Lakon Setyaki Lair

Setyaki Lair

Lakon ini mengisahkan kelahiran Setyaki anak Prabu Setiajid dengan Dewi Warsini dari Kerajaan Lesanpura. Disaat Dewi warsini mengandung delapan bulan ia ingin menaiki harimau putih. Untuk memenuhi keinginan istrinya, Prabu Setiajid segera pasang grogol atau jaring di tengah hutan sehingga mendapatkan harimau putih lalu diserahkan istrinya untuk menaikinya. Namun betapa terkejutnya setelah Dewi Warsini menaiki, harimau itu lari dengan membawa Dewi Warsini. 
Di tengah perjalanan harimau putih mengaku kalau ia adalah patih Singamulangjaya yang sedang diutus rajanya yakni Prabu Gadamustaka dari Swalabumi karena ingin memperistri Dewi Warsini.
Di tengah jalan itu Dewi Warsini melahirkan, oleh Singamulangjaya akan dibunuhnya tetapi tidak tewas bahkan semakin besar akhirnya Singamulangjaya dibunuhnya. Anak itu diberi nama Setyaki, Wresinala, Tambakyuda, Yuyudana. 
Selanjutnya Setyaki dapat menaklukkan Prabu Gadamustaka dan menguasai Kerajaan Swalabumi.
http://caritawayang.blogspot.co.id/setyaki-lair.html

SETYAKI  LAHIR

Kelahiran Setyaki, sempat menghebohkan dunia pewayangan, karena dikala ibunya, dewi Wersini, nyidam naik singa yang bisa tata jalma, atau bias bicara seperti manusia,dan bisa terbang menembus angkasa. Ternyata, singa yang di maksud dewi Wersini itu ada, yaitu  Patih Singamulangjaya yang berujud seekor singa yang juga bisa bicara dan juga bisa terbang.Patih Saingamulangjaya adalah Patih Swalabumi.
Raja Negeri Swalabumi., Prabu Tambakyuda atau bjsa disebut juga dengan nama Prabu Satyasa, sedang jatuh cinta kepada Dewi Wersini, ingin sekali memboyongnya ke Swalabumi. Sehubungan adanya permintaan Dewi Wersini ingin naik Singa yang bisa bicara dan bisa terbang, maka kesempatan bagi Prabu Tambakyuda untuk mengutus Patih Singamulangjaya ke Lesanpu, menemui Dewi Wersini, dan Patih Singamulangjaya harus mau, andaikata diminta menjadi  hewan peliharaan   kesayangan  Dewi Setyaboma. Kepergian Patih Singanmulangjaya ke Lesanpura, diantar oleh Emban Layarmega. Emban  Layarmega menghadap Dewi Wersini, untuk nempersembahkan hewan peliharaannya berupa seekor singa yang bisa ber bicara seperti manusia, dan juga bisa terbang, Pemberian Emban Layarmega diterima dengan senang hati oleh Dewi Wersini. Emban Layarmega berpamitan, dan terbang kembali ke  Swalabumi. Dewi Wersini yang sangat tertarik dengan binatang  pemberian Emban Layarmega, ingin pula mencoba terbang dengan  nmenauki singa itu. Singapun terbang. Dewi Wersini ketakutan . Singa itu tidak mau turun, singa tetap terbang.  Singa itu bicara kepada Dewi Wersiniia duta Prabu Tambakyuda, dan ia akan membawa pulang Dewi Wesini ke Swalabumi. Mendengar kata kata singa itu, maka Dewi Wersini baru tahu kalau dirinya sedang di culik oleh Patih Singanmlangjaya. Karena kepanikannya, menjadikan Dewi Wersini, perut menjadi mules, serta mual, rasa rasabya  ingin melahirkan. Singa terpaksa turun di dalam hutan.
Dewi Wersini merasa sydah saatnya mau melahirkan. Akhirnya Dewi Wersini  melahirkan, seorang putera yang tampan.,Patih Singamulangjaya yang sebelumnya mengira kalau Dewi Wersini masih gadis, tapi ternuata sudah bersuami dan telah melahirkan. Maka agar tidak mengecewakan rajanya, yaitu Prabu Tambakyuda, Patih Singamulangjaya. bermaksud membunuh bayi itu.  Dibantingnya berkali kali dan di sepak sepaknya sang bayi.
Namun anehnya, bayi  menjadi besar, tubuhnya menjadi kuat, dan kini menjadi seorang  dewasa. Kini sang bayi sudah menjadi seorang pemuda, Pemuda itu marah, karena singa itu sudah berani memukul mukul dan menendang nendang dirinya. Menjadikan sang bayi yang menjadi dewasa itu berani melawan Patih Singamulangjaya. Patih Singamulangjaya  merasa kerepotan menghadapi pemuda itu.
Maka Patih Saingamulangjaya menggunakan gada puisaka Wesikuning. Namun gada Patih Singamulangjaya bisa direbut oleh Setyaki, dan dipukulkannya kekepala Patih Singamulangjaya., hingga tewas. Sukma Patih Singamulangjaya menyatu dalam raga Setyaki., maka Setyaki  pun juga disebut Singamulangjaya.Kemudian pemuda dan ibunya kembali ke Lesanpura. Prabu Setyajid merasa bahagia dengan kehadiran puteranya. Prabu Setyajid memberi nama puteranya, dengan Setyaki.
Sementara itu Raja Swalabumi Prabu Tambakyuda, mengetahui Patih Singamulangjaya telah tewas, menjadi sangat marah, Prabu Tambakyuda tidak merelakan kepergiannya, Prabu Tambakyuda segera berangkat ke Lesanpura, beserta perajuritnya yang jumlahnya ratusan orang.. Di Lesanpura,Prabu Setyajid bersama bersama  dengan para senapati dan juga Setyaki serta didukung para perajurit Lesanpura, menahan serangan pasukan dari  Swalabumi. Dalam pertempuran tersebut, Prabu Tambakyuda tewas.oleh Setyaki..Sukma Prabu Tambakyuda menyatu dalam ranga Setyaki. Maka Setyaki juga disebut Tambakyuda.Dengan tewasnya raja Swalabumi, perajuri  Swalabumi menghentikan perlawanan, mereka menyerah kalah. Setyaki di nobatkan menjadi raja Swalabumi. 
Namun Setyaki lebih suka ikut Prabu Kresna di Dwarawati. Oleh Prabu  Kresna, Setyaki diangkat menjadi Patih bersama Udara, Patih Setyaki menjadi  Patih urusan luar negeri, sedangkan Patih Udawa, menjadi Patih Urusan Dalam Negeri Dwarawati.
SEKIAN
http://setyakilahir.blogspot.co.id/setyaki-lahir.html

KI H Anom Soeroto – Setyaki Lahir
Permintaan Dewi Warsini, permaisuri  Prabu Setyajid pada kehamilan kedua ini benar-benar aneh.  Tidak seperti kehamilan pertamanya, yang nantinya melahirkan Dewi Setyaboma.  Memasuki tujuh bulan kehamilan, waktunya Dewi Warsini untuk memenuhi adat siraman di Telaga Madirda.  Dewi Warsini bersedia memenuhi adat siraman dengan syarat dia naik Macan Putih (Sardula Seta).  Jelas ini bukan permintaan yang mudah.  Tak kurang Prabu Setyajid menghadirkan Prabu Baladewa bersama Raden Narayana dan Prabu Puntadewa bersama Raden Bratasena, dengan harapan bisa memecahkan permasalahan ini.  Membiarkan Dewi Warsini melewati 7 bulan kehamilan tanpa siraman di telaga Madirda adalah tindakan tidak bijaksana.  Tetapi mendapatkan macan putih dalam waktu dekat ini, juga tidak gampang.
Atas saran Raden Narayana, disepakati untuk memasang grogol (perangkap) di Hutan Winangsraya.  Karena menurutnya, dihutan inilah diperkirakan banyak diketemukan binatang buruan, termasuk diantaranya Macan Putih.  Hari itu juga dimulailah operasi penangkapan Macan Putih di Hutan Winangsraya yang dipimpin oleh Prabu Baladewa disertai Raden Narayana dan Raden Bratasena.
Jauh diseberang hutan Winagsraya, berdiri sebuah kerajaan besar yang bernama Kerajaan Suwalabumi. dengan raja yang bertahta bernama Prabu Setyasa.  Raja sakti lagi kaya raya dan memiliki armada perang yang hebat.  Sayangnya, sang prabu belum memiliki permaisuri.  Bukan karena kurang kaya, kurang tampan atau kurang sakti.  Keengganan Prabu Setyasa mencari pasangan karena sebenarnya hatinya sudah tertambat pada Dewi Warsini, Istri Prabu Setyajid.
Terdorong oleh rasa cintanya yang menggebu (bahkan cenderung ngawur) Prabu Setyasa berniat menculik Dewi Warsini.  Untuk itulah dia memerintahkan Singamulangjaya, macan putih piaraannya untuk melakukan tugas ini.  Kendati Cuma seekor binatang, Singamulangjaya adalah rajanya macan dan memiliki kesaktian luar biasa. Prabu Setyasa optimis, ditangan Singamulangjaya keinginannya pasti berhasil.  Dipihak lain, Singamulangjaya bersedia melakukan tugas ini kendati pada awalnya mendapt firasat yang kurang baik.
http://martono-groub.blogspot.co.id/ki-h-anom-soeroto-setyaki-lahir.html


Komentar

Wayang Kulit Gagrak Surakarta

Wayang Kulit Gagrak Surakarta
Jendela Dunianya Ilmu Seni Wayang

Jika Anda Membuang Wayang Kulit

Menerima Buangan Wayang Kulit bekas meski tidak utuh ataupun keriting, Jika anda dalam kota magelang dan kabupaten magelang silahkan mampir kerumah saya di jalan pahlawan no 8 masuk gang lalu gang turun, Jika anda luar kota magelang silahkan kirim jasa pos atau jasa gojek ke alamat sdr Lukman A. H. jalan pahlawan no 8 kampung boton balong rt 2 rw 8 kelurahan magelang kecamatan magelang tengah kota magelang dengan disertai konfirmasi sms dari bapak/ ibu/ sdr siapa dan asal mana serta penjelasan kategori wayang kulit bebas tanpa dibatasi gagrak suatu daerah boleh gaya baru, gaya lama, gaya surakarta, gaya yogyakarta, gaya banyumasan, gaya cirebonan, gaya kedu, gaya jawatimuran, gaya madura, gaya bali, maupun wayang kulit jenis lain seperti sadat, diponegaran, dobel, dakwah, demak, santri, songsong, klitik, krucil, madya dll

Postingan Populer