Lakon Rama Tundung


Hasil gambar untuk rama buang 

Rama Tundung

Setelah memboyong Dewi Sinta, putri Mantili, sebagai istrinya ke Kerajaan Ayodya, ayah Rama, yaitu Prabu Dasarata berniat mengangkatnya sebagai raja.
Namun niat Dasarata ini dihalangi Dewi Kekayi, istri ketiga sang Prabu. Dasarata diingatkan bahwa raja itu pernah berjanji akan meluluskan dua permintaan Dewi Kekayi.

Adapun permintaan Kekayi adalah agar Dasarata mengangkat Barata, anaknya, sebagai raja. Yang kedua, mengusir Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya dan harus hidup sebagai orang buangan di Hutan Dandaka selama 12 tahun. Kepergian Rama dan Sinta diikuti oleh Laksmana, adik tirinya.
Walaupun tidak setuju, Prabu Dasarata terpaksa memenuhi tuntutan itu. Setelah membatalkan pengangkatan Ramawijaya sebagai putra mahkota dan mengusirnya bersama istrinya, raja Ayodya itu sangat menyesal, sehingga meninggal dunia. Ternyata Barata tidak mau naik takhta menggantikan ayahnya, bahkan menyusul Rama dan Laksmana di Hutan Dandaka.
Setelah bertemu, Rama menganjurkan Barata menjadi raja, dengan membekalinya ajaran Hasta Brata.
https://wayang.wordpress.com/rama-tundung/
Rama Tundungan
Hasil gambar untuk wayang lesmana alas
Raja Ayodyapala Prabu Banaputra dan Permaisurinya, Dewi Barawati puteri Prabu Banawa, memiliki seorang puteri bernama Dewi Ragu, atau Dewi Kausalya atau disebut juga dewi Sukasalya. Ia seorang gadis yang cantik jelita. Bahkan oleh Prabu Dasamuka, Dewi Kausalya dianggap sebagai titisan Dewi Widowati. Sudah banyak para raja dan para satria melamar Dewi Kausalya untuk dijadikan istri atau permaisurinya. Namun Prabu Banaputra belum berani menentukan pilihan, raja atau satria mana yang menjadi pilihannya. Karena dewi Kausalya sedang sakit.Prabu Banaputra kemudian mengumumkan sayembara, siapa saja yang dapat menyembuhkan sakit Dewi Kausalya akan menjadi jodohnya.Namun tidak satupun raja atau satria yang mengikuti sayembara bisa menyembuhkan penyakitnya. Sampai akhirnya datang seorang Resi, bernama Resi Rawatmaja, dari pertapaan Puncakmolah datang untuk menyembuhkan. Resi Rawatmaja seorang Brahmacari, ia bukan peserta sayembara, ia hanya ingin menolong saja. Resi Rawatmaja, dengan Cupu Manik Astagina yang dimilikinya. Berupaya untuk mengobatinya. Pusaka Cupu Manik Astagina didalamnya terdapat air mujarab yang bernama tirta Mayamahadi. Dengan tirta Mayamahadi dari Cupu Manik Astagina ini Resi Rawatmaja, berhasil menyembuhkan Dewi Kausalya.Resi Rawatmaja menolak membawa Dewi Kausalya menjadi istrinya, namun Prabu Banaputra maupun Dewi Kausalya sendiri, mengharap agar Resi Rawatmaja membawanya ke pertapan Puncakmolah. Sudah menjadi ketentuan sayembara, siapa yang memenangkan sayembara, maka akan mendapatkan Dewi Kausalya.Karena sudah keputusan raja dan Dewi Kausalya sendiri, maka Resi Rawatmaja membawanya pulang kepertapaannya. Sesam pai di pertapaan Puncakmolah, Resi Rawatmaja, mengatakan pada Dewi Kausalya, bahwa ia bu kan jodohnya, karena ia seorang brahmacari, sedangkan jodoh Dewi Kausalya sebenarnya adalah Dasarata, seorang pemuda yang kini tinggal dalam pertapaan Resi Yogiswara di Pertapan Dan daka.  
Sementara itu Prabu Dasamuka menjadi murka, ketika ia datang ke Kerajaan Ayodya, sayembara telah usai. Keraton Ayodya di hancurkan. Sedang Prabu Banaputra tidak luput dari amukannya, ia dibunuhnya. Belum puas menghancurkan  istana Ayodya dan membunuh rajanya, Dasamuka memburu Dewi Kausalya ke Pertapan Puncakmolah. Resi Rawatmaja pun di bunuhnya. Sementara itu Sempati, burung garuda sahabat Dasarata, segera menyelamatkan Dewi Kausalya pergi meninggalkan pertapan Puncakmolah menuju Pertapan Dandaka, ketempat Dasarata tinggal bersama Resi Yogiswara. Sesampai di pertapan Dandaka, Dewi Kausalya berjumpa dengan pemuda bernama Dasarata. Oleh Resi Yogiswara, keduanya di kawinkan sesuai dengan pesan Resi Rawatmaja.
Sebagai pewaris tunggal Dewi Kausalya, meminta suaminya Dasarata, untuk kembali ke Ayodya, yang kini tinggal puing puing saja. Setelah merenovasi istana yang tadinya hancur, maka Istana Ayodya kelihatan lebih megah dari sebelumnya. Dewi Kausalya mengangkat Dasarata, menjadi raja Ayodyapala.
Prabu Dasarata merasa cemas, setelah Dewi Kausalya menjadi istrinya, belum juga berputera. Maka untuk beberapa lama, ia meninggalkan Ayodyapala untuk mencari seorang gadis yang bisa memberinya keturunan. Perjalanan Prabu Dasarata, sudah sampai di Kerajaan Padnapura.Tiba tiba saja ia dikejutkan dengan suara lantang dari langit. Ternyata Prabu Dasamuka berteriak teriak agar Prabu Dasarata menyerahkan Dewi Kausalya kepada Prabu Dasamuka.  Terjadilah perkelahian antara Prabu Dasamuka dan Prabu Dasarata. Perkelahian yang tidak seimbang. Tubuh Prabu Dasarata babak belur di hajar Prabu Dasamuka.  Prabu Dasarata tidak kuat menahan serangan Prabu Dasamuka. Prabu Dasarata berkelit dan menyelamatkan diri dari serangan Prabu Dasamuka.  Prabu Dasamuka terus memburu Prabu Dasarata. Prabu Dasarata terus berlari. Tiba tiba Prabu Dasarata bertemu dengan seorang gadis cantik. Gadis itu meminta Prabu Dasarata lari dan bersembunyi kedalam semak semak didekatnya.. Sang gadis yang ternyata Dewi Kekayi, terus mencegat Prabu Dasamuka. Dirayunya Prabu Dasamuka. Kemarahan Prabu Dasamuka  menjadi redam, ketika bertemu dengan Dewi Kekayi. Dewi Kekayi terus merayu, dan mengataaaaakan bahwa ia tidak keberatan andaikata ia diperistri Prabu Dasamuka.Karena Prabu Dasamuka, seorang raja yang tampan dan kaya, lagi pula Dewi Kekayi lebih cantik daripada Dewi Kausalya. Sebaiknya Prabu Dasamuka sadar, kalau gadis cantik seukuran Dewi Kausalya terlalu banyak terdapat di negeri ini. Untuk itu Prabu Dasamuka, agar membatalkan keinginannya untuk memperistri Dewi Kausalya. Entah ilmu apa yang di miliki Dewi Kekayi, tiba tiba saja Prabu Dasamuka menjadi tidak semangat lagi mencari Dewi Kausalya.Prabu Dasamukapun, bagai tersihir, meninggalkan Dewi Kekayi.
Dewi Kekayi, adalah puteri Prabu Samresi, yang dibesarkan oleh Prabu Kekaya raja Padnapura. Prabu Samresi terbunuh oleh Rama Bargawa. Sedangkan puterinya yang masih bayi diungsikan oleh seorang abdi setia, bernama Emban Matara ke negara Padnapura. Bayi itu kemudian dibesarkan oleh Prabu Kekaya, Raja negara Padnapura, dan bayi itu diberi nama Dewi Kekayi.
Setelah Prabu Dasamuka pergi, Prabu Dasarata keluar dari persembunyiannya, dan menghampiri gadis yang telah menolongnya. Prabu Dasarata berkenalan dengan Dewi Kekayi, dan sekaligus menyatakan rasa cintanya pada Dewi Kekayi. Dimintanya Dewi Kekayi menjadi istrinya.
Dewi Kekayi yang telah menolong Prabu Dasarata, menjadi angkuh. Dewi Kekayi bersedia  menjadi istri Prabu Dasarata, asal puteranya, kelak menjadi raja di Ayodyapala, dan apabila permaisuri mempunyai anak, maka anaknya harus meninggalkan istana Ayodyapala selama 13 tahun. Tanpa berpikir panjang lagi Prabu Dasarata mentetujui semua permintaan Dewi Kekayi. Akhirnya Prabu Dasarata membawa istrinya, Dewi Kekayi ke istana Ayodya.
Beberapa bulan kemudian, dengan kebesaran Dewata, Dewi Kausalya ternyata hamil juga, dan  beberapa bulan kemudian, disusul pula oleh Dewi Kekayi. Raja bersukacita, ketika mengetahui kehamilan kedua istrinya. 
Akhirnya Dewi Kausalya melahirkan seorang putera, bernama Rama. Rama juga mempunyai banyak nama sebutan atau dasanama, Rama Regawa, Ramabadra, Rama Wijaya dan masih banyak sebutan nama untuk Rama.
Beberapa bulan kemudian Dewi Kekayi melahirkan seorang Putera bernama Barata.
Sedangkan istri ketiga Prabu Dasarata, bernama Dewi Sumitra atau Dewi Priti. Dewi Sumitra adalah puteri Prabu Ruryana raja Negara Mahespati. Sedangkan Prabu Ruryana adalah putera Prabu Arjuna Sasrabahu. Jadi Dewi Sumitra ada lah cucu Prabu Arjuna Sasrabahu dengan Dewi Citrawati Dewi Sumitra juga melahirkan, dua orang putera, Laksmana dan Satrugna.
Prabu Dasarata dan ketiga istrinya serta para puteranya hidup bahagia. Dalam satu kelu arga besar. Janji Prabu Dasarata kepada Dewi Kekayi yang pernah terjadi pada masa lam pau, seolah olah sudah terkubur dan terlupakan, baik oleh Prabu Dasarata maupun Dewi Kekayi.Mereka hidup bahagia. Lagi pula keempat putera raja, kelihatan akur, hidup ru kun, bagaikan saudara sekandung. Mereka saling perhatian dan saling tolong menolong.
Beberapa tahun kemudian para putera raja sudah menginjak dewasa. Mereka berparas tampan dan memikat hati bagi siapapun yang memandang.
Pada suatu hari, terdengar kabar, bahwa negeri Mantili mengadakan sayembara. Sayembara ditujukan kepada para raja dan kesatria untuk mengikuti sayembara menarik Gendewa hingga patah.Bagi para kesatria maupun para raja yang bisa mengangkat gendewa pusaka dan menarik tali busurnya hingga patah, akan mendapatkan  Puteri Kerajaan Mantili yang bernama Dewi Sinta. Dewi Sinta puteri cantik  jelita,  puteri Prabu Janaka dari Negeri Mantili.
Sebenarnya Dewi Sinta  adalah puteri Prabu Dasamuka yang dibuang oleh adik Prabu Dasamuka, yaitu Wibisana. Puteri yang baru lahir dari Ibunya yang bernama Dewi Tari, dibuang karena bayi perempuan itu  titisan Dewi Widowati. Prabu Dasamuka tergila gila pada titisan Dewi Widawati, sejak Dewi Citrawati istri Prabu Arjuna Sasrabahu, kemudian Dewi Kausalya,dan kini titisan Widowati adalah anak Prabu Dasamuka sendiri.
Karena khawatir Prabu Dasamuka akan mengawini anaknya sendiri, maka Wibisana melarung (menghanyutkan) anak yang baru dilahirkan itu dengan suatu wadah yang cukup untuk seorang bayi) ke tepi sungai Gangga. Bayi itu terbawa arus, dan berhenti tepat dibelakang istana Mantili. Oleh permaisuri Prabu Janaka, anak yang baru ditemukan itu diangkat menjadi puteri raja. Mereka belum berputera sehingga Permaisuri dan Prabu Janaka sangat menyayangi puteri bagaikan anak sendiri,
Wibisana kemudian men ciptakan seorang  bayi laki-laki dari mega. Anak pengganti bayi yang dibuang, oleh Wibisana diberi nama Megananda, sedangkan Prabu Dasamuka memberi nama Indrajid. Prabu Dasamuka marah ketika melihat anaknya seorang laki laki. Karena Dewa pernah berjanji akan memberikan seorang anak perempuan titisan Widowati
Sementara itu Para kesatria dari penjuru negeripun berdatangan, termasuk juga Rama, Kesatria dari Ayodya. Adik adik Rama, mendukung kakaknya, Rama mengikuti Sayem bara. Adik adiknya mengantarkan kakaknya, Rama pergi ke Mantili guna mengikuti Sayembara. Para Kesatria telah berkumpul dan sayembara pun dimulai, namun mereka tidak satupun bisa mengangkat Gendewa pusaka. Rama memilih kesempatan paling akhir. Rama kemudian maju mencoba mengangkat Gendewa pusaka.
Rama ternyata dengan mudah mengangkatnya, dan menarik busurnya hingga Gen dewanya patah. Rakyat Mantili bersorak kegirangan. Akhirnya sayembara resmi dime nangkan Rama. Rama dengan Dewi Sinta, menjadi sepasang pengantin yang serasi, mere ka bagai Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih turun ngejawantah. Yang laki laki tampan dan yang  perempuan cantik jelita. .Mereka kelihatan bahagia.Selesai acara perkawinan, Dewi Sinta berangkat ke Ayodya mengikuti Rama kembali ke Ayodya, dengan kereta kencana  Kerajaan Mantili. Sementara adik adiknya mengawal dengan naik kuda, mereka kelihatan gagah perkasa..
Di dalam perjalanan pulang ke Ayodya, tiba-tiba mereka dihadang seorang Resi yang tinggi besar dengan  membawa sebuah kapak besar pula. Ia bernama Resi Rama Bargawa. Ia sudah lama mengharapkan kematian dirinya. Karena dia merasa sudah tidak ada gunanya hidup di dunia, karena kehidupannya penuh dengan kekecewaan. Untuk mencari jalan mati saja, ia telah membunuh banyak orang. Karena orang yang diminta membunuh dirinya, tidak mau melakukan, sehingga Resi Rama Bargawa membunuhnya.Korban yang terbunuh oleh Rama Bargawa  ter masuk pula Prabu Arjuna Sasrabahu.
Namun Rama pun tidak bersedia  membunuhnya. Tiba tiba saja, Rama Bargawa, menyerang Rama dengan kapak besarnya, mengamuk membabi buta. Rama mengkhawatirkan keselamatan Dewi Sinta dan adik-adiknya. Akhirnya dengan terpaksa Rama memanah Rama Bargawa. Sebelum meninggal Rama Bargawa berterimakasih kepada Rama, karena  Rama telah menghentikan kesedihan yang dialaminya.
Kedatangan Rama beserta Dewi Sinta dielu elukan rakyat Ayodya.Rakyat terkesima melihat kedua pengantin yang nampak serasi. Ia disambut Ramandanya, Prabu Dasarata dan Para Ibundanya. Prabu Dasarata, mengeluarkan pernyataan bahwa  besok pagi akan mengangkat Rama menjadi raja, menggantikan Prabu Dasarata yang akan lengser keprabon. Rakyat Ayodya menyambut gembira.  Mereka bersorak kegirangan.
Namun keinginan Prabu Dasarata tinggal impian. Ketika pada malam harinya Dewi Kekayi kedatangan Emban Matana dari Kerajaan Padnapura, mengingatkan janji Prabu Dasarata pada Dewi Kejayi. Sebenarnya Dewi Kekayi sudah tidak mmengharapkan lagi dan sudah merelakan kedudukan pengganti raja diserahkan kepada Rama, karena Dewi Kausalya adalah pewaris tahta,  ia anak Prabu Banarata. Namun dengan bujuk rayu emban Matana, termakan juga hati Dewi Kekayi. Malam itu juga mendatangi Prabu Dasarata, Dewi Kekayi mengingatkan Prabu Dasarata tentang janji Prabu Dasarata pada Dewi Kekayi. Dewi Kekayi adalah istri kedua Prabu Dasarata, yang pernah yang menolong Prabu Dasarata dari kejaran Prabu Dasamuka. Dewi Kekayi besedia menjadi isteri Prabu Dasarata dengan syarat kelak anaknya yang menjadi raja Ayodya menggantikan Prabu Dasarata, dan anak permaisuri harus menjalani hukuman buang  ke hutan Dandaka selama 13 tahun. Mungkin karena Prabu Dasarata sedang terluka parah, pada waktu itu,dan masih membutuhkan pertolongan Dewi Kekayi, terpaksa mengiyakan semua permintaan Dewi Kekayi.
Namun Prabu Dasarata telah melupakannya, sehingga Prabu Dasarata tanpa sadar mau mengangkat Rama menjadi raja. Prabu Dasarata baru teringat janji itu, setelah Dewi Kekayi mengingatkannya. Prabu Dasarata kecewa.Prabu Dasarata, mengingat bahwa ia sebenarnya bukan raja yang sebenarnya, karena Kerajaan Ayodya adalah milik Dewi Kausalya sebagai pewaris tahta. Sudah semestinya anak Dewi Kausalya, Rama yang akan meneruskan tahta kerajaan Ayodya, sebagai pewaris tahta dari Ibunya, Dewi Kausalya. Prabu Dasarata hancur hatinya mendengar kata kata Dewi Kekayi yang banyak tuntutannya. Namun janji adalah janji, yang harus ditepati, walaupun berat bagi dirinya, maupun bagi Dewi Kausalya dan Rama tentunya.Sedangkan Dewi Kausalya tentu akan  mengalami penderitaan batin yang sedemikian mendalam.Tetapi Prabu Dasarata percaya,  rasa penyesalan Dewi Kausalya yang sedemikian besar itu tidak akan pernah keluar dari lesannya nya maupun dari bahasa tubuhnya. Dewi Kausalya adalah istri Prabu Dasarata yang paling baik, yang tidak pernah memperlihatkan kesombongannya sebagai pewaris tahta, ia selalu menampakkan kesetiaan sebagai seorang wanita biasa pada suaminya.
Dengan berat hati Prabu Dasarata memanggil Rama dan ibunya Dewi Kausalya. Diberi tahukan apa sebenarnya yang terjadi. Memang sangat benar perkiraan Prabu Dasarata pada Dewi Kausalya, istrinya, yang setelah mendengar kata kata suaminya,Dewi Kausalya tidak mengatakan sepatah katapun. Ia kelihatan menahan beban penderitaan batin yang sedemikian besarnya. Namun ketika ia bicara, tutur katanya masih halus dan tidak menmpakkan kekecewannnya. Ia tetap menampakkan kesetiaan sebagaimana  seorang wanita biasa pada suaminya.Dan ia tidak menampakkan sebagai seorang pewaris tahta kerajaan. Ia hanya mengatakan, apa yang baik bagi Prabu Dasaaarata, baik juga pada Dewi Kausalya.
Demi ayahnda prabu Dasarata dan rakyat Ayodya, Rama mengikhlaskan semuanya dan ia ingin segera melaksanakan hukuman buang ke hutan Dandaka.
Pada keesokan harinya, Rama dan Sinta menang galkan semua pakaian kerajaan, dipakainya pakaian orang sudra. Barata, Laksmana dan Satrugna ingin mengikuti kepergian Rama ke hutan Dandaka. Tetapi Rama hanya membolehkan seorang saja, yaitu Laksmana. Barata dan Satrugna menangisi kepergian kakaknya. Rama menghibur kepada kedua adiknya, agar mengikhlaskan  kepergian mereka. Kedua adiknya masih sangat dibutuhkan untuk menjaga ayah Prabu dan para ibu semua.Rama menitipkan Ayah dan Ibunya Dewi Kausalya, ibu Kekayi dan ibu Sumitra kepada Barata dan Satrugna.
Sepeninggal Rama, Prabu Dasarata jatuh sakit, tiada satu tabibpun sanggup mengo batinya. Setelah beberapa hari menderita sakit, Prabu Dasarata meninggal dunia. Barata  menyesali tindakan ibunya.Lagi pula sejak dulu Barata telah menolak permintaan ibunya agar ia menjadi raja.
Akhirnya Dewi Kekayi sadar, dan minta kepada Barata dan Satrugna menjemput Rama, Sinta dan Laksmana agar kembali ke Ayodya. Rama akan segera  dinobatkan menjadi Raja menggantikan ayahnya.
Barata dan Satrugna, adik kandung Laksmana segera menuju hutan Dandaka menemui Rama. Sesampai di hutan Dandaka, mereka berdua bertemu dengn Rama, Sinta dan Laksmana. Barata dan Satrugna menyampaikan maksud kedatangannya. Disamping memberikan kabar, meninggalnya ayahanda Prabu Dasarata, juga untuk menjemput kakaknya, Rama, Sinta dan Laksamana.Karena Rama akan segera di nobatkan menjadi raja Ayodyapala. Namun Rama menolak pulang ke Ayodya, karena itu semua  sudah menjadi kehendak Dewa, kalau Rama memang harus menjalani pengasingan. Barata dan Satrugna menangis dihadapan Rama dan Laksmana.
Mereka tetap meminta  Rama pulang, dan Barata tidak mau jadi raja.Akhirnya Rama melepas terompah yang dipakainya, dan memberikan terompah itu kepada kedua adiknya, sebagai wakil kepulangan Rama. Barata dan Satrugna dengan penuh kecewa, menangisi kakak kakaknya, dan pulang ke Istana Ayodya. Sesampai di istana terompah Rama didudukkan disinggasana kerajaan Ayodya. Setelah itu Barata mau menjalankan tugas sebagai Wakil Raja mewakili Rama.
http://ramatundung.blogspot.co.id/

Rama Tundung
Hasil gambar untuk wayang dewi sinta alas
KISUTA.com - Peristiwa Rama ditundung (diusir) dari istana oleh Kekayi, membuat kalangan istana berduka. Begitu besar kecintaan kerabat istana pada pasangan ini. Banyak punggawa yang ikut bahkan banyak pula punggawa yang memohon kepada Rama agar tetap tinggal di istana mempertahankan haknya.
Tetapi Rama mengatakan kepada mereka agar jangan ada yang ikut. Semua ini menurut Rama adalah kehendak dewa yang melalui perantaraan janji ayahnya.
Kata Rama kepada punggawa: “ Kembalilah kalian ke istana. Aku sangat mencintai kanjeng rama. Aku akan melaksanakan semua perintah yang terkandung dalam janjinya. Sampaikan kepada kanjeng rama bahwa aku bahagia memasuki hutan-hutan lebat, untuk mengasah ilmu dan pemahamanku tentang sangkan paraning dumadi.
"Aku memohon restunya dan aku memohon agar adikku Barata dijadikan penggantiku memegang takhta kerajaan Ayodya. Sama saja ia denganku. Sudahlah, lekas kalian menghadap kanjeng rama.”
Setelah berkata demikian barulah Rama memasuki hutan-hutan lebat, dengan diikuti oleh istrinya yang setia Dewi Sinta dan adiknya Laksmana. Walaupun banyak punggawa yang kembali ke istana untuk menyampaikan pesan Rama kepada ayahnya, tetap saja tidak sedikit para tumenggung yang mengikuti Rama memasuki hutan-hutan lebat.
Sejak itu Rama, Sinta dan Laksmana hidup di hutan-hutan lebat. Dewi Sinta ternyata sungguh merupakan wanita utama yang patut menjadi tauladan. Ia setia sekali kepada suami. Walaupun sejak kecil ia biasa hidup di istana dan sekarang ia harus hidup sengsara dalam hutan-hutan lebat, sedikit pun tidak pernah tergoyah hatinya untuk meninggalkan suami atau menyalahkan suami yang tidak mempertahankan haknya.
Rama: Garwaning pun kakang Rakyan Sinta...yayi...pun kakang minta maaf harus membawamu ke dalam laku yang berat ini...Ooo Sinta putri jelita yang aku dapatkan dari sayembara agung...seharusnyalah engkau menikmati kemewahan sebagai putri utama...
Sinta: Duh kanda...sesungguhnya dengan berpegang pada 3 hal yang utama, apapun yang akan kita hadapi, semua terasa wajar tidak ada yang perlu disesali...Tiga hal itu adalah: Pertama, bila kehilangan tidak menyesali (lila lamun kelangan nora gegetun). Kedua, bisa menerima bila hati disakiti oleh sesama (trima yen kataman, sakserik sameng dumadi) dan ketiga, ikhlas dan berserah diri kepada Hyang Widi Wasa (tri legawa nalongsa srahing bathara).
Laksmana yang mendengarkan percakapan suami istri ini tertunduk makin kagum pada keduanya. Tak salah kalau ia menjadikan kakaknya sebagai panutan. Merekapun melanjutkan perjalanan.
Pada hari pertama kalau merasa mengantuk, Rama, Sinta dan Laksmana dengan senang hati tidur di atas batu, di atas rumput, di atas pokok-pokok kayu atau tidur berdiri bersandar ke pohon sambil bersemedi.
Pada saat-saat semacam itu para tumenggung yang mengikutinya melakukan pengawalan dari kejauhan.
Tetapi pada suatu pagi waktu saat tumenggung itu bangun dari tidur dalam hutan telah mendapatkan gusti-gusti mereka tidak ada. Ternyata Rama, Sinta dan Lesama malam itu sepakat meninggalkan para punggawa yang setia itu secara diam-diam. Para punggawa itu sedang tidur pulas dalam keadaan sangat letih. Terjadilah kegaduhan. Mereka mencari ke sana ke mari dalam hutan lebat itu. Tetapi mereka gagal menemukan jejak-jejak gusti mereka. Akhirnya semua menangis dan kembali ke Ayodya.
Para punggawa tersebut segera memasuki istana dan langsung melaporkan kepada Raja Dasarata mengenai keadaan terakhir waktu mereka mengikuti Rama, Sinta dan Laksmana hidup dalam hutan-hutan. Tidak lupa mereka menyampaikan kepada raja permohonan Rama agar Barata menggantikannya memegang takhta kerajaan Ayodya.
Mendengar laporan tersebut Sri Dasarata tertegun. Untuk beberapa saat ia tidak dapat berbicara apa-apa. Hatinya pedih dan sedih seperti diiris-iris. Ia menunduk, tidak menoleh baik ke kiri maupun ke kanan. Jiwa dan raganya tergoncang. Bayangan putranya Rama, putri menantunya Sinta dan putranya yang lain lagi Laksmana tidak dapat hilang dari pelupuk mata, ia jatuh sakit.
Sakit Sri Dasarata ternyata tidak tersembuhkan. Badannya semakin kurus. Maksud hati ingin menyusul ke hutan, tetapi tanggung jawab terhadap praja tidak mengizinkannya. Ia tidak mau makan dan minum. Akhirnya ia meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-lamanya.
Duka yang mendalam terjadi di istana. Tangis serentak memenuhi baik di kasatriyan maupun di kaputren.
Raden Barata yang menunggui jenazah ayahnya tidak dapat berbicara apa-apa. Batinnya tertekan. Akhirnya hati yang sedih ditinggal ayah itu berubah menjadi marah kepada ibunya Dewi Keyaki yang dianggapnya menjadi sumber dari segala mala petaka yang menimpa keluarga Dasarata.
http://www.kisuta.com/rama-tundung



Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer