Hasil gambar untuk niwatakawaca solo
Tokoh Bathari Supraba yang akan dipersunting dengan Tokoh Prabu Kala Niwatakawaca yang akhirnya kena tipu muslihat Arjuna dan Bathari Supraba, Prabu Kala Niwatakawaca menunjukkan kelemahanya yang ada di langit2 mulutnya, lalu dipanahlah langit2 mulutnya seketika gugurlah Prabu Kala Niwatakawaca 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer