Lakon Rama Nitis

RAMA NITIS
Setelah Prabu Rama beserta pasukannya dari Kerajaan Pancawati, berhasil membebaskan Dewi Sinta,dari sekapan Prabu Dasamuka,Prabu Rama juga bisa bernafas lega, karena hu  kuman buang yang dialaminya, juga telah selesai dijalankan.Sementara itu gejolak  diantara Prabu Rama dan Dewi Sinta,tentang kesucian Dewi Sinta,yang sempat diragukan oleh berbagai pihak, telah dibuktikan dengan pati obongnya Dewi Sinta. Pati obong Dewi Sinta membuktikan kalau Dewi Sinta masih suci.Wibisanapun telah menjadi  raja Alengkadiraja, dalam sebuah negara merdeka,
Prabu Rama, Sinta dan Leksmana kembali ke Ayodya, Walaupun akhirnya peristiwa Sinta Luweng, masih membekas pada Prabu Rama dan Leksmana. Dewi Sinta setelah bebas dari sekapan Prabu Dasamuka selama 13 tahun, akhirnya hidupnya terlunta lunta, dengan perasaan tersekap kembali yang lebih menyakitkan hati, karena suaminya, Prabu Rama, tidak percvaaya pada kesucian yang telah dibuktikan dengan pati obongnya. Yang akhirnya, ia bersumpah tanah akan menerima dirinya, andaikata ia masih suci dan tidak ternoda oleh siapapun. Tanah membuka pintu, Dewi Sinta masuk dalam tanah, dan tanah menutup kembali. Batari Widowati, yang mengeja wantah dalam tubuh Dewi Sinta, kemu dian menitis kepada Dewi Sembadra, istri Arjuna, di Kasatriam Madukara.
Setelah beberapa waktu di Kerajaan  Ayodya, Prabu Rama mendengar kabar bahwa rakyat Pancawati. mengalami masa paceklik, rakayt sulit sekali mendapatkan makanan. karena panennya mengalami krgagalan. Kemudian Prabu Rama bersama adiknya Leksmana, pergi ke kerajaan Pancawati. Prabu Rama merasa terketuk hatinya dengan kabar kesengsaraan rakyat Pancawati dan Goa Kiskenda.
Sementara itu Narpati Sugriwa, senapati pasukan rewanda, mengalami kesulitan  yang di alami rakyat nya. Rakyat Pancawati mengalami paceklik.Hujan sudah lama tidak turun, sehingga sawah mengalami kekeringan,panen gagal dan padi menjadi puso.Rakyat menja di sengsara. Prabu Rama melihat keadaan itu, maka Prabu Rama dan Leksmana pergi ke Padukuhan Klampis Ireng, tempat bermukimnya, Ki Lurah Semar,dengan maksud memboyong Semar dan anak anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong ke Pancawati. Karena selama Ki Lurah Semar dan anak anaknya, tinggal di Pancawati, kehidupan di Pancawati, makmur, aman sejahtera. Namun setelah Prabu Dasamuka tewas, Ki Lurah Semar, meninggalkan Pancawati, dan tinggal di Klampis Ireng. Bencanapun datang. Untuk itu, maka Prabu Rama dan Leksmana dan dikawal pasukan rewanda, pergi ke Klampis Ireng.
Ternyata sesampai di Padukuhan Klampis Ireng, Rombongan Prabu Rama, berbarengan dengan keda tangan  Prabu Kresna, raja Dwarawati, dan  para Pandawa  dari Kerajaan Indraprasta. dan juga Adipati Karna disertai Pandita Durna dan Patih Sengkuni yang datang dari Kerajaan Astina. yang bermaksud serupa.
Akhirnya Semar memutuskan, untuk mengadakan Sayembara, siapa saja yang bisa mengambil bunga Tunjung Biru dari Kahyangan Cakrakembang, dan memberikannya kepada Semar, Semar siap mengabdi pada nya. Leksmana dan Arjuna segera keluar dari rumah Semar, dan ber lomba untuk men dapat kan bunga Tunjung biru.Sedangkan Adipati Karna, atas saran Patih Sengkuni, tidak perlu ikut ikutan ke Kahyangan Cakrakembang, Kurawa cukup menunggu hasilnya. Kalau mereka sudah dapat, maka akan direbutnya. Karena ilmu Leksmana lebih unggul dari Arjuna, maka Leksmana berhasil menemui Batara Kamajaya. Batara Kamajaya memberikan kembang Tunjung Biru kepada Leksmana. Leksmana segera bermaksud pulang ke Klampis Ireng. Namun di tengah perjalan bertemu dengan Arjuna. Arjuna bermaksud merebut bunga kembang Tunjung Biru. Alhasil, Leksmana mendapatkan bunganya sedang Arjuna mendapatkan tangkainya. Mereka merasa puas dengan hasil yang didapatkannya. Ketika keduanya beranjak menuju Padukuhan Klampis Ireng, mereka dicegat oleh pasukan Kurawa, yang bermaksud merebut bunga Tunjung Biru secara utuh. Kedua satria itu di kerubut pasukan Kurawa. Pasukan Kurawa merasa kalah dan pergi meninggalkan padukuhan Klampis Ireng.
Sementara itu di Klampis Ireng, Semar dan anak anaknya, sedang bercanda ria, tiada lama kemudian datang Leksmana dan Arjuna. Semar meminta bunga tunjung biru dari Leksmana dan Semar juga meminta tangkai bunga tunjung biru dari Arjuna.Oleh Semar keduanya di persatukan. Ternyata menjadikan pancaran sinar yang menyilaukan. Dari sinar yang terang itu muncul Sanghyang Tunggal ayahanda Sanghyang Ismaya, yang tak lain adalah yang Dewa yang menitahkan Semar. Semar dan anak anaknya, turun ke marcapada, dan mengabdi di Pertapaan Saptaharga. Turun temurun, ikut Begawan Sekutrem, ikut Begawan Sakri, ikut Begawan Palasara dan Abiyasa sampai momong para Para Pandawa dan putera puteranya. Semar juga pernah ngemong Raden Narasoma, yaitu Prabu Salya kletika masih muda.Kemudian ikut Bambang Sumantri, dan Prabu Arjuna Sasrabahu. Kemudian  ikut Resi Gotama dan ngemong para putera puteri nya, yaitu Subali, Sugriwa dan Dewi Anjani,, sampai dengan Anoman dan Prabu Rama
Kedatangan Sanghyang Tunggal di Padukuhan Klampis Ireng, menjadikan Semar dan tamu tamunya, menjadi gugup. Leksmana dan Arjuna menghaturkan sembah. Sanghyang Tunggal segera memerintahkan kepada Semar, bahwa tugas Semar mengabdi pada Prabu Rama sudah selesai. Karena Prabu Rama telah menyelamatkan jagat manusia dari keangkaramurkaan. Sedangkan Prabu Dasamuka yang mewakili keangkaramurkaan sudah sirna, Kini saatnya Semar dan anak anaknya ikut Pandawa. Sedangkan Togog sebelumnya sudah diperintahkan pergi meninggalkan Alengka, menuju Astina. Semar menyatakan kesiapannya untuk ikut Pandawa. Prabu Rama merasa sangat kecewa dengan kepergian Semar dan anak anak nya. Namun karena itu sudah kehendak dewata, maka ia merelakannya.Sementara itu Pandawa telah berhasil memboyong Semar dan anak anaknya. Namun, di tengah perjalanan, Para Kurawa menghadang jalan. Kurawa meminta Semar dan anak anaknya ke Negara Astina. Arjuna tidak memberikannya. Terjadi peperangan antara pasukan Astina dan Pandawa. Pasukan Kurawa terdesak mundur, dan kembali ke negaranya.
Prabu Rama kecewa tidak bisa memboyong Semar. Namun Sanghyang Tiunggal melimpahkan kesejahteran kepada rakyat Pancawati dan Ayodya.
Prabu Rama dan Laksmana kembali ke Ayodya. Prabu Rama memeruintah Ayodya. Sedangkan Laksmana  menjadi patih nya. Prabu Rama bertahta hingga usia lanjut.
Prabu Rama lengser keprabon. Putera Prabu Rama yang pertam, Lawa, diangkat menjadi raja Ayodya, bergelar Pranu Rama Badlawa,. Sedangkan putera yang ledua. adalah Kusya, menggantikan kedudukan kakeknya Pranu Janaka, menjadi raja Mantili, dengan bergelar Prabu Rama Kusya..
Sedangkan Prabu Rama yang diikuti pula Laksmana pergi bertapa di Kurharunggu. Prabu Rama yang menjadi Panembahan Raama banyak  di cintai rakyattnya dari pejabatnya sampai rakyat biasa. Panembahan Rama mengajarkan Astabrata.Yaitu seorang pimpinan harus bsa adil pada semua rakyatnya. Seperti delapan unsur alam,yalah . air,api. matahati.,bulan, kartika, bulan, bumi, angkasa juga yang merata memmbagikan manfaatnya  kepada semua makhluk yang hidup didunia.
Panembahan Rama meninggal dalam usia lanjut. Meninggalnya, Panembahan Rama menjadikan gempar Pasukan Rewanda. Mereka kemudian menyusul ke Kutharunggu. Sementara itu, Upacara perabuan Panemban Rama di hadiri para raja raja wayang, antara lain, Prabu Kresna dari Kerajaan Dwarawati, Prabu Baladewa dari Mandura, para Pandawa, juga putera Prabu Rama, Prabu Ramabadlawa, Raja Ayodya dan Prabu Ramakusya dari Kerajaan Mantili serta para rewanda,. Perabuan Panembahan Rama pun dilaksanakan..
Tiba tiba Narpati Sugriwa, berteriak seperti memanggil manggil Prabu Rama, kemudian  Sugriwa meloncat dan terjun dalam api yang menjilat jilat bagai menggapai langit. Tindakan Narpati Sugriwa, ternyata  diikuti pasukan Rewanda lainnya, seperti Anggada, Anila, serta para punggawa lain, juga kera kera ciptaan dewa, Cucak Rawun dan anak buahnya, Semuanya tewas, kecuali Anoman dan Kapi Jembawan. Anoman masih bertugas menjaga keberadaan Dasamuka, yang ditawan didalam gunung Kendali sada,sedangkan Kapi Jembawan menjadi seorang Resi di pertapaam Gadamadana.
Setelah melakukan belapati pada Prabu Rama, para Rewanda kembali menjadi manusia, dan masuk kedalam Nirwana.Setelah meninggal, Prabu Rama menitis pada Prabu Kresna.
Sedangkan Laksmana melanjutkan bertapanya. Beberapa tahun kemudian,Leksmana tutup usia, menyusul Prabu Rama. Ia berusia lebih lanjut. Leksmana menitis pada Arjuna, satria Pandawa.Ia  diperabukan dan di makamkan di Kutharunggu.
Sejak saat itulah, cerita Ramayana disambung dengan Mahabarata. Cerita cerita Semar boyong, Wahyu Makutarama dan Rama Nitis adalah cerita penghubung antara Ramayana dan Mahabarata.Ternyata tidak di Indonesia saja, juga di Wayang India, sewaktu menon ton perang Baratayuda, terdapat tokoh Ramayana, Anoman.bersama Gatutkaca.
http://antarejatakonbapa.blogspot.co.id/

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (17) Rama Nitis

Prabu Ramawijaya menitis kepada Kresna, manusia jelmaan Batara Wisnu. karya : Herjaka HS
Darmakusuma duduk dihadap oleh Kresna, Wrekodara, Nakula, Sadewa, Samba dan Satyaki. Mereka membicarakan nasib Gathotkaca. Tiba-tiba Gathotkaca jatuh dari angkasa. Mengerang kesakitan, ia merangkak menghadap raja Darmakusuma. Kemudian Harjuna datang. Raja meminta agar Arjuna segera menolong Gathotkaca. Arjuna pun mengambil anak panah yang bersarang di perut Gathotkaca dengan anak panah pula. Maka Gathotkaca sembuh kembali.
Kresna ingat perjanjian yang diberikan oleh Ramawijaya dan Lesmana. Ia lalu minta ijin pergi bersama Arjuna ke Pancawati.
Di Pancawati, Ramawijaya, Lesmana dan Sugriwa tengah menanti kedatangan Anoman. Kemudian Anoman datang bersama Resi Brangtalaras. Ramawijaya minta kesediaan sang resi untuk menyembuhkan penyakit Sinta. Sang resi mendekati Sinta. Setelah diusap dahinya, sembuhlah penyakit Sinta. Lalu Sinta diserahkan kepada Ramawijaya. Resi Brangtapernali datang menghadap Ramawijaya. Dalam pertemuan itu Ramawijaya ingin menghadiahkan kerajaan Pancawati kepada Resi Brangtalaras sebagai upah pengobatan. Maka Resi Brangtalaras pun menjadi raja, sedangkan Resi Brangtapernali menjadi patihnya.
Raja Brangtalaras duduk di balai penghadapan, kemudian Cocakrawun datang menghadap, melapor kedatangan musuh dari Ngamarta. Patih Brangtapernali diminta menyambut kedatangan musuh. Maka Patih Brangtapernali terjun perang melawan warga Pandhawa. Ternyata Wrekodara, Arjuna Gathotkaca dan Satyaki tidak mampu melawan amukan Brangtapernali. Kresna segera datang menolong, dan senjata Cakra dilepaskan. Terkena Cakra, Brangtapernali berubah menjadi Srikandi. Raja Brangtalaras datang bersama Sinta. Kemudian Kresna melepaskan cakra. Terpanah Cakra, Brangtalaras berubah menjadi Sumbadra. Sedangkan Sinta lenyap setelah dicakra, menyatu dalam tubuh Sumbadra.
Bathara Guru, Bathara Narada, Bathara Panyarikan, Sambu dan Korawa berunding di Kahyangan. Bathara Guru menugaskan Bathara Narada supaya turun ke Marcapada. Anoman disuruh bertapa di Kendalisada, Wibisana diminta memerintah negara Singgela, sedangkan raja Sugriwa dan prajuritnya diminta agar masuk ke api korban, masuk ke Nirwana. Bathara Narada pun turun ke Marcapada.
Ramawijaya, Lesmana, Wibisana, Sugriwa, Anoman dan Anggada berbicara tentang persahabatan mereka dengan raja Brangtalaras dan Brangtapernali. Tengah mereka berbicara, datanglah Cocakrawun yang memberi tahu bahwa Brangtalaras dan Brangtapernali hilang di medan perang. Demikian juga Sinta.
Ramawijaya marah, lalu pergi ke medan perang. Kresna menyambut kehadiran Ramawijaya. Terjadilah perkelahian, tetapi tidak ada yang kalah. Ramawijaya ingat, pernah berjanji akan bersatu dengan manusia jelmaan Wisnu. Maka Ramawijaya bersatu dengan Kresna. Lesmana membela Ramawijaya, lalu berperang melawan Arjuna. Akhirnya Lesmana menyatu bersama Arjuna. Ternyata Arjuna tidak sanggup bersatu dengan Lesmana sehingga Lesmana dilepas dan menjelma ke dalam Baladewa. Tapi kemudian Lesmana lepas dari Baladewa, dan ingin menjelma kembali pada Arjuna. Arjuna sanggup menerima, tetapi menolak sikap wadatnya.
Anoman bergulat dengan Gathotkaca. Bathara Narada datang melerai, Anoman disuruh bertapa di Kendhalisada. Kemudian Bathara Narada menemui Wibisana dan menyuruh supaya menjaga negara Singgela. Setelah damai, semua perajurit dan warga Pandhawa oleh Kresna diminta kembali ke Ngamarta.
Raja Darmakusuma dihadap oleh Kresna, Wrekodara, Arjuna, Nakula, Sadewa, Gathotkaca dan Satyaki. Mereka menyambut kehadiran Sumbadra dan Srikandi.
Sugriwa dan prajurit kera yang setia datang menyerang kerajaan Ngamarta. Wrekodara, Gathotkaca dan Satyaki ditugaskan mengusir perajurit kera itu. Sang Hyang Narada datang menemui perwira prajurit kera. Mereka dikumpulkan kemudian disuruh masuk ke perapian agar masuk nirwana. Kera-kera kecil banyak yang mati oleh prajurit Ngamarta yang dipimpin oleh Wrekodara.
Kerajaan Ngamarta telah aman dan tenteram. Raja Darmakusuma mengadakan pesta besar bersama warga Pandhawa.
R.S. Subalidinata
(sumber cerita: Cerita Rama Nitis. KGPAA Mangkunagara VII. Serat Padhalangan Ringgit Purwa Jilid XXXVII. Batawi Centrum: Bale Pustaka, 1932,L.21-24)
https://wayang.wordpress.com/jati-diri-kepemimpinan-kresna-17-rama-nitis/
   Hasil gambar untuk ramawijaya   Hasil gambar untuk kresna wayang solo  
Prabu Sri Bathara Ramawijaya menitis kepada Prabu Sri Bathara Kresna 
Hasil gambar untuk laksmana wayang  Hasil gambar untuk baladewa wayang solo sembada  Hasil gambar untuk arjuna wayang
Resi Laksmana Widagda menitis kepada Raden Arjuna (Wadagnya_Sadu), kepada Prabu Baladewa (Sukmanya) 
Hasil gambar untuk sinta wayang  Hasil gambar untuk dewi wara sembadra wayang solo 
Dewi Wara Shinta menitis kepada Dewi Wara Sembadra 

Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer