Lakon Wibisana Tundung

Wibisana Tundung

wibisana
Dalam lakon yang termasuk serial Ramayana ini, dua orang adik Prabu Dasamuka, yakni Gunawan Wibisana dan Kumbakarna mencoba mengingatkan bahwa penculikan Dewi Sinta merupakan perbuatan salah. Prabu Dasamuka diminta mengembalikan Sinta pada suaminya, Ramawijaya.
Peringatan itu membuat Dasamuka marah. Setelah dikata-katai, kedua adiknya itu diusir.
Karena pengusiran itu Kumbakarna meninggalkan Keraton Alengka, pergi ke Gunung Gohkarna untuk bertapa tidur, sedangkan Wibisana pergi meninggalkan Alengka, dengan niat hendak mengabdi pada Ramawijaya. Pengabdian Gunawan Wibisana diterima dengan baik oleh Ramawijaya.
Sementara itu, untuk melemahkan semangat Dewi Sinta, Prabu Dasamuka membunuh dan kemudian memenggal kepala Prabu Kalaseti dan Prabu Trikala, kakak beradik taklukan Alengka. Keduanya mirip dengan Rama dan Laksmana. Kepala kedua orang itu diperlihatkan pada Dewi Sinta.
Sinta tidak yakin kalau kepala itu adalah kepala suami dan adik iparnya. Ia menyuruh Dewi Trijata, putri Gunawan Wibisana, untuk pergi ke Pasanggrahan Mangliawan guna membuktikan Rama dan Laksamana masih hidup.
Setelah Trijata menunaikan tugas itu, ternyata Rama dan Laksmana memang masih hidup.
https://wayang.wordpress.com/wibisana-tundung/

Wibisana Tundung

Prabu Dasamuka menjadi semakin jauh dari kebenaran. Ia sudah tidak bisa diingatkan atau dinasehati lagi. Sudah berkali kali Kumbakarna dan Wibisana selalu mengingatkan, agar Dewi Sinta dikembalikan ke Ayodya. Namun Prabu Dasamuka hanya bisa marah marah saja.                              
Wibisana menjadi penasaran terhadap Dewi Sinta, yang sewaktu dilahirkan dinegeri Alengka, dari istri Prabu Dasamuka, Dewi Tari,  sudah disingkirkan ke sungai Gangga, kemudian menjadi anak Prabu Mantili, kemudian, sudah menjadi istri Prabu Rama di Ayodya, mengapa bisa  dibawa kembali ke negeri Alengka.
Wibisana percaya, bahwa ini semua sudah menjadi kehendak Dewata,bahwa peristiwa yang akan menimpa Dewi Sinta pasti akan terjadi,walaupun sudah diupayakan berbagai cara untuk menjauhkan Dewi Sinta dari Prabu Dasamuka, Ternyata jalan hidup Dewi Sinta memang harus begini,yaitu masih harus berurusan dengan Prabu Dasamuka. Sedangkan Wibisana semakin sulit untuk mengatasi keadaan.
Andaikata dulu, bayi anak Prabu Dasamuka dengan Dewi Tari tidak dibuang, maka bayi itu akan menjadi Anak Prabu Dasamuka. Andaikata juga, kalau Prabu Dasamuka mau mengawini anaknya sendiri yang katanya titisan Widowati, mungkin Wibisana lebih mudah mengatasinya. Wibisana hanya bisa pasrah kepada Dewata.
Pada suatu hari di pasewakan Agung Kerajaan Alengka Diraja, Prabu Dasamuka yang menghadirkan Patih Prahasta. Yaitu pamannya sendiri, adik dari ibunya, Dewi Sukesi,dan juga para adik-adiknya, Kumbakarna, Sarpakenaka dan Wibisana, juga para Putera Prabu Dasamuka, mmbicarakan rencana perkawinan Prabu Dasamuka dengan Dewi Sinta, Rencana Prabu Dasamuka tersebut ditentang oleh Wibisana. Wibisana tidak setuju sama sekali, kalau Prabu Dasamuka akan mengawini Dewi Sinta. Kalau Prabu Dasamuka masih nekat untuk mengawini Dewi Sinta, dewata akan mengutuknya*). Prabu Dasamuka mendengar peringatan dari Wibisana, adiknya, menjadi marah marah.
Tanpa basa basi, diusirnya Wibisana dan tidak boleh kembali kenegeri Alengka, biar saja jadi orang hutan. Akhirnya Wibisana keluar dari istana.
Kumbakarna melihat Wibisana diperlakukan sewenang-wenang oleh Prabu Dasamuka. ia tidak terima. Prabu Dasamuka semakin menjadi marah. Kumbakarnapun diusir seperti halnya Wibisana.
Akhirnya Kumbakarna pun pergi dari istana Alengka. Sesampai diluar Istana, Kumbakarna masih dapat bertemu dengan Wibisana, dan Kumbakarna ingin mengikuti kepergian Wibisana. Wibisana melarang kakaknya mengikutinya, lebih baik kakaknya pulang ke Alengka, untuk menjaga Prabu Dasamuka, agar tidak semakin semena mena terhadap orang lain. Wibisana pun pergi.
Kumbakarna menjadi kecewa. Ia tidak mau pulang ke Istana Alengka, ia lebih memilih tinggal di Gunung Gohkarna, tempat bertapa dahulu beserta kakaknya Prabu Dasamuka  dan adik-adiknya sewaktu masih kecil dahulu. Disana bertapa  tidur untuk selama-lamanya. Sepeninggal kedua adiknya, Wibisana dan Kumbakarna dari Istana.  Istana.  Alengka kelihatan sunyi, Namun Prabu Dasamuka tidak terpanggil jiwanya, unntuk kembali kejalan yang benar, tetapi semakin menjadi-jadi. Namun demikian kepergian kedua adiknya, menjadikan Prabu Dasamuka ragu untuk melaksanakan perkawinannya dengan Dewi Sinta. Ia memilih bersabar hati daripada memaksanya, dan juga masih mencari jalan lain agar Dewi Sinta bisa melupakan Prabu Rama.

------------------------------------------------------------------
 Dewi Sinta adalah titisan Dewi Widawati, jadi ketika Dewi Widawati akan diperistri oleh Rahwana, tapi Dewi Widawati tidak mau, maka lari dan turun ke bumi dan menitis kepada Bayi Sinta yang sebenarnya adalah anak dari Rahwana sendiri.
Proses penitisan ini dilihat oleh Raden Wibisana, maka cepat cepat bayi tersebut ditukar karena Wibisana tahu bahwa pasti akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
Dewi Widati menitis menjadi anak Prabu Dasamuka dengan tujuan supaya tidak diperistri oleh Prabu Dasamuka, tapi Dewi Widawati tidak tahu sedalam apa cinta Prabu Dasamuka terhadap dirinya. Walaupun anaknyapun kalau Prabu Dasamuka menginginkan pasti diambil istri juga karena memang sudah menjadi watak dari Prabu Dasamuka.
Wibisana melihat ini kemudian menukar Bayi Sinta dengan Bayi yang lain yang disabda oleh Wibisana dari awan / mega menjadi seorang bayi dan diberi nama Raden Indrajit.
Setelah itu bayi Sinta di sabda dan dimasukkan ke dalam ketupat kemudian dihanyutkan di sungan Jamuna, yang kemudian ketupat ini akan di temukan oleh Prabu Janaka dari Negara Mantili, kemudian bayi itu diberi nama Sinta, jadi nama Sinta adalah pemberian dari Prabu Janaka dari Mantili.
http://caritawayang.blogspot.co.id/wibisana-tundung.html

Prabu Dasamuka menjadi semakin jauh dari kebenaran. Ia sudah tidak bisa diingatkan atau dinasehati lagi. Sudah berkali kali Kumbakarna dan Wibisana selalu mengingatkan, agar Dewi Sinta dikembalikan ke Ayodya. Namun Prabu Dasamuka hanya bisa marah marah saja.                                 
Wibisana menjadi penasaran terhadap Dewi Sinta, yang sewaktu dilahirkan dinegeri Alengka, dari istri Prabu Dasamuka, Dewi Tari,  sudah disingkirkan ke sungai Gangga, kemudian menjadi anak Prabu Mantili, kemudian, sudah menjadi istri Prabu Rama di Ayodya, mengapa bisa  dibawa kembali ke negeri Alengka.
Wibisana percaya, bahwa ini semua sudah menjadi kehendak Dewata,bahwa peristiwa yang akan menimpa Dewi Sinta pasti akan terjadi,walaupun sudah diupayakan berbagai cara untuk menjauhkan Dewi Sinta dari Prabu Dasamuka, Ternyata jalan hidup Dewi Sinta memang harus begini,yaitu masih harus berurusan dengan Prabu Dasamuka. Sedangkan Wibisana semakin sulit untuk mengatasi keadaan.
 Andaikata dulu, bayi anak Prabu Dasamuka dengan Dewi Tari tidak dibuang, maka bayi itu akan menjadi Anak Prabu Dasamuka. Andaikata juga, kalau Prabu Dasamuka mau mengawini anaknya sendiri yang katanya titisan Widowati, mungkin Wibisana lebih mudah mengatasinya. Wibisana hanya bisa pasrah kepada Dewata.
Pada suatu hari di pasewakan Agung Kerajaan Alengka Diraja, Prabu Dasamuka yang menghadirkan Patih Prahasta. Yaitu pamannya sendiri, adik dari ibunya, Dewi Sukesi,dan juga para adik-adiknya, Kumbakarna, Sarpakenaka dan Wibisana, juga para Putera Prabu Dasamuka, mmbicarakan rencana perkawinan Prabu Dasamuka dengan Dewi Sinta, Rencana Prabu Dasamuka tersebut ditentang oleh Wibisana. Wibisana tidak setuju sama sekali, kalau Prabu Dasamuka akan mengawini Dewi Sinta. Kalau Prabu Dasamuka masih nekat untuk mengawini Dewi Sinta, dewata akan mengutuknya.
Prabu Dasamuka mendengar peringatan dari Wibisana, adiknya, menjadi marah marah.
Tanpa basa basi, diusirnya Wibisana dan tidak boleh kembali kenegeri Alengka, biar saja jadi orang hutan. Akhirnya Wibisana keluar dari istana.
Kumbakarna melihat Wibisana diperlakukan sewenang-wenang oleh Prabu Dasamuka. ia tidak terima. Prabu Dasamuka semakin menjadi marah. Kumbakarnapun diusir seperti halnya Wibisana.  
Akhirnya Kumbakarna pun pergi dari istana Alengka. Sesampai diluar Istana, Kumbakarna masih dapat bertemu dengan Wibisana, dan Kumbakarna ingin mengikuti kepergian Wibisana. Wibisana melarang kakaknya mengikutinya, lebih baik kakaknya pulang ke Alengka, untuk menjaga Prabu Dasamuka, agar tidak semakin semena mena terhadap orang lain. Wibisana pun pergi.
Kumbakarna menjadi kecewa. Ia tidak mau pulang ke Istana Alengkaia lebih memilih tinggal di Gunung Gohkarna, tempat bertapa dahulu beserta kakaknya Prabu Dasamuka  dan adik-adiknya sewaktu masih kecil dahulu. Disana bertapa  tidur untuk selama-lamanya. Sepeninggal kedua adiknya, Wibisana dan Kumbakarna dari Istana.  Istana.  Alengka kelihatan sunyi, Namun Prabu Dasamuka tidak terpanggil jiwanya, unntuk kembali kejalan yang benar, tetapi semakin menjadi-jadi. Namun demikian kepergian kedua adiknya, menjadikan Prabu Dasamuka ragu untuk melaksanakan perkawinannya dengan Dewi Sinta. Ia memilih bersabar hati daripada memaksanya, dan juga masih mencari jalan lain agar Dewi Sinta bisa melupakan Prabu Rama.
http://anjingsetia.blogspot.co.id/



Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer